Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara hipertensi dengan kejadian preeklamsieklamsi pada ibu hamil di Rumah Sakit Umum Daerah XXX tahun 2010.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif danmetode penelitiannya yaitu analitik dengan pendekatan
cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang berkunjung ke Rumah Sakit
Umum Daerah XXX pada tahun 2010 dengan jumlah 421 jiwa dan jumlah sampel pada penelitian ini
sebanyak 205 ibu hamil. Variabel independent dalam penelitian ini adalah hipertensi dan variabel
dependent dalam penelitian ini adalah preeklamsi-eklamsi. Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini secara acak sistematis atau systematic random sampling, data diperoleh dengan cara
studi dokumentasi dengan menggunakan checklist. Selanjutnya data diolah dengan menggunakan
analisis univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Chi square.
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa proporsi ibu hamil preeklamsi-eklamsi sebesar 48,8%
dan proporsi ibu hamil hipertensi sebesar 53,7%. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara hipertensi pada ibu hamil dengan kejadian preeklamsi-eklamsi dengan
nilai p=0,002.
Kesimpulan penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara hipertensi dengan kejadian
preeklamsi-eklamsi pada ibu hamil di Rumah Sakit Umum Daerah XXX tahun 2010. Bagi tenaga
kesehatan diharapkan untuk dapat mendeteksi secara dini kejadian preeklamsi-eklamsi pada ibu
hamil dengan menggalakkan secara rutin dan teratur program pemerintah yaitu Antenatal Care
sehingga tidak menimbulkan komplikasi yang menyebabkan kematian pada ibu.
Kata kunci : Hipertensi, Preeklamsi-Eklamsi
penelitian
adalah
survei
penelitian
analitik
dengan
pendekatan cross
sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bayi baru lahir di RSUD XXX pada tahun
2010 sebanyak 799 bayi. Teknik pengambilan sampel ini menggunakan simple random sampling.
Teknik pengambilan sampel secara acak sederhana dalam penelitian ini dengan menggunakan tabel
bilangan random atau angka acak (random number). Sampel dalam penelitian ini dihitung dengan
rumus berjumlah 266 responden.. Instrumen penelitian yang digunakan adalah check list melalui
studi dokumentasi pada rekam medik RSUD XXX periode Januari Desember 2010. Selanjutnya
data dianalisis dengan analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji statistik chi square.
Hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh bayi yang mengalami asfiksia sebanyak
52,6%, bayi yang dilahirkan melalui seksio sesarea sebanyak 65,0%, bayi dengan kelahiran
prematur sebanyak 27,4%. Ada hubungan antara seksio sesarea dengan asfiksia pada bayi baru
lahir dengan nilai p value = 0,015 dan OR = 1,942, ada hubungan antara kelahiran prematur dengan
asfiksia pada bayi baru lahir dengan nilai nilai p value = 0,000 dan OR = 12,783.
Berdasarkan analisis hasil penelitian maka disimpulkan bahwa ada hubungan antara seksio
sesarea dan kelahiran prematur dengan kejadian asfiksia di RSUD XXX Tahun 2010. Bagi petugas
kesehatan di RSUD XXX agar dapat meningkatkan kegiatan penyuluhan pentingnya pemeriksaan
kehamilan untuk mendeteksi secara dini ibu yang memiliki faktor resiko yang dapat menyebabkan
asfiksia pada bayi baru lahir dan dapat mendeteksi secara dini adanya kelahiran dan komplikasi
selama kehamilan yang dapat mempengaruhi proses persalinan.
Kata Kunci
Berbagai pihak menyadari bahwa jumlah warga lansia di Indonesia yang semakin
bertambah akan membawa pengaruh besar dalam pengelolaan masalah kesehatannya.
Golongan usia lanjut ini akan memberikan masalah kesehatan khusus yang
membutuhkan pelayanan kesehatan tersendiri mulai dari gangguan mobilitas alat gerak
sampai
pada
gangguan
jantung
(M.N.Bustan
1997:114).
Lima peny`kit utama yang banyak diderita oleh penduduk usia lanjut di Indonesia
tahun
1986
(peningkatan
kurang
lebih
21,2%). Prevalensi sebagai penyebab kematian juga meningkat. Pada tahun 1980
penyakit kardiovaskuler menempati peringkat ke-3 dengan persentase sebesar
9,9%, peringkat ke-2 pada tahun 1986 dengan persentase sebesar 9,7% dan peringkat
pertama pada tahun 1990 dengan persentase sebesar 16,5% (Sarwono Waspadji, dkk
2003:41).
Penyakit kardiovaskuler yang paling banyak dijumpai pada usia lanjut adalah penyakit
jantung koroner, hipertensi, penyakit jantung pulmonik. Hipertensi merupakan faktor
risiko penting bagi penyakit kardiovaskuler yang lain. Dahulu hipertensi pada lansia
pernah diabaikan karena dianggap bukan masalah, tetapi sekarang telah diakui bahwa
hipertensi pada lansia memegang peranan besar sebagai faktor risiko baik untuk
jantung maupun otak yang berakibat pada munculnya stroke dan penyakit jantung
koroner
(Boedhi
Darmojo
2006:275).
Oleh karena itu untuk menurunkan angka morbiditas dan angka mortalitas karena
penyakit kardiovaskuler adalah dengan memperbaiki keadaan hipertensi (M.N. Bustan
1997:31).
Sebuah studi epidemiologi membuktikan bahwa obesitas merupakan ciri khas pada
populasi pasien yang hipertensi. Dibuktikan juga bahwa faktor ini mempunyai kaitan
yang erat dengan timbulnya hipertensi dikemudian hari (Slamet Suyono, 2001:458).
Hasil survei Indeks Massa Tubuh (IMT) tahun 1995 sampai pada tahun 1997 di 27
ibukota propinsi di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi gizi lebih mencapai 6,8%
pada laki-laki dewasa dan 13,5% pada perempuan dewasa. Meskipun angka tersebut
tidak menunjukkan secara langsung jumlah lansia yang obesitas, namun penelitian
Monica pada tahun 1994 menunjukkan bahwa hipertensi didapati pada 19,9% lansia
yang gemuk dan 29,8% pada lansia yang obesitas (Azrul Azwar 2004).
Keadaan berat badan berlebih sering dijumpai pada lansia. Peningkatan jumlah lemak
pada lansia ini dipengaruhi oleh penurunan aktivitas fisik yang tidak diimbangi dengan
pengurangan asupan makanan. Penurunan fungsi hormon tertentu (estrogen dan
progesterone) juga akan mempengaruhi metabolisme lemak. Peningkatan jumlah lemak
akan meningkatkan beban jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Akibatnya
tekanan darah cenderung lebih tinggi sehingga timbul hipertensi (Emma S.
Wirakusumah
2000:36).
Pada tahun 2004 rata-rata kasus penyakit hipertensi di Jawa Tengah adalah 9.800,54
kasus (Dinkes Prop. Jateng 2004). Di Kabupaten Rembang pada tahun 2005
berdasarkan hasil surveilens penyakit tidak menular hipertensi merupakan penyakit
yang menempati urutan pertama dengan jumlah kasus sebesar 7.064 kasus yang
dibedakan sebanyak 5.102 kasus hipertensi essensial dan 1.962 kasus hipertensi lain.
Jumlah kasus terbanyak hipertensi essensial terdapat pada kelolpok usia dewasa. Pada
golongan umur 45 tahun sampai dengan umur 64 tahun dengan kasus sebanyak 2.848
kasus dan 1.400 kasus pada golongan umur 65 tahun keatas (DKK Rembang 2005).
Pada tahun 2005, di Kecamatan Rembang berdasarkan hasil rekapitulasi kegiatan
Posyandu Lansia yang dilaporkan kepada UPT P4K (Unit Pelaksana Teknis Pusat
Pemberantasan Penyakit dan Promosi Kesehatan) wilayah Rembang menunjukkan
bahwa hipertensi merupakan keluhan utama para lansia. Jumlah lansia peserta
posyandu lansia sebanyak 1.592 di wilayah Kecamatan Rembang terdapat 238 lansia
yang menderita hipertensi, sedangkan untuk keadaan status gizi lansia berdasarkan
Indeks Massa Tubuh menunjukkan bahwa sebagian besar lansia memiliki status gizi
normal dengan jumlah sebanyak 1.186 orang, lansia yang memiliki status gizi kurang
berjumlah 215 orang dan lansia dengan status gizi lebih berjumlah 191 orang.
Uraian di atas merupakan latar belakang yang membuat penulis tertarik untuk
mengetahui hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) sebagai indikator status gizi
dengan kejadian hipertensi pada kelompok lansia di wilayah Kecamatan Rembang,
sehingga penulis memberi judul untuk penelitian ini adalah HUBUNGAN ANTARA
STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH
KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG TAHUN 2006.
4. m