DASAR ANAMNESA
(relationship), dan bila hubungan interpersonal baik maka dapat menumbuhkan sikap
percaya (trust), sikap mendukung (supportness), serta sikap terbuka (open minded)
(Jalaluddin Rakhmat, 2005).
Setelah mempelajari buku ini, diharapkan Mahasiswa dapat:
1. Memahami etimologi komunikasi sebagai hakikat komunkasi manusia
2. Mengetahui, memahami dan dapat menjelaskan definisi komunikasi dan
membandingkan berbagai model definisi komunikasi.
3. Menguraikan berbagai contoh karakteristik komunikasi interpersonal
4. Menjelaskan peran komponen-komponen komunikasi dalam proses komunikasi
interpersonal
5. Menjelaskan berbagai cara menciptakan hubungan interpersonal
6. Menjelaskan berbagai cara membina hubungan inerpersonal dalam kehidupan
sehari-hari.
7. Menjelaskan bagaimana merancang tehnik dasar anamnesa melalui pendekatan
komunikasi interpersonal.
PENDAHULUAN
Ketrampilan komunikasi interpersonal dan konseling penting dikuasai oleh
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, sebagai bekal dalam kegiatannya berkomunikasi
dengan pasien bila nantinya akan bekerja di klinik. Pada semester ini titik berat kegiatan
ditujukan pada penguasaan ketrampilan komunikasi interpersonal antar individu,
terutama dalam melakukan interview kepada responden serta problem solving dalam
kegiatan konseling.
Salah satu cara terbaik untuk memahami komunikasi adalah dengan
menjelaskan arti komunikasi berdasarkan etimologi kata komunikasi (communication),
yang berasal dari bahasa latin communicatio yang terdiri dari dua akar kata: com
(bahasa latin cum) berarti dengan atau bersama dengan dan unio (bahasa latin
union) bersama dengan (together with ), sehingga arti yang lazim berarti bersama
dengan (bersatu dengan) orang lain. Dalam perkembangannya istilah latin tersebut
mengalami peralihan makna kedalam bahasa Inggris yang dikenal dengan kata
communess (Losee,R, 1999)
Manusia sebagai makhluk sosial tidak mungkin hidup sendiri, manusia saling
tergantung satu dengan lainnya. Saling ketergantunan diantara manusia merupakan
keharusan untuk kelangsungan hidupnya. Hubungan timbal balik ini hanya dapat
berlangsung dalam konteks Komunikasi, dimana disatu saat seorang individu berperan
sebagai sumber (source) informasi dan pada saat bersamaan individu tersebut berperan
sebagai penerima (receiver) informasi. Situasi ini berlangsung terus sepanjang hidup ,
dan situasi inilah yang disebut proses komunikasi, sehingga komunikasi merupakan
kondisi yang mutlak (necessary) dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial
(Losee. R, 1999).
Tujuan mempelajari komunikasi interpersonal disamping nantinya mendapatkan
penguasaan tentang komunikasi interpersonal juga mendapatkan peluang mempelajari
mengapa suatu pesan mempunyai makna dibandingkan pesan yang lain, mengapa
komunikasi dua arah lebih efekif dibandingkan komunikasi satu arah, dan mengapa
materi komunikasi yang sama dapat menimbulkan pengertian yang berbeda-beda.
Saat kita melakukan komunikasi, kita bukan hanya menyampaikan isi pesan,
tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonal. Sebagai contoh; ketika seorang
dokter gigi mengucapkan salam Hallo, apa kabar saat berjumpa dengan pasiennya di
pusat perbelanjaan, maka dapat timbul persepsi yang berbeda terhadap pesan salam
tersebut, misalkan; jangan-jangan si Dokter akan menanyakan kondisi kesehatan giginya
yang sebenarnya ia takutkan, atau sudah lama tidak memeriksakan giginya, sehingga
pasien menjawab dengan penuh keraguan dan perasaan cemas.
Hasil percakapan diatas merupakan gambaran bahwa satu pihak ingin
menunjukkan superioritas, sedangkan pihak yang lain melakukan komunikasi defensif.
Bila kedua belah pihak mempunyai kerangka rujukan (frame of reference) yang berbeda,
maka akan timbul perbedaan persepsi dalam menganalisa isi pesan tersebut, karena isi
pesan memiliki makna yang berbeda bila ditinjau dari sisi penerima komunikasi.
Jadi sekali lagi kalimat sapaan bukan hanya ingin menyampaikan isi pesan,
tetapi sangat menentukan kadar hubungan interpersonal, seperti dikatakan oleh
Watzlawick, Beavin, Jackson Every communication has a content and relationship.
Oleh karena itu dalam menentukan kadar hubungan interpersonal diperlukan pemahaman
dipihak mana kita berada, karena pendekatan yang digunakan adalah berbeda antara satu
dan yang lainnya (Jalaluddin Rakhmat, 2005).
Pertanyaan pertama ketika kita membaca, mendengarkan, mendiskusikan,
memahami, menghayati dan melaksanakan komunikasi interpersonal dengan sesama,
sekurang-kurangnya kita dapat mencatat lebih dari 100 definisi komunikasi. Semua
definisi ini diperkenalkan oleh para ahli dan praktisi komunikasi dalam cara berbedabeda pula (Losee.R, 1999).
KONSEP PSIKOLOGI KOMUNIKASI
Dikatakan oleh Ashley Montagu, bahwa kita belajar menjadi manusia melalui
proses komunikasi, seperti anak kecil, ia hanyalah seonggok daging sampai ia dapat
mengungkapkan perasaannya dan kebutuhannya melalui tangisan, tendangan atau
senyuman. Segera setelah ia berinteraksi dengan lingkungannya sejalan dengan
bertambahnya usia, maka terciptalah apa yang disebut kepribadian. Bagaimana ia
menafsirkan pesan yang disampaikan orang lain dan bagaimana ia menyampaikan pesan
kepada orang lain. Jadi manusia bukan dibentuk oleh lingkungannya, tetapi oleh caranya
menterjemahkan pesan-pesan lingkungannya terhadap dirinya (Jalaluddin Rakhmat,
2005).
Wajah ramah seorang ibu akan menimbulkan kehangatan apabila diartikan si
anak sebagai ungkapan rasa kasih sayang. Tetapi wajah yang sama dapat melahirkan
kebencian apabila anak tersebut memahaminya sebagai usaha ibu tiri untuk menarik
simpatinya yang ayahnya telah ia rebut. Menanyakan latar belakang pekerjaan kepada
seorang pasien bisa diartikan agar bisa menarik biaya perawatan yang mahal oleh
pasiennya
.
DEFINISI KOMUNIKASI
Ada beberapa definisi komunikasi yang ditetapkan oleh para ahli psikologi
komunikasi sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Komunikasi dapat diartikan suatu proses pengalihan pesan dari sumber komunikasi
kepada penerima komunikasi agar lebih dipahami.
9.
10.
Komunikasi adalah: (1) pernyataan diri yang efektif; (2) pertukaran pesan-pesan
dalam percakapan, bahkan melalui imajinasi; (3) pertukaran informasi atau hiburan
dengan kata-kata melalui percakapan atau dengan metoda lain; (4) pengalihan
informasi dari seseorang kepada orang lain; (5) pertukaran makna antar pribadi
dengan sistem simbol dan (6) proses pengalihan pesan melalui saluran tertentu
kepada orang lain dengan efek tertentu.
(Laswell, 1978; Karlfried & Knapp, 2003; Azriel Winnet, 2004, Liliweri, 2007)
Sumber komunikasi.
2.
3.
Media atau saluran sebagai sarana atau tempat pesan atau rangkaian informasi
dialihkan.
4.
5.
6.
7.
Rangkaian kegiatan antara sumber atau pengirim dengan sasaran atau penerima
pesan.
8.
9.
Proses komunikasi, yakni proses satu arah, interaksi dan proses transaksi.
10. Pemberian makna yang diakui secara bersama atas pesan dari sumber penerima
yang terlibat dalam proses komunikasi.
11. Pembagian pengalaman atas pesan yang dipertukarkan dari sumber dan penerima
yang terlibat dalam komunikasi.
KARAKTERISTIK KOMUNIKASI
Setiap proses komunikasi manusia berawal dan berdasarkan komunikasi
interpersonal, dan dari komunikasi interpersonal berkembang menjadi komunikasi
kelompok, organisasi, publik dan komunikasi massa.
Secara umum komunikasi manusia mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1.
gigi yang sakit, drg. Tony juga memperagakan bagaimana wajah yang bengkak
sebagai akibat infeksi gigi. Cerita tersebut menggambarkan bahwa komunikasi
merupakan suatu proses simbolis, karena pesan-pesan tentang cara menggosok gigi
yang benar disampaikan dalam bentuk simbul kata-kata (verbal), juga pesan simbolik
melalui poster, dan pesan simbolik tentang wajah yang bengkak dilakukan dengan
bahasa tubuh atau ekspresi (nonverbal).
2.
3.
4.
5.
yaitu merubah sikap anak-anak SD. Kita mengetahui bahwa tujuan drg. Tony
memberikan penyuluhan kepada anak-anak SD tersebut dengan tujuan agar terjadi
perubahan pengetahuan dan sikap anak-anak SD terhadap kesehatan giginya.
6.
Apakah dokter menggosok gigi persis atau sesuai dengan peragaan itu.
Interpretasi akan sama bila drg. Tony melakukan sikat gigi sama dengan peragaan
itu, drg. Tony tidak mendapatkan bonus apapun dari perusahaan pasta gigi, atau drg.
Tony sering melakukan pemeriksaan gigi secara teratur. Karena apa yang drg. Tony
lakukan hanyalah wujud dari kecintaannya pada tugas dan pengabdian kepada
masyarakat.
7.
8.
MODEL-MODEL KOMUNIKASI
Kita dapat memahami sebuah proses komunikasi melalui gambaran model atau
peraga teoritis yang menunjukkan bagaimana bentuk, alur atau cara komunikasi mulai
berlangsung hingga berakhir. Pada umumnya model-model komunikasi itu menunjukkan
aktifitas komunikasi yang (1) satu arah (linier), (2) dua arah atau model interaksi sosial
dan (3) model transaksional (Davis Foulger, 2004).
1.
Model Linier
Ada beberapa macam model linier dalam komunikasi, tetapi kita akan membahas
model linier menurut model Laswell yang tertuang dalam definisi komunikasi.
Dijelaskan bahwa komunikasi adalah sebuah jawaban terhadap pertanyaan ; Who
says What to Whom through Which Channel and with What Effect. Model ini
dikembangkan berdasarkan pemikiran psikologis dimana proses komunikasi berarah
linier dari Source > Massage > Receiver atau disingkat sebagai S M R.
Model Laswell ini dapat diterapkan sebagai komunikasi persuasif, sehingga
membutuhkan saluran khusus agar dapat membangkitkan respons dari sasaran atau
disebut umpan balik. Dan pengaruh persuasif itu akan semakin besar manakala
kita menggunakan media cetak atau elektronik.
Menurut model ini efek komunikasi sangat bervariasi, tergantung dari tujuan
komunikasi, misalkan bahwa aktifitas komunikasi adalah untuk:
1.
Mengirim informasi (to inform) tentang sebuah promosi kesehatan gigi, seperti
pasta gigi, iklan susu Anlene pada siaran TV swasta.
2.
Menghibur (to entertain) audiens yang dikemas melalui acara musik baik
dengan cara verbal maupun visualisasi.
3.
Model Linier ini juga menawarkan konsep ruang lingkup subyek komunikasi yang
hendak diteliti, misalkan kita hendak meneliti :
1.
WHO atau siapa yang menjadi sumber informasi, maka penelitian tersebut
dilakukan pada komunikator, disebut dengan penelitian kontrol.
2.
2.
3.
4.
10
WHAT
CHANNEL
Source
Massage
Medium
or Speaker
WHOM
= EFFECT
Listener
feed back
or audiens
Model Interaksi
Salah satu model Interaksi yang ditawarkan oleh Wilbur Schramm mengatakan
bahwa; Komunikasi adalah usaha membangun suatu Commonness, jadi persoalannya
adalah terletak pada apa yang coba dibangun oleh sumber komunikasi harus
mendapat makna yang sama dengan penerima komunikasi (Bandingkan model ini
dengan contoh penyuluhan gosok gigi oleh drg. Tony).
Proses ini dimulai dari sumber komunikasi melakukan encode terhadap pesan yang
akan disampaikan, jadi sumber mengolah pesan dalam suatu bentuk yang dapat
dipindahkan kepada penerima, selanjutnya penerima melakukan decode terhadap
pesan tersebut.
Menurut Schramm, efektifitas komunikasi itu terjadi karena baik sumber komunikasi
maupun penerima memahami makna terhadap pesan (memberi makna yang sama
terhadap isi pesan).
Kesamaan makna terhadap pesan ini sangat tergantung dari latar belakang
pengetahuan sumber dan penerima pesan komunikasi.
3.
Model Transaksional
Bagan komunikasi model transaksional
field of experience
field of experience
SIGNAL
SOURCE
ENCODER
DECODER
DESTINATION
Model ini mengatakan bahwa aktifitas komunikasi dikatakan efektif bila terjadi
transaksi antara sumber (pengirim pesan) dan receiver (penerima). Komunikasi
model transaksional seperti yang tergambar pada bagan diatas mengambarkan
komunikasi antar personal antara dua partisipan, yakni partisipan A dan partisipan B
sebagai berikut:
1.
2.
Hasil encode adalah pesan yang akan dikirimkan melalui media tertentu.
2.
3.
Pesan sebagai sesuatu yang menjadi maksud atau isi dari gagasan yang dialihkan
dari kedua partisipan, ini disebut common language.
4.
5.
6.
pesan
sangat
didasari
oleh
pengalaman
pendidikan
dan
HAMBATAN-HAMBATAN KOMUNIKASI
Sebagai seorang calon tenaga medis gigi, kita sering menemui banyak kesulitan
dalam berkomunikasi, sehingga memahami beberapa hambatan komunikasi merupakan
langkah awal sebelum kita dapat mengatasi masalahnya. Sebab tidak ada cara pemecahan
yang mudah dalam mengatasi hambatan komunikasi, kecuali kesadaran melalui latihan,
belajar dari pengalaman untuk mendapatkan ketrampilan berkomunikasi yang efektif
sehingga bermanfaat di kemudian hari.
12
Latar belakang etnik yang berbeda antara sumber komunikasi dengan penerima
komunikasi atau audiens. Sebagai contoh; ketika seorang pimpinan VOC
bermaksud menghormati seorang Pangeran Madura dengan cara mencium
tangan permaisuri sang Pangeran, maka sang Pangeran tersebut marah lalu
menghunus kerisnya dan menusuk pimpinan VOC tersebut hingga tewas,
selanjutnya terjadilah perang berlarut-larut yang menimbulkan ribuan korban
jiwa di kedua belah pihak. Ini menggambarkan bahwa betapa seringnya kita
bertengkar hanya karena pesan kita diartikan lain oleh orang lain. Kegagalan
menerima isi pesan ini disebut sebagai kegagalan komunikasi primer (Primary
communication breakdown) (Stewart & Moss, 1974).
b.
Kelas sosial yang berbeda, biasanya tampak pada perbedaan tentang cara
berpakaian, cara menggunakan asesoris, dan penampilan-penampilan yang khas
lainnya akan berpengaruh terhadap komunikasi atau hubungan antar individu,
sehingga pesan-pesan yang sudah dirancang sedemikian rupa akan dinilai
negatif atau bahkan ditolak.
c.
Perbedaan budaya atau kepercayaan yang lain, misalkan tentang nilai kebersihan
makanan. Sebagai contoh; sayuran kangkung Pulau Lombok menurut
kepercayaan beberapa kelompok masyarakat disana tidak perlu harus dimasak
terlebih dahulu. Padahal menurut pendekatan medis sayur kangkung
mengandung ion Brom yang
manusia.
d.
Sistem nilai (value) yang berbeda, ini tercermin pada saat kita akan melakukan
pendekatan layanan kesehatan gigi, contohnya tentang pemakaian alat
meratakan gigi (orthodontic treatment). Dikalangan anak muda, pemakaian alat
meratakan gigi (orthodontic treatment) yang cenderung meningkat bukan
disebabkan karena kesadaran dalam aspek kesehatan gigi, tetapi lebih banyak
13
disebabkan karena aspek nilai atau status sosial, apalagi bila bentuknya
bervariasi dan dilengkapi asesoris yang harganya cukup mahal.
e.
Jenis kelamin yang berbeda, juga tercermin dalam pendekatan minat dan nilai
tentang pentingnya arti sehat. Sebagai contoh; Wanita lebih memperhatikan
kesehatan giginya dibandingkan kaum pria.
2.
Penerimaan terbatas.
Kita mungkin ingin berkomunikasi dengan lawan bicara kita, tetapi tidak demikian
dengan lawan bicara kita yang tidak ingin berkomunikasi dengan kita. Kita kadangkadang keliru dalam mendiskripsikan lawan bicara kita dengan menyimpulkan ia
mengerti dan dapat merespons pesan yang kita sampaikan. Tetapi kita tidak pernah
menyadari bahwa lawan bicara kita mau merespons pesan yang kita sampaikan
karena beberapa alasan, seperti:
a.
b.
Sedang dalam kesusahan atau stress yang hebat, sehingga membutuhkan teman
bicara dan lain-lain.
Kendala lain yang muncul adalah, bahwa lawan bicara kita tidak mau merespon
pesan yang kita sampaikan karena beberapa alasan :
3.
a.
b.
c.
Terlalu sibuk.
d.
e.
b.
c.
14
d.
Mereka percaya bahwa saran yang kita sampaikan tidak mungkin bisa
dilaksanakan.
e.
Mereka percaya sudah mengetahui semua terhadap apa yang akan kita
sampaikan, sehingga mereka menganggap percuma terhadap informasi yang kita
sampaikan.
4.
b.
Dihadapkan pada kata-kata yang bersifat tehnis, seperti jenis obat, atau jenis
perawatan gigi tertentu yang sulit diterjemahkan.
b.
Daya memori yang terbatas sehingga tidak dapat mengingat apa yang telah
dibicarakan sebelumnya.
c.
5.
6.
a.
b.
c.
b.
Pesan dari pihak keluarga atau referensi sumber yang lain memberikan informasi
yang berbeda dengan pihak kesehatan gigi.
b.
15
diketahui
bahwa
tidak
semua
komunikasi
ditujukan
untuk
16
komunikan,
serta
faktor-faktor
internal
maupun
eksternal
yang
17
PSIKOLOGI KOMUNIKATOR
Suatu saat ketika anda sedang mengikuti ceramah tentang kebersihan, moral dan
lingkungan, dimana penceramah tersebut tampil dengan baju yang kotor, berjaket hitam
dan rambut yang gondrong tidak disisir, memakai kalung hitam dengan gantungan apel
besar warna merah, serta gelang akar bahar melingkar di lengannya, besar dugaannya
bahwa anda tidak akan mempercayai ocehannya, anda akan menganggap ia orang gila
yang tersesat ke ruang ceramah tersebut.
Contoh tersebut menunjukkan bahwa ketika komunikator berkomunikasi
menyampaikan pesan, yang berpengaruh bukan saja apa yang ia katakan, tetapi justru
keadaan dirinya sendiri. He doesnt communicate what he says, but he communicate
what he is. Ia tidak dapat memaksakan pendengar terhadap apa yang ia katakan, tetapi
pendengar juga memperhatikan siapa yang mengatakan. Jadi kadang-kadang siapa lebih
penting dari apa.
Lebih dari 2000 tahun yang lalu, Aristoteles menulis; persuasi tercapai karena
karakteristik personal pembicara, jadi tidak benar anggapan penulis retorika bahwa
kebaikan personal yang diungkapkan pembicara tidak berpengaruh apa-apa pada
kekuatan persuasinya, sebaliknya karakternya hampir bisa disebut sebagai alat persuasi
yang paling efektif yang dimilikinya. Kita lebih mudah percaya penuh kepada orangorang baik daripada pada orang lain yang kurang baik penampilannya (Jalaluddin
Rakhmat, 2005).
Kata Aristoteles, jika anda adalah komunikan (penerima pesan), maka anda akan
dipengaruhi oleh seorang pembicara, hanya karena dia menampilkan diri sebagai orang
yang dilihat dan dirasakan audiens sebagai orang (sumber, pengirim, komunikator) yang
mempunyai ciri-ciri:
1.
Etos
a.
Inteligence ; Komunikator yang tampil sebagai orang pandai dan cakap, percaya
diri, mengetahui fakta, berbicara jelas, serta berdiri atau duduk dengan postur
tubuh yang gagah
18
b.
Karakter ; Komunikator yang tampil dengan karakter yang jujur, adil dan
memiliki reputasi, sehingga kita mempunyai kesan bahwa orang tersebut berkata
benar dan jujur.
c.
Pathos
Pathos berkaitan dengan emosi, artinya bagaimana seorang komunikator mampu
menampilkan daya tarik emosional, sehingga mampu membangkitkan perasaan
komunikan. Kemampuan ini ditunjukkan dengan melalui manipulasi:
a. Making and calming anger ; Mampu membuat komunikan merasa sejuk atau
marah
b. Love hate ; mampu membuat komunikan mencintai atau membenci
c. Fear confidence ; mampu membuat komunikan merasa takut atau percaya diri
d. Shame shamelessness ; mampu membuat komunikan merasa malu atau
membangkitkan keberanian
e. Indignation envy ; mampu membangkitkan rasa berkuasa atau kehilangan
kekuasaan atau kehilangan pengaruh
f. Adminiration envy ; mampu membangkitkan semangat kerja atau melemahkan
semangat
3.
Logos
Ini berkaitan dengan kemampuan komunikator yang secara intelek (cerdik)
mengatakan secara rasional dan argumentatif menyampaikan issue atau data secara
tepat, atau memberikan kesaksian (testimoni).
19
20
yang mengubah informasi menjadi impuls saraf dengan bahasa yang dipahami oleh otak
manusia.
Sensasi adalah pengalaman elementer yang secara segera dan tidak memerlukan
penguraian verbal, simbolis atau konseptual yang sangat berhubungan dengan alat indera
( Dennis Coon, 1977). Jadi melalui alat indera, manusia dapat memahami kualitas fisik
lingkungannya dan melalui inderalah manusia memperoleh pengetahuan dan semua
kemampuan berinteraksi dengan lingkungannya. Dikatakan oleh John Locke ; There is
nothing in the mind except what was first in the sense, artinya tidak ada apa-apa dalam
jiwa kita kecuali harus lebih dahulu melewati alat indera (Lefrancois, 1974).
Apabila tulisan pada buku yang ada dihadapan kita dapat dibaca dan kita dapat
menangkap makna dari huruf yang kita baca, maka inilah yang disebut Persepsi.
Definisi persepsi itu sendiri adalah; Pengalaman tentang obyek, peristiwa atau hubungan
yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Lefrancois,
1974).
Bila kita menyapa seseorang yang berjalan dihadapan kita dengan anggapan
bahwa ia adalah teman yang kita kenal, tetapi setelah orang tersebut menoleh dan
ternyata keliru, ini merupakan contoh kesalahan persepsi dan bukan kesalahan sensasi.
Tetapi bila kita sayup-sayup mendengar panggilan Agus, tetapi nama kita sebenarnya
adalah Bagus, maka ini merupakan kesalahan sensasi.
Menurut David Krech dan Richard S. Crutchfield (1977), persepsi dan sensasi
sangat dipengaruhi oleh faktor personal dan situasional, atau faktor fungsional dan
struktural. Jadi hubungan antara persepsi dan sensasi sudah jelas, dimana sensasi
merupakan bagian dari persepsi, tetapi dapat mempengaruhi persepsi. Sedangkan
perbedaan sensasi itu sendiri disebabkan oleh adanya perbedaan pengalaman, lingkungan
budaya, serta kapasitas alat indera, dan
21
akan turun, sedangkan seorang dokter gigi yang sering muncul sebagai bintang iklan di
TV, bila suatu saat ia berpakaian lusuh pada saat melayani pasiennya akan tetap dianggap
dokter yang berpenampilan rapi.
Pada persepsi sosial, pengelompokan jenis mahluk hidup tidak murni
struktural, sebab apa yang dianggap sama atau berdekatan oleh seorang individu tidak
dianggap sama atau berdekatan oleh individu yang lain, karena kerangka rujukan setiap
individu adalah berbeda. Seorang ahli Zoologi menganggap kuda, manusia dan ikan paus
sebagai satu kelompok, karena sama-sama golongan mamalia. Sedangkan kita
beranggapan bahwa ketiga jenis mahluk hidup tersebut jelas bukan merupakan satu
kelompok. Disinilah peran persepsi ditinjau dari aspek struktural, kultural dalam menilai
perbedaan dan kesamaan, terutama peranannya dalam hubungan sosial antara individu
dengan lingkungannya ( Krech & Crutchfield, 1977).
Ada beberapa pedoman berguna untuk mengatasi hambatan persepsi yang
sering terjadi dalam proses komunikasi, antara lain:
1.
2.
3.
4.
tidak
dimengerti
pendengarnya,
contoh:
Apakah
tambalan
giginya
22
23
persepsi
yang
kedua:
Medan
perseptual
dan
kognitif
selalu
diorganisasikan dan diberi arti. Disini kita mengorganisai stimulus dengan melihat
konteksnya, walaupun stimuli yang kita terima tidak lengkap, kita selalu mengisinya
dengan interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsi.
Solomon Asch (1959), melakukan beberapa eksperimen tentang persepsi orang
pada serangkaian kata-kata sifat, dua kelompok penanggap ditugaskan memberikan
ulasan antara lain; kelompok pertama pada rangkaian kata-kata A dan kelompok kedua
pada rangkaian kata- kata B, sebagai berikut:
A. cerdas rajin impulsif kritis kepala batu - iri
B. iri kepala batu kritis impulsif rajin cerdas
Kata- kata pada setiap rangkaian sama, namun urutan diubah, pada A dimulai dengan
sifat positif, sedang pada B dimulai dengan sifat negatif. Ternyata komentar orang
berbeda, A dianggap sebagai orang yang memiliki kemampuan, tetapi mempunyai
kelemahan yang tidak begitu merusak. Sedang B dianggap sebagai orang yang rusak,
yang kemampuannya tertutup oleh kelemahannya yang gawat. Dari contoh ini
menunjukkan bagaimana konteks kata-kata menentukan makna pesan.
24
25
menyebutnya sebagai tiga kelompok baris yang masing-masing terdiri dari bintang dan
titik- titik.
A
B
26
: Bau mulut suami saya sangat tidak sedap dokter, sehingga saya tidak mau
berdekatan dengan dia.
Dokter gigi : Bagaimana kalau bau mulut nyonya juga tidak sedap, apakah suami nyonya
juga mau berdekatan dengan anda.
Pasien
: Jelas tidak mungkin dokter, karena saya selalu menyikat gigi tiga kali
dalam sehari.
Pasien tersebut jelas melakukan persepsi yang keliru terhadap pertanyaan dokter gigi,
tetapi tanpa disadari betapa seringnya kita juga melakukan kekeliruan semacam itu.
PSIKOLOGI PESAN
Ada seorang psikolog yang mempelajari pengaruh tubuh terhadap perilaku
manusia, dan menemukan hal yang aneh. Suatu ketika pada saat orang dirangsang
amigdagala-nya (bagian otak pada sistim limbik) dengan arus listrik 5 miliamper, orang
tersebut berubah menjadi agresif, suaranya berubah, tubuhnya bergetar sambil marah;
ketika stimulasi listrik tersebut diturunkan menjadi 4 miliamper, sikap orang tersebut
berubah, ia mulai tersenyum sambil menyesali sikap agresif dan kasar yang baru ia
lakukan.
Jose Delgado kemudian menghabiskan waktunya untuk mengembangkan alat-alat
stimulasi yang dapat merangsang otak, dengan menggunakan alat transdermal
stimoceiver yang ditanamkan pada otak seorang pasien. Dari jauh Delgado dapat
menggerakkan perilaku pasien tersebut dengan merubah perilaku pasien tersebut menjadi
tenang dan sebaliknya. Dengan yakin Delgado menyatakan bahwa Predictable
behavioral and mental respons may be induced in direct manipulation of the brain,
27
artinya perilaku dan respon mental dapat diramalkan dan dapat diinduksikan dengan
memanipulasi otak secara langsung (Jalaluddin Rakhmat, 2005).
Pertanyaannya; Apakah diri kita memiliki alat yang bisa mempengaruhi perilaku
orang? Jawabannya, benar, kata George Miller (seorang pakar psikolinguistik).
Dikatakan bahwa setiap orang memiliki seperangkat perilaku untuk mengendalikan
pikiran orang lain. Kita dapat mempengaruhi pikiran orang lain, membuat orang lain
menjadi senang atau sedih, dan memasukkan gagasan baru dalam pikiran kita.
Sebenarnya teknik ini tidak ditemukan oleh para ahli psikologi, bukan pemberian
makhluk halus atau ahli teknik lain, akan tetapi teknik ini sudah dikenal sejak zaman pra
sejarah, yang lazim disebut bahasa. Karena dengan bahasa atau kumpulan kata kita dapat
mempengaruhi pikiran dan perilaku orang lain. Contohnya :
-
Dengan kata-kata; Maju jalan, seorang sersan dapat menggerakkan pasukan atau
barisan melakukan langkah tegap
adalah pesan dalam bentuk kata-kata atau kalimat yang disebut sebagai pesan linguistik.
Jadi manusia menyampaikan pesan berupa kata-kata atau kalimat, disebut dengan pesan
paralinguistik, sedangkan bila dengan bahasa ekspresi atau isyarat, disebut dengan pesan
extralinguistik atau pesan non verbal (Jalaluddin Rakhmat, 2005).
Menurut George Miller, tata bahasa memiliki tiga unsur yaitu; fonologis, sintaksis
dan semantik. Sehingga untuk menguasai bahasa tertentu kita harus menguasai ketiga
tahap tersebut. Tahap pertama kita harus memiliki informasi fonologis tentang bunyibunyi dalam bahasa tersebut, misalkan kita harus bisa membedakan bunyi th dengan
the dalam think. Tahap kedua kita harus memiliki pengetahauan sintaksis tentang
cara pembentukan kalimat, misalnya dalam bahasa Inggris kita harus tahu cara
menempatkan to be pada kalimat nominal. Pada tahap ketiga, kita harus mengetahui
secara leksikal arti kata atau gabungan kata-kata, misalnya kita harus tahu arti kata take
dan take into account.
Anda boleh saja mengetahui tata bahasa Inggris, menguasai lebih dari 50.000 kata
dan mampu membedakan bunyi-bunyi dalam bahasa Inggris dengan cemat, tetapi anda
28
tidak dapat tertawa lepas ketika seorang profesor berkebangsaan Inggris yang sangat
humoris menyampaikan ceramah yang selalu disertai joke-joke, sementara teman-teman
anda yang lain dapat tertawa terbahak-bahak. Beberapa tahun kemudian ketika anda
mengingat kembali joke-joke yang disampaikan profesor tersebut, barulah anda bisa
tertawa terbahak-bahak. Ini artinya pada diri anda sekarang sudah terbentuk kerangka
konseptual dan sistem kepercayaan kepada diri sendiri (Jalaluddin Rakhmat, 2005).
Mungkin kita pernah mendengar pertengkaran antara supir Sunda dan kernet
orang Jawa; ketika truk mereka berhenti di tengah jalan karena ban roda belakang pecah,
Supir memberi perintah kepada kernet dalam bahasa sunda, Cokot dongkrak, kernet
yang tidak mengerti perintah supir menjawab Atos, Pak. Keduanya bertengkar hampir
saling memukul. Mengapa demikian?
Cokot dongkrak
Atos
yang kita gunakan disalah artikan oleh penerima pesan. Oleh karena itu para ahli
psikologi komunikasi sekali lagi mengingatkan bahwa: Sebenarnya kata-kata atau pesan
itu tidak mempunyai makna, tetapi oranglah yang memberi makna pada kata-kata atau
pesan tersebut.
Oleh karena itu dalam menyusun pesan komunikasi perlu dicermati cara dan
strategi penyampaian pesan agar tidak terjadi gap komunikasi, terutama yang
menyangkut persepsi interpersonal.
HUBUNGAN INTERPERSONAL
Secara teori, komunikasi yang efektif ditandai dengan terciptanya hubungan
interpersonal yang baik. Komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur,
tetapi yang paling penting adalah bagaimana menciptakan hubungan interpersonal.
Karena walaupun dengan teknik komunikasi yang baik, pesan yang sempurna, tetapi
hubungan interpersonal kurang baik, maka terjadilah secondary communication
breakdown, hubungan interpersonal terputus (Anita Taylor, 1977).
29
Apabila kita perhatikan kalimat di bawah ini, kita dapat membedakan mana
diantara kalimat tersebut yang isinya lebih mengarah kepada terciptanya hubungan
interpersonal.
1) Sebutkan siapa namamu.
2) Siapa nama anda?
3) Bolehkah saya mengetahui nama anda?
4) Sudikah kiranya anda menyebutkan nama anda?
Gerald R. Miller dalam bukunya Explorations in interpersonal communication
mengatakan bahwa: Understanding the interpersonal communication process demands
an understanding of the symbiotic relationship between communication an relational
development : relational development influences the nature of communication between
parties to the relationship, yang artinya : Memahami komunikasi interpersonal
menurut pemahaman hubungan simbiotis antara komunikasi dengan perkembangan
relasional, dan pada gilirannya (secara serentak) perkembangan relasional mempengaruhi
sifat komunikasi antara pihak-pihak yang terlibat dalam hubungan tersebut (Jalaluddin
Rakhmat, 2005).
Hubungan interpersonal dapat dipandang sebagai sistem dengan sifat-sifatnya,
dan untuk menganalisanya kita harus melihat pada karakteristik individu yang terlibat,
sifat-sifat kelompok, dan sifat-sifat lingkungan. Karena setiap hubungan interpersonal
harus dilihat dari tujuan bersama, metoda komunikasi yang digunakan, ekspektasi,
pelaksanaa peranan, serta bentuk permainan yang dilakukan. Dengan singkat dapat
dikatakan bahwa model interaksional mencoba menggabungkan model pertukaran pesan,
peranan dan permainan (Newcomb, 1961).
Adapun teori hubungan interpersonal yang kita gunakan, kita akan melihat hal
yang sama, yaitu melibatkan kedua belah pihak dan membentuk relasi interpersonal.
Ketika saya berhubungan dengan anda, anda bukan lagi anda yang biasa, tetapi anda
sudah berubah karena pertemuan dengan saya, dan sayapun berubah karena kehadiran
anda. Saya dan anda berbagi pengalaman. Bila pengalaman itu menyenangkan, maka
hubungan interpersonal akan berlanjut terus, tetapi bila pengalaman tidak menyenangkan
maka hubungan interpersonal akan putus. Misalkan hubungan saya dengan anda dapat
menimbulkan kepedihan, maka hubungan interpersonal akan sulit dilanjutkan.
30
31
Menurut
Charles
R.
Berger,
informasi
pada
tahap
perkenalan
dapat
2.
3.
4.
Kepribadian atau sikap, misalnya; bagaimana anda menghadapi kenaikan harga saat
ini
5.
Perilaku pada masa lalu, misalnya mengapa anda memilih sekolah katolik
6.
7.
Keakraban, ini merupakan pemenuhan kebutuhan tentang kasih sayang. Ini tercipta
bila kedua belah pihak sepakat terhadap tingkat keakraban yang diperlukan. Menurut
Argyle, Jika dua orang melakukan tingkat keakraban yang berbeda maka akan
terjadi ketidak serasian dan kejanggalan. Misalnya jika A menggunakan teknik
sosial; berdiri lebih dekat, lebih sering memandang dan selalu tersenyum, maka si B
merasa si A bersifat agresif, dan terlalu akrab (ada apa di balik itu?). Sedangkan A
menganggap si B acuh tak acuh dan sombong.
2.
Kesepakatan, adalah kesepakatan tentang siapa yang akan mengontrol siapa, dan
bilamana atau kapan. Jika kedua orang mempunyai pendapat yang berbeda sebelum
mengambil kesimpulan, siapakah yang berbicara lebih banyak, atau siapakah yang
menentukan, siapa yang dominan. Konflik akan terjadi bila masing-masing ingin
berkuasa atau dominan, dan tidak ada yang mau mengalah.
3.
Ketepatan respon, artinya respon A harus diikuti oleh respon B yang sesuai.
Misalnya dalam suatu percakapan, pertanyaan harus disambut dengan jawaban,
lelucon, tertawa, penjelasan dan alasan. Respon ini bukan saja hanya dengan pesan
32
verbal tetapi juga non verbal. Jika pembicara yang serius dijawab dengan tidak
serius, atau ungkapan wajah yang sungguh-sungguh diterima dengan ekspresi yang
menunjukkan sikap tidak percaya, maka hubungan interpersonal akan mengalami
keretakan. Menurut Tubbs dan Moss, dalam konteks ini kita bagi respon ke dalam
dua kelompok yaitu konfirmasi dan diskonfirmasi. Konfirmasi adalah Any
behaviour that causes another person to value himself more. Sedangkan sebaliknya,
diskonfirmasi adalah Behaviour that cause a person to value himself less. Artinya
konfirmasi akan memperteguh hubungan interpersonal sedangkan diskonfirmasi
justru merusaknya. Bayangkanlah, ketika kita habis menonton film bersama-sama.
Usai menonton, anda memberikan komentar sangat positif terhadap pemeran utama
dalam film tersebut, tetapi saya memberikan reaksi yang negatif terhadap pemeran
utama tersebut. Maka respon saya merupakan diskonfirmasi (respon yang merusak)
(Argyle M., 1983)
Pemutusan hubungan interpersonal
Walaupun kita dapat menyimpulkan bahwa kedua tahap terbentuknya hubungan
interpersonal di atas menerangkan bahwa hubungan interpersonal tidak dapat diakhiri,
namun belum banyak penelitian dilakukan terhadap tahap yang ketiga yaitu tentang
pemutusan hubungan interpersonal.
R.D. Nye dalam bukunya Conflict among humans, mengatakan bahwa ada lima
sumber konflik yaitu :
1.
2.
Dominasi, ialah satu pihak berusaha mengendalikan pihak yang lain, sementara
pihak yang lain merasa haknya dilanggar
3.
Kegagalan, disini salah satu pihak menyalahkan pihak yang lain apabila tujuan
bersama tidak tercapai
4.
Provokasi, disini salah satu pihak secara sadar selalu berusaha menyinggung
perasaan pihak yang lain
5.
Perbedaan nilai, artinya kedua belah pihak tidak sepaham atau tidak sepakat tentang
nilai-nilai yang mereka anut
33
34
lain
dari
komunikasi
yang
35
36
mempengaruhi atau menghambat pesan saat melewati media, baik media udara,
media elektronik maupun media cetak. Model ini hanya mampu menggambarkan
suatu proses penyampaian informasi satu arah (oneway event), padahal komunikasi
antar manusia sebaiknya berjalan dua arah (two way event) (Soekidjo Notoatmodjo,
2005).
Contohnya adalah proses komunikasi antara Dokter gigi dengan pasiennya,
dimana Dokter gigi sangat aktif menyampaikan pesan, tetapi pasiennya sebagai
pendengar berperilaku pasif (hanya mendengar saja), dan tidak memberikan respon
atau jawaban.
2.
37
menginterpretasikan
pesan
tersebut
berdasarkan
latar
belakang
Speaker
Attitude
Encoding
Skills
Positive/Negative
Feed Back
Listener
Attitude
Encoding
Skills
38
1. Identifikasi masalah.
Pada tahap ini merupakan langkah awal dan sistematis untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan yang hendak ditangani, dengan mengumpulkan secara kronologis
riwayat sakit dari pasiennya. Ini merupakan langkah awal dari suatu proses Anamnese.
Pada tahap inilah terjadi pertemuan awal dimana proses komunikasi terjadi, sehingga
diperlukan ketrampilan dalam merancang pertanyaan atau wawancara tahap awal, dan
mendapatkan feed back yang maksimal dari klien, yang artinya klien memahami benar
pesan atau makna dari pertanyaan yang disampaikan oleh dokternya.
Seperti telah dijelaskan (pada halaman) tentang hubungan interpersonal, maka tahap
ini merupakan tahap awal tejadinya hubungan interpersonal, sehingga disebut sebagai
tahap perkenalan (acquaintance process), dimana seorang individu mengirimkan (secara
sadar) atau menyampaikan (secara tidak sengaja), informasi tentang struktur dan
kepribadiannya kepada lawan bicaranya dengan menggunakan cara-cara yang berbeda
sesuai perkembangan yang berlangsung pada proses awal komunikasi tersebut
(Newcomb, 1961).
Salah satu factor yang amat penting untuk menyelami kepribadian dari klien kita
adalah menumbuhkan Keserasian hubungan emosional, atau disebut sebagai
Komunikasi tingkat empati.
Empati
Empati adalah keserasian emosional ketika terjadi hubungan interpersonal, dimana
sumber komunikasi merasakan tingkat emosional dari lawan bicaranya. Contohnya :
Saya sangat merasakan keluhan sakit yang anda alami (Anita Taylor, 1977).
Empati telah didefinisikan dalam bermacam-macam versi. Menurut Freud, dianggap
sebagai cara memahami orang lain tetapi tidak mempunyai arti emosional. Menurut
Scotland et all, empati adalah keadaan ketika kita bereaksi secara emosional dengan
menanggapi orang lain yang mengalami atau siap mengalami suatu emosi. Sedangkan
menurut Bennet, empati adalah Imaginative intellectual and emotional participation in
another persons experience (Jalaluddin Rakhmat, 2005).
Definisi empati sering dikontraskan dengan simpati, yang artinya kita
menempatkan diri kita secara imajinatif pada posisi orang lain. Contohnya Bila saya
39
melihat anda menangis karena kehilangan orang tua anda, maka saya coba
membayangkan bila saya juga kehilangan orang tua saya. Saya beranggapan andapun
mempunyai perasaan seperti apa yang saya rasakan.
Dalam empati kita tidak menempatkan diri kita pada posisi orang lain, tetapi kita
ikut serta secara emosional dan intelektual ke dalam pengalaman orang lain. Jadi,
berempati artinya membayangkan diri kita pada kejadian yang menimpa orang lain.
Dengan empati kita berusaha melihat seperti orang lain melihat dan merasakan seperti
juga orang lain merasakan (Jalaluddin Rakhmat, 2005).
Milton J Bennett melukiskan perbedaan antara simpati dan empati sesuai
pengalaman pribadinya; Aku dan istriku telah menemukan bahwa perbedaan antara
simpati dengan empati sangat menentukan komunikasi yang menyangkut hubungan
interpersonal. Sebagai contoh pengalaman kami dalam berhubungan satu sama lain ketika
sakit. Bila sakit, aku ingin ditinggalkan sendirian (mungkin lebih baik menanggung
sendirian dengan tabah). Tetapi bila istriku yang sakit, ia ingin diperhatikan secara penuh
(mungkin makin menyenanginya). Ketika kami baru menikah, aku ungkapkan simpatiku
kepada istriku dengan meninggalkannya sendirian, jika dia sedang sakit. Tentu saja ia
juga bersimpati kepadaku ketika aku sakit dengan menanyakan apa perasaanku kira-kira
setiap sepuluh menit. Setelah bertahun-tahun kami menikah, mulai muncul rasa
kebingungan mengapa kami jengkel ketika kami sakit. Kami menemukan bahwa kami
mempunyai ekspektasi yang berbeda bagaimana seharusnya yang sakit dilayani. Kami
sekarang berusaha ber-empati, dan bukan simpati. Dengan membayangkan pengalaman
orang lain ketika sakit, kami memperlakukan orang lain berbeda dengan cara kami
memperlakukan diri kami sendiri.
Jadi komunikasi tingkat empati merupakan gambaran kesamaan atau keserasian
emosional antara kedua pihak yang terlibat dalam hubungan interpersonal. Jadi agar
empati tidak ditanggapi sebagai keadaan berpura-pura atau dipersepsi salah oleh orang
lain, maka kita harus jujur dalam mengungkapkan diri kita yang sebenarnya, baik secara
verbal maupun non verbal, dan kita harus menghindari penopengan atau pengelolaan
kesan (Jalaluddin Rakhmat, 2005).
40
2. Tehnik Mendengarkan.
Pada saat kita beraktifitas, kita sering mendengarkan berbagai macam suara, suara
klakson mobil, deru sepeda motor, orang berbicara dan suara- suara lain. Dalam proses
Komunikasi interpersonal, mendengakan adalah salah satu
aspek penting yang perlu dipahami agar terjadi keserasian
dan
keharmonisan
(Citrobroto,1979).
dalam
hubungan
Nelson
&
intepersonal
Jones
(1990),
Adakan percakapan dengan lawan bicara, pertama jaraknya agak rapat, selanjutnya
jaraknya agak jauh. Apa yang terjadi atau apakah ada perbedaan dalam hasil yang
didengarkan.
Bila kita berbicara dengan klien kita dan dibatasi oleh meja yang tinggi atau meja
yang besar, apa yang terjadi ?
Bila berbicara dengan pasangan kita dimana posisi kita berdiri sedangkan posisi
pasangan kita duduk dikursi, apa yang terjadi dan bagaimana efektifitas hasil
pembicaraan tersebut?
41
Buat percakapan dengan pasangan kita , pertama kita saling bertatap muka dan
bedakan bila kita berbicara tidak saling berpandangan, apa yang dapat kita rasakan
pada proses tersebut?
2.
Menyiapkan tempat duduk yang nyaman bagi kliennya, menjaga jarak atau posisi
yang tidak terlalu jauh, bisa di samping klien, atau duduk berhadapan dengan klien.
Hindarkan adanya barang-barang yang tidak perlu seperti meja tulis, karena akan
menjadi barier yang akhirnya dapat menimbulkan gap sosial antara kita dengan
klien (klien menjadi tertutup).
3.
Menyiapkan materi yang akan dibicarakan, yang meliputi hal-hal apa saja yang
akan digali dan diketahui dari klien, terutama yang terkait dengan masalah
kesehatan klien.
4.
42
tentang status pernikahan dan jumlah anak, terutama bagi mereka yang tidak
menikah atau tidak memiliki putera atau puteri.
5.
6.
7.
8.
Selanjutnya
memberikan
kesempatan
kepada
klien
atau
pasien
untuk
43
yang kurang tidur karena mengalami kesakitan pada giginya, akan mengalami penurunan
kemampuan berpikir. Sedangkan contoh faktor sosio psikologis adalah motivasi yang
tinggi akan mendorong orang akan bersemangat dalam memecahkan masalah, sedangkan
motivasi yang rendah akan mendorong orang mengalihkan perhatian apabila mendapat
stimulus untuk memecahkan masalahnya (Coleman,1974).
Gambaran tentang problem solving itu sendiri adalah bagaimana kita dapat
mengungkap masalah, perilaku apa yang terjadi, dan bagaimana mengatasi atau
memecahkan masalah tersebut. Menurut Coleman (1974) proses pemecahan masalah
tersebut berlangsung melalui lima tahap, antara lain:
1)
Suatu keadaan ketika perilaku yang biasa kita lakukan terhambat karena sebab
tertentu, dan kita mencoba mengatasinya dengan hal yang rutin. Contoh : Dalam
menghadapi kasus kesehatan yang rutin, kita selalu menanganinya dengan cara
yang rutin pula. Namun bila kasusnya agak berbeda dari biasanya kita akan
mengalami masalah bagaimana cara menanganinya.
2)
Kita mencoba menggali memori kita untuk mengenali masalah tersebut secara rinci.
3)
4)
Kita menggunakan lambang-lambang verbal atau non verbal seperti gambar, grafik,
sketsa dan lain-lain untuk menjelaskan kerangka permasalahan, dan mencari
informasi tentang cara menangani masalah tersebut.
5)
adalah;
1)
2)
Mendorong sasaran atau klien untuk menggali riwayat sakit yang dialaminya
3)
4)
44
5)
Mendorong sasaran atau klien membuat keputusan untuk dirinya sendiri dalam
memilih cara penanganan masalah kesehatan yang dialaminya
(Coleman,1974).
45