Anda di halaman 1dari 31

BAB II

ISI
2.1 Pengertian Revetment
Revetment atau perkuatan lereng merupakan bangunan yang ditempatkan
pada suatu lereng yang berfungsi melindungi suatu tebing alur pantai atau
permukaan lereng dan secara kesuluruhan berperan meningkatkan stabilitas alur
pantai atau tubuh tanggul yang dilindungi. Secara khusus, dinding pantai atau
revetment juga dapat didefinisikan sebagai bangunan yang memisahkan daratan
dan perairan pantai, yang terutama berfungsi sebagai dinding pelindung pantai
terhadap erosi dan limpasan gelombang (overtopping) ke darat. Daerah yang
dilindungi adalah daratan tepat di belakang bangunan. Permukaan bangunan yang
menghadap arah datangnya gelombang dapat berupa sisi vertikal atau miring.
Dinding pantai biasanya berbentuk dinding vertikal sedangkan revetment
mempunyai sisi miring. Bangunan ini ditempatkan sejajar atau hampir sejajar
dengan garis pantai. Gambar 2.1 menunjukkan penempatan revetment dan bentuk
tampang lintangnya.

Gambar 2.1 Penempatan revetment dan bentuk tampang lintangnya


2.2 Struktur dan Mekanisme Perlindungan Revetment
Revetment merupakan struktur paling ringan, hal ini dikarenakan struktur
revetment hanya untuk melindungi struktur pantai dari bahaya erosi dan
gelombang kecil. Struktur revetment terdapat dua macam yaitu struktur fleksibel
dan struktur rigid. Dari kedua struktur ini memiliki keunggulan masing masing :
3

1. Pada struktur rigid keunggulan terletak pada perlindungan terhadap lapisan


pasir, tetapi pada saat pelaksanaan perlu dilakukan proses dewatering terlebih
dahulu.

Gambar 2.2 Concrete revetment


2. Pada struktur flexible keunggulan terletak pada perlindungan yang baik
terhadap lapisan pasir, dapat mengatasi kegagalan struktur yang diakibatkan
oleh konsolidasi atau settlement dan pada saat pelaksanaan pekerjaan tidak
diperlukan proses dewatering terlebih dahulu.

Gambar 2.3 interlocking concrete block revetment


Dalam perencanaan revetment, perlu ditinjau fungsi dan bentuk bangunan,
lokasi, panjang, tinggi, stabilitas bangunan dan tanah pondasi, elevasi muka air
baik di depan maupun di belakang bangunan, ketersediaan bahan bangunan, dan
sebagainya.
Fungsi bangunan akan menentukan pilihan bentuk. Permukaan bangunan
dapat berbentuk sisi tegak, miring, lengkung atau bertangga. Bangunan sisi tegak
4

dapat juga digunakan sebagai dermaga atau tempat penambatan kapal. Tetapi sisi
tegak kurang efektif terhadap serangan gelombang terutama terhadap limpasan
dibanding dengan bentuk lengkung (konkaf). Pemakaian sisi tegak dapat
mengakibatkan erosi yang cukup besar apabila kaki atau dasar bangunan berada
diair dangkal. Gelombang yang pecah menghantam dinding akan membelokkan
energi ke atas dan ke bawah. Seperti terlihat dalam Gambar 2.2, gelombang
datang mulai pecah di depan dinding vertikal, dan terjadi benturan dengan muka
gelombang hampir vertikal. Tumpukan tersebut menyebabkan massa air bergerak
ke atas dan ke bawah. Komponen ke bawah menimbulkan arus yang dapat
mengerosi material dasar di depan bangunan.

Gambar 2.4 Gelombang pecah pada dinding vertikal


Seperti telah dijelaskan bahwa salah satu fungsi utama revetment adalah
menahan terjadinya limpasan gelombang. Air yang melimpas di belakang
bangunan akan terinfiltrasi melalui permukaan tanah dan mengalir kembali ke
laut. Apabila perbedaan elevasi muka air di belakang dan di depan bangunan
cukup besar dapat menimbulkan kecepatan aliran cukup besar yang dapat menarik
butiran tanah di belakang dan pada pondasi bangunan (piping). Keadaan ini dapat
mengakibatkan rusak/runtuhnya bangunan. Penanggulangan dari keadaan tersebut
dapat dilakukan dengan :
1. Membuat elevasi puncak bangunan cukup tinggi sehingga tidak terjadi
limpasan
2. Di belakang bangunan dilindungi dengan lantai beton atau aspal dan
dilengkapi dengan saluran drainase.

3. Dengan membuat konstruksi yang dapat menahan terangkutnya butiran


tanah/pasir, misalnya dengan menggunakan geotekstil yang berfungsi sebagai
saringan.
Di dalam perencanaan revetment perlu diperhatikan kemungkinan terjadinya
erosi di kaki bangunan. Kedalaman erosi yang terjadi tergantung pada bentuk sisi
bangunan, kondisi gelombang, dan sifat tanah dasar. Untuk melindungi erosi
tersebut maka pada kaki bangunan ditempatkan batu pelindung. Selain itu pada
bangunan sisi tegak harus dibuat turap yang terpancang di bawah sisi depan
bangunan yang berfungsi untuk mencegah gerusan di bawah bangunan.
Kedalaman erosi maksimum terhadap tanah dasar asli adalah sama dengan tinggi
gelombang maksimum yang mungkin terjadi di depan bangunan.
2.3 Klasifikasi Revetment
Revetment dapat diklasifikasikan berdasarkan lokasi, perlindungan alur arah
horizontal dan berdasarkan bahan.
1. Klasifikasi berdasarkan Lokasi
a. Perkuatan lereng tanggul (levee revetment)
Levee revetment dibangun untuk melindungi tanggul terhadap gerusan
gelombang pantai.
b. Perkuatan tebing sungai (low water revetment)
Low water revetment berfungsi untuk melindungi tebing dari gerusan
gelombang dan mencegah proses berliku-liku atau meander pada tebing
pantai. Dan bangunan ini akan terendam air seluruhnya pada saat banjir.
c. Perkuatan lereng menerus (high water revetment)
High water revetment dibangun pada lereng tanggul dan tebing secara
menerus atau pada bagian pantai yang tidak ada bantarannya.
2. Klasifikasi berdasarkan perlindungan alur arah horizontal
a. Perkuatan tebing secara langsung dan tidak langsung:
-

Struktur kaku dari beton bertulang atau pasangan batu kali;

Struktur lentur dari bronjong batu, pasangan blok beton terkunci, batu
curah (dumpstone).

b. Perkuatan tebing secara tidak langsung


-

Struktur tiang pancang beton, besi, kayu atau bambu,

Struktur krib bronjong batu atau blok beton terkunci, krib bambu
dikombinasi dengan tanaman bambu/tanaman yang lain. Penggunaan
perkuatan tebing secara tidak langsung jika palung sungai sudah
terlanjur pada kondisi yang kurang menguntungkan sehingga perlu
diubah/dikendalikan ke kondisi yang lebih baik.

3. Klasifikasi revetment berdasarkan bahan


a. Permeable revetment
Ada beberapa macam dari permeable revetment yaitu sebagai berikut:
-

Open filter material (rip rap)


Yaitu revetment yang terbuat dari batu alam atau batu buatan yang
dilapisi filter pada bagian dasar bangunan.

Stone pitching
Yaitu revetment yang terbuat dari batu alam saja dengan lapisan filter
pada bagian bagian dasar bangunan.

Concrete block revetment


Yaitu revetment yang terbuat dari balok beton dengan ukuran tertentu
dan lapisan filter pada bagian dasar bangunan.

b. Impermeable revetment
Ada beberapa macam dari impermeable revetment yaitu sebagai berikut:
-

Asphalt revetment
Yaitu revetment yang bahannya dari aspal pada tebing yang
dilindungi.

Bitumen grouted stone


Yaitu revetment yang terbuat dari balok beton yang diisi oleh aspal
(speasi aspal).

4. Revetment pabrikasi
Berikut ini adalah hal-hal yang berhubungan dengan revetment pabrikasi
adalah:
a. Filter hidrostatis

Lapisan permukaan beton filter hidrostatis dari Revetment Systems


Internasional ini merupakan penanganan erosi monolitik kuat yang terdiri
dari pembungkusan tanah berlapis ganda diisi dengan beton yang
seluruhnya padat. Proses pembentukan multi arah khusus yang diterapkan
memungkinkan lapisan-lapisan bahan yang berbeda dibentuk bersamasama pada pusat tertentu untuk membentuk filter hidrostatis yang
memungkinkan perlindungan lapisan untuk bernafas mengeluarkan
tekanan hidrostatis di belakang struktur terpasang. Lapisan permukaan
beton filter hidrostatis berbiaya rendah, permanen dan merupakan
alternatif utama dalam metode tradisional pengendali erosi seperti beton
cast in situ atau beton shot in situ, pemasangan batu, penutupan atau
pelapisan dengan batu. Oleh karena keunikan konstruksi yang dibungkus
bahan ini, lapisan permukaan beton filter hidrostatis dapat dipasang baik
di atas maupun di bawah permukaan air. Keberagaman fungsi rancangan
dan pemasangan lapisan permukaan beton filter hidrostatis membuatnya
sesuai untuk berbagai proyek yang tak terbatas.
b. Flexblock
Sementara mempertahankan semua sifat sistem lapisan permukaan beton
filter hidrostatis, sistem lapisan fexblock dirancang untuk mengakomodasi
pergerakan

di

tanah

yang

mendasari.

Sifat

ini

benar-benar

mengembangkan konsep perlindungan erosi dengan beton lapisan


tersusun. Proses pembentukan yang dipatenkan ini yang dikembangkan
oleh Revetment Systems International ini menciptakan sebuah lapisan
yang terbagi panel-panel yang saling berhubungan dengan tabung grout.
Tabung-tabung tersebut memungkinkan adanya keseragaman inflasi
lapisan. Setiap tabung grout dirancang untuk berfungsi sebagai titik
potong yang memungkinkan setiap panel bergerak secara bebas sewaktu
lapisan tersusun mempertahankan kelengkapan perlindungan. Seperti
halnya dengan berbagai macam sistem perlindungan yang ditawarkan
oleh Revetment Systems International, sistem flexblock dapat dipasang
baik di atas maupun di bawah permukaan air. Sifat unik sistem flexblock

ini menawarkan solusi efektif terhadap masalah pengendalian erosi yang


memerlukan sistem perlindungan yang fleksibel dengan biaya kompetitif.
c. Growth matt
Produk ini telah dirancang dengan memanfaatkan efek-efek pengikatan
dan kamuflase tumbuh-tumbuhan, dengan stabilitas dan perlindungan
tanggung yang dijaga melalui gabungan jaringan yang berkelanjutan dari
susunan yang dimasuki tabung grout. Growth Matt diletakkan di atas
permukaan yang ada atau yang bagian atasnya tanah dengan grout
berkekuatan tinggi. Ulir susunan antara jaringan tabung bertujuan untuk
mempertahankan tanah sebelum penanaman tumbuhan. Jika area yang
diberi benih telah terbentuk dengan sendirinya, ulir-ulir susunan dapat
membantu mengikat tanahan ke struktur jaringan, dan kemudian
membentuk perisai pelindung yang terpadu terhadap erosi. Seperti yang
dijelaskan di atas, susunan tersebut dapat diwarnai di lokasi atau di mill
untuk mengkamuflasekan produk lebih lanjut. Aplikasi produknya
beragam dari pengeliran dengan garis keliling hingga saluran pengalihan,
aliran air banjir dengan kekentalan rendah, perlindungan tanggul dan
pekerjaan lapangan (batu kerikil dapat disebarkan di atas area untuk
menggantikan tumbuhan) Penggunaan grout yang efisien di seluruh
sistem

merupakan

alternatif

yang

efektif

dengan

harga

yang

menguntungkan.
5. Revetment tipe balok beton bergigi
Stuktur revetment terdiri dari unit-unit pelindung yang disusun membentuk
kemiringan dikenal dengan struktur tipe rubel. Unit pelindung bagian luar
yang dikenal dengan istilah armor ini dapat dibuat dari batu belah/bulat atau
dari balok-balok beton. Balok beton sebagai armor yang sudah dikenal antara
lain kibus, tetrapod, aknon, dan dolos. Balok Beton Bergigi ini merupakan
balok beton dengan perbandingan ukuran panjang (p) : lebar (l) : tinggi (t) =
6 : 4 : 5. Ukuran minimum = 20 cm. pada bagian depan dipasang gigi dengan
sekat. Sekat yang dimaksudkan agar tidak terjadi pergeseran posisi balok
beton arah horizontal. Terbatasnya batu alam dengan ukuran dan berat

tertentu, telah mendorong penelitian dan inovasi yang menghasilkan batu


pengganti, yang dikenal dengan balok beton bergigi. Stabilitas unit armor
ditentukan oleh koefisien stabilitas yang disingkat KD. Untuk tinggi
gelombang yang sama, makin besar harga KD, maka berat armor yang
diperlukan makin ringan, yang berarti lebih ekonomis. Armor tidak dapat
berdiri sendiri-sendiri, tetapi bekerja bersama-sama. Ikatan antar unit yang
satu dengan yang lain tergantung dari jenis armor. Salah satu fungsi dari
penelitian di Puslitbang Sumber Daya Air adalah mencari jenis armor yang
mempunyai harga KD yang besar, sehingga diperoleh unit armor yang ringan
dan apabila memungkinkan dalam pelaksanaannya tidak menggunakan alatalat berat. Dari beberapa balok beton yang telah diuji coba, salah satunya
adalah balok beton bergigi. Ikatan antara balok yang satu dengan yang lain
(interlocking) diperkuat dengan adanya gigi, sehingga sulit lepas. Dari hasil
penelitian diperoleh harga KD untuk balok beton bergigi ini adalah 4,0. Selain
berat armor, salah satu besaran lain adalah tinggi rayapan. Pada tembok yang
kedap dan halus, tinggi rayapan akan lebih tinggi dibandingkan dengan
lapisan permeable yang kasar. Untuk mengurangi tinggi rayapan, maka dalam
pemasangan balok-balok beton diberi celah. Bidang celah diusahakan agar
terjadi suatu proses aliran air yang masuk ke celah yang dapat mengurangi
tinggi rayapan. Makin rendah tinggi rayapan, elevasi struktur akan makin
rendah dan biaya yang diperlukan akan lebih murah.
2.4 Material Penyusun Revetment
Beberapa contoh bahan material penyusun revetment secara umum antara lain
adalah:
a. Revetment dari susunan balok beton
Bangunan massif ini digunakan untuk menahan gelombang besar dan tanah
dasar relatif kuat (misalnya terdapat batu karang). Selain itu bangunan ini juga
digunakan untuk melindungi bangunan (jalan raya) yang berada sangat dekat
dengan garis pantai.
b. Revetment dengan turap baja

10

Bangunan ini didukung oleh pondasi tiang dan dilengkapi dengan turap baja
yang berfungsi untuk mencegah erosi tanah pondasi oleh serangan gelombang
dan piping oleh aliran air tanah. Selain itu kaki bangunan juga dilindungi
dengan batu pelindung. Pondasi bangunan harus direncanakan dengan baik
untuk

menghindari

terjadinya

penurunan

tidak

merata

yang

dapat

menyebabkan pecahnya konstruksi.


c. Revetment dari tumpukan bronjong
Bronjong adalah anyaman kawat berbentuk kotak yang didalamnya diisi
batu.bangunan ini bisa menyerap energi gelombang, sehingga elevasi puncak
bangunan bisa rendah (run up kecil). Kelemahan brojong adalah korosi dari
kawat anyaman, yang merupakan faktor pembatas dari umur bangunan.
Supaya bisa lebih awet, kawat anyaman dilapisi dengan plastik (PVC).
d. Revetment dari tumpukan batu pecah
Bangunan ini biasanya dibuat dalam beberapa lapis. Lapis terluar merupakan
lapis pelindung yang terbuat dari batu dengan ukuran besar yang direncanakan
mampu menahan serangan gelombang. Lapis dibawahnya terdiri dari
tumpukan batu dengan ukuran lebih kecil. Bangunan ini merupakan konstruksi
fleksibel yang dapat mengikuti penurunan atau konsolidasi tanah dasar.
Kerusakan yang terjadi, seperti longsornya batu pelindung, mudah diperbaiki
dengan menambah batu tersebut. Oleh karena itu diperlukan persediaan batu
pelindung di dekat lokasi bangunan.
e. Revetment dari tumpukan pipa (buis) beton
Bangunan pelindung pantai dari susunan pipa beton telah banyak digunakan di
Indonesia. Bangunan ini terbuat dari pipa beton berbentuk bulat, yang banyak
dijumpai di pasaran dan biasanya digunakan untuk membuat gorong-gorong,
sumur gali, dan sebagainya. Pipa tersebut disusun secara berjajar atau
bertumpuk dan didalamna dapat diisi dengan batu atau beton siklop.
2.5 Bentuk dan Bagian-bagian Revetment
Revetment memiliki beragam bentuk tergantung dari material penyusunnya
dan setiap bentuk memiliki fungsinya masing-masing. Berikut ini beberapa bentuk
revetment:

11

Gambar 2.5 Revetment yang terbuat dari beton atau pasangan batu
Gambar 2.5 di atas adalah revetment yang bisa terbuat dari beton atau
pasangan batu. Bangunan masif ini digunakan untuk menahan gelombang besar
dan tanah dasar relatif kuat. Apabila tanah dasar relatif lunak, maka diperlukan
pondasi tiang. Gambar 2.5.a adalah dinding pantai terbuat dari susunan blok beton
yang dibangun pada tanah dasar relatif kuat (misalnya terdapat batu karang) untuk
melindungi bangunan (jalan raya) yang berada sangat dekat dengan garis pantai.
Bangunan pada Gambar 2.5.b didukung oleh pondasi tiang dan dilengkapi dengan
turap baja yang berfungsi untuk mencegah erosi tanah pondasi oleh serangan
gelombang dan piping oleh aliran air tanah. Selain itu kaki bangunan juga
dilindungi dengan batu pelindung. Pondasi bangunan harus direncanakan dengan
baik untuk menghindari terjadinya penurunan tidak merata yang dapat
menyebabkan pecahnya konstruksi.

12

Gambar 2.6 Revetment dengan sisi tegak yang bisa terbuat dari turap baja,
kayu
Gambar 2.6 di atas adalah revetment dengan sisi tegak yang bisa terbuat dari
turap baja, kayu atau bambu. Bangunan ini dapat juga dimanfaatkan sebagai
dermaga untuk merapat atau bertambatnya perahu perahu/kapal kecil pada saat
laut tenang. Untuk menahan tekanan tanah di belakangnya, turap tersebut
diperkuat dengan angker. Kaki bangunan harus dilindungi dengan batu pelindung.

Gambar 2.7 Revetment yang terbuat dari tumpukan bronjong


Gambar 2.7 di atas adalah revetment yang terbuat dari tumpukan bronjong.
Bronjong adalah anyaman kawat berbentuk kotak yang didalamnya diisi batu.
Bangunan ini bisa menyerap energi gelombang, sehingga elevasi puncak
bangunan bisa rendah (run-up kecil). Kelemahan bronjong adalah korosi dari
kawat anyaman, yang merupakan faktor pembatas dari umur bangunan. Supaya
bisa lebih awet, kawat anyaman dilapisi dengan plastic (PVC).

13

Gambar 2.8 Revetment dari tumpukan batu pecah yang dibuat dalam
beberapa lapis
Gambar 2.8 di atas adalah revetment dari tumpukan batu pecah yang dibuat
dalam beberapa lapis. Lapis terluar merupakan lapis pelindung terbuat dari batu
dengan ukuran besar yang direncanakan mampu menahan serangan gelombang.
Lapis dibawahnya terdiri dari tumpukan batu dengan ukuran yang lebih kecil.
Bangunan ini merupakan konstruksi fleksibel yang dapat mengikuti penurunan
atau konsolidasi tanah dasar.
Kerusakan yang terjadi seperti longsornya batu pelindung, mudah diperbaiki
dengan menambah batu pelindung tersebut. Oleh karena itu diperlukan
persediaan baut pelindung di lokasi bangunan.

Gambar 2.9 Revetment dari tumpukan pipa (buis) beton


14

Gambar 2.9 di atas adalah revetment yang terbuat dari tumpukan pipa (buis)
beton. Bangunan pelindung pantai dari susunan pipa beton telah banyak
digunakan di Indonesia, seperti beberapa pantai di Manado, Pangandaran,
Pekalongan, Tuban, Bali dan beberapa daerah lainnya. Bangunan ini terbuat dari
pipa beton yang berbentuk bulat yang banyak dijumpai di pasaran dan biasnya
digunakan untuk membuat gorong gorong, sumur gali dan sebagainya.
Pipa tersebut disusun secara berjajar atau bertumpuk dan di dalamnya dapat
diisi batu atau beton siklop. Apabila di dalamnya diisi beton siklop, ikatan antara
pipa satu dengan yang lain dapat dilakukan dengan memberi angker dari besi
tulangan. Untuk pipa yang disusun secara berjajar, angkerangker dipasang
melalui lobang yang dibuat pada pipa. Sedang yang disusun secara bertumpuk,
angker dipasang pada bidang gabungan. Kelebihan dari bangunan ini adalah
mudah dan cepat pelaksanaannya, tidak memerlukan peralatan berat, relatif
murah, dan dapat dikerjakan sendiri oleh masyarakat. Biasanya digunakan pipa
berdiameter 1,0 m tinggi 0,5 m dan tebal 0,1 m. Sementara ini pemakaian pipa
beton untuk pelindung pantai hanya dilakukan pada perairan yang relatif dangkal
dan tanah dasar perairan relatif keras. Untuk dasar lunak diperlukan konstruksi
tambahan seperti bambu atau kayu yang dipancang di dasar.
2.6 Cara Mendesain Revetment
2.6.1 Perhitungan Struktur Revetment dengan Tumpukan Batu
1. Analisis data angin
Data angin yang digunakan dalam perencanaan adalah data angin yang
dicatat oleh Badan Meteorologi dan Geofisika. Data angin digunakan
untuk menentukan arah angin dan tinggi gelombang.
Contoh analisis data angin
Tabel 2.1 Presentase kejadian angin tahun 2002-2011
Kecepatan
Angin
(knot)
03
%
47
%
8 11

U
239
13,12
81
4,45
-

TL
37
2,03
14
0,77
-

T
369
20,26
224
12,30
-

Arah
TG
S
160
13
8,79 0,71
46
7
2,56 0,38
-

Total
(%)
BD
20
1,10
6
0,33
2

B
82
4,50
117
6,43
31

BL
227
12,47
134
7,36
9

1147
62,99
629
35,54
42

15

%
12 15
%
Jumlah
Persen (5)

320
17,57

51
2,80

593
32,56

206
11,31

20
1,10

0,11
28
1,54

1,70
3
0,16
233
12,80

0,49
370
20,32

2,31
3
0,16
1821
100,00

Sumber: BMKG Stasiun Meteorologi Maritim Semarang

Dari data tabel di atas dilihat persentase kejadian angin yang berpengaruh

Gambar 2.10 Windrose tahun 2003 2007


Bangunan revetment terletak disebelah Utara, sehingga angin yang
berpengaruh paling dominan adalah angin arah Barat Laut.
2. Analisa Pasang Surut
Penentuan elevasi revetment direncanakan berdasarkan pasang surut. Data
pasang surut dapat diperoleh dari Stasion Metereologi lalu diolah sehingga
didapat data pasang surut maksimum dan minimum per hari. Data yang
diperoleh disajikan dalam bentuk grafik untuk menunjukkan fluktuasi
muka air laut serta dapat digunakan untuk menentukan elevasi muka air
laut. Beberapa istilah yang biasa digunakan adalah:
HHWL

: highest high water level; muka air tertinggi

LLWL : lowest low water level; muka air rendah terendah


MHWL: mean high water level ; muka air tinggi rata-rata
MLWL: mean low water level ; muka air rendah rata-rata
16

MSL : mean sea level ; muka air rata-rata


Contoh :
Data pasang surut yang diperoleh dari BMG Maritim Semarang, tahun
2007, didapat data sebagai berikut:
Tabel 2.2 Hasil perhitungan pasang surut tahun 2007
No

Bulan

HHWL
(m)

MHWL
(m)

MSL
(m)

MLWL
(m)

LLWL
(m)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember

1,1
1,0
1,1
1,2
1,3
1,3
1,2
1,1
1,1
1,1
1,2
1,1

0,8
0,8
0,9
0,9
1,0
1,0
1,0
0,9
0,9
0,9
1,0
1,0

0,5
0,5
0,6
0,6
0,7
0,6
0,6
0,6
0,6
0,6
0,7
0,6

0,2
0,2
0,3
0,3
0,3
0,3
0,3
0,3
0,4
0,4
0,4
0,3

0,0
0,2
0,2
0,2
0,1
0,1
0,1
0,3
0,2
0,3
0,3
0,2

Data pada tabel juga data dilihat dalam grafik pasang surut sebagai
berikut:

Gambar 2.11 Grafik pasang surut tahun 2007

MHWL=
MLWL=
MSL=

MHWL
=0,9 m
12

MLWL
=0,3 m
12

MSL
=0,6 m
12

17

HHWL = 1,3 m
LLWL = 0 m
3. Perhitungan tinggi dan periode gelombang signifikan
Untuk keperluan perencanaan bangunan-bangunan pantai perlu dipilih
tinggi dan perioda gelombang individu (individual wave) yang dpaat
mewakili suatu spectrum gelombang. Gelombang tersebut dikenal dengan
gelombang representatif. Apabila tinggi gelombang dari suatu pencatatan
diurutkan dari nilai tertinggi ke terendah atau sebaliknya, maka akan dapat
ditentukan tinggi Hn yang merupakan rerata dari n persen gelombang
tertinggi. Dengan bentuk seperti itu akan dinyatakan karakteristik
gelombang alam dalam bentuk gelombang tunggal. Misalnya, H 10 adalah
tinggi rerata dari 10 persen gelombang tertinggi dari hasil pencatatan
gelombang. Bentuk yang paling banyak digunakan adalah H33 atau tinggi
rerata dari 33% nilai tertinggi dari pencatatan gelombang, yang juga
disebut sebagai tinggi gelombang signifikan Hs.
Contoh menghitung tinggi dan perioda gelombang signifikan:
Tabel 2.3 Tinggi dan periode gelombang
No

H (m)

T (detik)

No

H (m)

T (detik)

2,80

6,30

31

1,20

4,40

2,50

6,00

32

1,20

4,40

2,50

6,00

33

1,20

4,40

2,20

5,60

34

1,20

4,40

2,20

5,60

35

1,15

4,30

1,80

5,20

36

1,15

4,40

1,80

5,20

37

1,15

4,40

1,80

5,20

38

1,15

4,40

1,80

5,20

39

1,15

4,40

10

1,63

5,06

40

1,15

4,40

11

1,60

4,83

41

1,10

4,25

12

1,60

4,83

42

1,10

4,25

13

1,60

4,83

43

1,10

4,25

14

1,38

4,75

44

1,10

4,25

18

15

1,38

4,75

45

1,10

4,25

16

1,38

4,75

46

1,10

4,25

17

1,38

4,75

47

1,10

4,25

18

1,38

4,75

48

1,10

4,25

19

1,38

4,75

49

1,10

4,25

20

1,23

4,50

50

1,10

4,25

21

1,23

4,50

51

0,94

4,00

22

1,23

4,50

52

0,94

4,00

23

1,23

4,50

53

0,80

3,75

24

1,23

4,50

54

0,80

3,75

25

1,23

4,50

55

0,80

3,75

26

1,23

4,50

56

0,80

3,75

27

1,22

4,50

57

0,80

3,75

28

1,22

4,50

58

0,66

3,50

29

1,22

4,50

59

0,66

3,50

30

1,22

4,50

60

0,66

3,50

Gelombang signifikan Hs = 33,3% x n data


n = 33,3 % x 60 = 20 data
Hn=
H33 =

H 1 ++ H
20
n=1

20

= 1,77 m

n=20

Tn=
T33 =

T 1 ++T
20
n=1

20

= 5,14 detik

n=20

4. Gelombang pecah
Gelombang yang menjalar dari laut dalam menuju pantai mengalami
perubahan bentuk karena adanya pengaruh perubahan kedalaman laut.
Gelombang pecah dipengaruhi kemiringannya, yaitu perbandingan antara
tinggi dan panjang gelombang. Berikut ini langkah-langkah perhitungan
tinggi dan kedalaman gelombang pecah :

19

Misal diketahui :
Tinggi gelombang rencana (H0)

= 1,87 m

Periode gelombang (T)

= 5,25 detik

Sudut datang gelombang

= 30

Arah datang gelombang pada kedalaman -2,0 MSL


-

Perhitungan koefisien shoaling (Ks)


Lo = 1,56 T2 = 1,56 x 5,252 = 42,99 m
C=

42,99
=8,19 m/detik
5,25

d/Lo = 2/42,99 = 0,0465


Dari tabel fungsi d/L untuk pertambahan nilai d/Lo didapat
d/L = 0,08994 dan Ks = 1,036
-

Perhitungan koefisien refraksi (Kr)


L=

2
=22,24 m
0,08994

L 22,24
C= =
=4,24 m/detik
T 5,25
4,24
sin 30=0,26
8,19
C
sin 1= 1 sin
C0

0=

1 = 15
KR=
-

cos 0
cos 30
=
=0,95
cos 1
cos 15

Perhitungan tinggi gelombang ekivalen


Ho = Ks x KR X H0
= 1,036 x 0,95 x 1,87 = 1,84 m

Perhitungan tinggi gelombang pecah


Hb
H

'
0

1
'

1/ 3

( )

H0
3,3 x
L0

20

Hb
H

'
0

1
1,84
3,3 x
42,99

1 /3

Hb=1,6 meter
-

Perhitungan kedalaman gelombang pecah


Nilai m = 0,0024
a=43,75 ( 1e19 m )=43,75 ( 1e19 x )=0,195
b=

1,56
1,56
=
=0,798
19,5m
19,5 x 0,0024
(1+e
) (1+e
)

db
=
Hb

1
1
=
aHb
0,195 1,6
b
0,798
2
gT
9,815,25 2

( )

db
=1,26
Hb
db = 1,26 x 1,6 = 2,02 m
5. Elevasi muka air rencana
Elevasi muka air rencana dihitung dengan rumus sebagai berikut:
DWL = MHWL + Sw + SLR
Dimana:
DWL : elevasi muka air rencana
Sw

: wake set up

SLR

: kenaikan elevasi muka air laut karena pemanasan global (Sea


Level Rise)

Wake set-up
Rumus menghitung Wake set up

Sw=0,19 12,82

Hb
Hb
gT2

Dimana :
Sw

= wake set-up

Hb

= tinggi gelombang pecah

= perioda gelombang

Hb = 1,6 m dan T = 5,25 detik

21

Maka besar wave set-up adalah:

[
[

Sw=0,19 12,82

Sw=0,19 12,82

]
]

Hb
Hb
gT2

1,6
1,6
9,81 x 5,252

= 0,24 m

Sea Level Rise


Peningkatan konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfer menyebabkan
kenaikan suhu bumi sehingga mengakibatkan kenaikan muka air laut.
Perkiraan besar kenaikan muka air laut diberikan pada gambar di bawah.

Gambar 2.12 Prediksi kenaikan muka air laut karena pemanasan global
Sumber: Triatmodjo (1999)

Misalnya bangunan akan dibangun pada tahun 2007 dan memiliki umur
rencana 10 tahun. Dari gambar didapatkan kenaikan muka air laut pada
tahun 2017 dengan pendekatan terbaik adalah 12 cm = 0,12 m.
Sehingga di dapat elevasi muka air rencana adalah sebagai berikut:
DWL = MHWL + Sw + SLR
DWL = 0,9 + 0,24 + 0,12
DWL = 1,26 m

22

6. Perhitungan gelombang rencana dan gelombang pecah untuk revetment


Pada saat gelombang menjalar dari perairan dalam ke pantai dimana
bangunan pantai akan dibangun, maka gelombang tersebut mengalami
proses perubahan tinggi dan arah gelombang. Perubahan ini antara lain
disebabkan karena proses refraksi, difraksi, pendangkalan dan pecahnya
gelombang. Keempat proses perubahan gelombang tersebut dapat
menyebabkan tinggi gelombang bertambah atau berkurang. Oleh karena
itu tinggi gelombang rencana yang akan dipergunakan di lokasi pekerjaan
harus ditinjau terhadap proses ini. Tinggi gelombang rencana terpilih
adalah tinggi gelombang maksimum yang mungkin terjadi di lokasi
pekerjaan. Apabila gelombang telah pecah sebelum mencapai lokasi
pekerjaan, maka gelombang rencana rencana dipakai adalah tinggi
gelombang pecah (Hd) di lokasi pekerjaan. Tinggi gelombang pecah ini
biasanya dikaitkan dengan kedalaman perairan (ds) dan landau dasar pantai
(m). apabila pantai relatif datar maka tinggi gelombang pecah dapat
ditentukan dengan rumus:
Hb = 0,78 ds
Keterangan :
Hb

= tinggi gelombang pecah (m)

ds

= kedalaman air di lokasi bangunan (m)

dengan demikian tinggi gelombang rencana HD dapat ditentukan dengan


rumus HD = Hb
Contoh :
Elevasi dasar revetment direncanakan 0,00 m. Ketinggian muka air pada
ujung bangunan revetment menghadap ke laut direncanakan sebesar
HHWL = + 1,30 m dari dasar laut, sehingga didapatkan ds = 1,30 m. maka
gelombang rencana pada revetment:
ds = HHWL = 1,30 m
Hb = 0,78 ds
Hb = 0,78 . 1,3 = 1,014 m
HD = Hb = 1,014 m

23

7. Perhitungan elevasi mercu revetment


Elevasi mercu bangunan dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Elevasi mercu = DWL + Ru + Fb
Keterangan :
DWL = Design water level (elevasi muka air rencana)
Ru

= Run-up gelombang

Fb

= Tinggi jagaan (0,5 1,5 m)

Run-up gelombang
Misalnya direncankan:
Jenis bangunan

= revetment

Lapis lindung

= batu alam kasar

Tinggi gelombang (HD)

= 1,014 m

Kemiringan bangunan

=1:2

Lo = 1,56 T2 = 1,56 x 5,252 = 42,99 m


Ir=

tg
0,5
=
=3,25
0,5
( 1,014 / 42,99 )0,5
( H / LO )

Run-up gelombang di dapat dari gambar di bawah

Gambar 2.13 Tinggi rayapan gelombang pada berbagai jenis lapis


lindung
Sumber : Triatmodjo (1999)

Berdasarkan bilangan Irrabaren di atas, maka didapat:


Ru/H = 2,25
24

Ru = 2,25 x 1,014 = 2,28


Elevasi mercu = DWL + Ru + tinggi jagaan
= 1,26 + 2,28 + 0,5
= 4,04 4,10 m
8. Perhitungan lapis lindung
a. Berat butir lapis lindung
Berat batu lapis lindung dihitung dengan rumus Hudson berikut ini. Untuk
lapis lindung dari batu pecah bersudut kasar dengan n = 2, penempatan
acak, gelombang telah pecah dan KD dengan bangunan = 2. Perhitungan
sebagai berikut:
a. Lapis pelindung luar (armour stone)
W=
r

r H

K D ( S r 1 ) cot

dimana S r =

r
a

berat jenis batu (2,65 t/m2)

a : berat jenis air laut (1,03 t/m2)


3

W=

2,65 x 1,014
=0,178 ton 180 kg
3
2,65
2x
1 x 2
1,03

Tebal lapis pelindung (t1)


t 1 = n K

1 /3

[ ]
W
r

=2 x 1,15 x

0,178
2,65

1 /3

=0,94 m 1,00 m

b. Lapis pelindung kedua (secondary stone)


W 0,178
=
= 0,0178 ton 18 kg
10
10
Tebal lapis pelindung (t2)
T 2 = n K

1 /3

[ ]
W
r

0,0178
=2 x 1,15 x
2,65

1 /3

=0,44 m 0,5 m

c. Lapis core layer


W 0,178
=
= 0,0009ton 1 kg
200 200

25

b. Lebar puncak revetment


Lebar puncak revetment untuk n = 3 ( minimum) dan koefisien lapis K =
1,15 adalah sebagai berikut:
B=n K

1 /3

[ ]
W
r

=3 x 1,15 x

0,178
2,65

1 /3

=1,4 m 1,5 m

c. Jumlah batu pelindung


Jumlah butir batu pelindung tiap satuan luas ( 10 m2) dan porositas = 37
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
2 /3

][ ]

P
N= A n K 1
x r
100
W

N=10 x 2 x 1,15 1

][

37
2,65
x
100
0,178

2 /3

N=87,69 88 buah
d. Toe Protection

Gambar 2.14 Sket penentuan tinggi toe protection


Perhitungan tinggi toe protection dengan tinggi gelombang rencana HD =
1,014 m adalah sebagai berikut:
-

Tinggi toe protection (t)


Tebal lapis rata-rata (r) =

1,00+ 0,5
2

= 0,75

ttoe = r = 0,75 m
-

Lebar toe protection


B = 2H 3H

26

Diambil B = 2H = 2 x 1,014 = 2,03


-

Berat butir toe protection


ds = 1,3 m
d1 = ds ttoe = 1,3 0,75 = 0,55 m
d 1 0,55
=
=0,42
d s 1,3
Harga Ns3 dapat dicari dari gambar di bawah

Gambar 2.15 Angka stabilitas Ns untuk pondasi pelindung kaki


Harga Ns3 (angka stabilitas rencana untuk pelindung kaki) diperoleh
Ns3 = 80
W=

r H3

=
3

N 3s ( S r 1 )

2,65 x 1,014 3
=0,009 ton=9 kg
3
2,65
80
1
1,03

Berat batu lapis pelindung toe protection dipergunakan kira-kira


setengah dari dipergunakan pada dinding tembok (0,5 W)

27

W = 0,5 x 0,178 ton


= 0,089 ton
= 89 kg 90 kg
Maka berat butir toe protection (W) diambil terbesar yaitu W = 90 kg

28

Gambar 2.16 Dimensi revetment dengan tumpukan batu berdasarkan perhitungan (dalam cm)

29

2.6.2 Perhitungan Struktur Revetment dengan Kaison


Pada prinsipnya perhitungan struktur revetment dengan kaison sama
dengan

perhitungan

struktur

revetment

dengan

tumpukan

batu,

perbedaanya hanya pada lapis lindung utama.


Missal terdapat data sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Tinggi bangunan
Lebar puncak
Lebar dasar bangunan
Berat jenis bahan bangunan
Kaison dan beton cyclop
Batu
Tinggi gelombang rencana (H1)
Berat batu pelindung kaki
Berat kaison dan beton cyclop
Berat batu inti

= 4,10 m
= 1,50 m
= 15,30 m
= 2,20 t/m3
= 2,65 t/m3
= + 1,29 m
= 90 kg
= 414,5 kg
= 1 kg

30

Gambar 2.17 Dimensi revetment dengan kaison

31

2.7 Keuntungan dan Kerugian Bangunan Pelindung Revetment


Dibangunnya revetment sebagai bangunan pelindung pantai memiliki
beberapa kerugian dan keuntungan. Keuntungan dibangunnya revetment adalah
sebagai berikut:
a. Revetment merupakan struktur paling ringan, hal ini dikarenakan struktur
revetment hanya digunakan untuk melindungi struktur pantai dari bahaya
erosi dan gelombang kecil.
b. Macam revetment :
-

Struktur rigid keunggulan terletak pada perlindungan terhadap lapisan


pasir, tetapi pada saat pelaksanaan perlu dikakukan proses dewatering
terlebih dahulu.

Struktur flexible keunggulan terletak pada perlindungan yang baik


terhadap lapisan pasir, dapat mengatasi kegagalan struktur yang di
akibatkan oleh konsolidasi atau settlement dan pada saat pelaksanaan
pekerjaan tidak diperlukan proses dewatering terlebih dahulu.

c. Struktur revetment lebih stabil di banding seawall.


d. Dapat menyerap dan menghancurkan energi gelombang.
e. Mengurangi kenaikan gelombang, limpasan gelombang dan erosi dasar.
f. Revetment digunakan untuk melindungi pantai terbuka dan pantai dengan
daerah yang cukup terbuka.
Sedangkan kerugian dari pemilihan bangunan revetment sebagai bangunan
pelindung adalah sebagai berikut:
a. Revetment hanya bisa digunakan untuk kedalaman 3- 5 meter saja.
b. Revetment tidak cocok digunakan untuk pantai yang mempunya gelombang
cukup besar.
c. Tidak akan adanya lahan lebih di depan bangunan revetment, artinya pantai
yang terletak di depan revetment kemungkinan akan hilang karena terhempas
gelombang yang datang karena pada dasarnya bangunan revetment tidak
mengurangi/mengecilkan energi gelombang yang datang menuju pantai.

31

Anda mungkin juga menyukai