Anda di halaman 1dari 34

Warta ILO Jakarta

Edisi Dua Bahasa, Agustus 2013

PPeringatan Hari Dunia Menentang Pekerja Anak 2013:

Katakan

Tidak untuk

Pekerja Rumah Tangga Anak

Perayaan Hari Dunia Menentang Pekerja Anak 2013 di Jakarta, Surabaya and Makassar.

Puluhan burung merpati dilepas di tiga kota besar di Indonesia (Jakarta, Surabaya dan Makassar) pada
12 Juni lalu. Hal itu sebagai simbol kebebasan anak-anak Indonesia agar mereka dapat meraih impiannya
dan bebas dari eksploitasi. Burung merpati itu dilepas oleh perwakilan ILO dan mitra sosial sebagai
bagian dari aksi memperingati Hari Dunia Menentang Pekerja Anak yang mengangkat tema: Katakan
Tidak untuk Pekerja Rumah Tangga Anak.
Aksi ini ingin menegaskan masih perlu perjalanan yang panjang dan upaya besar dalam mengatasi
persoalan-persoalan yang terkait dengan pekerja rumah tangga anak (PRTA). Aksi ini juga menuntut
penerapan Konvensi ILO No. 189 tentang Pekerjaan Layak untuk Pekerja Rumah Tangga (PRT) dengan
menetapkan usia minimum bagi PRT dan menghapus PRTA.
Beberapa kegiatan lain juga diadakan, seperti kampanye media sosial melalui Facebook dan Twitter,
dialog publik dan seminar, temu dan pelibatan media, pemutaran film, serta pertunjukan drama di lima
kota, yaitu Jakarta, Sukabumi, Surabaya, Lampung dan Makassar.

berita
utama

DKI Jakarta

Makassar, Sulawesi Selatan

Akui Pekerja Rumah Tangga sebagai


Pekerja, Hapuskan PRTA

Bersama, Kita Bisa Mendorong


Partisipasi Semua Pihak
ANAK-ANAK harus bersekolah, bukan bekerja.
Anak-anak harus punya pendidikan yang baik karena mereka
adalah generasi mendatang dan masa depan bangsa kita.
Oleh karena itu, sebagai Gubernur Sulawesi Selatan, saya
menghimbau partisipasi Anda semua untuk mencegah dan
menghapus perburuhan anak. Biarkan anak-anak terbebas
dari pekerjaan berbahaya, demikian rekaman pesan dari
Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo, yang diputar
di depan 200 orang yang mengikuti kampanye publik di jalanjalan Kota Makassar, Sulawesi Selatan, 12 Juni 2013.

SEKITAR

200 orang dari berbagai organisasi, termasuk


mantan pekerja anak, berkumpul di Bundaran HI Jakarta
untuk mengampanyekan nasib pekerja rumah tangga anak
(PRTA), dan menegaskan perlunya upaya untuk menghapus
PRTA. Mereka menyebarkan spanduk dan membagi-bagikan
selebaran, serbet dan kipas kertas, serta menampilkan
pertunjukan musik akustik oleh mantan pekerja anak.
Pesannya jelas: Stop Mempekerjakan Anak-anak untuk
Pekerjaan Domestik, Tidak Ada Toleransi untuk PRTA, dan
Anak-anak Harus Bersekolah, Bukan Bekerja.
Saya sangat menghargai kampanye anti PRTA yang diadakan
ILO, JARAK dan mitra terkait lainnya. Anak-anak harus bebas
dari segala bentuk diskriminasi, eksploitasi dan kekerasan,
termasuk PRTA. Oleh karena itu, saya menghimbau harus ada
upaya intensif dari kita semua untuk mewujudkan kehidupan
layak bagi anak-anak, kata Wahyu Hartomo, Deputi Tumbuh
Kembang Anak, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak.

Kampanye yang diselenggarakan Lembaga Perlindungan


Anak Sulawesi Selatan (LPA Sulawesi Selatan) bekerjasama
dengan ILO ini, digelar di luar rumah dinas Gubernur Sulawesi
Selatan. Para peserta yang mewakili berbagai organisasi dari
lembaga-lembaga pemerintah, kalangan akademisi, LSM,
pelajar, dan mantan pekerja anak, menghimbau kesadaran
masyarakat tentang nasib PRTA di Makassar dengan
membagi-bagikan selebaran, serbet dan kipas kertas.

Sementara itu, Adji Dharma, Direktur Pengawasan Perempuan


dan Perlindungan Norma Kerja dan Anak, Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi, menegaskan adanya
komitmen Pemerintah Indonesia untuk mengatasi perburuhan
anak. Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengatasi
perburuhan anak, termasuk PRTA. Komitmen ini merupakan
bagian dari upaya untuk mewujudkan masa depan tanpa
pekerja anak di Indonesia, tegasnya.

dalam undang-undang ketenagakerjaan atau undang-undang


lain sehingga mereka tidak diakui sebagai pekerja yang
berhak atas perlindungan tenaga kerja, kata Arum Ratnawati,
Kepala Penasihat Teknis Proyek Pekerja Rumah Tangga
(PROMOTE) ILO.

Aksi nasional ini diselenggarakan bersama oleh JARAK,


Aliansi Penghapusan Pekerja Anak dan ILO. Fokus utama
aksi nasional ini adalah untuk mempromosikan pengakuan
terhadap pekerjaan domestik sebagai suatu pekerjaan,
sebagaimana yang diamanatkan dalam Konvensi ILO No.
189. Karena pekerjaan domestik dilakukan dalam lingkungan
rumah tangga, yang tidak dianggap sebagai tempat kerja
di banyak negara, maka hubungan kerja PRT tidak dicakup

Di seluruh dunia, ada banyak anak-anak yang terlibat dalam


pekerjaan domestik berupah atau tanpa upah di rumah
pihak ketiga atau majikan. ILO memperkirakan terdapat
sekitar 2,6 juta PRT di Indonesia, dan 26 persen di antaranya
adalah anak-anak di bawah 18 tahun. Sebagian besar PRT ini
adalah perempuan (sekitar 90 persen) dengan latar belakang
pendidikan rendah; dan sebagian besar dari mereka berasal
dari keluarga miskin di desa.

pekerja
anak
Dengan partisipasi kita semua, saya yakin kita dapat
mencapai masa depan tanpa pekerja anak di Indonesia
pada tahun 2020. Salah satu programnya adalah dengan
memberikan bantuan tunai bersyarat, yang harus diperkuat
dan didukung oleh kemitraan lintas sektoral yang juga kuat,
kata Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi
Sulawesi Selatan, Saggaf Saleh.
Aksi ini diakhiri dengan penulisan pesan oleh para peserta
dan masyarakat setempat pada sebuah papan besar tentang
upaya untuk mencegah dan menghapus perburuhan anak,
terutama PRTA.
Kampanye ini memainkan peran penting dalam mendorong
lebih banyak masyarakat untuk mendukung program
pengembalian anak-anak ke bangku sekolah. Semua pihak
perlu dilibatkan agar dapat mencegah anak-anak bekerja,
tegas Andi Murlina, Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan
dan Anak-anak Sulawesi Selatan. Sementara Meisye Sahetapy,
penyiar senior Radio RRI Makassar, mengatakan, dirinya
dapat memberi kontribusi besar secara lebih efektif untuk
memerangi PRTA dengan menyiarkan masalah ini secara
terus-menerus kepada masyarakat luas.
Kegiatan peningkatan kesadaran media pun turut digelar.
Acara ini dihadiri sekitar 20 mitra media lokal di Makassar.
Film tentang kisah kehidupan PRTA juga ditayangkan,
diikuti dengan dialog antara media massa dan mitra terkait.
Persoalan-persoalan penting yang diangkat antara lain adalah
kurangnya informasi yang diterima media lokal tentang
program transfer tunai bersyarat, sikap Sulawesi Selatan dalam
memberi perlindungan hukum bagi PRT, dan penegakan
hukum untuk masalah-masalah yang terkait dengan PRT,
termasuk PRTA.

Anak-anak harus bersekolah, bukan


bekerja. Anak-anak harus punya
pendidikan yang baik karena
mereka adalah generasi mendatang dan
masa depan bangsa kita. Oleh karena
itu, saya menghimbau partisipasi Anda
semua untuk mencegah dan menghapus
perburuhan anak. Biarkan anak-anak
terbebas dari pekerjaan berbahaya
Syahrul Yasin Limpo,
Gubernur Sulawesi Selatan

Lampung

Advokasi untuk Kebijakan yang


Lebih Kuat
SERANGKAIAN kegiatan advokasi legislatif
dilaksanakan DAMAR, LSM yang menangani masalah
perempuan dan PRT di Lampung, bekerjasama dengan
ILO dan tiga organisasi PRT utama: JALA PRT, KAPPRT BM
dan JARAK di Lampung. Untuk memperingati Hari Dunia
Menentang Pekerja Anak, DAMAR dan mitra mengunjungi
lembaga-lembaga pemerintah seperti Dinas Tenaga Kerja
Provinsi Lampung dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Provinsi Lampung pada 12 Juni, dan DPRD
Lampung pada 17 Juni.
Kunjungan ini adalah bagian dari kegiatan advokasi mitra ILO
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengakui
PRT sebagai pekerja, dan menjadi bagian dari upaya untuk
menghapus PRTA. Pada kunjungan tersebut, Dinas Tenaga
Kerja Lampung menyatakan dukungannya untuk mengkaji
kebijakan, sementara DPRD Lampung sepakat untuk
mendesak DPR agar mempercepat pengesahan UU tentang
PRT.
Kami sangat mendukung pengesahan RUU tentang PRT,
karena RUU ini tidak saja melindungi pekerja tapi juga
membuat majikan merasa lebih aman. Kami akan mengirim
surat resmi ke anggota DPR melalui partai politik kami
masing-masing untuk mengesahkan RUU ini secepat mungkin,
karena pengesahan RUU ini sudah tertunda sejak tahun
2004, kata Yandri Nazir, Ketua Komisi V DPRD Lampung.
Di samping itu, kegiatan peningkatan kesadaran masyarakat
diadakan melalui media massa dan dialog publik tentang
pekerjaan layak untuk PRT dan penghapusan PRTA.
Selama pelaksanaan program ini, para peserta mendukung
pengesahan RUU tentang PRT yang tertunda sejak 2004.
Kami akan terus memberikan advokasi terkait masalah
PRT. RUU tersebut harus disahkan, kata Siti Wuriyani dari
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Sikap serupa
juga disampaikan oleh Ikram, sosiolog Universitas Lampung.
RUU ini harus disahkan karena terkait dengan perlindungan
dan pengakuan atas hak-hak mendasar PRT sebagai pekerja,
tegasnya.

pekerja
anak

Surabaya, Jawa Timur

Sukabumi, Jawa Barat

Mewujudkan Surabaya sebagai Kota


yang Layak untuk Anak

Kampanye Satu Jam Menentang


Pekerja di Sekolah

SEIRING dengan promosi Surabaya sebagai Kota

KAMPANYE menentang pekerja anak selama 1 jam di

yang Layak untuk Anak, Pemerintah Provinsi Jawa Timur


mendukung aksi menghapus perburuhan anak yang
diadakan ILO, bekerjasama dengan Lembaga Pengkajian
Kemasyarakatan dan Pembangunan (LPKP), dan empat mitra
lokal terkait yaitu Samitra Abhaya Kelompok Perempuan Pro
Demokrasi (SA-KPPD), Lembaga Perlindungan Anak (LPA)
Jawa Timur, Komisi Perempuan Indonesia untuk Keadilan
dan Demokrasi Jawa Timur, dan Yayasan Embun, di Taman
Bungkul, Surabaya, 12 Juni 2013.

262 SMP di Kabupaten Sukabumi diadakan ILO dan Dinas


Pendidikan Sukabumi pada 12 Juni 2013. Kampanye tersebut
digelar selama satu jam pada pukul 10.00-11.00. Sebagai
kegiatan yang baru pertama kali dilaksanakan, kampanye
tersebut diselenggarakan bersama dengan sekolah-sekolah
lokal, para kepala sekolah dan guru di Sukabumi, di bawah
pengawasan dan anggaran dari Dinas Pendidikan Sukabumi.
Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang nasib PRTA dan menegaskan perlunya
upaya untuk mencegah anak-anak setempat agar tidak
terjerumus ke dalam jenis pekerjaan ini, kata Dede Sudono,
Koordinator Program Proyek Pekerja Anak dan Pendidikan ILO.

Di hadapan 150 orang, termasuk anak-anak jalanan dan


PRTA, Antiek Sugiharti, Kepala Kantor Pemberdayaan
Masyarakat Surabaya, mengatakan bahwa pemerintah daerah
berkomitmen untuk menggunakan pendidikan sebagai
sarana strategis untuk menghapus pekerja anak. Sebagai
bagian dari upaya berkelanjutan kami untuk menghapus
perburuhan anak dan mewujudkan Surabaya sebagai Kota
yang Layak untuk Anak, kami akan mengalokasikan lebih
banyak dana pendidikan, meningkatkan mutu pendidikan dan
melaksanakan program wajib belajar 12 tahun untuk semua
anak, kata Antiek yang mewakili Walikota Surabaya, Tri
Rismaharini.
Ia menambahkan, saat ini Pemerintah Kota Surabaya
memprioritaskan anak-anak jalanan, anak-anak korban
eksploitasi seksual, anak-anak yang bekerja di industri
berbahaya dan PRTA sebagai sektor utama. Kini kami tengah
melaksanakan beberapa program untuk menarik anak-anak
yang terlibat dalam pekerjaan tersebut, serta mencegah
mereka agar tidak masuk dan terlibat dalam jenis pekerjaan
ini di masa mendatang. Kami tidak saja melibatkan dinasdinas pemerintah terkait tapi juga masyarakat setempat,
terang Antiek.
Aksi di Surabaya dilakukan dengan membagikan selebaran,
serbet dan kipas kertas kepada masyarakat untuk
meningkatkan kesadaran tentang nasib PRTA. Aksi ini diakhiri
dengan pembacaan petisi tentang pekerjaan layak untuk
PRT dan penghapusan PRTA yang ditandatangani ILO dan
mitra-mitranya. Pada acara tersebut para pengamen juga
turut menampilkan pertunjukan perkusi. Mewakili Kepala

Kampanye ini juga merupakan bagian dari inisiatif Dinas


Pendidikan Sukabumi untuk menegaskan pentingnya
pendidikan dan pencegahan agar anak-anak tidak putus
sekolah.
Di samping kampanye satu jam, film tentang pekerja anak
yang berjudul Aku Masa Depanmu, Indonesia! diputar
pada 23 Juni 2013, dengan target penonton 100 anakanak Sukabumi, usia 15-18 tahun. Pemutaran film ini diikuti
dengan diskusi interaktif, yang menampilkan dua pekerja
anak di pabrik garmen dan PRTA serta perwakilan dari Dinas
Pendidikan Sukabumi, Dinas Tenaga Kerja Sukabumi, DPRD
Sukabumi dan Yayasan Mitra Imadei. D
Dinas Tenaga Kerja Jawa Timur, Roem Hidayat, Kepala
Dinas Pengawasan Tenaga Kerja Jawa Timur, menyampaikan
harapannya agar RUU tentang PRT, yang sudah tertunda
sejak tahun 2004, dapat segera difinalisasikan. D

kami akan mengalokasikan


lebih banyak dana pendidikan,
meningkatkan mutu pendidikan dan
melaksanakan program wajib belajar 12
tahun untuk semua anak
Antiek Sugiharti,
Kepala Kantor Pemberdayaan
Masyarakat Surabaya

dariKami
seluruh pihak terkait, termasuk
para mitra tripartit dan pakar
ILO. Ini merupakan contoh yang
baik dari upaya terus menerus
yang membuahkan hasil. Saya
yakin upaya bersama menentang
pekerja anak ini akan berlanjut
hingga tujuan akhir kita terwujud.

DENGAN bangga saya menghadirkan terbitan baru


Warta ILO Jakarta yang merayakan keberhasilan kita bersama
dalam mencapai Pekerjaan yang Layak di Indonesia. Kami pun
menghargai partisipasi aktif delegasi tripartit dari Indonesia
pada Konferensi Perburuhan Internasional 2013, tidak hanya
sebagai delegasi terbesar tapi juga dalam diskusi-diskusi
teknis yang dilakukan dengan para mitra ILO di kantor
pusat Jenewa untuk lebih memperkuat kemitraan melalui
tindaklanjut konkret.
Warta kali ini mengangkat mengenai lokakarya pelatihan,
peluncuran studi, informasi terbaru dari proyek, kegiatan
kampanye dan peningkatan pemahaman dalam
mempromosikan upaya menentang pekerja anak, peningkatan
keselamatan dan kesehatan kerja, perlindungan sosial,
penciptaan lapangan kerja, hubungan industrial, dan migrasi
kerja. Warta juga menampilkan kisah-kisah dari wirausaha
masyarakat adat di Papua dan kisah inspiratif dari Mentawai.
Sudah selayaknya semua kegiatan yang kami lakukan harus
menjangkau tingkat individualseseorang dengan nama dan
wajah.
Pada Juni, kami merayakan 20 tahun penanggulangan
pekerja anak yang dilakukan bersama Pemerintah Indonesia.
Saya selalu percaya setiap pencapaian yang berarti hanya
dapat dilakukan melalui komitmen jangka panjang dari

Sementara di tingkat global,


diskusi mengenai tujuan
pembangunan pasca Tujuan
Pembangunan Milenium (MDG)
dapat berjalan secara aktif di seluruh belahan dunia. Presiden
Indonesia menjadi salah satu ketua dari Panel Pertemuan
Tingkat Tinggi, dan isu pertumbuhan dengan kesetaraan pun
ditekankan. Pentingnya penciptaan lapangan kerja juga telah
disuarakan oleh banyak pihak. Kerja dan kontribusi kami untuk
mempromosikan pekerjaan yang layak akan menjadi relevan
bagi negara-negara di semua tahap pembangunan.
Saya berharap Warta ini dapat bermanfaat dalam
meningkatkan pemahaman Anda mengenai kegiatan ILO
yang dilakukan bersama dengan para mitra dunia kerja. Saya
yakin pelaksanaan Agenda Pekerjaan Layak Nasional akan
terus berlanjut untuk mendukung bidang kerja yang penting
ini di Indonesia. D

Peluncuran Buku

20 Tahun Penanggulangan Pekerja Anak di Indonesia


PUBLIKASI ILO terbaru berjudul 20 Tahun
Penanggulangan Pekerja Anak di Indonesia
diluncurkan pada 18 Juni di Jakarta. Publikasi ini
memuat kemajuan-kemajuan dan aksi-aksi penting
yang dilakukan ILO bersama para mitranya, dari
lembaga pemerintah, serikat pekerja, organisasi
pengusaha, lembaga swadaya masyarakat (LSM)
hingga akademisi dan para pemangku kepentingan
lainnya, dalam menanggulangi pekerja anak
di Indonesia sejak tahun 1992. Publikasi ini

International
Labour
Organization
Jakarta

Eliminating
Child Labour in Indonesia:

20

Bersama Bisa

Together its possible

pun menyoroti kemajuan-kemajuan yang dicapai,


komitmen-komitmen yang ditetapkan, tantangantantangan yang dihadapi dan langkah-langkah
selanjutnya untuk memastikan masa depan tanpa
pekerja anak di Indonesia.

Years of Support

Peluncuran ini akan ditutup dengan pemberian


penghargaan bagi para mitra terkait, termasuk
para donor, yang telah secara aktif terlibat dalam
penanggulangan masalah terkait pekerja anak
di Indonesia selama 20 tahun terakhir ini. Plakat
penghargaan diberikan oleh Michiko Miyamoto, Deputi
Direktur ILO di Indonesia, kepada sekitar 18 mitra,
termasuk kementerian pemerintah, LSM, organisasi
media, organisasi pengusaha dan pekerja serta kalangan
akademisi.
Mudji Handaya, Direktur Jenderal Pengawasan
Ketenagakerjaan, Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, menyambut baik penghargaan dari ILO
tersebut. Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk
mewujudkan masa depan tanpa pekerja anak di negeri ini
pada tahun 2020. D
Penghargaan bagi para mitra terkait yang telah
terlibat aktif dalam penanggulangan pekerja anak di
Indonesia.

pekerja
anak

Ketika PRTA Menampilkan Drama

Mutiara Retak di Balik Kain Pel


Ingin sekali aku meneruskan sekolah
Tapi apa daya, tak semua sekolah gratis
Dengan terpaksa, aku kerja jadi PRT
Walau sebenarnya, aku tak ingin seperti ini
Tak ada yang gratis di dunia ini
Semua butuh perjuangan dan pengorbanan
Demi tetap bertahan hidup
Jangan bersedih
Tetaplah tersenyum di balik kepahitan hidup ini
Aku yakin aku tak sendiri
Jangan pernah patah arang
Masa depan yang cerah tetap setia menungguku

SEKITAR 15 pekerja rumah tangga anak (PRTA) berusia


15-17 tahun, laki-laki dan perempuan, menyanyikan bersama
lagu pembuka di atas panggung dalam pertunjukan drama
musikal 45 menit tentang PRTA berjudul Mutiara Retak
di Balik Kain Pel. Lebih dari 150 orang tamu undangan
pun dibuat terpesona oleh agedan, dialog dan emosi yang
ditampillan anak-anak ini dengan cara yang serius dan
humoris. Para penonton mampu merasakan harapan, impian,
kesedihan dan perjuangan hidup mereka sebagai PRTA.
Pertunjukan drama yang ditampilkan pada 18 Juni 2013 di
Erasmus Huis, Jakarta ini diselenggarakan oleh ILO dan Mitra
Imadei, serta didukung oleh Kedutaan Besar Kerajaan Belanda
di Indonesia. Pertunjukan ini diselenggarakan bertepatan
dengan peringatan Hari Dunia Menentang Pekerja Anak yang
jatuh 12 Juni, dengan tema Katakan Tidak pada Pekerja Anak
dalam Pekerjaan Rumah Tangga.
Pertunjukan ini dimaksudkan selain untuk menyuarakan
kehidupan dan nasib PRTA, juga untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan serta
perlindungan anak-anak agar mereka dapat memperoleh
pekerjaan yang lebih baik di kala dewasa nanti sehingga
mampu memperoleh kehidupan yang lebih sejahtera.
Pertunjukan ini didukung para bintang tamu yang memiliki
perhatian besar pada masalah PRTA seperti Imada (gitaris),
Ninik L. Karim (aktris) dan Haryo Pramoe (koki profesional).
Sutradara Herlina Syarifuddin mengatakan, anak-anak ini
sudah berlatih sejak Desember tahun lalu. Kami berusaha
sebaik mungkin mencari tempat dan waktu yang tepat untuk
latihan. Yang luar biasa adalah anak-anak ini selalu membawa
energi dan semangat untuk terus berlatih meski baru saja
selesai bekerja berjam-jam lamanya, terangnya.
Melalui pertunjukan oleh para PRTA ini, ILO mengambil
pendekatan advokasi yang berbeda terkait masalah pekerja
anak dan pendidikan, terutama PRTA. Kami berharap melalui

dialog dan drama ini, para penonton dapat mengubah cara


mereka memperlakukan PRT di rumah, termasuk bagaimana
mereka dapat membantu mencegah anak-anak agar tidak
terlibat dalam pekerjaan rumah tangga, kata Dede Sudono,
Koordinator Program Pekerja Anak dan Pendidikan ILO.

pekerja
anak

Lokakarya Regional Kerjasama Selatan-Selatan:

Menandai Upaya Regional


Menghapuskan Pekerja Anak pada 2016
Kita perlu membangun
kemitraan yang kuat. Tidak
saja antar pemerintah,
tapi juga antar semua pemangku
kepentingan, termasuk sektor swasta,
LSM dan masyarakat umum. Kita perlu
melakukan segala upaya dan mencari
bantuan yang tersedia
Muchtar Lutfie,
Sekretaris Jenderal Kemenakertrans

PARA pimpinan kunci yang mewakili pemerintah,


pengusaha, serikat pekerja dan pemangku kepentingan
terkait dari enam negara berkumpul di Jakarta, Maret 2013.
Mereka berembug untuk mencari cara memperkuat kerja
sama Selatan-Selatan dalam memerangi perburuhan anak.
Diselenggarakan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Kemenakertrans) sebagai tuan rumah, dengan dukungan
ILO, lokakarya regional yang digelar selama tiga hari ini
berkomitmen mencari upaya regional untuk mengakhiri
perburuhan anakkhususnya bentuk-bentuk terburuk dari
pekerjaan anakdi negara-negara peserta lokakarya pada
2016 nanti.
Lokakarya regional ini menjadi forum terbuka untuk melakukan
dialog dan berbagi pengetahuan di kalangan pemangku
kepentingan terkait tentang pencapaian, tantangan dan
pengalaman mereka dalam menghapus perburuhan anak.
Lokakarya ini juga berusaha mengidentifikasi tantangan dan
kesenjangan yang ada dalam mengambil tindakan untuk
mengatasi masalah perburuhan anak serta memperkuat kerja
sama dan jaringan antar negara-negara tetangga di kawasan
Asia Tenggara.
Simrin C. Singh, Spesialis Senior Pekerja Anak, Tim Pekerjaan
Layak ILO, menegaskan,Saya berharap kerja sama SelatanSelatan ini dapat memberi inspirasi untuk mempercepat
tindakan agar kawasan ini tidak saja bisa menjadi pemimpin
dunia di bidang pertumbuhan ekonomi tapi juga dalam upaya
untuk melindungi anak-anak dan memanfaatkan potensi usia
kerja melalui penyediaan pekerjaan layak.
Lokakarya ini mempresentasikan pelajaran dari negara-negara
peserta, termasuk Indonesia, Laos, Kamboja, Vietnam, Filipina
dan Timor-Leste. Melalui kunjungan lapangan, lokakarya ini
memberi kesempatan bagi negara-negara peserta untuk
belajar dari tindakan yang telah dilakukan Indonesia, sebagai
tuan rumah, dalam mengatasi masalah perburuhan anak.
Negara-negara peserta diundang untuk melakukan kunjungan
dan mengamati berbagai kegiatan yang diselenggarakan
pusat-pusat kegiatan belajar masyarakat di Jakarta, yang

Lokakarya Selatan-Selatan dengan Kementerian Tenaga Kerja dan


Transmigrasi sebagai tuan rumah.

ditargetkan antara lain pada anak-anak jalanan, anak-anak


pemulung di Bantar Gebang, Bekasi dan pembantu rumah
tangga anak (PRTA) di Kabupaten Tangerang.
Kemenakertrans berbagi pengalamannya dalam mengatasi
masalah perburuhan anak melalui Program Keluarga Harapan.
Program ini ditargetkan untuk pekerja anak dan anakanak putus sekolah dari keluarga miskin. Di samping itu,
Kemenakertrans juga menyampaikan targetnya untuk menarik
11.000 pekerja anak di tahun 2013 di 21 provinsi dan 72
kabupaten/kota di Indonesiameningkat dari 10.750 pekerja
anak yang tercatat tahun 2012.
Di samping itu, Kamboja berbagi pengalamannya dalam
melaksanakan strategi perlindungan sosial di tingkat
nasional yang difokuskan pada pekerja anak dan pendidikan;
adapun Vietnam mempresentasikan strateginya tentang
transisi dari sekolah ke dunia kerja sebagai upaya untuk
mengarusutamakan pekerja anak ke sekolah bagi semua
anak. Sementara Laos dan Filipina berbagi pengalaman
dalam mengumpulkan data dan melakukan analisa
tentang perburuhan anak sebagai bagian dari upaya untuk
mengembangkan kebijakan.
Lokakarya ini juga mencakup sesi tentang praktik terbaik
terkait kebijakan pasar tenaga kerja sebagai cara untuk
memberi rekomendasi kebijakan yang lebih baik di kawasan
ini agar dapat mengatasi masalah perburuhan anak. Di
pengujung hari ketiga, lokakarya menyimpulkan perencanaan
dan pemetaan strategis untuk memastikan bahwa kawasan ini
akan bebas dari perburuhan anak pada tahun 2016.
Lokakarya ini didukung oleh ILO melalui Proyek Pekerja
Anak dan Pendidikan, yang didanai oleh Kementerian Luar
Negeri Belanda. Proyek ini bertujuan untuk memperkuat
kebijakan terkait penanganan pekerja anak dan pendidikan,
agar dapat mengambil tindakan yang dapat meningkatkan
peluang mereka yang rentan terhadap perburuhan anak untuk
memperoleh manfaat dari pendidikan.

pekerja
anak

Anugerahi Penghargaan Jurnalis


mengenai Pekerja Anak dan Pendidikan

ILO-AJI Jakarta

ILO dan Aliansi Jurnalis Independen Jakarta menggelar


pemberian penghargaan lomba jurnalistik mengenai pekerja
anak dan pendidikan pada 15 Desember 2012 di Jakarta.
Para pemenang dari lima kategoricetak, online, radio, TV
dan jurnalistik fotoakan secara resmi diumumkan saat acara
pemberian penghargaan.
Penghargaan media ini dimaksudkan untuk menghormati
upaya-upaya yang dilakukan para jurnalis dan organisasi
media dalam menghasilkan karya jurnalistik yang berkualitas
di berbagai bentuk media yang mendalam mengangkat
permasalahan terkait pekerja anak dan pendidikan.
Penghargaan media ini juga merupakan bagian dari
kampanye ILO yang menegaskan kembali upaya-upaya
nasional, termasuk media massa, dalam memerangi
perburuhan anak, terutama bentuk-bentuk terburuknya.
ILO sangat menghargai dapat bermitra dengan AJI Jakarta
dalam acara pemberian penghargaan ini. ILO meyakini
pendidikan memainkan peran penting dalam mencapai
penghapusan pekerja anak, terutama bentuk-bentuk
terburuknya. Karenanya, melalui penghargaan media ini,
diharapkan media massa dapat terus mendidik masyarakat,
mendorong upaya nasional dan
lokal dan memberikan suara
kepada para pekerja anak

Para Pemenang
Penghargaan Media ILO/
AJI Jakarta 2012
Kategori cetak:
Pemenang pertama: Mereka
Harus Bisa Bekerja Keras untuk Bisa
Sekolah, oleh Rini Kustiasih, Harian
Kompas.
Pemenang kedua: Menambang Batu
Merajut Hidup, oleh Suryadi, Modus Aceh.
Kategori online:
Pemenang pertama: Putus Sekolah, Jadi Tukang Semir Sepatu
demi Belanja Ibu, oleh Agung Budi Santoso, Tribunnews.com
Kategori foto:
Pemenang pertama: Pekerja Anak Jalanan, oleh Fransiskus Parulian
Simbolon, Harian Kontan
Pemenang kedua: Pekerja Anak Kolong, oleh Septiawan, Harian
Sinar Harapan
Kategori televisi:
Pemenang pertama: Anak-anak Laut, oleh Odit Praseno dan Alvi
Apriayandi, Kompas TV
Pemenang kedua: Pekerja Anak, oleh Jekson SImanjuntak, August
Hasoloan, Yanuar R., Beritasatu TV
Kategori radio:
Pemenang pertama: Kisah Anak Perut Bumi, oleh Ikhsan Raharjo,
Radio KBR 68H.

melalui karya-karya jurnalistik mengenai pekerja anak dan


pendidikan, kata Michiko Miyamoto, Wakil Direktur ILO di
Indonesia.
Proses registrasi dan seleksi telah dilakukan sejak Juni
tahuni ini, dengan focus pada pemberitaan mendalam yang
memadukan permasalahan pendidikan dan pekerja anak. Para
nominasi telah melalui seleksi oleh para juri yang terdiri dari
editor, foto jurnalis profesional, AJI Jakarta dan ILO.
Selain penghargaan media, ILO dan AJI Jakarta telah
memberikan beasiswa media kepada para jurnalis terpilih
untuk melakukan reportase mendalam mengenai pekerja anak
dan pendidikan. Para jurnalis terpilih dari enam media telah
menerbitkan rangkaian reportase mendalam mereka yang
mencakup: pekerja rumah tangga anak, sopir anak, pemulung
anak, pelaut anak, pekerja sepatu anak dan anak yang
menjadi korban eksploitasi seksual.
Penghargaan dan beasiswa media ini merupakan bagian dari
kampanye yang digelar ILO melalui Proyek Pekerja Anak dan
Pendidikan yang didanai Kementerian Luar Negeri Belanda.
Proyek ini bertujuan untuk meningkatkan kesempatan bagi
pekerja anak ataupun anak-anak yang rentan untuk bekerja
atas pendidikan.

Beasiswa
Media
mengenai
Pekerja
Anak dan
Pendidikan
Sopir-sopir Mini Metromini Jakarta oleh Rizky Amelia dan Ezra
Sihite, Beritasatu.com (reportase mendalam mengenai kisah
kehidupan sopir anak dalam transportasi umum Metromini di
Jakarta).
Bocah itu Tak Ragu Membunuh oleh Evi Tresnawati dan Aryo
Bhawono, Detik E-paper (reportase mendalam mengenai pelaut
anak Indonesia).
The true sole of Indonesias child laborers oleh Grace Susetyo,
the Jakarta Globe (reportase mendalam mengenai kehidupan
pekerja anak di sektor alas kaki di Jawa Barat, Indonesia).
Kisah Pilu Buruh Anak di Wilayah Domestik oleh Adhitya
Himawan, Media Pembaruan (reportase mendalam mengenai
kehidupan pekerja anak di Kranji, Bekasi, Jawa Barat).
Semangat Belajar dari Bukit Sampah oleh Hamludin, Koran
Tempo (reportase mendalam mengenai pemulung anak di
Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat).
Kimung, Buruh Anak yang Terpinggirkan: Nasib Pekerja Seks
Anak oleh Agustinus Da Costa, Harian Kontan (reportase
mendalam mengenai anak-anak yang menjadi korban eksploitasi
seksual di Jakarta).

ketenagakerjaan

Kerjasama Negara-negara ASEAN

Mengatasi Pengangguran Muda


DELEGASI negara-negara ASEAN bersepakat untuk
menjalin kerjasama mengatasi masalah pengangguran muda.
Selain merancang adanya upaya yang intensif dan terpadu
untuk menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak dan lebih
baik bagi kalangan muda, mereka juga berupaya memperbaiki
informasi tentang pasar tenaga kerja di kalangan muda,
mempromosikan kemampuan kerja bagi kaum muda serta
mendorong pengembangan kewirausahaan di negara-negara
anggota ASEAN sebagai langkah penting untuk mengatasi
masalah pengangguran dan ketenagakerjaan muda.
Hal tersebut mengemuka dalam pertemuan Forum
ASEAN tentang Ketenagakerjaan Muda, yang
diselenggarakan pada 13 Mei 2013 oleh
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Kemenakertrans) di Semarang, Jawa Tengah,
dengan dukungan ILO dan Sekretariat ASEAN.
Forum ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan
Kelompok Kerja ASEAN-SLOM ke-4 yang
diselenggarakan di Langkawi, Malaysia, 2011 silam.

Ketenagakerjaan muda diakui


sebagai salah satu prioritas
ASEAN karena kaum muda
memiliki kontribusi besar untuk
meningkatkan daya saing pasar tenaga
kerja ASEAN
Mega Irena,
Ketua Bidang Kesejahteraan Sosial,
Perempuan, Tenaga Kerja dan
Pekerja Migran Sekretariat ASEAN

Dunia tengah menghadapi krisis ketenagakerjaan


muda, termasuk di negara-negara ASEAN. Oleh
karena itu, Forum ini memainkan peran penting
dalam memperbarui komitmen negara-negara
anggota ASEAN untuk mengatasi tantangan besar
di bidang ketenagakerjaan muda dan memperkuat
kerjasama di kalangan ASEAN,
kata Abdul Wahid Maktub,
Staf Khusus Kemenakertrans.
Ia yakin kaum muda memiliki
potensi yang sangat besar bagi
masyarakat dan perekonomian.
Hal serupa juga disampaikan
Mega Irena, Asisten Direktur,
yang juga Ketua Bidang
Kesejahteraan Sosial, Perempuan, Tenaga Kerja dan Pekerja
Migran Sekretariat ASEAN. Ia menegaskan, Ketenagakerjaan
muda diakui sebagai salah satu prioritas ASEAN karena kaum
muda memiliki kontribusi besar untuk meningkatkan daya
saing pasar tenaga kerja ASEAN.
Forum ini memberi kesempatan bagi negara-negara anggota
ASEAN untuk berkumpul dan berbagi informasi tentang
praktik-praktik terbaik serta pelajaran yang diperoleh sambil
menyusun rencana aksi yang komprehensif untuk mengatasi
masalah pengangguran muda di kawasan ini. Forum yang
bertujuan untuk memperkuat kerjasama dan kolaborasi
di kalangan negara-negara anggota ini pun menyepakati
serangkaian rekomendasi yang dapat dilaksanakan negaranegara anggota ASEAN di masa mendatang.
Para delegasi ini menyampaikan komitmen baru mereka untuk
memasukkan masalah penyediaan program pelatihan bermutu
yang terkait dengan permintaan industri, pengembangan
program magang terstruktur dan teratur, serta mendorong
kewirausahaan di kalangan muda.

Belajar dari berbagai pengalaman yang


diperoleh dari Forum Semarang ini
tentang kebijakan nasional dan kerangka
perundangan-undangan yang ada di
masing-masing negara anggota, delegasi menegaskan
perlunya kerjasama untuk mengarusutamakan masalah
ketenagakerjaan muda di tingkat kebijakan dengan berbagi
informasi secara lebih baik, transisi yang lebih baik dari
sekolah ke tempat kerja, layanan pekerjaan, migrasi pekerja,
informasi tentang pasar tenaga kerja bagi kaum muda serta
perlindungan sosial.
Forum ini dihadiri oleh delegasi dari negara-negara ASEAN
seperti Indonesia, Brunei Darussalam, Kamboja, Laos,
Malaysia, Myanmar, Filipina, Thailand dan Vietnam.
Saat ini, terdapat sekitar 75 juta pengangguran muda
di seluruh dunia dan 40 persen di antaranya berada di
kawasan Asia Pasifik. Krisis ekonomi global 2008 juga telah
mengakibatkan kenaikan jumlah pengangguran secara
signifikan, di mana terdapat tambahan 7 juta orang muda
yang menjadi pengangguran akibat krisis tersebut. Secara
global, masalah ini sudah diangkat dan dibahas di berbagai
forum global, termasuk G-20 dan Konferensi Perburuhan
Internasional (ILC).

keselamatan &
kesehatan kerja

Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja se-Dunia:

Better Work Indonesia tangani keselamatan


terhadap bahaya kebakaran

KETIKA kebakaran menyulut pabrik sandal Swallow di


Jakarta Barat, Maret 2010 lalu, para pekerja berebut untuk
menyelamatkan diri dari kobaran api. Empat orang dinyatakan
tewas setelah terjebak di antara ruang yang terbakar api lantaran
pintu darurat yang terhalang dan terkunci. Dinas Pemadam
Kebakaran di Jakarta menyalahkan pabrik sandal tersebut atas
pelanggaran yang terjadi. Tidak hanya pintu darurat yang
terkunci, ada pula dugaan tidak berfungsinya alat pemadam
kebakaran, dan bahan kimia berbahaya tidak disimpan di tempat
yang aman. Faktor inilah yang menyebabkan kebakaran dan
menghambat waktu untuk menyelamatkan diri.
Pintu darurat yang terkunci dan terhalang juga menjadi salah
satu penyebab dari kebakaran pabrik di Bangladesh pada akhir
2012 lalu. Kebakaran tersebut menelan korban 112 orang, yang
kebanyakan adalah perempuan. Berbagai kasus kebakaran ini
memberikan peringatan kepada industri garmen untuk meninjau
kembali protokol pencegahan kebakaran dan penegakan
kembali peraturan tersebut. Ini merupakan topik yang sedang
hangat bagi pabrik garmen saat ini, kata Andy Agusta, manajer
compliance dari PT Hollit Internasional. Kesalahan manusia bisa
memberikan dampak yang besar, lanjutnya.
Agusta adalah salah satu manajer yang bekerjasama dengan
program Better Work Indonesia
(BWI). Pada 18 April lalu, BWI telah
menyelenggarakan pelatihan di daerah
Kawasan Berikat Nusantara (KBN),
sebuah kawasan pabrik di Jakarta Utara.
Para peserta mendapatkan tambahan
pengetahuan yang dibutuhkan untuk
menciptakan lingkungan kerja yang
lebih aman, mulai dari peraturan
ketenagakerjaan terkait hingga peralatan
dan teknik terbaru untuk memadamkan
api. Saya akan menganalisa kembali

Perayaan
Hari K3 di
Kampung Buruh
SEBAGAI bagian dari perayaan
Hari Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3), Better Work Indonesia (BWI)
menyelenggarakan acara kedua di
kampung buruh di kawasan Jakarta
Utara. Acara ini bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran pekerja
tentang pentingnya keselamatan
terhadap bahaya kebakaran baik di
tempat kerja maupun di rumah pribadi
mereka.
10

pelajaran yang telah didapat begitu saya kembali ke pabrik. Saya


rasa secara keseluruhan, kita harus melakukan peninjauan ulang,
kata Warlim Wibawa dari PT CSTIE TEXPIA.
Reaksi langsung dari peserta yang datang mewakili pabrik
sangat dibutuhkan, kata Lena Kurniawati, salah satu pelatih dari
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Apalagi, lanjut
Lena, kesalahan manusia dan kelalaian memberikan kontribusi
besar dalam membuat tempat kerja menjadi tidak aman. Untuk
itulah pelatihan serta adopsi pembelajaran sangat penting guna
meningkatkan keamanan di tempat kerja.
Pabrik dapat mencegah kebakaran dengan mengidentifikasi
risiko, serta mengontrol potensi bahaya. Sebagai contoh, jika
ada benda mudah terbakar, jangan diletakkan di tempat yang
dekat dengan paparan panas. Penegakan prosedur, seperti
secara rutin memeriksa mesin dan peralatan karena kemungkinan
benda-benda ini sudah tidak dalam kondisi yang baik, juga harus
dilakukan. Selain itu para pekerja juga harus dilatih, kata Lena.
Pelatihan merupakan salah satu bagian dari pelayanan BWI dalam
mencegah kebakaran di pabrik. Melalui penilaian BWI, pabrikpabrik dapat melihat perbedaan dan potensi bahaya. Di samping
itu, kedua belah pihak, baik BWI dan pabrik, dapat bekerja
bersama-sama untuk meningkatkan kondisi keamanan di tempat
kerja.
Meskipun demikian harus diakui,
pemeliharaan peralatan membutuhkan
biaya yang tinggi. Kita membutuhkan
perangkat pencegahan kebakaran,
seperti alarm dan pemadam kebakaran,
juga membentuk sebuah tim pemadam
kebakaran. Tetapi yang paling penting
adalah kita membutuhkan manajemen
yang berkemauan untuk mengubah
keadaan, kata Agusta.

Acara yang dimulai pagi hari pada


pukul 09.00 itu dihadiri oleh 150
pekerja dan keluarganya. Sesi pertama
digunakan untuk memperkenalkan
prinsip dasar terhadap keselamatan
kebakaran, yang kemudian diikuti
oleh tebak kuis dan permainan untuk
meramaikan suasana.
Abdul Azis, kepala lingkungan
setempat, mengatakan, Acara ini
sangat penting karena para pekerja
dan keluarganya tinggal di daerah yang
sangat padat penduduknya. Ancaman
kebakaran pun sering terjadi di daerah
ini. Melalui acara ini, lingkungan secara
terus-menerus diingatkan tentang pentingnya keselamatan
dan kesehatan.

keselamatan &
kesehatan kerja

Meningkatkan Pelaksanaan

K3 di UKM Indonesia

PEKERJAAN kerap memakan


banyak korban. ILO memperkirakan
terdapat 2,34 juta orang meninggal
setiap tahun akibat kecelakaan kerja
atau penyakit yang terkait dengan
pekerjaan. Sedangkan 317 juta
orang lainnya mengalami cidera
yang terkait dengan pekerjaan.
Namun angka perkiraan ini mungkin
tidak sebanding dengan jumlah
sesungguhnya karena ada banyak
kecelakaan kerja dan penyakit yang
terkait dengan pekerjaan di dunia
ini yang tidak pernah dilaporkan.
Sebagian besar dari kecelakaan
ini kadang memang tidak dapat
dihindari. Untuk itu, dibutuhkan
adanya komitmen dari pemerintah,
pengusaha maupun pekerja
untuk memprioritaskan masalah
keselamatan dan kesehatan
kerja (K3). Prioritas pertama dan
terpenting adalah kebijakan
tentang upaya pencegahan dan praktik terbaik agar dapat
mengurangi risiko kerja serta menciptakan perekonomian
yang efektif. Sekitar 4 persen produk domestik bruto (PDB)
atau US$ 1,25 triliun per tahun digunakan untuk menutup
biaya langsung maupun tak langsung yang terkait dengan
kecelakaan kerja dan penyakit yang terkait dengan pekerjaan.
Bukanlah suatu kebetulan bila prestasi terbaik di bidang K3
terdapat di negara-negara paling kompetitif. Dewasa ini,
banyak pemerintahan suatu negara, pengusaha maupun
pekerja yang mengakui bahwa tempat kerja yang lebih
aman dan perlindungan kesehatan yang lebih baik akan
menghasilkan produktivitas yang lebih baik dan penghematan
besar dalam hal anggaran jaminan sosial.
Oleh karena itu, untuk mempromosikan praktik-praktik K3 di
tingkat perusahaan, terutama usaha kecil menengah (UKM),
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (Kemenakertrans) menyelenggarakan Pelatihan
untuk Pelatih (ToT) tentang metodologi Pelatihan Berorientasi
Aksi Partisipatif (PAOT) di Bogor, Jawa Barat, pada Maret
2013. Didukung ILO melalui program ILO/Korea Partnership
Programme, pelatihan ini difokuskan pada program Perbaikan
Kerja di Usaha Kecil (WISE).
WISE yang juga dikenal sebagai Produktivitas yang lebih
Tinggi dan Tempat Kerja yang Lebih Baik merupakan
program yang dikembangkan ILO untuk membantu UKM
dalam meningkatkan kondisi kerja dan produktivitas
dengan menggunakan teknik-teknik yang sederhana,
efektif dan terjangkau yang mampu memberi manfaat

langsung bagi pemilik usaha maupun


pekerja. Program WISE ini juga telah
diterapkan di banyak negara Asia.
Kemenakertrans sangat ingin
bekerjasama dengan para pekerja
dan pengusaha untuk memastikan
tempat kerja yang aman, termasuk
UKM, kata Saut Siahaan, Sekretaris
Direktur Jenderal Pengawasan
Ketenagakerjaan.
Sementara dr Jung-Keun Park, pakar
WISE ILO yang juga memfasilitasi
pelatihan ini, mengatakan bahwa
metodologi PAOT mampu
meningkatkan partisipasi masyarakat
setempat secara sukarela ketimbang
mengadopsi solusi-solusi dari luar.
Karenanya, metodologi ini sangat
sesuai untuk UKM.
Untuk menindaklanjuti pelatihan
ini, Kemenakertrans telah
mengembangkan program intensif
untuk menyediakan metodologi PAOT bagi UKM dengan
menggunakan dana mereka sendiri. Pelatihan serupa akan
diadakan di beberapa provinsi, seperti Bali, Nusa Tenggara
Timur dan Lampung.
Kami berkomitmen untuk terus mendorong UKM dalam
meningkatkan pelaksanaan K3 mereka, khususnya melalui
metodologi PAOT yang sudah teruji ini, imbuh Saut.

daftar isi
Liputan Utama...........................

Pekerja Anak.........................

Dari Kami..............................

Ketenagakerjaan.......................

K3.......................................... 10
Pekerja Migran........................... 12
Cuplikan................................ 13
Gender........................................ 26
Perlindungan Sosial............. 30
11

migrasi
kerja

Perlindungan Pekerja Migran yang Lebih Baik

melalui Perjanjian Bilateral dan Multilateral


Kerangka Kerja Multilateral
ILO tentang Migrasi Kerja
menyediakan serangkaian
panduan dan prinsip berbasis hak
untuk mengambil tindakan sebagai
kompilasi praktik-praktik terbaik secara
global tentang migrasi kerja, yang
dikembangkan pemerintah dan mitra
sosial
Michiko Miyamoto,
Deputi Direktur ILO
di Indonesia

EFEKTIVITAS perjanjian bilateral dan multilateral


terkait pekerja migran Indonesia masih diragukan
efektivitasnya. Berbagai perjanjian yang ada dianggap
masih belum mampu memberi perlindungan yang lebih
baik bagi tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri. Hal
tersebut dikemukakan Anis Hidayah, Direktur Eksekutif
Migrant Care, sebuah organisasi yang menangani masalah
pekerja migran, dalam acara bincang-bincang interaktif
bertajuk Mengoptimalkan Perlindungan terhadap Pekerja
Migran melalui Perjanjian Bilateral dan Multilateral, yang
diadakan ILO bekerja sama dengan SmartFM Network,
sebuah stasiun radio terkemuka di Jakarta pada 8 Mei 2013.
Hal senada juga disampaikan Yuni Chizaifah, Ketua Komisi
Nasional Perempuan. Menurutnya, pemerintah perlu segera

Peluncuran Buku

Dari kiri ke kanan: Anis Hidayah, Direktur Eksekutif Migrant Care, Yuni
Chizaifah, Ketua Komisi Nasional Perempuan, Nyoman Darmanta, Kepala
Sub-Direktorat Kerjasama Internasional dan Penempatan Tenaga Kerja,
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan Daryl Adam, moderator
SmartFM.

mengkaji dan mengevaluasi ulang perjanjian bilateral


dan multilateral yang ada, termasuk melalui mekanisme
ASEAN, untuk memastikan perlindungan yang efektif bagi
TKI, terutama perempuan. Karena 90 persen TKI adalah
perempuan, kami harus memasukkan ketentuan dalam

10 Tahun Penanganan
Migrasi Kerja di Indonesia

SEBAGAI bagian dari upaya berkelanjutan dalam memberikan perlindungan


yang lebih baik bagi TKI, ILO meluncurkan publikasi terbaru tentang migrasi
kerja, 10 Tahun Menangani Migrasi Kerja di Indonesia. Publikasi yang
diluncurkan berbarengan dengan acara bincang-bincang itu mengulas bantuan
dan langkah-langkah yang diambil ILO terkait migrasi kerja di negeri ini: mulai
dari pengembangan kebijakan dan peningkatan kapasitas, hingga pemberdayaan
pekerja migran dan kampanye peningkatan kesadaran masyarakat.
Dalam publikasi ini praktik terbaik tentang migrasi kerja dibagi ke dalam empat
hal penting: 1) Komitmen politik dan perubahan kebijakan, yang menyorot
komitmen dan perubahan, baik di tingkat internasional maupun nasional,
termasuk penerapan Konvensi ILO No. 189 tentang Pekerjaan Layak untuk Pekerja
Rumah Tangga; 2) Advokasi dan peningkatan kesadaran, termasuk pengangkatan
Duta Pekerja Migran; 3) Peningkatan kapasitas untuk sistem migrasi kerja yang
lebih baik, termasuk kisah-kisah sukses para pekerja migran; dan 4) Penelitian,
dokumentasi dan publikasi sebagai referensi tentang persoalan-persoalan yang
terkait dengan migrasi kerja.

12

Albert Y. Bonasahat, Koordinator Migrasi Kerja ILO,


menampilkan publikasi migrasi kerja .

cuplikan
perjanjian-perjanjian yang secara khusus mengakui kebutuhan
pekerja perempuan, tegas Yuni.
Sementara Nyoman Darmanta, Kepala Sub-Direktorat
Kerjasama Internasional dan Penempatan Tenaga Kerja,
Kemenakertrans, mengatakan, referensi
utama tentang penempatan TKI adalah
Undang-Undang No. 39 tentang
Penempatan dan Perlindungan TKI. Undangundang ini secara jelas menetapkan bahwa
penempatan TKI ke luar negeri harus didasari
pada perjanjian bilateral antara Indonesia
dengan negara tujuan.
Menanggapi pernyataan Migrant Care
dan Komisi Nasional Perempuan, Nyoman
mengakui perlunya mengevaluasi perjanjianperjanjian yang ada. Kendati begitu,
menurutnya, hingga saat ini, pemerintah
telah berusaha menyediakan perlindungan
terbaik bagi warganya yang bekerja di luar
negeri. Saya sangat menghargai semua
komentar dan saran yang diberikan. Saya
juga setuju bahwa kita perlu mengevaluasi
dan mengkaji perjanjian-perjanjian ini agar
dapat memberi perlindungan yang lebih baik
bagi pekerja kita, serta memastikan bahwa
perjanjian-perjanjian di masa mendatang akan lebih efektif
dalam melindungi hak-hak TKI, kata Nyoman.
Untuk memberi perlindungan yang lebih baik bagi pekerja
migran melalui perjanjian-perjanjian bilateral dan multilateral,
Michiko Miyamoto, Deputi Direktur ILO di Indonesia,
mengingatkan peserta tentang Kerangka Kerja Multilateral
ILO tahun 2006 tentang Migrasi Kerja: Prinsip dan Panduan
yang Tidak Mengikat untuk Pendekatan Berbasis Hak bagi
Migrasi Kerja, yang bertujuan membantu pemerintah, mitra
sosial dan pemangku kepentingan dalam mengatur migrasi
kerja dan melindungi pekerja migran.
Kerangka kerja ini menyediakan serangkaian panduan dan
prinsip berbasis hak untuk mengambil tindakan sebagai
kompilasi praktik-praktik terbaik secara global tentang migrasi
kerja, yang dikembangkan pemerintah dan mitra sosial. Kami
berharap pemerintah semua negara anggota ILO, termasuk
Indonesia, dapat mengembangkan satu mekanisme untuk
memantau warga negara yang bekerja sebagai pekerja migran
di luar negeri, kata Michiko.

ILO Berikan Pelatihan

Logistik dan
Pemasaran
Pertanian bagi
Koperasi
ILO

diundang All China Federation of Supply and


Marketing Cooperatives (ACFSMC) untuk memberikan
pelatihan logistik dan pemasaran pada koperasi-koperasi
pertanian di Beijing, Cina, 23-26 Mei silam. Dengan
menggunakan modul My.Coop ILO, Managing Your
Agricultural Cooperatives, tim ILO, yang terdiri dari Tendy
Gunawan dari ILO Indonesia, Mohamed Farzan dari ILO
Bangladesh, dan Huseyin Polat, Konsultan Senior ILO di
Bidang Koperasi, menyelenggarakan pelatihan secara
komprehensif tentang logistik dan pemasaran produk-produk
pertanian untuk koperasi.
Pelatihan ini dihadiri 30 orang peserta dari 15 negara yaitu
13 negara Asia (Kamboja, India, Indonesia, Laos, Malaysia,
Mongolia, Myanmar, Nepal, Filipina, Sri Lanka, Thailand,
Vietnam dan Cina) serta dua negara Afrika (Tanzania dan
Uganda). Peserta pelatihan ini adalah para praktisi dan
pengurus koperasi.
Metodologi dan materi pelatihan yang menarik disampaikan
ILO untuk memperkuat pengetahuan para peserta dan
membekali mereka dengan sarana penting tentang
pengelolaan koperasi pertanian, pengelolaan rantai nilai,
pemasaran dan logistik koperasi, peran federasi koperasi di
bidang logistik dan pemasaran produk-produk pertanian.
Topik menarik tentang tren terbaru dan perkembangan
koperasi juga disampaikan oleh Huseyin sebagai salah
seorang pakar ILO yang terlibat dalam upaya pengembangan
koperasi di 20 negara Asia, Afrika dan Amerika Latin selama
lebih dari 25 tahun.

Sebagai negara asal pekerja migran terbesar kedua di dunia,


sekitar 700 ribu TKI tercatat meninggal saat bekerja di luar
negeri setiap tahun, terutama mereka yang bekerja di Asia
Timur, Asia Tenggara dan Timur Tengah. Dari jumlah tersebut,
sekitar 78 persen di antaranya bekerja sebagai pekerja rumah
tangga. Pada tahun 2012, sekitar 4,3 juga warga Indonesia
diperkirakan bekerja di luar negeri. Walaupun TKI tercatat
menyumbang sebagai kontributor terbesar kedua bagi devisa
negara, atau sekitar USD 7 miliar per tahun, namun banyak
dari pahlawan devisa ini mengalami eksploitasi dan tindak
kekerasan selama proses migrasi, baik di Indonesia maupun di
luar negeri.

13

ketenagakerjaan

Kerja sama SCORE dengan Better Work Indonesia:

Bagaimana Sebuah Pabrik Mampu Meningkatkan Produksi


SUARA mesin jahit

terdengar nyaring dari loronglorong PT Logos Indonesia. Bangunan kecil di pabrik


tersebut menampung 233 orang pekerja yang bertugas
memasang logo untuk pakaian dari merek-merek
terkenal. PT Logos termasuk salah satu pabrik kecil
di Jakarta. Perusahaan ini dianggap sebagai lokasi
percontohan yang sempurna untuk program Better
Work Indonesia (BWI) dan program Kesinambungan
Daya Saing dan Tanggung Jawab Perusahaan (SCORE)
ILO untuk melaksanakan serangkaian pelatihan yang
bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan
menghormati hak-hak pekerja.
Hanya tiga bulan setelah pelatihan modul pertama
SCORE, dari lima modul pelatihan yang ada,
perubahan sudah terlihat nyata dalam sistem produksi
PT Logo. Manajemen mengatakan bahwa mereka
belajar sambil bekerja. Kini Anda dapat melihat
bagaimana bersihnya lorong-lorong kami. Tempat
kami sempit jadi kami harus pintar memanfaatkannya,
kata M. Manalu, Staf PT Logo.
Sebelum SCORE dilaksanakan, pabrik ini sering menghadapi
masalah sampel dan pola pakaian yang berserakan di segala
penjuru ruangan. Tapi setelah mengikuti program ini, pihak
manajemen mampu menciptakan sistem yang memudahkan
pekerja menemukan bahan-bahan yang mereka butuhkan.
Program ini membantu kami meningkatkan kebersihan dan
kerapian pabrik, lanjut Manalu.

Ada lima modul dalam paket ini, yang mencakup modul


tentang kepemimpinan dan kerjasama di tempat kerja.
Modul ini mampu menjawab salah satu keluhan yang kerap
disampaikan pekerja dari pabrik garmen Indonesia, yakni
kurangnya keterampilan pihak manajemen dan serikat pekerja
dalam berkomunikasi. Problem seperti inilah, salah satu yang
ingin diperbaiki manajemen PT Logos di masa mendatang.

Menurut manajemen senior, hasil dari pelatihan ini juga sangat


dirasakan oleh para pekerja. Sebagai contohnya, penurunan
jumlah barang yang ditolak (reject) pun berkurang dari 3
persen menjadi 2,5 persen. Tapi kami ingin melihat angka
ini berkurang menjadi nol persen, kata Hendrawan, ketua
lembaga kerjasama bipartit di PT Logos.

Komunikasi antara pekerja dengan manajemen sangat


penting untuk mengatasi permasalahan yang ada di
tempat kerja. Saat ini, kami punya papan pengumuman
namun kami ingin memanfaatkannya secara lebih tepat,
terang Hendrawan.

Tujuan utama dan akhir program SCORE adalah membuat


perusahaan-perusahaan seperti PT Logos bisa menjadi
lebih kompetitif di pasar nasional dan global, ujar Januar
Rustandie, Manajer Program SCORE di Indonesia
BWI mulai melaksanakan penilaian independen tentang
pabrik-pabrik garmen di Indonesia sejak 2011 dan
berkomitmen untuk memperbaiki kondisi di tempat kerja.
Program pelatihan yang baik adalah salah satu cara untuk
mencapai tujuan tersebut.
Bekerja sama dengan SCORE, inisiatif ILO yang lain, BWI
menawarkan metode-metode pelatihan yang sudah dicoba
dan teruji untuk diterapkan di berbagai perusahaan. Sudah
ada sistem pelatihan yang baik dengan para pelatih (SCORE)
berpengalaman. Mari kita gunakan kerangka kerja yang sudah
ada ini untuk menciptakan sinergi antar program-program
ILO, kata Simon Field, Manajer Program BWI.

14

Walaupun sebagian besar pekerja sudah menerapkan


peraturan perusahaan tentang keselamatan melalui
komunikasi yang baik, namun manajemen mengatakan
mereka masih menghadapi masalah dalam meyakinkan para
pekerja untuk menggunakan masker pengaman di salah
satu ruangan dengan bahan kimia berisiko tinggi. Sebagian
besar pekerja memang sudah menerapkan kebijakan tentang
pemakaian masker dan alat penutup telinga, tapi untuk
melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan bahan
kimia berisiko tinggi, pekerja masih enggan mengenakan
masker besar yang terbuat dari bahan plastik hitam.
Mereka menganggap masker ini membuat penampilan
menjadi jelek, kata Hendrawan.
BWI akan menawarkan program pelatihan SCORE untuk
pabrik-pabrik peserta lainnya di masa mendatang.
Dan, Logos bisa menjadi pelopornya, kata Field.

cuplikan

Program ILO-SCORE Diperpanjang Lima Tahun hingga 2018


PROGRAM Kesinambungan
Daya Saing dan Tanggung
Jawab Perusahaan (SCORE) ILO
diperpanjang selama lima tahun,
dari 2013 hingga 2018, oleh donor
utamanya, Sekretariat Negara Swiss
untuk Urusan Ekonomi (SECO) dan
Badan Kerjasama Pembangunan Nowergia (NORAD). Dengan
adanya perpanjangan ini, negara-negara yang melaksanakan
program SCORE akan diperluas hingga mencakup Peru,
sehingga jumlahnya menjadi delapan negara. Di samping
Indonesia, program ini juga aktif di India, Cina, Afrika Selatan,
Ghana, Vietnam, dan Kolombia.
Secara global, perusahaan-perusahaan percontohan
mengalami peningkatan produktivitas, penurunan jumlah
produk yang harus diperbaiki atau produk yang ditolak,
kondisi kerja yang lebih baik serta komunikasi yang lebih baik
antara pihak manajemen dengan para pekerja. Di samping itu,
berdasarkan evaluasi yang dilaksanakan pada 2012, program
SCORE secara global telah memberikan pelatihan untuk 19

lembaga, mulai dari lembaga


pemerintah hingga asosiasi
industri dan badan pelatihan.
Kesemua lembaga ini telah
melatih lebih dari 250 UKM,
yang mewakili lebih dari 200
manajer dan 49 ribu pekerja,
serta melibatkan lebih dari 500 kunjungan konsultasi.
Program SCORE mencakup berbagai aspek penting
terkait hubungan di tempat kerja dan kondisi kerja, serta
umumnya merespons kebutuhan dan permintaan UKM
secara global, termasuk di Indonesia. Dengan adanya
perpanjangan ini, program SCORE diharapkan dapat terus
membantu para penyedia layanan untuk melaksanakan
pelatihan SCORE dan layanan pemberian nasihat secara
efektif, serta meningkatkan kesadaran tentang praktik
yang bertanggungjawab di tempat kerja, termasuk
persoalan-persoalan yang terkait dengan kesetaraan
gender, kata Januar Rustandie, Manajer Program ILOSCORE di Indonesia.

Manajemen Tanggap Bencana untuk Mempertahankan

Kelangsungan Bisnis

USAHA kecil menengah (UKM) rentan terhadap berbagai


jenis dan bentuk ancaman, bahaya atau krisis. Bencana banjir
yang melanda Jakarta di awal 2013, misalnya, berdampak
besar terhadap dunia usaha, terutama UKM. Bencana
tersebut menghancurkan aset bisnis UKM serta mengganggu
kelangsungan usaha, sehingga mereka terancam kehilangan
usaha dan jatuh ke jurang kemiskinan.
Dalam merespons krisis dan ancaman ini, ILO bekerjasama
dengan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengadakan
Pelatihan untuk Pelatih (ToT) tentang Pengelolaan
Kelangsungan Usaha (BCM) untuk UKM yang diselenggarakan
pada 16-19 April 2013, di Sentul, Jawa Barat. Pelatihan ini
diselenggarakan atas bantuan ILO Programme for Crisis
Response and Reconstruction (ILO/CRISIS), Pusat Pelatihan
Internasional ILO dan PT Nestle Indonesia.

pengelolaan kelangsungan bisnis ini mencoba menangkap


esensi berbagai pertanyaan yang muncul sebelum terjadinya
bencana serta menyediakan opsi tanggap bencana yang
dapat dilakukan.
Pengusaha perlu mempertahankan bisnis serta melindungi
pekerja dan aset mereka secara berkelanjutan. Ini adalah
proses berkelanjutan yang perlu diartikulasikan dalam
bentuk rencana yang fleksibel. Oleh karena itu, pengelolaan
kelangsungan bisnis bukan sekadar menghindari
risiko tapi juga membangun kemampuan bisnis untuk
mempersiapkan, merencanakan dan merespons bencana
serta mengurangi kerugian, kata Michiko Miyamoto, Deputi
Direktur ILO di Indonesia, mengomentari peran penting BCM
bagi perusahaan, khususnya UKM.

BCM adalah proses pengelolaan yang berupaya


mengidentifikasi potensi dampak yang mengancam usaha
serta menyediakan kerangka kerja untuk ketahanan bangunan
dan kemampuan dalam mengambil langkah secara efektif
untuk mengamankan kepentingan pemangku kepentingan,
reputasi, merek serta upaya untuk menciptakan nilai tambah.

Sementara itu, Nina Tursinah, Ketua Bidang UKM Apindo,


mengatakan, terdapat sekitar 80 persen UKM yang
memberikan kontribusi besar bagi perekonomian Indonesia.
Oleh karena itu, Kita perlu mendukung UKM untuk
melanjutkan usaha serta mempertahankan kegiatan usaha
mereka secara terus-menerus pasca-bencana, dengan sumber
daya manusia, materi dan sumber daya keuangan yang ada,
tegasnya.

BCM yang dikembangkan ILO dan International Organization


of Employers (IOE) ini adalah model yang ramah bagi
pemakainya dan bertujuan untuk mendukung UKM dalam
mengembangkan rencana-rencana untuk melindungi
pekerja dan usaha mereka dari konsekuensi bencana yang
datang secara tiba-tiba. Dengan menggunakan program
pelatihan partisipatif dan berorientasi pada tindakan, model

BCM yang sengaja disusun untuk menjawab permintaan


asosiasi-asosiasi bisnis dari berbagai sektor ini menyediakan
instruksi mudah tentang cara mengelola kelangsungan usaha,
mulai dari langkah persiapan hingga aktivasinya selama
menghadapi bencana, termasuk kesiapan, upaya pencegahan,
respons serta kegiatan pemulihan.

15

ketenagakerjaan

Meningkatkan Kinerja Industri Garmen

melalui Pengawasan Ketenagakerjaan


SALAH satu penyumbang terbesar perekonomian
Indonesia adalah sektor manufaktur dari produk pakaian.
Selain menciptakan lebih dari satu juta tenaga kerja, industri
pakaian juga merupakan sumber pendapatan utama
Indonesia. Laju pertumbuhan industri pakaian Indonesia,
misalnya, melebihi 8 persen per tahun. Hal ini disebabkan
karena perpindahan pabrik garmen dari Cina dan beberapa
negara lainnya ke Indonesia.
Masalahnya, keuntungan
dari industri yang tengah
berkembang ini seringkali
tidak sampai kepada para
pekerja yang bergelut dengan
ketidakpastian kerja dan kontrak
jangka pendek. Tidak adanya
aturan alih daya (outsourcing),
ketidakpatuhan dalam
pembayaran upah minimum
dan tidak adanya kerjasama
yang baik di tempat kerja, kian
memperburuk kondisi kerja .

di Jakarta, pada 22-23 Mei 2013. Pelatihan serupa juga akan


dilakukan di Yogyakarta dan Semarang.
Selaku pengawas, saya kerap menemui berbagai
pemasalahan pelik di lapangan. Sebagai contoh, ketika
berkunjung ke sebuah pabrik dan berdiskusi dengan para
pekerja, saya kerap mendengar keluhan tentang tindak
kekerasan, baik kekerasan secara verbal maupun fisik,
ungkap Rahmawati dari Suku Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Jakarta Utara.
Namun, saat mengungkapkan
fakta kekerasan tersebut kepada
pengusaha pabrik tersebut, ia
seringkali menerima sanggahan
dan penolakan. Para pemilik
pabrik membantah adanya
tindak kekerasan seperti itu di
pabrik-pabrik mereka. Bahkan
saya sering mendapatkan
tawaran untuk menerima
sogokan. Tetapi karena saya
memiliki integritas tinggi
terhadap pekerjaan, saya tolak
tawaran-tawaran tersebut,
ungkapnya.

Hubungan kerja yang tidak adil


dan tidak berimbang antara
pengusaha dan pekerja sering
menyebabkan kerugian di pihak
pekerja. Oleh karena itu, peran
pemerintah untuk meningkatkan
kehidupan yang layak bagi para
pekerja sangat dibutuhkan.
Hal ini merupakan pelaksanaan
dari Undang-Undang Dasar
1945 Pasal 28 D ayat 1 yang
menyatakan bahwa setiap orang
berhak bekerja serta mendapat
imbalan dan perlakuan adil dan
layak dalam hubungan kerja.

Sedangkan Sjamsul Bahri, Kepala


Bagian Kerjasama Luar Negeri
dan Hukum Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi, dalam
diskusi tentang norma-norma
ketenagakerjaan menyatakan,
sebagai aparat pengawas
ketenagakerjaan tentu dituntut
mampu melakukan penilaian
secara komprehensif. Karena,
bila gagal melakukannya, maka
industri garmen tidak dapat bertahan di Indonesia.

Untuk mewujudkan keharmonisan dalam hubungan kerja


di Indonesia, Pemerintah Indonesia melalui para pengawas
ketenagakerjaannya harus memiliki integritas tinggi dalam
rangka menjalankan peran dan fungsinya secara berkeadilan.
Untuk mengingatkan kembali pentingnya peran pengawas
dalam hubungan industrial ini, Kementerian Tenaga Kerja
dan Transmigrasi bekerja sama dengan Better Work
Indonesia (BWI) menyelenggarakan acara Pelatihan Norma
Ketenagakerjaan dan K3 untuk Pengawas Ketenagakerjaan

Ia pun menegaskan pentingnya sistem kajian dan


pengumpulan data di lapangan. Kita harus dapat
membenahi sistem penilaian dan mengumpulkan data
lapangan yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga
memiliki landasan kuat dalam mengambil tindakan hukum
yang diperlukan, katanya. Sjamsul juga menegaskan,
kerjasama antara BWI dan pengawas ketenagakerjaan
harus selalu berjalan beriringan agar bisa meningkatkan
kesejahteraan sosial serta kinerja perekonomian Indonesia.

...sebagai aparat pengawas ketenagakerjaan tentu dituntut mampu melakukan


penilaian secara komprehensif. Karena, bila gagal melakukannya, maka industri
garmen tidak dapat bertahan di Indonesia
Sjamsul Bahri,
Kepala Bagian Kerjasama Luar Negeri dan Hukum Kemenakertrans

16

ketenagakerjaan

Mengkaji Dampak Perdagangan

terhadap Ketenagakerjaan di Indonesia

UNTUK mengkaji secara lebih lanjut permasalahan


terkait dengan perdagangan dan ketenagakerjaan,
Organisasi Perburuhan Internasional (International Labour
Organization/ILO) meluncurkan publikasi baru bertajuk
Trade and Employment: Country Report for Indonesia
pada 4 Juli 2013, di Jakarta. Laporan ini menyoroti
hubungan antara perdagangan dan ketenagakerjaan di
Indonesia dalam penyusunan kebijakan nasional. Laporan
pun disusun berdasarkan studi-studi yang dilakukan Proyek
ILO-ETE di Indonesia serta diskusi yang diselenggarakan
dalam pertemuan-pertemuan Policy Working Group ETE di
Indonesia.
Selanjutnya, laporan menekankan pada perlunya Indonesia
mengambil langkah-langkah yang tepat guna mengurangi

Peluncuran Laporan untuk Indonesia di Jakarta.

biaya penyesuaian dari perdagangan bebas. Laporan pun


menekankan pada kebutuhan akan kebijakan-kebijakan
tambahan untuk meningkatkan kapasitas penawaran negara,
yang akan memerlukan perbaikan besar dalam infrastruktur
fisik, produktivitas kerja yang lebih tinggi dan tata kelola
ekonomi yang lebih baik.
Peluncuran ini juga menandai berakhirnya Proyek ILO-ETE di
Indonesia. Selama empat tahun, Proyek ini telah memberikan
analisis dan dukungan terhadap penyusunan kebijakankebijakan perdagangan dan pasar kerja yang efektif dan
terpadu guna menyikapi tantangan-tantangan yang dihadapi
para pekerja dan pengusaha serta memperluas kesempatan
penciptaan lapangan kerja yang layak.

ADB-OECD-ILO Mengkaji

Perdagangan dan Ketenagakerjaan Global


Konferensi ini menghadirkan pembuat kebijakan,
analisis dan praktisi dari berbagai negara, termasuk
negara-negara ASEAN, Afrika Selatan dan Brasil.
Memanfaatkan beragam keahlian para peserta,
konferensi ini memberikan kesempatan besar untuk
memperluas pemahaman mengenai mekanisme
di mana ketenagakerjaan dan perdagangan saling
berinteraksi dalam konteks global.

SEBAGAI bagian dari kegiatan-kegiatan Inisiatif


Internasional Bersama mengenai Perdagangan dan
Ketenagakerjaan (International Collaborative Initiative
on Trade and Employment/ICITE), Bank Pembangunan
Asia (ADB), Organisation for Economic Co-operation
and Development (OECD) dan Organisasi Perburuhan
Internasional (ILO) menjadi tuan rumah konferensi regional
mengenai Perdagangan dan Ketenagakerjaan di Dunia yang
Terglobalisasi (Trade and Employment in a Globalized World)
pada 10 11 Desember 2012, di Jakarta.

Selanjutnya, konferensi ini bertujuan untuk berbagi


dan bertukar informasi mengenai temuan-temuan
utama dari prakarsa ICITE tentang prioritas
kebijakan untuk perdagangan dan ketenagakerjaan
internasional. Konferensi pun memberikan ruang
untuk menjalin jaringan dan dialog yang lebih baik
dalam menanggulangi tantangan perdagangan dan
ketenagakerjaan di kasawan ini dan untuk menentukan upayaupaya yang mengarah pada kerjasama yang lebih kuat lagi
masa mendatang di antara para pemangku kepentingan terkait.
Konferensi ini diselenggarakan ILO melalui Proyek Mengkaji
dan Menanggulangi Dampak Perdagangan terhadap
Ketenagakerjaan (ETE), yang didanai Uni Eropa. Proyek
bertujuan untuk menganalisa dan mendukung penyusunan
kebijakan-kebijakan perdagangan dan ketenagakerjaan
yang efektif dan terpadu dalam menangani penyesuaian
tantangan yang dihadapi pekerja dan pengusaha serta
perluasan penciptaan pekerjaan yang layak di negara-negara
berkembang.

17

ketenagakerjaan

Air Bersih
bagi Masyarakat Bawomataluo, Kepulauan Nias
ANAK-ANAK Desa
Bawomataluo, Kepulauan Nias,
tersenyum lebar saat pertama kali
melihat dan menyentuh air bersih yang
mengalir dari pipa ledeng di depan
rumah mereka. Mata mereka terlihat
berbinar bahagia saat membasuh wajah
dengan air.
Ibu mereka maupun kaum perempuan
yang lain di desa tersebut pun ikut
merasakan kebahagiaan. Dengan
tersedianya air bersih di rumah, mereka
kini tidak perlu lagi berjalan jauh
mengambil air bersih untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Mereka juga
tidak perlu lagi mengangkat ember air
yang berat di atas kepala dan tangan
mereka.
Desa Bawomataluo, yang berarti
Bukit Matahari, terkenal karena atraksi
utamanya: lompat batu, yang sangat
diminati wisatawan dalam maupun luar
negeri itu. Meskipun demikian, lantaran kurang tersedianya
air bersih, sebagian besar wisatawan hanya tinggal di sana
selama dua jam untuk menonton atraksi lompat batu. Mereka
tidak pernah menginap karena sanitasi yang buruk.
Karena lokasinya di atas perbukitan, warga desa harus
berjalan jauh ke kaki bukit untuk mengambil air. Air tidak
masuk desa sehingga kami sulit mendapatkan air. Kami hanya
menggunakan air untuk minum dan memasak, akibatnya
kondisi sanitasi dan kebersihan di sini sangat buruk. Penyakit
diare sering terjadi, kata Waspada Wau, salah seorang tokoh
masyarakat.
Untuk membantu warga desa mendapatkan air, ILO melalui
program prasarana berbasis masyarakat, membangun
fasilitas pasokan air pada April 2012. Bekerja sama dengan
masyarakat setempat, fasilitas air ini akhirnya selesai pada
Maret 2013 silam. Kini sarana ini mampu menyediakan
pasokan air bersih untuk 1.000 kepala keluarga.
Ini adalah tugas yang penuh tantangan karena kami harus
melawan gravitasi. Namun kami akhirnya mampu membangun

Penyakit diare sudah berkurang


secara signifikan karena sanitasi
dan kebersihan yang lebih baik
di kalangan warga desa. Kehidupan
kami sekarang jadi lebih sehat
Hikmat Zega,
Tokoh Masyarakat

18

fasilitas pasokan air, yang terdiri dari


satu jalan kecil ke beberapa lokasi mata
air, 10 waduk, dua unit pompa air,
satu rumah pompa dan satu pos jaga,
serta menghubungkan saluran pipa
sepanjang 1,9 km ke 14 pipa ledeng
yang ada di desa, jelas Jamil Djonie,
Staf ILO.
Warga desa bekerja sebagai kontraktor masyarakat yang
memasang semua instalasi, sementara ILO memastikan bahwa
mereka punya keterampilan yang memadai untuk memelihara
fasilitas tersebut serta melakukan perluasan layanan di
masa mendatang. Oleh karena itu, untuk memastikan
kelangsungannya, ILO menyediakan pelatihan tentang
perawatan fasilitas selama dua minggu pada 2013 ini.
Di samping itu, masyarakat berkomitmen untuk membayar
iuran bulanan sebesar Rp. 20.000 per kepala keluarga untuk
membeli bahan bakar dan membayar tim perawatan lokal.
Iuran ini adalah upaya menciptakan rasa ikut memiliki di
kalangan warga setempat guna memastikan kelangsungan
fasilitas ini untuk jangka panjang, kata Waspada.
Pembangunan fasilitas pasokan air ini tidak saja membuat
air mengalir ke desa, tapi yang terpenting adalah mampu
meningkatkan kondisi kesehatan dan sanitasi masyarakat
setempat. Penyakit diare sudah berkurang secara signifikan
karena sanitasi dan kebersihan yang lebih baik di kalangan
warga desa. Kehidupan kami sekarang jadi lebih sehat, kata
Hikmat Zega, tokoh masyarakat lainnya.
Ia juga berharap bahwa dengan adanya fasilitas air ini, jumlah
wisatawan yang menonton atraksi lompat batu akan semakin
meningkat. Bukan itu saja, kami juga berharap mereka
mau tinggal lebih lama agar dapat belajar lebih banyak
tentang budaya kami. Mereka dapat menginap di rumah
singgah (homestays) yang kami sediakan, sehingga dapat
meningkatkan mata pencarian dan penghasilan kami, kata
Hikmat.

ketenagakerjaan

Komitmen Remaja Nias

Melestarikan Warisan Budaya

KEPULAUAN NIAS terkenal akan desa dan rumah


adatnya. Rumah adat Nias dikenal karena keunikan arsitektur
dan lanskapnya, yang dibuat secara tradisional menggunakan
kayu tanpa paku. Rumah-rumah adat ini disebut Omo Hada
atau rumah besar, sedangkan rumah untuk Raja disebut Omo
Sebua.
Dalizisochi Manao, 74 tahun dari Nias Selatan, menceritakan,
dulu pernah ada seorang arsitek Belanda yang berkunjung ke
Museum Warisan Budaya Nias untuk belajar cara membangun
rumah adat Nias. Setelah melihat bentuk rumat adat, ia
menggelengkan kepala. Setelah memeriksa struktur rumah
yang rumit, ia akhirnya menyerah. Terlalu rumit, kata arsitek
tersebut kepada Dalizisochi.
Untuk melestarikan warisan budaya Nias, terutama metode
konstruksi dan arsitektur tradisionalnya, ILO melalui bagian
warisan budaya proyek Akses Pedesaan dan Peningkatan
Kapasitas Nias (Nias-RACBP) menggelar program magang
pada tahun 2012 untuk sembilan orang murid SMK2 dan
SMK Pemda. Mereka secara intensif mempelajari tentang
keterampilan menggambar konstruksi bangunan. Program
ini berlangsung selama sembilan bulan, yang terdiri dari tiga
bulan pelatihan di ruang kelas dan enam bulan pelatihan
magang.
Kami merancang program magang ini tidak saja untuk
menyediakan pelatihan teknis tapi juga pengalaman langsung
tentang cara membangun dan melestarikan rumah adat.
Setelah sesi pelatihan di kelas, para pelajar ini langsung
dilibatkan dalam kegiatan rehabilitasi rumah adat yang
diadakan ILO. Sejak tahun 2010, kami telah merehabilitasi
141 rumah adat dan empat megalit dalam waktu dua tahun.
Kami berharap kegiatan rehabilitasi ini akan berlanjut dan
diteruskan oleh generasi muda Nias, kata Jamil Djonie, Staf
ILO.

Nifati Krisliman Zai,


salah seorang peserta
magang, mengatakan,
selama pelatihan ini
mereka belajar cara
membuat gambar teknis rumah adat secara lengkap, yang
terdiri dari rencana, tampilan, bagian, informasi rinci, jalan
masuk, pintu, jendela dan sebagainya. Kami juga belajar
cara membuat gambar tiga dimensi sebuah rumah adat dari
beberapa sudut eksterior, dan kami dapat menerapkan apa
yang kami pelajari di kelas saat membantu rehabilitasi rumah,
ujarnya.
Karena keunikan dan kompleksitasnya, sebagian besar gambar
teknis rumah adat Nias didokumentasikan oleh arsitek asing.
Penduduk lokal Nias biasanya belajar cara membangun rumah
secara tradisional yang diturunkan oleh leluhur mereka. Saya
belajar dengan melihat orangtua saya membangun rumah.
Batunya begini, kayunya di mana. Jadi tidak diajarkan seperti
di sekolah, kata Dalizisochi, yang kini merupakan salah satu
dari sedikit orang yang tahu cara membangun rumat adat
menggunakan naluri.
Setelah program magang awal melalui ILO ini, pemerintah
daerah dan tokoh masyarakat Nias telah mengintegrasikan
gambar teknis rumah adat ke dalam kurikulum SMK, dan
aktif melibatkan tidak saja partisipasi pelajar tapi juga kepala
sekolah dan guru dalam proses pembelajaran.
Sebagai generasi muda Nias, saya dan teman-teman
perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup
tentang warisan tradisi kami, terutama arsitektur unik dari
rumat adat kami. Di samping itu, sebagai generasi muda, kami
juga bertanggungjawab untuk mendokumentasikan teknik dan
gambar tradisi kami untuk generasi mendatang, agar dapat
dilestarikan dan direhabilitasi, kata Nifati.

19

ketenagakerjaan

Harapan Sepanjang Jalan -

27

352/2*8(  3$5721(  3$577:2  PART THREE  (3,/2*8(

Publikasi ini berusaha mengabadikan semangan


dan inspirasi dari masyarakat setempat. Buku ini
pun mengabadikan perpaduan kerja keras dan kerja
cerdas dalam keadaan yang serba bersahaja, yang
terbukti menghadirkan manfaat yang tak terbayangkan
sebelumnya bagi masyarakat di daerah-daerah terpencil.

28

 3$5721(  3$577:2  3$577+5((  (3,/2*8(

Kisah Sontinia, berjudul Warung Sontinia dan Rekreasi


Minggu Pagi di Jembatan Oyo, merupakan satu dari
puluhan kisah dari Aceh dan Nias yang dituangkan
ILO melalui publikasi esai foto terbarunya, Harapan
Sepanjang Jalan. Publikasi ini menyajikan rangkaian
cerita fotografis tentang Program Investasi Intensif
Lapangan Kerja ILO di Aceh dan Nias, yang didukung
Multi Donor Fund untuk Aceh dan Nias dan merupakan
bagian dari kerja besar pemerintah pusat maupun lokal,
bersama-sama masyarakat setempat, untuk membangun
kembali Aceh dan Nias yang luluh lantak oleh bencana
tsunami tahun 2004 dan gempa bumi tahun 2005.

PROLOGUE

lama usai. Usai misa kebaktian, banyak warga berduyunduyun menuju jembatan Oyo. Jumlah warga yang
datang bisa mencapai 200 orang setiap akhir pekan.
Banyaknya warga yang berekreasi di jembatan Oyo
membuat warung Sontinia, yang berjarak sekitar 50
meter dari jembatan, mendadak ramai. Dibantu saudarasaudaranya, ia melayani pesanan mie instan, kopi, dan
juga rokok. Bagai aliran sungai yang terus mengalir di
bawah jembatan, rezeki Sontinia pun mengalir deras

Publikasi setebal
162 halaman ini
ditutup dengan
pesan dari Direktur
ILO di Indonesia, Peter van
Rooij, yang mengatakan:
Jika ada pesan yang perlu
diringkaskan dari apa yang
telah dilakukan ILO di Aceh
dan Nias untuk daerahdaerah lain, berikut pesan
itu: pertama, pembangunan
infrastruktur merupakan
tantangan terbesar dalam
pembangunan. Kedua,
pekerjaan infrastruktur
dapat dilaksanakan dengan
hasil kualitas yang lebih
baik dengan biaya yang
lebih rendah dan manfaat
yang lebih besar dengan
praktik-praktik umum yang
sederhana. Ketiga, dengan
pendekatan berbasis sumber
daya lokal, pekerjaan
infrastruktur dapat secara
signifikan membantu
mendorong ekonomi lokal
melalui penciptaan lapangan
kerja yang lebih banyak.

352/2*  BAGIAN SATU  %$*,$1'8$  %$*,$17,*$  (3,/2*

MISA kebaktian pada hari Minggu pagi itu belum

PROLOGUE  3$5721(  3$577:2  3$577+5((  (3,/2*8(

Cerita Fotografis dari Program Investasi


Intensif Lapangan Kerja ILO di Aceh dan Nias

135

20

ketenagakerjaan

Pameran Musrengbangnas:

Langkah Maju untuk Program


Strategis ILO di Indonesia

MUSYAWARAH
Perencanaan Pembangunan
Nasional (Musrenbangnas),
yang merupakan musyawarah
tahunan yang diadakan
Pemerintah Indonesia,
dianggap sebagai salah satu
ajang nasional berbergengsi.
Tidak saja oleh semua
kementerian dan lembaga
pemerintah Indonesia
di semua tingkatan, tapi
juga oleh para mitra
pembangunan di Indonesia,
termasuk badan-badan PBB.
Dalam Musrenbangnas, yang
dibuka secara resmi oleh Presiden Indonesia ini, diumumkan
keputusan-keputusan strategis yang akan diambil pemerintah
untuk beberapa tahun mendatang.
Dalam musyawarah yang dipimpin Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional (Bappenas) pada 29-30 April 2013
di Jakarta ini, ILO diundang untuk berpartisipasi dalam
pameran pembangunan. Pameran ini merupakan bagian
dari Musrenbangnas dengan tujuan memperlihatkan capaian
yang telah diraih serta pelajaran yang diperoleh dari berbagai
program pembangunan yang dilaksanakan Pemerintah
Indonesia dan mitra sosial.
Dengan tema Padat Karya Infrastruktur Berbasis Komunitas,
Bappenas bersama kementerian lini, Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) dan Kementerian
Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT), mengundang ILO
untuk mempresentasikan keberhasilan dan pelajaran yang
diperoleh dari Program Investasi Intensif Lapangan Kerja (EIIP)
yang dilaksanakan di Aceh dan Nias.
Pembangunan jalan desa dan penciptaan lapangan kerja
untuk masyarakat desa masih menjadi tantangan besar bagi
Indonesia. Untuk itu, pendekatan berbasis sumber daya
lokal menyediakan model pembangunan infrastruktur yang
mampu secara efektif memperbaiki jaringan jalan, mendorong
terciptanya pekerjaan lokal, membantu pemulihan ekonomi
secara keseluruhan serta membangun kapasitas teknis dan
kelembagaan.
Dalam sambutannya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
menyampaikan terima kasih kepada ILO yang telah membantu
Pemerintah Indonesia. Presiden beserta jajarannya menyambut
baik informasi yang diberikan Reyna Usman, Direktur Jenderal
Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja (Binapenta)
Kemenakertrans dan Singgih, Wakil Menteri KPDT tentang

pelaksanaan proyek percontohan yang menggunakan


pendekatan berbasis sumber daya lokal (LRB) ILO, dan rencana
untuk mereplikasi pendekatan ini di provinsi-provinsi lain.
Infrastruktur merupakan salah satu prioritas utama di
Indonesia. Pendekatan ini dapat menjadi sarana efektif
untuk mengatasi tantangan dan memberi hasil yang bersifat
langsung dengan biaya rendah serta program infrastruktur
bermutu tinggi dan berdampak besar di Indonesia, kata
Reyna.
Menanggapi tanggapan positif selama pameran berlangsung,
Direktur ILO di Indonesia, Peter Van Rooij, menyatakan, ILO
berharap dapat terus menjalin kerjasama dengan Pemerintah
Indonesia untuk melihat lebih jauh bagaimana pendekatan
berbasis sumber daya lokal (LRB) ini dapat direplikasi dan
diterapkan di daerah-daerah lain di Indonesia.

21

ketenagakerjaan

Kisah Lilis Suryani:

Mengubah Tragedi

menjadi Peluang Pasca-Tsunami


perkebunan keluarga,
seperti halnya sebagian
besar masyarakat Mentawai,
sebelum bencana tsunami
menghantam kepulauan
tersebut pada Oktober 2010.
Bencana itu menimbulkan
kerugian sebesar Rp 117,82
miliar, dan hampir 80 persen
dari angka ini muncul dari
subsektor perkebunan dan
perikanan.

AIR MATA bahagia


mengalir di wajah Lilis
Suryani, 23 tahun, saat
mengingat enam bulan
lalu, toko makanan ringan
Shirley yang terkenal
di Padang, Ibu Kota
Sumatera Barat, melakukan
pemesanan pertama
sebanyak 100 bungkus
keripik talas. Ya, Lilis adalah
seorang pengusaha dari
Mentawai yang memiliki
spesialisasi makanan
ringan. Sulit dipercaya.
Semua kerja keras saya
membangun usaha ini
akhirnya berhasil. Kini saya
hidup sebagai seorang
pengusaha, kata Lilis.
Pesanan pun terus
berdatangan. Dua kali sebulan atau kadang bahkan seminggu
sekali, Shirley memesan 100 bungkus keripik talas Lilis
bermerek Simananamyang berarti lezat dalam bahasa
lokal Mentawai. Harganya pun terjangkau, satu bungkus
kecil keripik talas ukuran 100 gram dijual seharga Rp 5.000,
sedangkan yang ukuran 250 gram dijual Rp 10.000 per
bungkus.
Simananam adalah produk makanan ringan pertama dari
Kepulauan Mentawai yang mampu menembus pasar Padang.
Sebagai salah satu daerah paling terisolir di negeri ini,
produk-produk dari Mentawai sulit menjangkau pasar yang
lebih besar. Di samping mutu dan kemasan produk, tantangan
utamanya adalah pengiriman produk dari Mentawai ke
Padang tergolong sulit.
Keripik talas Lilis harus menyusuri perjalanan selama empat
jam melalui jalan sempit dan terjal di hutan belantara
Mentawai. Perjalanan sekitar 37 kilometer, dari Desa Pagai
Selatan di mana Lilis tinggal dan memproduksi keripik
harus ditempuh untuk bisa sampai ke ibu kota Sikakap. Dari
sana, produk masih harus meyeberangi laut selama 14 jam
menggunakan kapal ferry
yang hanya beroperasi
Tsunami telah
seminggu satu kali ke
mengubah
Padang.

hidup saya
menjadi lebih baik.
Padahal saya tidak
pernah bermimpi
menjadi seorang
pengusaha

22

Tsunami telah
mengubah hidup saya
menjadi lebih baik.
Padahal saya tidak
pernah bermimpi
menjadi seorang
pengusaha, kata Lilis,
yang dulu membantu
keluarganya mengelola

Lilis dan keluarga harus


mengungsi ke lokasi yang
lebih tinggi, sehingga ia harus
meninggalkan pekerjaan dan
kehilangan mata pencarian
keluarga. Saat Lilis mendengar
tentang program pelatihan
pembuatan makanan
ringan, ia bersemangat
mengikutinya karena belum ada penghasil makanan ringan di
lingkungannya.
Waktu saya mendengar tentang pelatihan tersebut, saya
segera mengambil kesempatan sekali seumur hidup ini.
Walaupun saya belum tahu apa-apa tentang produksi makanan
ringan, katanya. Lilis mengikuti pelatihan ini sebagai sarana
yang tidak saja untuk mengembangkan keterampilan dan
pengetahuannya, tapi juga untuk menggunakan kesempatan
ini agar bermanfaat bagi masyarakatnya.
Lilis merupakan salah satu dari 30 kaum muda terkena
dampak tsunami dari Pagai Selatan dan Pagai Utara,
Mentawai, yang terpilih dari sekitar 100 orang kandidat oleh
Program Pemulihan Mata Pencarian Kepulauan Mentawai
ILO. Bersama sembilan orang koleganya, Lilis dikirim ke
Balai Pelatihan Universita Padang untuk mengikuti pelatihan
kejuruan pembuatan makanan ringan selama dua minggu atau
120 jam. Sedangkan, 20 peserta Mentawai lainnya mengikuti
pelatihan servis motor dan pembuatan furnitur.
Untuk memastikan peserta pelatihan memiliki kapasitas
untuk membuka usaha mereka sendiri, Lilis dan kelompok
perempuannya memperoleh bantuan pasca-pelatihan dari
ILO. Bantuan diberikan dalam bentuk peralatan kerja, di
samping pengemasan, merek, dan bantuan pemasaran, serta
pembinaan usaha.
Pelatihan ini merupakan bagi dari metodologi pelatihan 4
in 1 ILO yang memadukan survei keterampilan, pelatihan
berbasis kompetensi, sertifikasi kompetensi dan dukungan
setelah pelatihan, kata Lucky F. Lumingkewas, Staf ILO untuk
Program Pemulihan Mata Pencarian Mentawai. Namun,
selain dukungan dan pelatihan kerja, hal yang paling penting
adalah motivasi dan dedikasi dari para peserta. Motivasi
dan semangat Lilis sangat luar biasa. Dia pantang menyerah
apapun yang terjadi.

ketenagakerjaan

Meningkatkan Kesadaran Keuangan


dari Kelompok Marjinal
KURANGNYA kesadaran finansial di Indonesia,
mendorong ILO untuk secara aktif mempromosikan
inklusi finansial bagi kelompok-kelompok rentan melalui
pelatihan kesadaran finansial yang memungkinkan mereka
merencanakan masa depan, mengelola pemasukan,
menghindari hutang yang berlebihan, serta mengelola secara
lebih baik permasalahan hidup (seperti penyakit, bencana dan
sebagainya)yang dapat menempatkan mereka dalam situasi
keuangan yang sulit sehingga jatuh terjerembap ke bawah
garis kemiskinan.
Untuk meningkatkan kesadaran kelompok marjinal tentang
masalah finansial, ILO bekerja sama dengan Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) menyelenggarakan
Pelatihan untuk Klien tentang Pendidikan Keuangan bagi
Kelompok Marjinal pada 20-21 April 2013. Pelatihan dua hari
itu diikuti oleh 25 orang perwakilan dari organisasi masyarakat
madani dan organisasi masyarakat yang menangani kelompok
marjinal seperti orang yang hidup dengan HIV (ODHA),
pekerja seks, pengamen dan sebagainya

Sekarang saya punya


pengetahuan lebih tentang
pengelolaan keuangan.
Keluarga saya jadi lebih mampu
mengelola pengeluaran kami untuk
menghindari pengeluaran yang tidak
perlu
Eka Dwi,
Anggota Jaringan Aksi Perubahan
Indonesia (JAPI)

anggota organisasinya, masyarakat serta para penerima


manfaat.
Keragaman peserta merupakan tantangan tersendiri. Tapi
yang juga tak kalah penting adalah masukan dari peserta,
karena sangat membantu saya sebagai pelatih untuk
meningkatkan keterampilan dalam mengadakan pelatihan,

Pelatihan ini difasilitasi oleh para pelatih yang telah mengikuti


Pelatihan untuk Pelatih (ToT) dengan tema serupa yang
diadakan pada Desember 2012. Tujuan utama pelatihan ini
adalah meningkatkan pengetahuan finansial para peserta
dari kelompok marjinal serta meningkatkan keterampilan
pelatih yang pernah mengikuti pelatihan agar mereka lebih
berkompeten dalam mengadakan pelatihan serupa untuk
Saat ini, Lilis dan kelompok perempuannya yang terdiri dari
10 orang memproduksi 300-500 bungkus keripik talas setiap
dua minggu sekali, dan sedang dalam proses memperluas
pasar mereka ke ibukota Tua Pejat, Mentawai, serta tooktoko lainnya di Padang. Ia berharap dapat meningkatkan
produktivitas usahanya agar dapat merekrut lebih banyak lagi
perempuan di desanya untuk bergabung dalam usaha ini.
Kepulauan Mentawai merupakan rantai kepulauan yang
terdiri dari lebih 70 pulau dan pulau-pulau kecil di pantai
barat Pulau Sumatera, Indonesia. Didanai Program Pemulihan
Mata Pencaharian Kepulauan Mentawai merupakan program
bersama antara United Nations Food and Agriculture
Organization (FAO), United Nations Development Programme
(UNDP) dan ILO. ILO terfokus pada intervensi pemulihan mata
pencaharian dalam bentuk pengembangan keterampilan
manajemen dan usaha melalui berbagai program pelatihan,
termasuk pelatihan mengenai pengembangan usaha mikro,
pemasaran dan proses pasca produksi.
Kini, ILO pun terfokus pada upaya memperkuat lembaga
keuangan mikro di Mentawai sehingga mereka dapat
memberikan pinjaman kepada kelompok-kelompok produktif
di desa-desa sekitar. Diharapkan model pemulihan mata
pencaharian ILO ini dapat direplikasi dan ditingkatkan oleh
pemerintah kabupaten Mentawai, pemerintah provinsi
Sumatera Barat dan Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB), ujar Lucky.

kata Evan Maruf, salah seorang pelatih dari Generasi


Muda Peduli Tanah Air (Gempita), sebuah organisasi yang
menangani kaum muda.
Sementara itu, Novi Mudjiati, pelatih dari Jaringan
Aksi Perubahan Indonesia (JAPI), mengaku, ia dapat
mempraktikkan teknik-teknik pelatihan yang ia pelajari
dari ToT tersebut. Kini ia merasa lebih percaya diri dalam
mengadakan pelatihan keuangan untuk para koleganya.
Di samping lebih percaya diri, para pelatih juga mampu
memperbaiki cara mereka dalam mengelola perencanaan
dan pengelolaan keuangan. Kini saya lebih teliti dalam
menghitung pengeluaran harian saya, kata Merry
dari JAPI. Sementara anggota JAPI lainnya, Eka Dwi,
mengatakan,Sekarang saya punya pengetahuan lebih
tentang pengelolaan keuangan. Keluarga saya jadi lebih
mampu mengelola pengeluaran kami untuk menghindari
pengeluaran yang tidak perlu.

23

ketenagakerjaan

Mengembangkan Keterampilan dan Peluang

Kewirausahaan Masyarakat Adat Papua


TANAH PAPUA, yang terdiri dari Provinsi Papua
dan Papua Barat, merupakan wilayah terbesar di Indonesia,
tapi paling jarang penduduknya. Hanya terdapat 3,6 juta
penduduk yang terdiri dari lebih 250 suku dan kelompok
etnis, di mana sekitar 73 persen masyarakat adat Papua
tinggal di daerah pedesaan. Walaupun Papua merupakan
salah satu daerah terkaya di negeri ini, namun tingkat
kemiskinan mencapai dua kali lipat angka rata-rata nasional,
dan merupakan yang tertinggi di Indonesia.
Untuk meningkatkan kesejahteraan, terutama di kalangan
masyarakat adat, ILO ditunjuk sebagai lembaga pelaksana
tahap kedua proyek United Nation Development Program
(UNDP). Proyek bertema Program Pembangunan Berbasis
Masyarakat Tahap 2 (PcDP) 2, yang didanai New Zealand Aid
ini bertujuan untuk mendukung pengembangan usaha lokal,
memfasilitasi akses keuangan bagi kelompok usaha pilihan
serta membantu pendirian balai-balai pengembangan usaha
mikro atau penyedia layanan pengembangan usaha.

menggunakan kombinasi modul pelatihan 4 in 1, GET


Ahead (Gender dan Kewirausahaan Bersama), Pendidikan
Keuangan untuk Keluarga, serta mengadakan pelatihan untuk
450 pengusaha pilihan yang mengelola usaha mikro di dari
lima kabupaten percontohan.
Layanan yang disediakan balai-balai ini mencakup
pengelolaan usaha dan keuangan, pemasaran, konseling
bisnis serta akses ke lembaga keuangan mikro. Hingga
saat ini, bekerja sama dengan Bank Indonesia dan
Pemerintah Daerah Papua dan Papua Barat, proyek ini

Ada delapan kabupaten yang ditargetkan untuk proyek


ini yaitu enam kabupaten di Provinsi Papua (Jayawijaya,
Yahukimo, Yappen, Mimika, Boven Digoel dan Sarmi) dan
dua kabupaten di Papua Barat (Manokwari dan Fak-fak). Dari
delapan kabupaten ini, lima kabupaten kemudian dipilih
sebagai kabupaten percontohan: tiga di Provinsi Papua
dan dua di Provinsi Papua Barat. Di kabupaten-kabupaten
percontohan tersebut, proyek ini menyediakan pelatihan
bagi 25 orang pelatih lokal, 12 perempuan dan 13 laki-laki,
yang berasal dari lembaga-lembaga pemerintah, lembaga
keuangan mikro dan universitas.
Para pelatih ini akan membantu pengembangan usaha lokal
dalam menyediakan layanan pengembangan usaha dengan

Keterampilan Kewirausahaan
Perempuan Papua
YULIANA Pigai, juga dikenal sebagai Mama Yuliana,
adalah seorang pedagang di pasar tradisional Mama-mama
Papua yang terkenal di Jayapura, Papua. Mama Yuliana
berasal dari Paniai. Ia berjualan sayur-sayuran di pasar
tradisional sejak tahun 2000. Walaupun tidak mengenyam
pendidikan formal, namun ia aktif berpartisipasi dalam asosiasi
pedagang tradisional sebagai Ketua Asosiasi Pedagang
Mama-mama Papua.
Sebagian besar pedagang di pasar ini adalah perempuan
masyarakat adat yang menjual sayur-sayuran, ikan asap, ubi,
jagung dan bahan makanan lain. Mereka mengelola usaha
secara tradisional tanpa pembukuan atau pengelolaan usaha
yang baik.

24

ketenagakerjaan
mampu meningkatkan dan memperkuat keterampilan
manajerial dan teknis dari tujuh lembaga lokal, mulai dari
koperasi perempuan dan kelompok simpan pinjam hingga
organisasi masyarakat dan universitas. Tujuannya agar
dapat menjadi balai pengembangan usaha atau penyedia
layanan pengembangan usaha, jelas Sinthia Harkrisnowo,
Koordinator Lokal ILO untuk Proyek PcDP 2.
Balai-balai pengembangan ini, tambah Sinthia, juga berfungsi
sebagai balai sumber daya dan inkubasi untuk usaha mikro
dan kecil (UMK) di kabupaten-kabupaten percontohan.
Balai-balai ini akan memainkan peran penting dalam
mengubah pola pikir tradisional sebagian besar masyarakat
adat di Papua. Mereka memiliki pengetahuan yang minim
atau bahkan tidak sama sekali tentang perencanaan bisnis,
pengelolaan uang, investasi masa depan, pembukuan dan

...bekerja sama dengan


Bank Indonesia dan
Pemerintah Daerah Papua
dan Papua Barat, proyek ini mampu
meningkatkan dan memperkuat
keterampilan manajerial dan teknis
dari tujuh lembaga lokal... menjadi
balai pengembangan usaha atau
penyedia layanan pengembangan
usaha
Sinthia Harkrisnowo,
Koordinator Lokal ILO untuk Proyek
PcDP 2

sebagainya. Balai pengembangan ini akan menyesuaikan


modul-modul pelatihan dengan kebutuhan dan kondisi lokal
agar dapat memastikan alih pengetahuan dan keterampilan
yang baik dari pelatih ke penerima manfaat, lanjutnya
Sebagian besar pengusaha lokal Papua menggunakan
produk-produk lokal sebagai aset bisnis utama, seperti pala,
kelapa, sayur-sayuran, ubi dan ternak. Meskipun demikian,
sebagian besar dari mereka hanya menjual bahan mentah
karena tidak memiliki kapasitas untuk memproses bahan
guna meningkatkan nilai ekonominya. Untuk membantu
pengusaha dalam memahami pentingnya nilai tambah, analisa
tentang rantai nilai pasokan telah diadakan sebagai bagian
dari kegiatan proyek ini untuk mempromosikan penciptaan
produk-produk yang kompetitif.
Dengan mengombinasikan keterampilan usaha, pengelolaan
keuangan dengan pemahaman yang baik tentang nilai
tambah secara ekonomi, diharapkan produk-produk dari
pengusaha di Provinsi Papua dan Papua Barat dapat menjadi
lebih kompetitif dan memiliki mutu yang lebih baik, sehingga
dapat meningkatkan mata pencarian dan penghasilan
masyarakat, kata Sinthia.

Setelah mengikuti pelatihan bersama ILO dan Bank Indonesia


(BI) tentang pengembangan usaha mikro, Mama Yuliana kini
menjadi seorang pengusaha perempuan, sekaligus seorang
pemimpin. Di samping keterampilan usaha dan manajemen,
pelatihan ini juga mempromosikan pemberdayaan perempuan
secara ekonomi dan sosial, termasuk mempromosikan praktik
penghematan penghasilan untuk pemilik usaha kecil.
Pelatihan ini merupakan bagian dari Program Pembangunan
Berbasis Masyarakat (PcDP) ILO Tahap 2 yang dimaksudkan
untuk meningkatkan pengembangan ekonomi lokal di Provinsi
Papua dan Papua Barat, dengan tujuan utama membantu
pengembangan usaha yang berkelanjutan bagi masyarakat
adat Papua.
Selama lebih dari 12 tahun mengelola usaha, saya belum
pernah punya pembukuan. Saya tidak pernah tahu berapa
banyak uang yang saya terima atau belanjakan, atau siapa
yang pinjam uang dari saya. Saya tidak pernah punya
tabungan, katanya, seraya menambahkan bahwa ia kini
mengerti mengapa pada akhirnya ia selalu kekurangan uang.

Pelatihan ini juga mengajarkannya istilah baru yang sangat


penting: kesetaraan gender. Mama Yuliana kini menyadari
pentingnya pembagian kerja antara suami dan istri dalam
bisnis keluarga. Sebelum mengikuti pelatihan, ia dan suaminya
mengelola bisnis secara terpisah, dan mereka tidak pernah
berkomunikasi atau mencatat pemasukan dan pengeluaran.
Jika kami tidak mengelola uang secara bijaksana maka kami
tidak akan dapat mengelola, apalagi mengembangkan usaha
tegasnya.
Sejak mengikuti pelatihan, Mama Yuliana kini aktif berbagi
pengetahuan yang ia pelajari kepada anggota asosiasi
pengusaha dan telah berhasil mengubah cara mengelola
usaha. Di samping itu, ia terdaftar sebagai anggota Koperasi
Mama-mama Pedagang Asli Papua (Kommpap). Koperasi ini
adalah salah satu dari tujuh organisasi lokal yang menerima
pelatihan keterampilan manajerial dan teknis untuk menjadi
Penyedia Layanan Pengembangan Usaha.

25

gender

Mengakui Pekerja Rumahan Perempuan

Sebagai Pekerja

WALAUPUN perluasan peluang kerja telah dilakukan


selama satu dekade terakhir, dan akses anak perempuan ke
dunia pendidikan dan partisipasi di bidang pendidikan juga
berhasil ditingkatkan secara signifikan, namun perempuan
masih belum dapat berpartisipasi secara adil di pasar tenaga
kerja. Pekerja perempuan tetap terkonsentrasi di sektor
perekonomian informal, terutama pekerja rumahan dan
pekerja perempuan yang berbasis di rumah di sektor usaha
mikro dan kecil (UMK), di mana upah, kondisi dan keamanan
kerja masih buruk. Sekitar sepertiga dari pekerja perempuan
masih terlibat dalam pekerjaan tanpa upah.
Di samping itu, perempuan masih terus menghadapi
hambatan besar secara budaya, sosial, ekonomi dan agama
dalam memperoleh pekerjaan dan kesetaraan perlakuan di
dunia kerja. Pemisahan atau segregasi pekerjaan berbasis
gender juga cenderung membuat perempuan terperangkap
dalam pekerjaan rendahan dengan fungsi pengambilan
keputusan yang minim, sehingga menghambat peluang
generasi muda untuk memasuki pasar tenaga kerja.
Untuk merespons hambatan yang dihadapi pekerja rumahan
dalam memperoleh pekerjaan layak, ILO melalui Proyek Akses
Ketenagakerjaan dan Pekerjaan Layak untuk Perempuan
(MAMPU), telah melaksanakan beberapa proyek percontohan
untuk mempromosikan pekerjaan layak bagi pekerja rumahan.
Hingga saat ini, proyek-proyek ini sudah mulai dilaksanakan
di Jawa Timur dan Sumatera Utara dan akan diperluas ke
provinsi-provinsi lain mulai tahun 2014 dan seterusnya.
Proyek-proyek percontohan ini difokuskan pada upaya
untuk memperkuat kapasitas kelembagaan para aktor lokal
dalam merepresentasikan dan mempromosikan hak-hak dan
kepentingan pekerja rumahan.
Organisasi-organisasi mitra dalam proyek ini antara lain adalah
serikat pekerja dan organisasi masyarakat madani yang
terlibat aktif menangani persoalan pekerja rumahan. Satuan
tugas (Satgas) yang terdiri dari perwakilan serikat pekerja juga
mendukung program peningkatan kesadaran masyarakat dan

MAMPU adalah Program AusAID yang


difokuskan untuk mempromosikan
kesejahteraan dan pemberdayaan
perempuan miskin di Indonesia.
Bersama beberapa organisasi lain, ILO
menjalin kemitraan dengan Program
MAMPU AusAID sebagai mitra
pelaksana. Sesuai mandat organisasi
ILO, Proyek ILO-MAMPU ini bertujuan
untuk mempromosikan pemberdayaan
pekerja rumahan secara sosial dan
ekonomi selama 3-7 tahun mendatang.
26

organisasi pekerja rumahan di berbagai


sektor manufaktur. Lokakarya pelatihan
tentang masalah pekerja rumahan bagi para
pimpinan serikat pekerja direncanakan akan
diadakan Agustus tahun ini.
Merespons kebutuhan para pekerja
merupakan tantangan bagi serikat pekerja.
Oleh karena itu, proyek ini akan membantu
serikat pekerja dalam mengembangkan dan
mempelopori beberapa strategi inovatif
agar dapat meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang pekerja rumahan,
mengelola, merespons dan mewakiliki hak
dan kepentingan mereka sebagai pekerja,
kata Miranda Fajerman, Kepala Penasihat
Teknis Proyek MAMPU ILO.
Di samping serikat pekerja, proyek ini juga
bekerjasama dengan Mitra Wanita Pekerja
Rumahan Indonesia (MWPRI). Berbasis di
Malang, MWPRI adalah organisasi yang
telah menangani secara khusus masalah
pekerja rumahan selama 20 tahun. Bersama
MWPRI, proyek ini berupaya menjangkau para pekerja
rumahan yang ada di 16 kecamatan di enam kabupaten di
Jawa Timur pada tahun 2013, dengan melibatkan partisipasi
fasilitator masyarakat untuk mengelola pekerja rumahan di
tingkat masyarakat. Para fasilitator ini mengadakan beberapa
pertemuan dengan pekerja rumahan untuk membahas
masalah mereka, baik dalam hal pekerjaan, maupun secara
lebih luas lagi membantu mereka mengembangkan rencana
aksi.
Dari tingkat masyarakat, proyek ini membantu MWPRI
dan fasilitator dalam membentuk dan mengonsolidasikan
beberapa kelompok pekerja rumahan di tingkat kabupaten
maupun provinsi. Itulah sebabnya kami menyediakan bantuan
kelembagaan untuk MWPRI dan fasilitatornya dengan
mengembangkan beberapa program pelatihan, materi dan
bantuan teknis, jelas Miranda.
Sementara itu, di tingkat nasional, proyek ini telah
bekerjasama dengan kementerian dan lembaga terkait,
seperti Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Kemenakertrans) dan Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak, Asosiasi Pengusaha
Indonesia (Apindo) dan sejumlah pembeli internasional.
Satu kelompok kerja yang terdiri dari beberapa staf
Kemenakertrans telah dibentuk untuk mengkaji
perlindungan hukum yang ada bagi pekerja rumahan serta
mengembangkan peraturan baru dan mekanisme penegakan
hukum untuk memperkuat perlindungan bagi pekerja
rumahan. Untuk mendukung pengembangan kebijakan
nasional tentang pekerjaan rumahan, rapat tripartit tingkat
tinggi telah diadakan pada Juni lalu untuk membahas
tantangan yang dihadapi pekerja rumahan serta kemungkinan
respons peraturan yang dapat diterapkan.

gender

Memahami Pekerja Rumahan:

Apa dan Bagaimana


hubungan kerja yang
lebih fleksibel. Jenis
informalisasi pekerjaan
ini menambah
kerentanan dan masalah
bagi pekerja.

ISTILAH pekerja rumahan mengacu pada pekerja


industri yang melaksanakan pekerjaan dari rumah untuk
perusahaan atau perantara, dan mereka biasanya dibayar
per unit. Pekerjaan rumahan bukanlah fenomena baru
di Indonesia. Walaupun angka statistik nasional tentang
prevalensi pekerjaan rumahan belum ada, namun
beberapa penelitian yang terfokus di Pulau Jawa dan Bali
mengungkapkan, terdapat banyak perempuan dan laki-laki
yang terlibat dalam jenis pekerjaan ini.

Secara global, ILO telah


mengeluarkan Konvensi
No. 177 tentang
Pekerjaan Rumahan
dan Rekomendasi No.
184 tentang Pekerjaan
Rumahan pada tahun
1996. Konvensi dan
rekomendasi ini
menetapkan standar
minimum dan kondisi
kerja bagi pekerja
rumahan dan bertujuan
untuk membimbing
penyusunan undangundang dan kebijakan
nasional tentang pekerjaan rumahan. Indonesia hingga saat
ini belum meratifikasi Konvensi ILO No.177 ini.

Redaksi
Pemimpin Redaksi: Peter van Rooij

Dikarenakan pekerjaan rumahan dilakukan di dalam rumah,


dan biasanya terisolir dari pekerja lain serta masyarakat
setempat, maka pekerjaan ini cenderung tidak terlihat oleh
masyarakat umum. Pekerjaan rumahan biasanya dilakukan
oleh perempuan miskin dari segala usia. Mereka melakukan
pekerjaan informal dengan tidak menerima upah secara
teratur atau upah minimum, tidak memperoleh kontrak
tertulis, jaminan sosial atau tunjangan dan hak-hak lain yang
biasanya diberikan kepada pekerja biasa. Jenis pekerjaan ini
biasanya melibatkan partisipasi anak-anak sehingga kadangkadang menimbulkan praktik perburuhan anak.

Wakil Pemimpin Redaksi: Michiko Miyamoto

Pekerja rumahan juga sangat rentan karena mereka kurang


memahami hak-haknya serta akses ke mekanismeseperti
serikat pekerja dan organisasi representatif yang lainuntuk
merepresentasikan hak-hak dan kepentingan mereka
sebagai pekerja. Bagi pengusaha, praktik alih daya atau
outsourcing kepada pekerja rumahan ini memberi beberapa
keuntungan karena mereka dapat mengurangi risiko produksi
dan memotong biaya produksi secara signifkan. Melalui
produksi outsourcing ke pekerja rumahan, pengusaha juga
dapat menghindari biaya yang terkait dengan pengangkatan
pekerja secara langsung dan memperoleh manfaat dari

Desan dan Produksi: Balegraph

Editor Eksekutif: Gita Lingga


Koordinator Ediitorial: Gita Lingga
Sirkulasi: Budi Setiawati
Kontributor: Albert Y. Bonasahat, Arum Ratnawati/
Dewayani Savitri, Dede Sudono, Diah Widarti, Gita Lingga,
Imelda Sibala, Irfan Afandi, Januar Rustandie, Josephine
Imelda, Lucky Lumingkewas, Lusiani Julia, Miranda
Fajerman/Agnes Gurning, Proyek ILO Glacier, Riska
Efriyanti, Sinthia Harkrisnowo, Tauvik Muhamad, Tendy
Gunawan.

Warta ILO Jakarta


Menara Thamrin Building, Lantai 22
Jl. M. H. Thamrin Kav 3, Jakarta 10250, Indonesia
Telp. (62-21) 391-3112, Faks (62-21) 310-0766
Email: jakarta@ilo.org, Website: www.ilo.org/jakarta
Warta ILO Jakarta merupakan terbitan ILO dalam
dua bahasa yang bertujuan memberitakan kegiatankegiatan pokok ILO Jakarta di Indonesia. Warta ini akan
dipublikasikan tiga kali dalam setahun serta dapat
diakses secara online. Opini-opini yang tercantum di dalam
publikasi ini tidak mencerminkan pandangan dari ILO.

27

ketenagakerjaan

ILO-GLACIER:

Meningkatkan Mata Pencarian,

dan Melestarikan Lingkungan di Kalimantan Tengah


PULAU KALIMANTAN, Papua dan Sumatera
adalah tempat tinggal sistem ekologis unik yang mencakup
hutan rawa gambut tropis yang telah berkembang selama
ribuan tahun. Tak heran bila pelestarian dan perlindungan
hutan rawa gambut telah menjadi prioritas di Indonesia. Hal
ini dibuktikan dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden yang
mengharuskan adanya rehabilitasi dan konservasi kawasan
Eks Proyek Lahan Gambut (PLG) di Kalimantan Tengah
serta penandatanganan beberapa moratorium terkait izin
baru untuk membebaskan hutan primer. Di samping itu,
strategi pembangunan pemerintah yang pro-pertumbuhan,
pro-masyarakat miskin, pro-penciptaan lapangan kerja dan
pro-lingkungan hidup menunjukkan betapa pentingnya mata
pencarian yang berkelanjutan.
Sebagai bagian dari program REDD+ dari pemerintah untuk
pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan, pelestarian
dan rehabilitasi ekosistem, ILO telah mengembangkan proyek
percontohan yang disebut Akses ke Mata Pencarian Hijau
untuk Respons Lingkungan yang Inklusif di Kalimantan Tengah
terhadap Perubahan Iklim (GLACIER). Proyek ini menjawab
kebutuhan akan mata pencarian yang berkelanjutan dan
terkait dengan upaya untuk mengatasi persoalan yang
berhubungan dengan deforestasi dan degradasi lahan
gambut serta perlunya mendukung pembangunan yang
berkelanjutan secara ekonomi, sosial dan lingkungan.
Untuk merehabilitasi lahan gambut dan mencegah kebakaran,
tim ILO-GLACIER kini menyusun beberapa model kanal dan
tata bloking dan pencegahan kebakaran serta merekonstruksi
hutan agro dan hutan masyarakat. Untuk hutan agro dan
masyarakat, kami menangani rehabilitasi lahan gambut,
manfaat ekonomi bagi masyarakat serta keanekaragaman
hayati hutan. Sebagai contoh, kami sepakat dengan
masyarakat bahwa perkebunan di lahan gambut yang
dangkal akan dibangun tanpa harus mengosongkan lahan
atau membakar lahan dan hanya spesies lokal yang akan
digunakan untuk perkebunan karet dan tumpang sari, kata
Lazuardi Buana, staf ILO-GLACIER.
Untuk memastikan hutan agro dan masyarakat ini sesuai
dengan pengembangan rantai nilai penghijauan untuk
membantu peningkatan mata pencaharian masyarakat,
pelatihan keterampilan untuk para petani karet dan nelayan
setempat akan diadakan selama beberapa bulan mendatang.

Pelatihan-pelatihan ini sangat diharapkan oleh petani karet


dan nelayan setempat karena mereka ingin memperoleh
keterampilan dan pengetahuan baru tentang cara
meningkatkan mata pencarian dan penghasilan.
Kami berharap pelatihan ini dapat meningkatkan hasil
panen karet, apalagi kami belum pernah mengikuti pelatihan
tentang cara menyadap karet dan mengontrol penyakit. Kami
yakin pelatihan ini dapat memperbaiki cara kami mengelola
perkebunan sehingga dapat meningkatkan penghasilan, kata
James dari Desa Pilang, salah satu dari lima desa sasaran:
Aruk dan Lawang Kajang di Kabupaten Kapuas, Bereng
Bengkel di Kota Palangkaraya serta Tumbang Nusa dan Pilang
di Kabupaten Pulang Pisau.
Sementara itu, Nua dari desa Bereng Bengkel berharap
pelatihan mendatang tentang pengembangan dan
pengoperasian kolam ikan dapat membantu warga desa
setempat untuk meningkatkan hasil produksi ikan dan
penghasilan mereka. Perikanan adalah sumber penghasilan
utama sebagian besar masyarakat di desa kami. Dikarenakan
pendangkalan danau, hasil tangkapan kami berkurang. Kami
berharap pelatihan ini dapat membantu kami mengelola dan
mengoperasikan tambak secara lebih baik, katanya.
Di samping pelatihan keterampilan, ILO-GLACIER juga
melakukan perbaikan jalan dan jembatan sebagai sarana
untuk meningkatkan akses warga desa ke pasar dan
meningkatkan mata pencarian lain. Hardi dari Tumbang Nusa
mengatakan, jembatan penyeberangan rawa yang terbuat
dari kayu di desanya adalah satu-satunya akses desa ke jalan
raya. Tapi kondisi jembatan ini sudah rusak, banyak lubang
dan papannya hilang. Banyak kecelakaan terjadi di jembatan
tersebut. Saya jatuh dari jembatan hampir tiap minggu. Motor
saya pernah tenggelam di rawa, kata Hardi. Dengan adanya
jembatan baru, lanjut Hardi, warga desa kini dapat dengan
mudah pergi ke Kota Palangkaraya atau berbelanja di pasar.
Nirwan Gah, Manajer Proyek ILO-GLACIER mengatakan,
semua perubahan positif yang kini terjadi dilakukan dengan
menerapkan pendekatan berbasis sumber daya lokal secara
partisipatif. Pendekatan ini melibatkan perencanaan dan
pemetaan berbasis masyarakat, identifikasi prioritas dan
intervensi investasi lokal secara partisipatif di tahap awal. Tim
pengelolaan proyek telah dibentuk di masing-masing desa
untuk melaksanakan dan memantau kegiatan di lapangan.

ILO-GLACIER adalah proyek inovatif yang menghubungkan mitigasi perubahan


iklim dengan ketenagakerjaan lokal. Karena proyek ini akan berakhir September
ini, maka kami mendokumentasikan pelajaran yang diperoleh untuk dijadikan
referensi penting bagi pemerintah dan pemangku kepentingan terkait dalam
menyusun dan melaksanakan inisiatif REDD+ di masa mendatang secara lebih efektif
dan efisien
Nirwan Gah,
ILO-GLACIER Project Manager

28

ketenagakerjaan

Inisiatif REDD+
PERUBAHAN iklim akibat peningkatan emisi karbon
mengancam mata pencarian yang berkelanjutan melalui
berbagai cara. Di Indonesia, perubahan cuaca yang ekstrem
mencakup kemarau, sudah lama diamati. Di samping itu,
risiko banjir besar dengan kenaikan pasang air laut juga sudah
diproyeksikan. Untuk menangani perubahan iklim, beberapa
inisiatif kini telah dilakukan di seluruh dunia. Salah satu
inisiatif ini adalah Pengurangan Emisi akibat Deforestasi dan
Degradasi Hutan (Reducing Emissions from Deforestation
and Forest Degradation/REDD), dan program REDD+ yang
mencakup upaya untuk mengurangi emisi akibat deforestrasi
dan degradasi hutan serta peningkatan stok karbon,
mempromosikan layanan biodiversitas/ekosistem serta
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Pemerintah Indonesia telah mempelopori


program REDD+ melalui komitmennya untuk
menunda pengeluaran izin baru, di mana
komitmen tersebut belum lama ini telah
diperpanjang hingga tahun 2015 melalui
Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2013. Ketiga
program strategis REDD+ yang juga telah
dikembangkan antara lain: 1) Pengelolaan
lahan secara berkelanjutan; 2) pemanfaatan
sumber daya alam secara berkelanjutan; dan 3)
pelestarian dan rehabilitasi ekosistem. Programprogram ini merupakan model terpadu atau
triple win yang mendukung mata pencarian
adaptif, mitigatif dan berklelanjutan terhadap
respons perubahan iklim.

Memperkuat Kapasitas Pengusaha

dalam Penetapan Upah Minimum

ATAS permintaan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo),


serta dukungan Pusat Pelatihan Internasional ILO di Turin (ITC
Turin) dan Program Kerjasama Pengusaha Belanda (DECP),
ILO menyelenggarakan dua lokakarya pelatihan tentang upah
minimum di Bogor dan Makassar untuk kantor cabang Apindo
di tingkat provinsi dan kabupaten di Kawasan Indonesia Barat
dan Timur pada 15-19 April 2013.
Lokakarya ini dihadiri oleh perwakilan Apindo yang pernah
terlibat secara aktif dalam negosiasi tentang upah minimum.
Lokakarya yang difasilitasi oleh Arnout De Kostner dari ILOITC Turin dan Jan Karel Bout dari DECP ini menghadirkan
perwakilan Apindo, serikat pekerja, kalangan akademisi, dan
staf Badan Pusat Statistik (BPS) sebagai narasumber.
Dari perspektif pengusaha, ada dua persoalan yang sangat
problematis dalam menentukan upah minimum. Pertama,
peran gubernur dalam menetapkan upah minimum yang
kadang-kadang membuat penetapan upah minimum menjadi
persoalan politis, dan kedua, pengesampingan kemampuan
perusahaan secara ekonomi untuk membayar upah, kata
Hariyadi Sukamdani, Ketua Apindo, saat membuka lokakarya
pelatihan ini.
Sementara itu, Peter van Rooij, Direktur ILO di Indonesia,
menegaskan peran penting tripartit yaitu pemerintah, pekerja
dan pengusaha dalam menentukan serta menetapkan upah
minimum di Indonesia. Penetapan upah minimum masih
menjadi persoalan ketenagakerjaan nasional, di mana masingmasing provinsi punya pengalaman dan dilema khusus
tersendiri untuk menyesuaikan apa yang sering dianggap
sebagai pertimbangan kompetitif atas kebutuhan pokok para
pekerja dan kebutuhan perusahaan untuk tetap produktif dan
kompetitif bagi pertumbuhan ekonomi, katanya.

Lokakarya pelatihan ini membahas dan mempresentasikan


analisa mendalam tentang sistem yang ada; perbandingan
internasional; analisa tentang ekonomi upah minimum;
intervensi dari luar tentang kriteria dan faktor-faktor
yang digunakan untuk menentukan upah minimum; dan
yang terpenting adalah berbagi pengalaman dan praktik
terbaik untuk meningkatkan kapasitas para peserta dalam
memberikan reaksi dengan pengetahuan/keterampilan yang
lebih baik sebagai perwakilan pengusaha di tingkat provinsi
dan kabupaten.
Penetapan upah minimum yang pertama kali diperkenalkan
pada tahun 1956 di Indonesia merupakan hal penting
dalam kebijakan tenaga kerja nasional di Indonesia. Dewan
pengupahan nasional sudah dibentuk sejak 1969 dan masingmasing provinsi mempunyai dewan pengupahan regional,
yang fungsinya antara lain adalah mengadakan survei dan
menghitung kebutuhan pokok para pekerja dan keluarganya.
Upah minimum regional dan upah minimum sektoral
dianggap sebagai instrumen untuk meningkatkan upah para
pekerja.
Sebagai masalah ketenagakerjaan nasional yang utama,
penerapan sistem upah yang bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan para pekerja dan keluarganya secara layak melalui
peningkatan produktivitas adalah salah satu prioritas kebijakan
penting dalam Pakta Lapangan Kerja Indonesia yang telah
diadopsi sejak April 2011 lalu. Pakta ini merupakan konsensus
tripartit untuk menempatkan masalah ketenagakerjaan dan
perlindungan sosial, termasuk penetapan upah minimum,
sebagai prioritas kebijakan penting dalam merespons krisis
keuangan global.

29

perlindungan
sosial

Memastikan Perlindungan
Sosial Universal di Indonesia
SEBAGAI bagian dari upaya nasional untuk menerapkan
perlindungan sosial universal di Indonesia, ILO, bekerja sama
dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional
(Bappenas), meluncurkan hasil-hasil kunci dari kajian Landasan
Perlindungan Sosial, Penilaian Landasan Perlindungan Sosial
berdasarkan Dialog Nasional: Menuju Landasan Perlindungan
Sosial, pada Desember 2012 di Jakarta.
Dari April 2011 hingga November 2012, ILO telah bekerja
sama dengan kementerian dan kelompok kerja PBB yang
terkait dengan perlindungan sosial di Indonesia serta
melibatkan berbagai pihak seperti organisasi pekerja dan
pengusaha, organisasi masyarakat sipil, badan penyelenggara
jaminan social dan pemerintah daerah, dalam pelaksanaan
kajian situasi perlindungan sosial di negara ini. Kajian ini
dipergunakan untuk mengidentifikasi masalah kesenjangan
dan penerapan kebijakan, serta merancang rekomendasi
kebijakan yang tepat demi mencapai landasan perlindungan
sosial yang mendalam di Indonesia.
Selama penyusunan kajian tersebut, dipimpin oleh Valerie
Schmitt, Spesialis Perlindungan Sosial ILO dan Tauvik
Muhamad, Staf ILO, sejumlah kesenjangan yang ditemui di
dalam program perlindungan sosial mencakup: terbatasnya
cakupan; terbatasnya akses terhadap layanan sosial;
terbatasnya koneksitas program perlindungan sosial dan
layanan ketenagakerjaan; hampir tidak adanya jaminan sosial
bagi pekerja di sektor informal; pergeseran jaminan sosial
di sektor formal; terbatasnya data untuk program sasaran;
serta masalah koordinasi serta adanya tumpang tindih antara
program.
Wakil Menteri Bappenas, Dr. Lukita Dinarsyah Tuwo, dalam
sambutannya menegaskan peran penting Laporan Kajian
ini sebagai dasar dalam penyusunan pilihan kebijakan untuk
mencapai pelaksanaan landasan perlindungan social yang
menyeluruh di Indonesia. Indonesia saat ini melangkah ke
arah sistem perlindungan sosial yang terpadu. Karenanya,
kajian ini sejalan dengan kerangka penerapan Undang-

Wakil Menteri Bappenas, Dr. Lukita Dinarsyah Tuwo, dan Direktur ILO di
Indonesia bersama-sama meluncurkan hasil-hasil kunci kajian LPS .

30

Rekomendasi-rekomendasi kebijakan kunci


yang muncul dari kajian ini termasuk:

Merancang dan mengujicoba Layanan Satu Pintu


(Single Window Service) untuk program perlindungan
sosial di tingkat lokal. Layanan ini memberikan
informasi kepada para calon penerima manfaat
mengenai jaminan dan layanan, pendaftaran serta
memperbaharui informasi penerima manfaat melalui
pangkalan data nasional, memfasilitasi mekanisme
permohonan dan meningkatkan koordinasi diantara
program-program yang ada;

Mendukung penerapan BPJS Kesehatan (BPJS I) dan


BPJS Ketenagakerjaan (BPJS II);

Memperluas cakupan skema bantuan langsung tunai


Program Keluarga Harapan (PKH), yang memfasilitasi
akses terhadap gizi, pendidikan dan perawatan anak
dari keluarga miskin;

Memastikan paket perawatan memiliki tingkat


perlindungan yang memadai, termasuk perluasan
manfaat asuransi kesehatan untuk mencakup tes dan
perawatan HIV;

Melakukan studi kelayakan mengenai asuransi


pengangguran dengan kaitannya terhadap program
ketenagakerjaan dan keterampilan;

Memperluas cakupan program bagi orang lanjut usia


dan bagi orang dengan disabilitas parah; dan

Membangun pangkalan data yang komprehensif


terhadap kelompok-kelompok sasaran, seperti
penyandang disabilitas.

Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) serta


perluasan dari program anti kemiskinan.
Dengan diluncurkannya laporan ini, Indonesia menjadi negara
anggota ILO pertama yang mengambil langkah konkret
setelah pengadopsian Rekomendasi Landasan Perlindungan
Sosial No. 202 pada Konferensi Perburuhan Internasional di
bulan Juni 2012. Selanjutnya, laporan ini telah disebarluaskan
saat pertemuan tingkat tinggi setelah-Tujuan Pembangunan
Milenium 2015 pada Maret 2013 dan pada Musyawarah
Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbang) di Jakarta
pada Mei 2013.
Landasan Perlindungan Sosial ini mempromosikan keamanan
pendapatan melalui sejumlah jaminan dasar bagi: (i) semua
anggota masyarakat untuk memiliki akses terhadap layanan
perawatan kesehatan di tingkat nasional dan provinsi; (ii) bagi
semua anak untuk menikmati jaminan pendapatan melalui
bantuan barang atau tunai guna memastikan akses terhadap
nutrisi, pendidikan dan perawatan; (iii) bagi semua anggota
masyarakat yang terbilang usia produktif namun tidak memiliki
pendapatan yang mencukupi (atau tidak bisa, misalnya karena
kehamilan) terhadap jaminan pendapatan minimum melalui
skema bantuan tunai atau barang atau pekerjaan; dan (iv) bagi
semua anggota masyarakat usia lanjut dan dengan disabilitas
terhadap pensiun usia tua atau disabilitas atau transfer dalam
bentuk lainnya.

perlindungan
employment
sosial

Mempromosikan Layanan Satu Atap


untuk Perlindungan Sosial di Jawa Timur dan Maluku
Melalui proyek percontohan
ini, kami berharap dapat
mendapatkan Sistem Manajemen
Informasi yang lebih baik, dimana
semua informasi diintegrasikan sehingga
dapat memberi akses yang lebih mudah
dan baik kepada masyarakat ke layanan
sosial dan ketenagakerjaan yang saling
terkait satu sama lain
Dr. Nehruddin,
Kepala Dinas Perencanaan Pembangunan Daerah
Kabupaten Malang

PENILAIAN bersama yang dilaksanakan ILO dan


Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)
terkait landasan perlindungan sosial yang dirilis pada 2012
lalu, menegaskan bahwa mekanisme perlindungan sosial di
Indonesia disusun berdasarkan program-program bantuan
sosial yang sudah ada. Meskipun demikian, program-program
tersebut dikelola secara terpisah sehingga hubungan antara
program perlindungan sosial dengan layanan ketenagakerjaan

ini sangat terbatas dan dapat berdampak negatif terhadap


efektivitas berbagai intervensi ini.
Untuk mengatasi masalah koordinasi ini, maka diadakan
Penilaian tentang Perlindungan Sosial Berdasarkan Dialog
Nasional yang merekomendasikan perlunya membentuk
layanan satu atap (LSA) sebagai mekanisme koordinasi yang
efektif. Berdasarkan rekomendasi ini, ILO bekerjasama dengan
pemerintah provinsi dan kabupaten, memprakarsai beberapa
proyek LSA di dua kabupaten pilihan di Provinsi Maluku dan
Jawa Timur.
Proyek yang didanai Pemerintah Jepang ini bertujuan untuk
memperluas jangkauan layanan sosial dan ketenagakerjaan
yang ada, serta memfasilitasi koordinasi yang lebih baik
di antara pemangku kepentingan terkait di semua level.
Proyek satu tahun ini juga bertujuan untuk
membantu kelompok masyarakat yang paling
rentan baik di sektor formal maupun informal,
termasuk orang yang hidup dengan HIV dan
AIDS (ODHA), melalui pendirian berbagai
tempat yang menyediakan layanan sosial dan
ketenagakerjaan satu atap.
Untuk meningkatkan kepemilikan dan
kelangsungan proyek ini, pendekatan
partisipatif akan diterapkan melalui
serangkaian lokakarya dan rapat konsultatif
employment
dengan pemangku kepentingan tripartit terkait, LSM dan
organisasi-organisasi berbasis masyarakat. Para mitra ini akan
bersama-sama mengembangkan rencana kerja layanan satu
atas, menyelesaikan desain layanan tersebut, merancang
kegiatan serta melakukan rencana evaluasi proyek.
Pemerintah Kabupaten Malang menyambut baik terpilihnya
mereka sebagai salah satu daerah sasaran.

Lokakarya Media mengenai

Panduan Jurnalistik untuk Disabilitas


ILO bekerja sama dengan Majalah Diffa dan Aliansi
Jurnalis Independen (AJI) Jakarta, menyelenggarakan
lokakarya bagi perwakilan media mengenai Panduan
Jurnalistik untuk Disabilitas pada 16-17 Februari di Bogor,
Jawa Barat. Lokakarya ini bertujuan untuk mendukung
perwakilan media bergeser dari pendekatan berbasis kasihan
(charity) kepada pendekatan berbasis hak dalam penerbitan
artikel dan foto dengan menampilkan pandangan dan
persepsi yang lebih tepat mengenai penyandang disabilitas
tanpa menghapuskan hak asasi mereka. Dihadiri sekitar
30 wartawan dari media massa terkemuka serta media
komunitas disabilitas, lokakarya ini menghadirkan para
jurnalis senior, seperti Arswendo Atmowiloto dan Mohamad
Subari. Lokakarya ini ditutup dengan rancangan panduan
media mengenai disabilitas.
31

ketenagakerjaan
employment

Laporan ILO Terbaru

Upaya lebih lanjut diperlukan

untuk ekonomi yang adil dan berkelanjutan


KENDATI perekonomian dunia masih berupaya
memulihkan diri dari krisis ekonomi, kondisi perekonomian
Indonesia pada 2012 terbilang sangat positif sejalan dengan
fokus kuat negara ini terhadap pembangunan
infrastruktur perekonomian yang terus mendorong
pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan
investasi. Selanjutnya, Indonesia telah menjadi
pemimpin dunia dalam mempromosikan
pembangunan yang berkelanjutan dan telah
menetapkan komitmen kuat tidak hanya untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi yang kuat namun
juga sasaran ambisius untuk mempromosikan
pembangunan yang berkelanjutan secara
lingkungan.

keterpaduan masalah sosial dan lingkungan dalam kerangka


kerja pembangunan, demikian laporan baru ILO yang
diluncurkan pada 4 April 2013 di Jakarta.
Ketenagakerjaan berada di persimpangan yang
dapat mewujudkan tujuan ekonomi, sosial dan
lingkungan, kata Peter van Rooij, Direktur ILO di
Indonesia. Ia pun menjelaskan bahwa, Kegiatan
perekonomian memberikan mata pencaharian bagi
masyarakat dan juga berdampak pada lingkungan
dan perubahan iklim dan sebaliknya. Kunci
utamanya di sini adalah memastikan keberlanjutan
ketenagakerjaan dalam jangka pendek, menengah
dan panjang yang juga terkait dengan
penggunaan lingkungan dan kelayakan kerja.
Laporan, Tren Ketenagakerjaan dan Sosial 2012:
Upaya untuk menciptakan ekonomi yang adil
dan berkelanjutan, menegaskan hasil-hasil yang
diperoleh akibat pertumbuhan kinerja yang kuat
tahun-tahun belakangan ini. Sebagai contoh,
pertumbuhan ketenagakerjaan masih melampaui
pertumbuhan angkatan kerja dan pengangguran
berada pada titik terendah yang tidak pernah
tercapai selama 15 tahun belakangan ini. Namun,
defisit dalam kualitas kerja masih terjadi, dengan
lebih 60 persen pekerja dianggap sebagai
pekerja rentan dan kesenjangan antara upah
minimum dan tingkat upah nominal rata-rata terus
menyempit sejalan dengan waktu.

Memadukan tujuan-tujuan ini dan mengarah pada


pertumbuhan yang berkelanjutan dan berkeadilan
menggambarkan beragam tantangan yang dihadapi dunia
kerja. Mengingat beragamnya kondisi sosio-ekonomi
di Indonesia dan tingginya tingkat informalitas dan
kerentanan, upaya mewujudkan pertumbuhan yang inklusif
dan berkelanjutan memerlukan perhatian besar terhadap

Laporan ini menganalisis masalah keberlanjutan


dan keadilan dengan mengkaji tren lingkungan,
sosial dan ekonomi dalam pasar tenaga kerja. Perekonomian
Indonesia telah mencapai kemajuan yang besar terhadap
sasaran pembangunannya. Namun, tantangannya adalah
memastikan inklusivitas pertumbuhan ekonomi dan kualitas
kerja, seraya mempromosikan keberlanjutan lingkungan dan
menanggapi perubahan iklim, ujar penulis laporan ini, Emma
Allen, ekonom ILO Jakarta.

Program ILO di
Indonesia: Capaian 2012
Publikasi ini merupakan laporan capaian tahunan ILO pertama di
Indonesia. Publikasi ini menyajikan kilasan apa yang telah mampu ILO
capai selama kurun waktu 2012 melalui tiga program dan 19 proyek
kerjasama teknisnya di seluruh Indonesia.

32

Organisasi
Perburuhan
Internasional

Program ILO di Indonesia:

Capaian 2012

cuplikan

Memastikan Kelangsungan Prasarana Desa di Nias


Michiko Miyamoto, Deputi Direktur ILO di Indonesia,
secara resmi menyerahkan aset dan layanan NiasRACBP ILO, disaksikan Johozua Markus Yoltuwu,
Wakil Menteri KPDT.

semua bantuan bilateral dan multilateral


didaftarkan dan dilaporkan ke kementerian lini
masing-masing untuk memastikan akuntabilitas
donor dan mitra pelaksana.

ILO telah menyerahkan aset dan layanan Proyek Akses


Pedesaan dan Peningkatan Kapasitas Nias (Nias-RACBP)
kepada Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal
(KPDT) pada Juni 2013. Penyerahan ini sesuai Peraturan
Pemerintah No. 10 Tahun 2011 yang mengharuskan

Kami sangat menghargai semua prasarana


desa yang telah direhabilitasi dan dibangun
ILO di Nias, termasuk jalan desa, jalan setapak,
jembatan dan lain-lain. Kami juga menghargai
pendekatan perawatan prasarana jangka panjang,
dengan biaya rendah, teknik perawatan sederhana
bekerjasama dengan masyarakat setempat,
terutama pembentukan tim tenaga teknis
lapangan atau barefoot engineers dari kaum muda
setempat, kata Johozua Markus Yoltuwu, Wakil
Menteri KPDT. Ditambahkan Johozua, kegiatan
pembangunan prasarana ILO ini sangat terkait
erat dengan Proyek Pembangunan Ekonomi Lokal
KPDT di Kepulauan Nias.

Indonesia Berpartisipasi dalam Lokakarya Regional Landasan Perlindungan Sosial


INDONESIA
merupakan salah satu dari 22
negara yang mewakili kawasan
Asia, Afrika dan Pasifik di
bawah naungan Kerjasama
Selatan Selatan yang
berpartisipasi dalam lokakarya
tentang Integrasi Kebijakan
Sosial dan Pelaksanaan
Landasan Perlindungan
Sosial, yang diselenggarakan
di Siem Reap, Kamboja, 29-31 Mei lalu. Pertemuan yang mempresentasikan pelaksanaan berbagai program perlindungan
sosial serta pelajaran yang telah diperoleh ini bertujuan untuk menetapkan satu Landasan Perlindungan Sosial (LPS) yang
komprehensif, di mana layanan satu atap (LSA) direkomendasikan untuk melaksanakan program LPS di tingkat negara.
Pengalaman Indonesia disampaikan melalui presentasi kegiatan-kegiatan LSA percontohan yang telah dilaksanakan di
Provinsi Jawa Timur dan Malukuyang merupakan hasil kerjasama antara ILO Indonesia dengan Pemerintah Daerah Jawa
Timur dan Maluku.

Smart Workers adalah bincang-bincang


radio interaktif, kerja sama ILO dengan
radio SmartFM yang dirancang untuk
meningkatkan kesadaran mengenai hakhak mendasar di tempat kerja. Bagi Anda
yang tertarik mempelajari lebih lanjut
tentang isu ketenagakerjaan, simak terus
95,9 FM!
Kontak: (021) 398 33 888
SMS: 0812 1112 959

33

gender

Membangun (Kembali) Satgas EEO untuk

Mencegah Diskriminasi di Tempat Kerja


UNDANG-Undang No.13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan merupakan fondasi perlindungan bagi
semua pekerja agar memperoleh menjamin kesempatan kerja
dan perlakuan yang adil tanpa diskriminasi oleh pengusaha.
Meski demikian, perempuan, serta anggota etnis dan ras
minoritas masih saja menghadapi banyak hambatan saat
hendak memasuki pasar tenaga kerja, termasuk saat mereka
bekerja. Diskriminasi di pasar kerja dan diskriminasi dalam
mengakses peluang pelatihan keterampilan menunjukkan
bahwa perempuan secara tidak proporsional masih melakukan
pekerjaan berpenghasilan kecil dan pekerjaan yang tidak
memiliki masa depan cerah.
Di hampir semua jenis pekerjaan, perempuan masih belum
menerima upah dan tunjangan yang adil untuk pekerjaan
yang sama dengan laki-laki. Situasi ini selain mempersulit
peluang perempuan untuk bisa keluar dari kemiskinan juga
menghambat kontribusi potensial mereka bagi masyarakat
dan perekonomian, sehingga memperburuk siklus kemiskinan
dan ketidaksetaraan yang ada.
Untuk mengatasi masalah ini, pada 2004, Panduan
Kesempatan dan Perlakuan yang Sama dalam Pekerjaan
(EEO) untuk sektor swasta dikembangkan sebagai hasil
dari konsultasi antara Kemenakertrans, serikat pekerja, dan
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo). Panduan EEO yang
mencakup segala bentuk diskriminasi dengan fokus utama
pada diskriminasi berbasis gender, dimaksudkan untuk
memberi dampak terhadap Konvensi ILO No. 100 Tahun 1951
tentang Kesetaraan Upah dan Konvensi ILO No. 111 tahun
1958 tentang Diskriminasi (Pekerjaan dan Jabatan), serta
membantu pelaksanaan Undang-Undang Ketenagakerjaan.
Namun, sayangnya, hingga saat ini masih ada kesenjangan
secara legislasi. Termasuk, kurangnya kejelasan mengenai
alasan spesifik yang dicakup dan apakah perlindungan efektif
dijamin oleh UU Ketenagakerjaan terkait diskriminasi langsung
maupun tak langsung sesuai Konvensi ILO No. 111, jelas
Lusiani Julia, Staf ILO.
Di samping itu, terkait Konvensi ILO No. 100, undang-undang
yang ada saat ini belum bisa memberi dukungan yang jelas

Tindakan khusus terdiri dari


konsultasi tripartit tentang
pembentukan badan kesetaraan
kesempatan, penyusunan rencana
aksi yang akan dilaksanakan Satuan
Tugas EEO, peningkatan kapasitas para
anggota satuan tugas, serta bantuan
bila diperlukanuntuk melakukan
analisa kesenjangan legislatif dan
panduan pelaksanaan
Lusiani Julia,
Staf ILO

34

terkait prinsip kesetaran upah antara laki-laki dan perempuan


untuk pekerjaan yang sama nilainya. Bahkan ketentuan
diskriminatif tampaknya juga masih ada dalam penerapan
prinsip tunjangan tambahan.
Oleh karena itu, dalam konteks ini dan sesuai kerangka kerja
program bantuan terikat waktu, ILO menyediakan dukungan
dan bantuan teknis kepada Kemenakertrans serta organisasi
pengusaha dan pekerja melalui pengembangan dan
penguatan lembaga, terutama revitalisasi Satuan Tugas EEO,
agar dapat mengatasi kesenjangan pelaksanaan Konvensi ILO
No. 100 dan No. 111.
Tindakan khusus terdiri dari konsultasi tripartit tentang
pembentukan badan kesetaraan kesempatan (mandat dan
fungsi), penyusunan rencana aksi yang akan dilaksanakan
Satuan Tugas EEO, peningkatan kapasitas para anggota satuan
tugas, serta bantuanbila diperlukanuntuk melakukan
analisa kesenjangan legislatif dan panduan pelaksanaan, jelas
Lusiani. Ditambahkannya, bantuan ini akan memberi masukan
penting bagi proses penyusunan kebijakan di tingkat nasional
untuk memperbaiki program EEO, peningkatan kapasitas, dan
replikasi di berbagai provinsi.
Belum lama ini, Kemenakertrans telah menyusun peraturan
menteri untuk mengangkat kembali para anggota tripartit
Satuan Tugas EEO yang diharapkan akan disahkan pada
pertengahan tahun ini. Sementara itu, ILO dan Kemenakertrans
telah mengadakan beberapa konsultasi untuk membahas
persiapan pembentukan kembali Satuan Tugas EEO. Konsultasi
terakhir diadakan di Sentul 17-18 April lalu, dimana Katherine
Landuyt, Spesialis ILO untuk masalah Peraturan Tenagakerja,
menjadi fasilitator.
Konsultasi terakhir ini melibatkan partispasi para penyandang
disabilitas untuk memastikan masalah disabilitas dimasukkan
dalam Satuan Tugas EEO. Hasil lokakarya ini akan digunakan
sebagai masukan bagi pemerintah untuk menentukan mandat,
cakupan dan struktur Satuan Tugas EEO yang direncanakan
akan dibentuk kembali pada September 2013, kata Lusiani.

Anda mungkin juga menyukai