Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia terdiri dari banyak pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.
Dengan adanya banyak pulau menyebabkan adanya beranekaragam budaya, agama, ras,
dan suku. Dari berbagai kemajemukan yang ada di Indonesia kami akan lebih
memaparkan tentang keanekargaman agama mengingat seringnya kita melihat di media
cetak dan elektronik mengenai konflik konflik yang menyangkut tentang
agama.Terdapat 5 agama di Indonesia yang diakui yaitu agama Kristen Katolik, Kristen
Protestan, Islam, Hindu dan Budha. mengingat seringnya kita melihat di media cetak dan
elektronik mengenai konflik konflik yang menyangkut tentang agama.
Dalam ideology yang dianut Indonesia yaitu ideology Pancasila, kita mengetahui
bahwa setiap warga Negara Indonesia bebas untuk memeluk agama sesuai kepercayaan
masing maisng. Namun dewasa ini rasa toleransi dan solidaritas antar pemeluk agama
maupun sesama agama sedikit mengalami penurunan. Tentu hal ini bertentangan dengan
ideology Pancasila yang kita anut. Khususnya hal ini menyangkut Pancasila pada sila
pertama yakni Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila pertama ini memiliki makna bahwa
Negara yang didirikan adalah pengejawantahan tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan
yang Maha Esa.
Belum lama ini, di media elektronik banyak membahas mengenai agama yang dianut
oleh Wakil Gubernur Jakarta yang baru saja dilantik yaitu .. sebelum pemilu putaran
kedua banyak media yang membahas penolakan terhadap agama yang dianut oleh
bapak.. dari sini kita dapat melihat bahwa toleransi beragama masih sangat kurang di
Indonesia. Masih ada sekelompok orang yang belum bisa menerima keanekaragaman
agama yang terdapat

di Indonesia. Tanpa adanya rasa kebersamaan kita tidak akan

mampu mempersatukan Indonesia.


Namun , dibalik itu semua masih ada sebuah tempat yang merupakan miniature
toleransi antar agama yang terletak di Pulau Bali yang bernama Puja Mandala. Pada
lokasi ini terdapat 5 tempat suci agama, yang terdiri dari Masjid, Gereja Katolik, Gereja
Protestan , Vihara dan, Pura. Maka dari itu kami mengangkat tema kemajemukan agama
di Indonesia dengan judul Persatuan dalam Keanekaragaman Agama sebagai Wujud
Toleransi terhadap Perbedaan Agama

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.2.1 Bagaimana sejarah terbentuknya Puja Mandala di Bali?
1.2.2 Apa hubungan didirikannya Puja Mandala dengan pengamalan nilai nilai
1.2.3

pancasila?
Apa tujuan dan manfaat dibangunnya Puja Mandala sebagai wujud pengamalan

nilai- nilai pancasila di lingkungan masyarakat di Bali?


1.3 TUJUAN
1.3.1 Untuk mengetahui sejarah terbentuknya Puja Mandala di Bali.
1.3.2 Untuk mengetahui hubungan didirikannya Puja Mandala dengan pengamalan nilai
1.3.3

nilai Pancasila?
Untuk mengetahui tujuan dan manfaat dibangunan Puja Mandala sebagai wujud
pengamalan nilai nilai Pancasila di lingkungan masyarakat di Bali?

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Didirikannya Puja Mandala di Bali
BTDC Nusa Dua memiliki sejarah keterlibatan yang intens dalam pengembangan
kepariwisataan sehingga menjadikan Nusa Dua sebagai salah satu kawasan Pariwisata terbaik
di dunia. Salah satu bentuk partisipasi riil BTDC dalam uasahanya membawa Nusa Dua
sebagai daerah elit pariwisata adalah mendirikan Bukit Doa Puja Mandala. Berawal dari
keinginan umat Islam untuk mendirikan Masjid di Nusa Dua sebagai tempat untuk beriabadah
Jumat. Karena tahun 1990 umat Islam kesulitan untuk beribadah Jumat karena Masjid terbesar
terletak diwilayah Kuta dengan waktu tempuh 30-45 menit. Hal tersebut sangat tidak
efiseien.. Namun, karena izin sulit didapatkan dengan alasan tidak memenuhi syarat pendirian
bangunan ibadah yang harus mempunyai 500 KK, akhirnya keinginan itu belum dapat
dilaksanakan. Pihak MUI bersama yayasan Ibnu Batutah kemudian dating ke Jakarta untuk
meminta persetujuan. Akhirnya, ada inisiatif dari Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi,
yang saat itu dijabat oleh Joop Ave, untuk membangun tempat ibadah kelima agama di satu
kompleks. Ide ini didapat atas dasar keinginan presiden Soeharto yang menginginkan adanya
tempat ibadah kelima agama yang berdiri di satu tempat. Pihak PT. BTDC lalu mengibahkan
bantuan berupa tanah untuk membangun kelima tempat ibadah tersebut.
Menurut narasumber yang kami wawancarai di Puja Mandala yakni Bapak I Wayan
Badra, tanah ini dulunya merupakan tempat pembuangan sampah dari hotel hotel dan
tempat tempat wisata di Nusa Dua. Kemudian tanah ini dibersihkan oleh kontraktor.
Menurut beliau sebelum tempat ini dibangun , tokoh agama dari masing masing agama
dikumpulkan dan diajak untuk berunding. Setelah semua tokoh sepakat maka pendirian
bangunan diserahkan sepenuhnya kepada umat masing masing agama, dengan aturan
pendirian harus sama tinggi. Menurut beliau, peletakan batu pertama di lokasi ini
dilaksanakan pada tahun 1987. Dimana peletakan batu pertama Masjid dilaksanakan oleh Kiai
Aji Adnan, sedangkan peletakan batu pertama Gereja Katolik dan Protestan dilaksanakan oleh
almarhum Yoanes Paulus, tokoh dari Patikan, sedangkan peletakan batu Vihara dilakukan oleh
tokoh budha Bali, dan untuk bangunan Pura, peletakan batu pertama dilaksanakan oleh Ida
Pedanda Putra Basing dari Kesiman.
Puja Mandala yang dibangun sejak tahun 1994 ini terletak di Jalan Kuruk Setra di tepi
kanan jalan menuju Hotel STP , Nusa Dua. Tempat ibadah di Puja Mandala dibangun secara

berdampingan, dimana Masjid Ibnu Batuta terletak paling kiri, beratap tumpang susun , khas
masjid Jawa, tepat disebelah Masjid Agung Ibnu Batutah terdapat Gereja Katolik Bunda
Maria Segala Bangsa dengan menara tunggal, dinding depan mengikuti bentuk atap dan
bagian belakang atap tumpang. Disebelah gereja Katolik dibangun Vihara Budha Guna yang
tampak anggun dan megah dengan sentuhan ornament cantik berwarna putih dan keemasan.
Disebelah Vihara terdapat tempat suci Gereja Protestan. Dan Pura Jagat Natha terletak paling
kanan dari kompleks Puja Mandala.
Kemudian pada tahun 1997, Puja Mandala Nusa Dua secara resmi disahkan oleh
Menteri Agama Bapak Tarmidzi Taher. Saat itu hanya ada Gereja Katolik Bunda Maria segala
bangsa, Gereja Kristen Protestan Bukit Doa dan Masjid Ibnu Batutah yang sudah selesai
pembangunannya. Vihara Budhina Guna baru selesai tahun 2003. Sementara Pura Jagat Natha
baru dirampungkan beberapa tahun lalau. Bapak Wayan Badra mengatakan pembangunan
Pura berlangsung lama dikarenakan adanya kesalahan konstruksi, dimana pondasi Padmasana
contoh kea rah sungai sehingga pondasi dibongkar ulang dan membutuhkan waktu lebih lama.
Namun pembangunan kelima tempat ibadah akhirnya rampung pada tahun 2004. Namun,
menurut narasumber yakini Bapak Teguh Vihara baru diresmikan tahun 2007 dan Peresmian
Purnapugar tahun 2011.
Puja Mandala bagaikan sisa propaganda Orde Baru tentang kerukunan antaragama. Puja Mandala dapat pula ditafsir-ulang sebagai sebuah komitmen antar-umat berbeda
agama di Bali untuk hidup berdampingan dan dengan bebas menjalankan agama masing
masing.
2.2 Hubungan Didirikannya Puja Mandala dengan Nilai Nilai Pancasila
Jika disejumlah tempat terjadi berbagai konflik agama antar umat beragama karena
pendirian tempat ibadah, maka hal yang sebaliknya terjadi di kompleks Puja Mandala. Tempat
ibadah lima agama didirikan berdampingan tanpa menimbulkan pertikaian, sebaliknya malah
menimbulkan kerukunan antarumat beragama. Tidak pernah ada konflik yang disebabkan
karena ketidakharmonisan antar sesama. Bahkan jika ada kegiatan keagamaan dalam waktu
yang bersamaan umat saling berinteraksi untuk mempererat persatuan.
Walaupun warga mayoritas memeluk agama Hindu, kebebasan dan kerukunan umat
beragama di Bali patut dicontoh. Meyambut Paskah misalnya, petugas keamanan desa adat
atau pecalang dan pengurus takmir masjid membantu mengamankan rangkaian Perayaan
Paskah di Gereja Paroki Maria Bunda Segala Bangsa.

Budaya saling tolong menolong itu ternyata sudah rutin mereka lakukan, karena bagi
mereka kerukunan antarumat beragama tidak akan tercipta tanpa adanya kepedulian dan
toleransi satu sama lain. Masing masing pihak harus berinisiatif untuk menolong dan tidak
bersikap eksklusif sehingga bisa tercipta harmoni antar umat beragama.
Menurut bapak Wayan Badra dan Bapak Teguh, pembangunan kompleks Puja
Mandala ini ditujukan untuk merukunkan agama karena rukun merupakan dasar pokok
persatuan kesatuan antar umat. Sejak diadakan pembangunan antar umat sudah mulai saling
membantu dan mendukung pembangunan tempat suci maisng masing agama. Walaupun
tidak member abntuan secara materi namun dukungan spiritual antar umat dapat membantu
penyelesaian pembangunan tempat suci ini. Menurut bapak Teguh, di Bali , agama tidaklah
menjadi masalah dan batasan untuk menjadi masyarakat yang damai.
Bapak Badra menuturkan bahwa pada hari jumat, lapangan parkir dipenuhi kendaraan
umat islam, Hari Sabtu dan Minggu dipenuhi oleh umat Kristen dan Katolik. Demikian pula
pada hari keagamaan lainnya. Namun beliau menuturkan bahwa tempat ibadah ini terbuka
bagi siapapun, umat lain boleh memasuki areal tempat suci umat lain, satu sama lain saling
menunjukkan toleransinya. Beliau juga menuturkan bahwa pernah hari Raya Nyepi jatuh tepat
pada hari Jumat. Hari Raya Nyepi sangat sacral bagi umat Hindu di Bali, dimana masyarkat
dilarang untuk berpergian keluar rumah. Pada malah hari warga tidak boleh menyalakan api
atau lampu penerangan dan tidak boleh membuat keributan. Siapapun yang melanggar akan
ditahan pecalang. Namun saat itu secara khusus umat Muslim di Nusa Dua dipersilakan
beribadah Jumat di Masjid Ibnu Batutah Puja Mandala. Hari raya Nyepi juga pernah
bertepatan dengan hari Minggu, saat itu Umat Kristen juga diizinkan untuk tetap beribadah
namun dilarang menggunakan mobil. Hal hal ini menunjukkan adanya toleransi, kerukunan
dan rasa persaudaraan yang sangat besar dalam lingkungan Puja Mandala,

Anda mungkin juga menyukai