Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dermatitis atopik merupakan penyakit inflamasi pada kulit yang sering
terjadi, bersifat kronik, dan kambuh-kambuhan. Atopi didefinisikan sebagai
kecenderungan genetik untuk memperoduksi antibodi immunoglobulin E (IgE)
sebagai respon dalam hitungan menit terhadap berbagai macam antigen yang
berasal dari luar tubuh terutama antigen protein seperti yang terdapat pada serbuk
sari, debu rumah tangga, tungau, dan alergi makanan. Dermatitis sendiri berasal
dari bahasa Yunani yaitu derma yang berarti kulit dan itis yang berarti
inflamasi. Jadi secara harfiah dapat diartikan sebagai inflamasi atau peradangan
yang terjadi di kulit. Dermatitis dan eksema sering digunakan sebagai kata yang
bersinonim, walaupun demikian kata eksema biasanya merujuk pada manifestasi
penyakit yang terjadi secara akut. Eksema sendiri juga berasal dari bahasa Yunani
yang berarti mendidih. Selama beberapa tahun, terdapat banyak nama lain yang
digunakan untuk merujuk pada penyakit dermatitis atopik, seperti salah satu
contohnya yang paling sering dipakai adalah prurigo Benier (Besniers itch) yang
diberi nama sesuai dengan nama seorang dermatologis asal Peranics, Ernest
Besnier. Sensitasi terhadap bahan-bahan alergen dan peningkatan immunoglobulin
E (IgE) hanya terjadi pada sekitar setengah pasien yang menderita penyakit ini.
Oleh karena itu, sebutan dermatitis atopik sebenarnya merupakan sebuah istilah
yang masih kurang tepat.1
Patogenesis dermatitis atopik masih belum dimengerti sepenuhnya. Namun,
kelainan ini diperkirakan muncul akibat mekanisme interaksi yang sangat
kompleks antara kerusakan pada fungsi sawar kulit, abnormalitas imunologis, dan
faktor lingkungan serta agen-agen infeksius.2 Manifesatasi klinis dermatitis atopik
bisa sangat bervariasi diantara kelompok umur tertentu yang dibagi kedalam tiga
kelompok usia yaitu masa balita, kanak-kanak, dan remaja atau dewasa. Pada

masa balita, lesi eksema yang pertama biasanya muncul di daerah pipi dan kulit
kepala. Garukan, yang biasanya timbul beberapa minggu kemudian, menyebabkan
tebentuknya krusta dan erosi. Ketika masa kanak-kanak, lesi leih sering terjadi di
bagian fleksor, tengkuk, dan bagian belakang badan. Sedangkan pada masa remaja
dan dewasa, terdapat plak likenifikasi yang biasanya mengenai bagian fleksor,
kepala, dan leher. Pada masing-masing kelompok usia, keluhan gatal dapat terjadi
sepanjang hari dan memberat saat malam hari yang menyebabkan tidur pasien
menjadi terganggu dan pada akhirnya akan menurunkan kualitas hidup pasien.3
Pasien dengan dermatitis atopik dapat mengalami infeksi bakteri sekunder
yang berasal dari fora kulit, khususnya bakteri golongan Staphylococcus dan
Streptococcus. Pasien-pasien dengan dermatitis atopik juga akan mengalami risiko
yang besar terhadap penularan virus herpes simpleks, yang dikenal sebagai
eksema herpetikum. Komplikasi lain yang mungkin dapat terjadi adalah
terbentuknya skar akibat garukan, perubahan kulit pascainflamasi yang
berlangsung secara kronik, dan atropi yang terjadi pada kulit akibat penggunaan
obat steroid topikal dalam jangka waktu yang lama.4
Angka kejadian dermatitis atopik di berbagai negara di dunia mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun. Diperkirakan 15-30% anak-anak dan 2-10%
dewasa mengalami penyakit ini. 85% kasus dermatitis atopik diperkirakan tejadi
selama tahun pertama kehidupan, sedangkan 95% kasus terjadi sebelum anak
berusia 5 tahun. Insidensi dermatitis atopik memang paling banyak didapatkan
pada bayi dan anak-anak.5 Namun, belum ada data penelitian mengenai dermatitis
atopik pada bayi dan anak di wilayah Nusa Tenggara Barat. Oleh karena itu,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran kejadian dermatitis
atopik pada bayi dan anak di Poli Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum
Provinsi Nusa Tenggara Barat.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana gambaran kejadian dermatitis atopik pada bayi dan anak di Poli
Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat periode
Januari 2012 Desember 2013 ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui angka kejadian dermatitis atopik pada bayi dan anak di
Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat periode Januari 2012
2.

Desember 2013
Mengetahui angka kejadian dermatitis atopik pada bayi dan anak di
Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat selama periode Januari

3.

2012 Desember 2013 berdasarkan jenis kelamin penderita.


Mengetahui angka kejadian dermatitis atopik pada bayi dan anak di
Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat selama periode Januari

4.

2012 Desember 2013 berdasarkan kelompok usia penderita.


Mengetahui distribusi daerah tempat tinggal pasien bayi dan anak yang
menderita dermatitis atopik di Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa

5.

Tenggara Barat periode Januari 2012 Desember 2013.


Mengetahui jenis terapi yang sering diberikan terhadap pasien dermatitis
atopik pada bayi dan anak yang ada di Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa
Tenggara Barat periode Januari 2013 Desember 2013.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Sebagai rujukan tambahan dalam penetapan kebijakan mengenai
dermatitis atopik pada anak bagi Rumah Sakit Umum Provinsi Nusa
2.

Tenggara Barat dan institusi kesehatan terkait.


Sebagai data rujukan untuk penelitian mengenai dermatitis atopik pada

3.

bayi dan anak.


Sebagai sumber bacaan bagi masyarakat mengenai dermatitis atopik pada
bayi dan anak.

Anda mungkin juga menyukai