TINJAUAN PUSTAKA
Sumber : Anonimyus,2021
Gambar 2.1 Jenis konstruksi Revetment atau dindig penahan sederhana
2.3 Beton
Menurut Mulyono (2005), beton didefinisikan sebagai campuran daribahan penyusunnya
yang terdiri dari bahan semen hidrolik (portland cement), agregat kasar, agregat halus, dan
air dengan atau tanpamenggunakan bahan tambah (admixture atau additive). Menurut SNI
03-2847-2013, DPU-LPMB juga memberikan definisi tentang beton sebagaicampuran
antara semen portland atau semen hidrolik lainnya, agregat halus,agregat kasar, dan air,
dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yangmembentuk massa padat.
Pada umumnya, beton mengandung rongga udara sekitar 1%-2%,pasta semen (semen dan
air) sekitar 25%-40% dan agregat (agregat kasardan agregat halus) sekitar 60%-75%
(Mulyono, 2005). Parameter-parameteryang paling mempengaruhi kekuatan beton adalah:
a. Kualitas semen.
b. Proporsi semen terhadap campuran.
c. Kekuatan dan kebersihan agregat.
d. Interaksi atau adhesi antara pasta semen dengan agregat.
e. Pencampuran yang cukup dari bahan-bahan pembentuk beton.
f. Penempatan yang benar, penyelesaian dan pemadatan beton.
g. Perawatan beton
Menurut Mulyono (2006) secara umum beton dibedakan kedalam 2kelompok, yaitu:
1. Beton berdasarkan kelas dan mutu beton.
Kelas dan mutu beton ini, dibedakan menjadi 3 kelas, yaitu:
a. Beton kelas I adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan non struktutral. Untuk
pelaksanaannya tidak diperlukan keahlian khusus. Pengawasan mutu hanya
dibatasi pada pengawasan ringan terhadap mutu bahan-bahan, sedangkan
terhadap kekuatan tekan tidak disyaratkan pemeriksaan. Mutu kelas I
dinyatakan dengan B0.
b. Beton kelas II adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan strukturalsecara umum.
Pelaksanaannya memerlukan keahlian yang cukupdan harus dilakukan di
bawah pimpinan tenaga-tenaga ahli. Betonkelas II dibagi dalam mutu-mutu
standar B1, K-125, K-175, dan K-225. Pada mutu B1, pengawasan mutu
hanya dibatasi padapengawasan terhadap mutu bahan-bahan sedangkan
terhadapkekuatan tekan tidak disyaratkan pemeriksaan. Pada mutu-mutu K-
125 dan K-175 dengan keharusan untuk memeriksa kekuatan tekanbeton
secara kontinu dari hasil-hasil pemeriksaan benda uji.
c. Beton kelas III adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan struktural yang lebih
tinggi dari K-225. Pelaksanaannya memerlukan keahlian khusus dan harus
dilakukan di bawah pimpinan tenaga-tenaga ahli. Disyaratkan adanya
laboratorium beton dengan peralatan yang lengkap serta dilayani oleh tenaga-
tenaga ahli yang dapat melakukan pengawasan mutu beton secara kontinu.
2. Berdasarkan jenisnya, beton dibagi menjadi 4 jenis, yaitu:
a. Beton ringan
Beton ringan merupakan beton yang dibuat dengn bobot yang lebihringan
dibandingkan dengan bobot beton normal. Agregat yangdigunakan untuk
memproduksi beton ringan pun merupakan agregatringan juga. Agregat yang
digunakan umumnya merupakan hasildari pembakaran shale, lempung,
slates, residu slag, residu batu baradan banyak lagi hasil pembakaran
vulkanik. Berat jenis agregatringan sekitar 1900 kg/m³ atau berdasarkan
kepentinganpenggunaan strukturnya berkisar antara 1440-1850 kg/m³,
dengankekuatan tekan umur 28 hari lebih besar dari 17,2 Mpa.
b. Beton normal
Beton normal adalah beton yang menggunakan agregat pasir sebagaiagregat
halus dan batu pecah sebagai agregat kasar sehingga mempunyai berat jenis
beton antara 2200 kg/m³-2400 kg/m³dengan kuat tekan sekitar 15-40 MPa.
c. Beton berat
Beton berat adalah beton yang dihasilkan dari agregat yang memilikiberat isi
lebih besar dari beton normal atau lebih dari 2400 kg/m³.Untuk menghasilkan
beton berat digunakan agregat yangmempunyai berat jenis yang besar.
d. Beton massa (mass concrete)
Dinamakan beton massa karena digunakan untuk pekerjaan betonyang besar
dan masif, misalnya untuk bendungan, kanal, pondasi,dan jembatan.Biasanya
dianggapbeton massa jika dimensinya lebih dari 60 cm.
Faktor yang mempengaruhi sifat pengerjaan beton adalah sebagai berikut :
Keadaan Lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi sifat pekerjaan beton adalah suhu,
kelembaban dan kecepatan angin. Kenaikan suhu akan mempercepat jumlah
penggunaan air yang dibutuhkan untuk proses hidrasi kehilangan akibat penguapan.
Demikian pula kecepatan angin dan kelembaban mempengaruhi sifat pengerjaan
beton serta kecepatan penguapan air.
Waktu
Buruknya sifat pengerjaan beton sehubungan dengan waktu, merupakan akibat
langsung dari kehilangan air bebas melalui penguapan (besar kecilnya penguapan
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan dan waktu serta cara pengolahan),daya serap
agregat dan hidrasi awal semen.
Stabilitas
Dalam pengerjaan campuran beton harus stabil terbagi merata selama jangka waktu
dalam pengadukan sampai selesai pemadatan, sebelum beton itu mengikat. Akibat
dari perbedaan ukuran butiran dan berat jenis dari bahan-bahan campuran
beton,maka secara alami ada kecenderungan bahan-bahan tersebut untuk
memisahkan diri dari bahan-bahan campuran yang bersangkutan tergantumg pada
cara pengangkutan, pengecoran serta pemadatan. Sifat-sifat yang sering dijumpai
pada beton yang tidak stabil adalah segregasi dan bleeding.
Segregasi
Segregasi adalah proses terjadnya pemisahan antara butiran-butiran kasar dan halus
ketika pengadukan. Pada umumnya makin encer sebuah campuran beton, makin
besar kecenderungan untuk segregasi. Segregasi dipengaruhi oleh perbandingan
yang seimbang antara luas permukaan agregat (kasar dan halus)dengan pasta semen
sebagai pelumas.
Bleeding
Bleeding adalah suatu proses pemisahan air dari campuran beton. Selama pemadatan
sampai pasta semen mengeras(keadaan cair, plastis) ada kecenderungan alami bagi
bahan-bahan padat untuk mengendap, hal ini bergantung pada ukuran dan berat
jenisnya. Apabila kekentalan beton tidak mampu menahan semua kandungan air,
maka sebagian air itu akan mengalir ke permukaan dan sebagian akan keluar melalui
celah-celah sambungan pad acuan.
a) Semen Portland
Menurut SNI 15-2049-2004, semen portland adalah semenhidrolis yang
dihasilkan dengan cara menggiling terak semen portlandterutama yang
terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dandigiling dengan bahan
tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristalsenyawa kalsium sulfat dan
boleh ditambah dengan bahan tambahlain. Berikut beberapa perbedaan
jenis dan kegunaan semen portland:
Jenis I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak
memerlukan persyaratan-persyaratan khusus seperti yang
disyaratkan pada jenis-jenis lain.
Jenis II, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya
memerlukan ketahanan terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang.
Jenis III, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya
memerlukan kekuatan tinggi pada tahap permulaaan setelah
pengikatan terjadi.
Jenis IV, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya
memerlukan kalor hidrasi rendah.
Jenis V, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya
memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat.
b. Agregat
Agregatmerupakan material berbutir seperti pasir, kerikil, batu pecah yang dapat
digunakan dengan media pengikat untuk membentuk mortar. Dalam bidang teknologi
beton nilai batas daerah agregat kasar dan agregat halus adalah 4,75 mm atau 4,80 mm.
Agregat yang butirannya lebih kecil dari 4,8 mm disebut agregat halus. Secara umum
agregat kasar sering disebut kerikil, kericak, batuh pecah atau split. Adapun agregat halus
disebut pasir, baik pasir halus, sedangkan butiran yang lebih kecil dari 0,075 mm disebut
lanau, dan yang lebih kecil dari 0,002 mm disebut lempung.
Agregat umumnya digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu :
1) Batu, umumnya besar butiran lebih dari 40 mm.
2) Kerikil, untuk butiran antara 5 sampai 40 mm.
3) Pasir, untuk butiran antara 0,15 sampai 5 mm.
Agregat harus memiliki bentuk yang baik (bulat dan mendekati kubus), bersih,
keras, kuat dan gradasinya baik. Bila butiran agregat mempunyai ukuran yang
sama (seragam) volume pori akan besar. Sebaliknya bila ukuran butirannya
bervariasi maka volume pori akan menjadi kecil. Hal ini karena butiran yang kecil
dapat mengisi pori diantara butiran yang lebih besar sehingga pori-pori menjadi
sedikit, dengan kata lain agregattersebut mempunyai kemampatan tinggi.
Agregatharus pulamempunyai kestabilan kimiawi dan dalam hal-hal tertentu harus
tahan aus dan tahan cuaca.
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah gradasi atau distribusi ukuran butir
agregat, karena bila butir-butir agregat mempunyai ukuran yang seragam berakibat
volume pori lebih besar tetapi bila ukuran butirnya bervariasi maka volume pori
menjadi kecil. Hal ini disebabkan butir yang lebih kecil akan mengisi pori di antara
butiran yang lebih besar. Agregat sebagai bahan penyusun beton diharapkan
mempunyai kemampatan yang tinggi, sehingga volume pori dan bahan pengikat
yang dibutuhkan lebih sedikit.
c. Air
Fungsi air pada campuran beton adalah untuk membantu reaksi kimia yang menyebabkan
berlangsungnya proses pengikatan serta sebagai pelicin antara campuran agregat dan
semen agar mudah dikerjakan.
Air diperlukan untuk pembentukan semen yang berpengaruh terhadap sifat kemudahan
pengerjaan adukan beton (workability), kekuatan, susut dan keawetan beton. Air yang
diperlukan untuk bereaksi dengan semen hanya sekitar 25% dari berat semen saja, namun
dalam kenyataannya nilai faktor air semen yang dipaikai sulit jika kurang dari 35%.
Kelebihan air dari jumlah yang dibutuhkan dipakai sebagai pelumas, tambahan air ini
tidak boleh terlalu banyak karena kekuatan beton menjadi rendah dan beton menjadi
keropos. Kelebihan air ini dituang (bleeding) yang kemudian menjadi buih dan terbentuk
suatu selaput tipis (laitance). Selaput tipis ini akan mengurangi letakan antara lapis-lapis
beton dan merupakan bidang sambung yang lemah (Tjokodimuljo,1996).
Pemakaian air untuk beton sebaiknya memenuhi persyaratan (PBI 1997) :
1) Tidak mengandung lumpur (benda melayang lainnya) lebih dari 2 gr/liter.
2) Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat, organic,
dan sebagainya) lebih dari 15 gr/liter.
3) Tidak mengandung klorida (CI) lebih dari gr/liter.
4) Tidak mengandung senyawa-senyawa sulfat lebih dari 1 gr/liter.
d. Beton K250
Dry Mix Beton K-250 adalah campuran semen, pasir, agregat dan additif yang sudah
dikemas secara kering, hanya menambah air dan mengaduknya untuk dipakai sebagai
material beton dengan kekuatan K-250.
Dry Mix Beton K-2500 direkomendasikan untuk kolom, balok, pelat, dinding, dan
pekerjaan beton lainnya dengan kekuatan perencanaan karakteristik 2500 kg/cm² pada 28
hari. Dry Mix Beton memiliki keunggulan antara lain :
Aplikasi mudah dan praktis
Kuat tekan terukur
Konsistensi campuran tetap terjaga.