Anda di halaman 1dari 10

Pendahuluan

I.

Latar belakang
Detergen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu
pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan
sabun, detergen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih
baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air. Deterjen digunakan untuk
membersihkan karena air murni tidak dapat menghilangkan noda berminyak, dan
kotoran organik. Pada dasarnya, deterjen memungkinkan minyak dan air untuk
bercampur sehingga kotoran berminyak dapat dilepaskan selama bilasan.
Deterjen dalam kehidupan sehari-hari dikenal sebagai pembersih pakaian yang
berbentuk serbuk maupun cairan. Menurut The Comiti International de Dirivis Tensio
Actifs, deterjen adalah produk formulasi yang khusus dirancang untuk mendukung
pengembangan deterjensi. Deterjen adalah formulasi yang terdiri dari unsur penting
(surfaktan) dan bahan lain (pembangun, penguat, pengisi dan bahan bantu).
Deterjen terutama surfaktan, yang dapat dihasilkan dengan mudah dari
petrokimia. Surfaktan menurunkan tegangan permukaan air, pada dasarnya membuat
basah sehingga kurang cenderung tetap untuk dirinya sendiri dan lebih mungkin
untuk berinteraksi dengan minyak dan lemak. Surfaktan adalah senyawa kimia yang
bila dilarutkan atau didispersikan dalam cairan adalah diserap pada interface,
sehingga menimbulkan sejumlah proses fisika-kimia yang menjadikan senyawa tidak
larut air menjadi larut.
Molekul sabun terdiri atas dua bagian yaitu bagian yang bersifat hidrofilik dan
yang bersifat hidrofobik. Bagian hidrofilik adalah bagian yang menyukai air atau
bersifat polar. Adapun bagian hidrofobik adalah bagian yang tidak suka air atau
bersifat nonpolar. Kotoran yang bersifat nonpolar, seperti minyak atau lemak tidak
akan hilang jika hanya dibersihkan menggunakan air. Oleh karena itu, diperlukan
detergen sebagai pembersihnya. Ujung hidrofob detergen yang bersifat nonpolar
mudah larut dalam minyak atau lemak dari bahan cucian. Ketika kamu menggosok
atau memeras pakaian membuat minyak atau lemak menjadi butiran-butiran lepas
yang dikelilingi oleh lapisan molekul detergen. Gugus polarnya berada di luar lapisan
sehingga butiran itu larut di air.

Tinjauan Pustaka
I.

Deterjen

Menurut The Comiti International de Dirivis Tensio Actifs, deterjen adalah


produk formulasi yang khusus dirancang untuk mendukung pengembangan
deterjensi. Deterjen adalah formulasi yang terdiri dari unsur penting (surfaktan)
dan bahan lain (pembangun, penguat, pengisi dan bahan bantu).
Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang
mempunyai ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka lemak).
Surfaktan ialah molekul organik dengan bagian lifofilik dan bagian polar, yang
berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan
kotoran yang menempel pada permukaan bahan. Surfaktan membentuk bagian
II.

penting dari semua detergen komersial.


Sifat dan Karakteristik Deterjen
Deterjen mempunyai sifat fisis yaitu memiliki ujung non polar R O
(hidrofob) dan ujung polar SO3Na (hidrofil). Selain itu memiliki sifat kimia dapat
melarutkan lemak dan tidak dipengaruhi kesadahan air. Ada dua jenis karakteristik
detergen yang berbeda yaitu fosfat detergen dan surfaktan detergen. Pada
umumnya detergen yang mengandung fosfat akan terasa panas ditangan,
sedangkan surfaktan adalah jenis detergen yang sangat beracun.
Perbedaan kedua jenis detergen itu adalah detergen surfaktan lebih berbusa
dan bersifat emulsifying detergen. Disisi lain fosfat detergen adalah detergen yang
membantu menghentikan kotoran dalam air. Zat yang terkandung didalam
detergen juga digunakan dalam formulasi dalam pestisida. Degradasi alkylphenol
polyethoxylates (non-ion) dapat menyebabkan pembentukan alkylphenols
(terutama nonylphenols) yang bertindak sebagai endokrin pengganggu jika limbah

III.

detergen bercampur dengan air limbah lain di saluran air.


Kegunaan Deterjen
Sabun dan detergen memiliki fungsi yang sama, yaitu bila ditambahkan ke
dalam air, dapat melepaskan kotoran dari suatu benda. Cara kerjanya adalah
menurunkan tegangan permukaan air, sehingga air mudah membasahi bahan,
kemudian sabun atau detergen menarik kotoran dari bahan, menahan kotoran agar
tetap sebagai suspensi dalam air. Kotoran yang bersifat nonpolar, seperti minyak
atau lemak tidak akan hilang jika hanya dibersihkan menggunakan air. Oleh
karena itu, diperlukan detergen sebagai pembersihnya. Ujung hidrofob detergen
yang bersifat nonpolar mudah larut dalam minyak atau lemak dari bahan cucian.
Maka ketika menggosok atau memeras pakaian membuat minyak atau lemak
menjadi butiran-butiran lepas yang dikelilingi oleh lapisan molekul detergen.
Gugus polarnya berada di luar lapisan sehingga butiran itu larut di air.

IV.

Bahan Baku
1. Bahan Aktif (Surfaktan)
Bahan aktif ini merupakan bahan inti dari deterjen sehingga bahan ini harus
ada dalam pembuatan deterjen. Secara kimia bahan kimia ini dapat berupa
sodium lauryl sulfonate. Sodium lauryl sulfonate dengan beberapa nama
dagang dengan nama texapone, Emal, luthensol, dan neopelex. Secara
fungsional bahan mempunyai andil dalam meningkatkan daya bersih. Ciri dari
bahan aktif ini mempunyai busa banyak dan bentuknya jel (pasta).
2. Bahan pengisi (filler)
Bahan ini berfungsi sebagai bahan pengisi dari keseluruhan bahan baku.
Pemberian bahan pengisi ini dimaksudkan untuk memperbesar atau
memperbanyak volume. Keberadaan bahan ini dalam deterjen semata-mata
dilihat dari aspek ekonomis. Bahan pengisi deterjen disini menggunakan
sodium sulfat (Na2SO4). Bahan lain sebagai pengisi deterjen dapat
mengguanakan tetra sodium pyroposphate dan sodium sitrat. Bahan ini
berbentuk serbuk, berwarna putih dan mudah larut dalam air.
3. Bahan penunjang (builder)
Salah satu contoh bahan penunjang deterjen adalah soda abu (Na 2CO3) yang
berbentuk serbuk putih. Bahan penunjang ini berfungsi sebagai meningkatkan
daya bersih. Keberadaan bahan ini dalam deterjen tidak boleh terlalu banyak,
sebab dapat menimbulkan efek panas pada tangan saat mencuci pakaian.
Bahan penunjang lainnya adalah STPP (sodium tripoly posphate) yang juga
penyubur tanaman. Ini dapat dibuktikan air bekas cucian disiramkan ke
tanaman akan menjadi subur. Hal ini disebabkan oleh kandungan fosfat yng
merupakan salah satu unsur dalam jenis pupuk tertentu.
4. Bahan Tambahan (aditif)
Bahan tambahan ini sebenarnya tidak harus ada didalam pembuatan deterjen.
Namun demikian, produsen mencari hal-hal baru untuk mengangkat nilai dari
deterjen itu sendiri. Salah satu contoh bahan tambahan ini adalah CMC
(Carboxyl methyl cellulose). Bahan ini berbentuk serbuk putih yang berfungsi
5.

mencegah kotoran kembali ke pakaian.


Bahan Wangi
Keberadaan bahan wangi ini sangat penting keberadaannya, sebab suatu
deterjen dengan kualitas baik bila menberi parfum salah akan berakibat fatal
dalam penjualan. Parfum untuk deterjen bentuknya cair kekuning-kuningan.

Tabel 1. Bahan Baku Deterjen Bubuk

V.

Tabel 2. Bahan Khusus dalam proses Post Dosing


Jenis-jenis Proses Pembuatan Deterjen

Jenis-jenis proses pembuatan deterjen ada 3 cara yaitu, spray drying,


aglomerasi, dan dry mixing sebagai berikut :
1. Spray-drying
Spray-drying merupakan proses modern dalam pembuatan deterjen bubuk
sintetik dimana dalam spray-drying terjadi proses pengabutan dan
dilanjutkan proses pengeringan. Tahap-tahap dalam proses spray-drying
dapat diperlihatkan pada gambar berikut :

Gambar 1 Diagram alir proses spray-drying


2. Aglomerasi
Proses aglomerasi merupakan proses pembuatan deterjan bubuk
sintesis yang memiliki densitas yang tinggi dengan cara pencampuran
material material kering dengan bahan-bahan cairan yang dibantu
dengan adanya bahan pengikat cairan yang kemudian bercampur yang
menyebabkan bahan bahan tadi bergabung satu sama lain yang
membentuk partikel - partikel berukuran besar.
Proses aglomerasi dapat di gambarkan seperti proses penimbunan atau
penumpukan dari komponen dari bubuk menjadi cairan dan menjadi butir
atau granula. Tahap-tahap pemprosesan non tower balestra untuk untuk
produksi deterjen bubuk berdasarkan pada proses aglomerasi. Diantara
berbagai tahap proses tersebut, aglomerasi memperlihatkan operasi yang
sangat penting dan kritis, karena proses tersebut dihubung kan ke struktur
fisik dan pada saat yang sama,di hubungkan ke komposisi kimia dari
produk.

Tahap-tahap dalam proses aglomerasi dapat diperlihatkan pada gambar


berikut :

Gambar 2 Diagram alir proses aglomerasi


3. Dry Mixing
Material kering (dry material) yang digunakan untuk membuat deterjen
bubuk

ditimbang

dan

selanjutnya

dimasukkan

kedalam

mixer,

pencampuran dilanjutkan selama 1-2 menit dan ditambahkan slurry selama


3-4 menit. Setelah semua slurry dimasukkan kedalam mixer, pencampuran
selama 1-2 menit agar menjadi homogen. Sebagian besar dari bubuk yang
terbentuk dapat dikemas dengan segera setelah selesai atau setelah 30
menit penyimpanan.

Gambar 3 Diagram alir proses dry mixing


VI.

Tahap-tahap Proses
Deterjen terbagi atas 2 jenis, yaitu detergen bubuk dan deterjen cair. Berikut
merupakan tahapan-tahapan proses yang sering di gunakan dalam pembuatan
deterjen bubuk di Indonesia.
Langkah 1 - pembuatan Lumpur (slurry)
Bahan-bahan baku padat dan cair di masukkan ke dalam tangki besar yang dikenal
sebagai slurry mixer. Panas reaksi bertambah akibat penambahan bahan lain yang
merupakan dua reaksi eksotermis: hidrasi natrium tripolifosfat dan reaksi antara
kaustik soda dan asam alkylbenzenesulphonic linear. Campuran tersebut
kemudian lebih lanjut dipanaskan sampai 85oC dan diaduk sampai membentuk
bubur homogen.

Langkah 2 - Spray drying


Bubur ini di-deaerated dalam ruang vakum dan kemudian dipisahkan oleh
atomizer menjadi butiran halus. Butiran ini kemudian disemprotkan ke dalam
kolom udara pada 425oC, dimana mereka menjadi kering seketika. Hasil bubuk

dikenal sebagai 'alas bedak', dan pengolahan yang tepat dari titik ini tergantung
pada produk yang dibuat.

Langkah 3 Post dosing


Bahan lain sekarang ditambahkan, dan udara ditiupkan melalui campuran dalam
fluidizer untuk mencampur mereka menjadi bubuk homogen.

VII.

Diagram Alir

Gambar 4 Diagram alir proses pembuatan deterjen bubuk


VIII.

Reaktor

Reaktor bersisi kaca yang dipasang mixer efisien

Gambar 5 Reaktor pembuatan deterjen bubuk


Spesifikasi
1.
2.
3.
4.

Adanya mixer
Panas dari steam
Agitator,0-100rpm
Size 2.3mx2.3mx5.25m,

Suhu : 46C
Waktu :selama kurang lebih 2 jam

Penutup

I.

Kesimpulan
Deterjen adalah formulasi yang terdiri dari unsur penting (surfaktan) dan bahan
lain (pembangun, penguat, pengisi dan bahan bantu). Deterjen mempunyai sifat
fisis yaitu memiliki ujung non polar R O (hidrofob) dan ujung polar SO 3Na
(hidrofil). Selain itu memiliki sifat kimia dapat melarutkan lemak dan tidak
dipengaruhi kesadahan air. Proses dibagi kedalam tiga tahap, pembuatan slurry,
spray drying, dan post dosing. Reaktor yang digunakan adalah bersisi kaca yang
dipasang mixer efisien.

II.

Saran

Anda mungkin juga menyukai