Anda di halaman 1dari 49

M A L A R I A

DEFINISI MALARIA
Penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh
plasmodium yang menyerang eritrosit dan
ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual
di dalam darah.
Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi
ataupun mengalami komplikasi sistemik yang dikenal
sebagai malaria berat.
Sejenis infeksi parasit yang menyerupai malaria adalah
infeksi babesiosa yang menyebabkan babesiosis.

ETIOLOGI
Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, yang selain
menginfeksi manusia juga menginfeksi binatang seperti
golongan burung, reptil dan mamalia.
Plasmodium ini pada manusia menginfeksi eritrosit (sel
darah merah) dan mengalami pembiakan aseksual di
jaringan hati dan eritrosit. Pembiakan seksual terjadi pada
tubuh nyamuk yaitu anopheles betina.

Parasit Malaria yang terdapat di Indonesia


Plasmodium malaria yang sering dijumpai adalah
plasmodium vivax yang menyebabkan malaria tertiana
(Benign Malaria).
Plasmodium falciparum yang menyebabkan malaria
tropika (Malignan Malaria).
Plasmodium malariae yang kasusnya pernah dijumpai
tetapi sangat jarang.
Plasmodium ovale dijumpai di Irian Jaya, Pulau Timor,
Pulau Owi (utara Irian Jaya)

S E JARAH

MALAR IA

Malaria berasal dari bahasa Italia (mala + aria) yang


berarti udara yang jelek/salah.
Pada tahun 1880 Charles Louis Alphonse Laveran dapat
membuktikan bahwa malaria disebabkan oleh adanya
parasit di dalam sel darah merah, kemudian Ronald Ross
membuktikan siklus hidup plasmodium dan transmisi
penularannya pada nyamuk.
Kina merupakan obat pertama yang digunakan untuk
mengobati demam (diduga oleh malaria). Baru pada tahun
1820 oleh Pelletier dan Caventou, obat untuk malaria baru
dapat disintesa secara kimiawi yaitu primakuin (1924),
quinacrine (1930), klorokuin (1934), amodiaquinel (1946),
primakuin (1951) dan pirimetamin (1951).

S E JARAH

MALAR IA

Dengan meluasnya resistensi terhadap pengobatan


kloroquin, sulfadoksin pirimetamin serta obat-obat
lainnya, WHO dan RBM (Roll Back Malaria) telah
mencanangkan perubahan pemakaian obat baru yaitu
kombinasi artemisinin (Artemisinin-base Combination
Therapy = ACT) untuk mengatasi masalah resistensi
pengobatan dan menurunkan morbiditas dan mortalitas.

DAUR HIDUP PARASIT MALARIA


Infeksi parasit malaria pada manusia dimulai bila nyamuk
anopheles betina menggigit manusia. Nyamuk akan
melepaskan sporozoit ke dalam pembuluh darah yang
dalam waktu 45 menit akan menuju hati.
Di dalam sel parenkim hati dimulailah perkembangan
aseksual.
Setelah sel parenkim hati terinfeksi, terbentuk sizont hati
yang apabila pecah akan mengeluarkan banyak merozoit
ke sirkulasi darah.

DAUR HIDUP PARASIT MALARIA


Setelah berada dalam sirkulasi darah, merozoit akan
menyerang eritrosit dan masuk melalui reseptor
permukaan eritrosit. Kurang dari 12 jam parasit berubah
menjadi bentuk ring.
Parasit tumbuh setelah memakan hemoglobin dan dalam
metabolismenya membentuk pigmen yang disebut
hemozoin.
Eritrosit yang berparasit menjadi lebih elastik dan dinding
berubah lonjong.

DAUR HIDUP PARASIT MALARIA


Setelah 36 jam invasi ke dalam eritrosit, parasit berubah
menjadi sizont. Bila sizont pecah akan mengeluarkan 6-36
merozoit yang siap menginfeksi eritrosit yang lain.
Di dalam darah sebagian parasit akan membentuk gamet
jantan dan betina. Bila nyamuk menghisap darah manusia
yang sakit akan terjadi siklus seksual dalam tubuh
nyamuk.
Setelah perkawinan akan terbentuk zygote yang bergerak
menjadi ookinet yang menembus dinding perut nyamuk
dan akhirnya menjadi bentuk oocyst yang akan menjadi
masak dan mengeluarkan sporozoit yang akan bermigrasi
ke kelenjar ludah nyamuk dan siap menginfeksi manusia.

PATOGENESIS DAN PATOLOGI


Bentuk aseksual parasit dalam eritrosit (EP) ini
bertanggung jawab dalam patogenesa terjadinya malaria
pada manusia.
Patogenesis malaria falsiparum dipengaruhi oleh faktor
parasit dan faktor penjamu (host).
Yang termasuk dalam faktor parasit adalah intensitas
transmisi, densitas parasit dan virulensi parasit.
Yang termasuk dalam faktor penjamu (host) adalah
tingkat endemisitas daerah tempat tinggal, genetik, usia,
status nutrisi dan status imunologi.
Parasit dalam eritrosit (EP) secara garis besar mengalami
2 stadium, yaitu stadium cincin pada 24 jam pertama dan
stadium matur pada 24 jam kedua.

PATOGENESIS DAN PATOLOGI


Faktor parasit EP :
Sitoadherensi
Perlekatan antara EP stadium matur pada permukaan
endotel vaskular.
Sekuestrasi
Parasit dalam eritrosit matur yang tinggal dalam jaringan
mikrovaskular.
Rosetting
Berkelompoknya EP matur yang diselubungi 10 atau lebih
eritrosit non-parasit.
Sitokin
Nitrit oksida

P A T O L O G I
Selain perubahan jaringan dalam patologi malaria yang
penting adalah keadaan mikrovaskular dimana parasit
malaria berada.
Beberapa organ yang terlibat antara lain otak, jantungparu, hati-limpa, ginjal, usus dan sumsum tulang.
Pada otopsi dijumpai otak yang membengkak dengan
perdarahan petikie yang multiple pada jaringan putih
(white matter)
Tidak dijumpai herniasi
Hampir seluruh pembuluh kapiler dan vena penuh dengan
parasit.
Pada jantung dan paru selain sekuetrasi, jantung relatif
normal, bila anemia tampak pucat dan dilatasi.

P A T O L O G I
Pada paru dijumpai gambaran edema paru , pembentukan
membran hialin, adanya agregasi leukosit.
Pada ginjal tampak bengkak, tubulus mengalami iskemia,
sekuetrasi pada kapiler glomerulus, poliferasi sel
mesangial dan endotel.
Pada pemeriksaan imunofluorensen dijumpai deposisi
imunoglobulin pada membran basal kapiler glomerulus.
Pada saluran cerna bagian atas dapat terjadi perdarahan
karena erosi, selain sekuetrasi juga dijumpai iskemia yang
menyebabkan nyeri perut.
Pada sumsum tulang dijumpai dyserythropoises,
makrofag
mengandung
banyak
pigmen
dan
erythrophagocytosis.

I M U N O L O G I
Bentuk imunitas terhadap malaria dapat dibedakan atas :
Imunitas alamiah non-imunologis
Berupa kelainan-kelainan genetik polimorfisme yang
dikaitkan dengan resistensi terhadap malaria.
Imunitas didapat nonspesifik(nonadaptive/innate)
Sporozoit yang masuk darah segera dihadapi oleh respon
imun non-spesifik yang terutama dilakukan oleh makrofag
dan monosit, yang menghasilkan sitokin-sitokin, secara
langsung menghambat pertumbuhan parasit (sitostatik),
membunuh parasit (sitotoksik).
Imunitas didapat spesifik
tanggapan sistem imun terhadap infeksi malaria
mempunyai sifat spesies spesifik, strain spesifik dan stage
spesifik.

I M U N O L O G I
Imunitas terhadap stadium siklus hidup parasit (stage
spesific) dibagi menjadi :
Imunitas pada stadium eksoeritrositer
Imunitas pada stadium aseksual eksoeritrositer
Imunitas pada stadium seksual

G E JALA

KLINIS

Manifestasi klinik malaria tergantung pada imunitas


penderita, tingginya transmisi infeksi malaria.
Berat/ringannya
infeksi
dipengaruhi
oleh
jenis
plasmodium, daerah asal infeksi (pola resistensi terhadap
pengobatan), umur (usia lanjut dan bayi sering lebih
berat), ada dugaan konstitusi genetik, keadaan kesehatan
dan nutrisi, kemoprofilaktis dan pengobatan sebelumnya.

MANIFESTASI UMUM MALARIA


Beberapa keadaan klinik dalam perjalanan infeksi malaria
adalah :
Serangan primer
Keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan mulai terjadi
serangan paroksismal yang terdiri dari dingin/menggigil,
panas dan berkeringat.
Periode latent
Periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama
terjadinya infeksi malaria. Biasanya terjadi diantara dua
keadaan paroksismal.

D IAG N O S I S MALAR IA

Diagnosis malaria sering memerlukan anamnesa yang


tepat dari penderita tentang asal penderita apakah dari
daerah endemik malaria, riwayat bepergian ke daerah
malaria, riwayat pengobatan kuratip maupun preventip.

PEMERIKSAAN TETES DARAH MALARIA


Pemeriksaan mikroskopik darak tepi untuk menemukan
adanya parasit malaria.
Pemeriksaan darah tepi 3 kali dan hasil negatif maka
diagnosa malaria dapat dikesampingkan.
Pemeriksaan pada saat penderita demam atau panas dapat
meningkatkan kemungkinan ditemukannya parasit.
Adapun pemeriksaan darah tepi dapat dilakukan melalui :

PEMERIKSAAN TETES DARAH MALARIA


1) Tetesan Preparat Darah Tebal
Pemeriksaan parasit dilakukan selama 5 menit
(diperkirakan 100 lapang pandangan dengan pembesaran
kuat)
Preparat dinyatakan negatif bila setelah diperiksa 200
lapang pandangan dengan pembesaran kuat 700-1000 kali
tidak ditemukan parasit.
Hitung parasit dapat dilakukan pada tetes tebal dengan
menghitung jumlah parasit per 200 leukosit.
Bila leukosit 10.000/ul maka hitung parasitnya ialah
jumlah parasit dikalikan 50 merupakan jumlah parasit per
mikro-liter darah.

PEMERIKSAAN TETES DARAH MALARIA


2) Tetesan Darah Tipis
Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium, bila
dengan preparat darah tebal sulit ditentukan.
Kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung parasit
(parasite count), dapat dilakukan berdasar jumlah
eritrosit yang mengandung parasit per 1000 sel darah
merah.
Bila jumlah parasit >100.000/ul darah menandakan
infeksi yang berat.

3) Tes Antigen : P-F Test


Mendeteksi antigen dari p.falciparum (Histidine Rich
Protein II)

PEMERIKSAAN TETES DARAH MALARIA


4) Tes Serelogi
Tes ini berguna mendeteksi adanya antibodi spesifik
terhadap malaria atau pada keadaan dimana parasit
sangat minimal.
Manfaatnya terutama untuk penelitian epidemiologi atau
alat uji saring donor darah.
Titer > 1:200 dianggap sebagai infeksi baru ; dan test 1:20
dinyatakan positif.
Metode-metode tes serologi antara lain:
indirect haemagglutination test, immunoprecipitation
techniques, ELISA test, radio-immunoassay.

5) Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)


Keunggulannya adalah walaupun jumlah parasit sangat
sedikit dapat memberikan hasil positif. Baru dipakai
sebagai sarana penelitian.

KOMPLIKASI PENYAKIT MALARIA

Komplikasi malaria
p.falciparum
dan
manifestations.

Sering terjadi mendadak tanpa gejala-gejala sebelumnya


dan seperti pada orang pendatang dan kehamilan.

Adapun komplikasi penyakit malaria adalah :


1)
2)
3)
4)
5)
6)

umumnya disebabkan karena


sering
disebut
pernicious

Malaria Selebral
Gagal Ginjal Akut (GGA)
Kelainan Hati (Malaria Biliosa)
Hipoglikemia
Blackwater Fever (Malaria Haemoglobinuria)
Malaria Algid

KOMPLIKASI PENYAKIT MALARIA

Adapun komplikasi penyakit malaria adalah :


7) Kecenderungan Perdarahan
8) Edema Paru
9) Manifestasi Gastro-intestinal
10) Hiponatremia
11) Gangguan metabolik lainnya

MALARIA PADA KEHAMILAN

Malaria lebih sering dijumpai pada kehamilan trimester I dan


II dibandingkan pada wanita yang tidak hamil.
Hal ini disebabkan karena penurunan imunitas selama
kehamilan.
Ibu hamil dengan infeksi HIV cenderung mendapat infeksi
malaria dan sering mendapatkan malaria congenital pada
bayinya dan berat bayi rendah.
Komplikasi pada kehamilan karena infeksi malaria ialah
abortus, penyulit pada partus (anemia, hepatosplenomegali),
bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia, gangguan
fungsi ginjal, edema paru, hipoglikemia dan malaria
kongenital.
Pencegahan terhadap malaria ibu hamil dengan pemberian
klorokuin 250 mg tiap minggu dimulai dari kehamilan
trimester III sampai satu bulan post-partum.

PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN DENGAN MALARIA

Adalah penyakit yang ada hubungannya dengan infeksi


parasit malaria.

Adapun penyakit-penyakit tersebut adalah :


1) Sindrom Splenomegali Tropik (SST)
2) Sindroma Nefrotik (NS)
3) Burkit Limfoma (BL)

MALARIA KARENA TRANSFUSI DARAH

Parasit malaria tetap hidup dalam darah donor kira-kira


satu minggu bila dipakai anti-coagulant yang
mengandung dekstrose dapat sampai 10 hari.
Bila komponen darah dilakukan cryopreserved, parasit
dapat hidup sampai 2 tahun.
Inkubasi tergantung pada banyak faktor ; asal darah,
banyaknya darah yang dipakai, apa darah yang disimpan
di Bank Darah dan sensitivitas dari penerima darah.
Bila seseorang pernah mendapat transfusi darah, dan
setelah 3 bulan terjadi demam yang tak jelas
penyebabnya, harus dibuktikan terhadap infeksi malaria
dengan pemeriksaan darah tepi berkali-kali tiap 6-8 jam.

DETEKSI RESISTENSI TERHADAP MALARIA

Tes In Vivo
Tes ini meliputi tes standar, yaitu dilakukan
pemeriksaan darah tetes tebal malaria setiap hari selama
7 hari yang biasanya dilakukan di RS atau Puskesmas
rawat inap.
Atau tes diperpanjang/lengkap (extended test) yang
biasanya dilakukan di lapangan/di lokasi yaitu tes
selama 28 hari, pemeriksaan malaria ditambah dengan
hari 14, 21 sampai 28 hari setelah pengobatan.

DETEKSI RESISTENSI TERHADAP MALARIA

Tes In Vitro
Tes ini terdiri dari :
1. Piringan plastik 8 x 12 cm, mengandung 12 obat yang
diencerkan (klorokuin, quinine atau meflokuin
sesuai kebutuhan) dan kontrol.
2. Darah heparin/EDTA diteteskan pada medium,
kemudian diinkubasi pada suhu 37,5o C selama 2426 jam.
3. Setelah itu supernatan diambil dan dibuat preparat
tebal.
4. Setelah pengecatan, hasil tes didapat dengan
menghitung proporsi schizont dewasa dibandingkan
dengan kontrol.

PENANGANAN PENDERITA TANPA KOMPLIKASI


(MALARIA BIASA)

Prinsip pengobatan malaria :


1. Penderita tergolong malaria biasa (tanpa komplikasi)
diobati dengan per oral.
2. Mendapatkan pengobatan yang efektif, tidak terjadi
kegagalan pengobatan dan mencegah terjadinya
transmisi yaitu dengan pengobatan ACT.
3. Pemberian pengobatan dengan ACT harus
berdasarkan hasil pemeriksaan malaria yang positif
dan dilakukan monitoring efek/respon pengobatan.
4. Pengobatan malaria klinis/tanpa hasil pemeriksaan
malaria memakai obat non-ACT.

PENGOBATAN PENDERITA MALARIA

Telah
ditetapkan
bahwa
pengobatan
malaria
menggunakan :
1. Golongan Artemisinin
2. Pengobatan ACT (Artemisinin base Combination
Therapy)
3. Pengobatan dengan Obat-obat non-ACT

PENANGANAN PENDERITA MALARIA BERAT

Prinsip penanganan malaria berat adalah :


1. Tindakan umum/tindakan perawatan
2. Terhadap parasitemianya yaitu dengan :
a) Pemberian obat anti malaria
b) Transfusi ganti (exchange transfussion)

3. Pemberian cairan/nutrisi
4. Penanganan terhadap gangguan fungsi organ yang
mengalami komplikasi

Anda mungkin juga menyukai