Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Dinding Penahan


Dinding penahan tanah (retaining wall) adalah suatu konstruksi bangunan yang berfungsi
untuk menstabilkan kondisi tanah tertentu yang pada umumnya dipasang pada daerah tebing
yang labil. Jenis konstruksi antara lain pasangan batu dengan mortar, pasangan batu kosong,
beton, kayu dan sebagainya. Fungsi utama dari konstruksi penahan tanah adalah menahan
tanah yang berada dibelakangnya dari bahaya longsor akibat benda-benda yang ada diatas
tanah (perkerasan & konstruksi jalan, jembatan, kendaraan, dll), berat tanah, dan berat air
dalam tanah.
Dinding penahan tanah merupakan komponen struktur bangunan penting utama untuk jalan
raya dan bangunan lingkungan lainnya yang berhubungan tanah berkontur atau tanah yang
memiliki elevasi berbeda. Secara singkat dinding penahan merupakan dinding yang
dibangun untuk menahan massa tanah di atas struktur atau bangunan yang dibuat. Jenis
konstruksi dapat dikonstribusikan jenis klasik yang merupakan konstruksi dengan
mengandalkan berat konstruksi untuk melawan gaya- gaya yang bekerja.

2.2. Jenis-Jenis Dinding Penahan


jenis - jenis konstruksi dinding penahan tanah yang umumnya digunakan dalam
pekerjaan konstruksi, beberapa diantaranya adalah :
1. Dinding Penahan Tanah Gravitasi
Dinding gravitasi (gravity wall) ini biasanya di buat dari beton murni tanpa tulangan atau
dari pasangan batu kali. Stabilitas konstruksinya hanya dengan mengandalkan berat sendiri
konstruksi. Tiap potongan dinding horisontal akan menerima gaya-gaya, maka perlu
dikaitkan stabilitas terhadap gaya-gaya yang bekerja seperti berat sendiri konstruksinya,
tekanan tanah aktif, tekanan tanah pasif, tekanan air pori di dalam tanah, dan beban
lainnya.
2. Dinding Beton Bertulang
Dinding beton bertulang (reinforced concrete wall) adalah suatu konstruksi dinding
yang terbuat dari beton dan tulangan baja. Dinding tersebut biasanya menyerupai pelat
vertical. Konstruksi tersebut biasanya digunakan pada basement 5 dengan mengandalkan
fungsi beton bertulang untuk menahan tekanan tanah. Ketinggian dinding tersebut biasanya
mencapai 6m.

3. Jenis konstruksi Revetment atau dindig penahan sederhana


Jenis konstruksi sederhana yang berfungsi untuk perkuatan lereng/tebing maupun
untuk melindungi dari gerusan aliran sungai dan ombak pada alur pantai. Konstruksi
jenis ini pada dasarnya tidak memiliki fungsi utama dalam menahan tekanan aktif lateral
tanah namun lebih pada fungsi proteksi terhadap efek gerusan/erosi yang dapat merusak
kestabilan lereng/tanggul yang tentunya dapat berpotensi menimbulkan terjadinya
longsor/land slide

Sumber : Anonimyus,2021
Gambar 2.1 Jenis konstruksi Revetment atau dindig penahan sederhana

4. Dinding Penahan Tanah Continguous Pile  dan Soldier Pile


jenis konstruksi penahan continguous pile dan soldier pile merupakan konstruksi
dinding penahan tanah yang digunakan untuk menahan tekanan lateral tanah aktif pada
konstruksi bawah tanah seperti pada konstruksi basement suatu bangunan sama seperti
jenis konstruksi dinding penahan diaphragm wall. 
Continguous pile dan soldier pile juga biasanya dikombinasikan dengan sistem
angkur/anchord untuk meningkatkan daya dukung terhadap tekanan aktif lateral tanah
dan berfungsi sebagai pemutus aliran air bawah tanah. Continguous pile  dibuat di
tempat in-situ dengan sistem bored pile berupa rangkaian besi beton bertulang maupun
menggunakan profil baja serta dikombinasikan dengan bentonited dan dirangkai
membentuk dinding penahan yang padat.

Sumber : Anonimyus, 2021


Gambar 2.2 Dinding Penahan Tanah Continguous Pile dan Soldier Pile

5. Dinding Penahan Tanah Tipe Diaphragm Wall


jenis konstruksi dinding penahan tanah tipe dinding bertulang (Diaphragm Wall)
merupakan jenis konstruksi dinding penahan yang terbuat dari rangkaian besi beton
bertulang yang dicor di tempat atau dengan sistem modular yang dibuat untuk
membendung suatu konstruksi bawah tanah khususnya pada konstruksi basement suatu
bangunan. 
Diaphragm wall dapat dikombinasikan dengan sistem anchord untuk menambah daya
dukung terhadap tekanan aktif lateral tanah juga berfungsi dalam
proses dewatering untuk memotong aliran muka air tanah (Cut-Off Dewatering).
Sumber : Anonimyus, 2021
Gambar 2.3 Dinding Penahan Tanah Tipe Diaphragm Wall

6. Dinding Penahan Tipe Blok Beton (Block Concrete)


Jenis dinding penahan tanah tipe blok beton merupakan kumpulan blok-blok
beton masif padat yang disusun secara vertikal dengan sistem pengunci/locking antar
blok yang disusun. Umumnya blok beton dibuat secara modular di fabrikasi berupa
beton precash dan kemudian proses pemasangannya di lakukan di lokasi.

Sumber : Anonimyus, 2021


Gambar 2.4 Dinding Penahan Tipe Blok Beton (Block Concrete)

7. Dinding Penahan Bronjong (Gabion)


Konstruksi dinding penahan tanah jenis ini merupakan konstruksi yang berupa
kumpulan  blok- blok  yang dibuat dari anyaman kawat logam galvanis yang diisi
dengan agregat kasar berupa batu batu kerikil yang disusun secara vertikal ke atas
dengan step-step meyerupai tangga-tangga. Kelebihan dari dinding penahan jenis
gabion selain berfungsi untuk menahan tekanan tanah juga berfungsi untuk
memperbesar konsentrasi resapan air ke dalam tanah (Infiltrasi).

Sumber : Anonimyus, 2021


Gambar 2.5 Dinding Penahan Bronjong (Gabion)

8. Dinding Penahan Tipe Turap (Sheet Pile)


Jenis konstruksi dinding penahan tipe turap merupakan jenis konstruksi yang banyak
digunakan untuk menahan tekanan tanah aktif lateral tanah pada timbunan maupun
untuk membendung air (coverdam). Jenis konstruksi tipe turap/sheet pile umumnya
terbuat dari material beton pra tegang (Prestrees Concrete) baik berbentuk corrugate-
flat maupun dari material baja.
Konstruksi dinding penahan tipe sheet pile berbentuk ramping dengan mengandalkan 
tahanan jepit pada kedalaman tancapnya dan dapat pula dikombinasikan dengan sistem
angkur/Anchord yang disesuaikan dengan hasil perancangan. Dalam pelaksanaannya
kedalaman tancap sheet pile  dapat mencapai elevasi sampai tanah keras.
Sumber : Anonimyus 2021
Gambar 2.6 Dinding Penahan Tipe Turap (Sheet Pile)

9. Dinding penahan Tanah Tipe Jepit (Cantilever Retaining Wall)


Jenis konstruksi dinding penahan tanah tipe ini umumnya digunakan untuk
menahan tekanan tanah pada timbunan maupun pada tebing. Prinsip kerja dari jenis
dinding penahan jenis ini yaitu dengan mengandalkan daya jepit/fixed pada dasar tubuh
strukturnya. Oleh karena itu ciri khas dari dinding penahan jenis kantilever yaitu berupa
model telapak/spread memanjang pada dasar strukturnya yang bersifat jepit untuk
menjaga kestabilan dari struktur penahan. Umumnya konstruksi dinding penahan tipe
jepit dibuat dari pasangan batu maupun dengan konstruksi beton bertulang.

Sumber : Anonimyus, 2021


Gambar 2.7 Dinding penahan Tanah Tipe Jepit (Cantilever Retaining Wall)
10. Dinding Penahan Tanah Massa (Gravity Retaining Wall)
Jenis dinding penahan tanah ini banyak digunakan untuk menahan tekanan tanah
lateral pada timbunan tanah maupun pada tebing-tebing yang landai sampai terjal.
Prinsip kerja dari dinding penahan ini cukup unik yaitu mengandalkan bobot massa dari
badan konstruksinya dengan demikian kestabilan dari struktur dapat lebih stabil
dikarenakan bobotnya yang berat dalam menahan tekanan tanah lateral. Material
penyusun yang digunakan pada jenis konstruksi ini biasanya berupa material pasangan
batu ataupun beton bertulang (Reinforced Concrete).

Sumber : Anonimyus, 2021


Gambar 2.8 Dinding Penahan Tanah Massa (Gravity Retaining Wall)

2.3 Beton
Menurut Mulyono (2005), beton didefinisikan sebagai campuran daribahan penyusunnya
yang terdiri dari bahan semen hidrolik (portland cement), agregat kasar, agregat halus, dan
air dengan atau tanpamenggunakan bahan tambah (admixture atau additive). Menurut SNI
03-2847-2013, DPU-LPMB juga memberikan definisi tentang beton sebagaicampuran
antara semen portland atau semen hidrolik lainnya, agregat halus,agregat kasar, dan air,
dengan atau tanpa bahan campuran tambahan yangmembentuk massa padat.
Pada umumnya, beton mengandung rongga udara sekitar 1%-2%,pasta semen (semen dan
air) sekitar 25%-40% dan agregat (agregat kasardan agregat halus) sekitar 60%-75%
(Mulyono, 2005). Parameter-parameteryang paling mempengaruhi kekuatan beton adalah:
a. Kualitas semen.
b. Proporsi semen terhadap campuran.
c. Kekuatan dan kebersihan agregat.
d. Interaksi atau adhesi antara pasta semen dengan agregat.
e. Pencampuran yang cukup dari bahan-bahan pembentuk beton.
f. Penempatan yang benar, penyelesaian dan pemadatan beton.
g. Perawatan beton
Menurut Mulyono (2006) secara umum beton dibedakan kedalam 2kelompok, yaitu:
1. Beton berdasarkan kelas dan mutu beton.
Kelas dan mutu beton ini, dibedakan menjadi 3 kelas, yaitu:
a. Beton kelas I adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan non struktutral. Untuk
pelaksanaannya tidak diperlukan keahlian khusus. Pengawasan mutu hanya
dibatasi pada pengawasan ringan terhadap mutu bahan-bahan, sedangkan
terhadap kekuatan tekan tidak disyaratkan pemeriksaan. Mutu kelas I
dinyatakan dengan B0.
b. Beton kelas II adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan strukturalsecara umum.
Pelaksanaannya memerlukan keahlian yang cukupdan harus dilakukan di
bawah pimpinan tenaga-tenaga ahli. Betonkelas II dibagi dalam mutu-mutu
standar B1, K-125, K-175, dan K-225. Pada mutu B1, pengawasan mutu
hanya dibatasi padapengawasan terhadap mutu bahan-bahan sedangkan
terhadapkekuatan tekan tidak disyaratkan pemeriksaan. Pada mutu-mutu K-
125 dan K-175 dengan keharusan untuk memeriksa kekuatan tekanbeton
secara kontinu dari hasil-hasil pemeriksaan benda uji.
c. Beton kelas III adalah beton untuk pekerjaan-pekerjaan struktural yang lebih
tinggi dari K-225. Pelaksanaannya memerlukan keahlian khusus dan harus
dilakukan di bawah pimpinan tenaga-tenaga ahli. Disyaratkan adanya
laboratorium beton dengan peralatan yang lengkap serta dilayani oleh tenaga-
tenaga ahli yang dapat melakukan pengawasan mutu beton secara kontinu.
2. Berdasarkan jenisnya, beton dibagi menjadi 4 jenis, yaitu:
a. Beton ringan
Beton ringan merupakan beton yang dibuat dengn bobot yang lebihringan
dibandingkan dengan bobot beton normal. Agregat yangdigunakan untuk
memproduksi beton ringan pun merupakan agregatringan juga. Agregat yang
digunakan umumnya merupakan hasildari pembakaran shale, lempung,
slates, residu slag, residu batu baradan banyak lagi hasil pembakaran
vulkanik. Berat jenis agregatringan sekitar 1900 kg/m³ atau berdasarkan
kepentinganpenggunaan strukturnya berkisar antara 1440-1850 kg/m³,
dengankekuatan tekan umur 28 hari lebih besar dari 17,2 Mpa.
b. Beton normal
Beton normal adalah beton yang menggunakan agregat pasir sebagaiagregat
halus dan batu pecah sebagai agregat kasar sehingga mempunyai berat jenis
beton antara 2200 kg/m³-2400 kg/m³dengan kuat tekan sekitar 15-40 MPa.
c. Beton berat
Beton berat adalah beton yang dihasilkan dari agregat yang memilikiberat isi
lebih besar dari beton normal atau lebih dari 2400 kg/m³.Untuk menghasilkan
beton berat digunakan agregat yangmempunyai berat jenis yang besar.
d. Beton massa (mass concrete)
Dinamakan beton massa karena digunakan untuk pekerjaan betonyang besar
dan masif, misalnya untuk bendungan, kanal, pondasi,dan jembatan.Biasanya
dianggapbeton massa jika dimensinya lebih dari 60 cm.
Faktor yang mempengaruhi sifat pengerjaan beton adalah sebagai berikut :

 Keadaan Lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi sifat pekerjaan beton adalah suhu,
kelembaban dan kecepatan angin. Kenaikan suhu akan mempercepat jumlah
penggunaan air yang dibutuhkan untuk proses hidrasi kehilangan akibat penguapan.
Demikian pula kecepatan angin dan kelembaban mempengaruhi sifat pengerjaan
beton serta kecepatan penguapan air.
 Waktu
Buruknya sifat pengerjaan beton sehubungan dengan waktu, merupakan akibat
langsung dari kehilangan air bebas melalui penguapan (besar kecilnya penguapan
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan dan waktu serta cara pengolahan),daya serap
agregat dan hidrasi awal semen.
 Stabilitas
Dalam pengerjaan campuran beton harus stabil terbagi merata selama jangka waktu
dalam pengadukan sampai selesai pemadatan, sebelum beton itu mengikat. Akibat
dari perbedaan ukuran butiran dan berat jenis dari bahan-bahan campuran
beton,maka secara alami ada kecenderungan bahan-bahan tersebut untuk
memisahkan diri dari bahan-bahan campuran yang bersangkutan tergantumg pada
cara pengangkutan, pengecoran serta pemadatan. Sifat-sifat yang sering dijumpai
pada beton yang tidak stabil adalah segregasi dan bleeding.
 Segregasi
Segregasi adalah proses terjadnya pemisahan antara butiran-butiran kasar dan halus
ketika pengadukan. Pada umumnya makin encer sebuah campuran beton, makin
besar kecenderungan untuk segregasi. Segregasi dipengaruhi oleh perbandingan
yang seimbang antara luas permukaan agregat (kasar dan halus)dengan pasta semen
sebagai pelumas.
 Bleeding
Bleeding adalah suatu proses pemisahan air dari campuran beton. Selama pemadatan
sampai pasta semen mengeras(keadaan cair, plastis) ada kecenderungan alami bagi
bahan-bahan padat untuk mengendap, hal ini bergantung pada ukuran dan berat
jenisnya. Apabila kekentalan beton tidak mampu menahan semua kandungan air,
maka sebagian air itu akan mengalir ke permukaan dan sebagian akan keluar melalui
celah-celah sambungan pad acuan.

2.4 Kuat Tekan Beton


Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas yang menyebabkan benda uji
hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu yang dihasilkan oleh mesin tekan untuk
mendapatkan kekuatan beton sesuai dengan yang diinginkan maka perlu dilakukan
perancanan campuran beton (mix design) perlu dilakukan untuk menghasilkan proporsi
campuran beton yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Kekentalan yang memunkinkan pengerjaan beton(penuangan,pemadatan dan
perataan),dengan mudah dapat mengisi acuan dan menutup permukaan secara serba
sama (homogen)
2. Keawetan
3. kuat tekan
4. ekonomis.
Cara menentukan nilai kuat tekan beton adalah sebagai berikut:
fc′ =P/A
Keterangan:
fc’ = Kuat Tekan (MPa)
P = Beban tekan (N)
A = Luas penampang Benda uji ( cm2)
Metode yang digunakan untuk pengujian kuat tekan beton adalah slump test dengan
benda uji yang berupasilinder 70mm x 100mm,dan harus dirawat sesuai dengan SNI 03-
1972-1990.Benda uji tersebut harus dicetak bersamaan dan diambil beton yang akan
dicorkan,dan kemudian dirawat sesuai dengan perawatan yang dilakukan dilaborarium.
Untuk melaksanakan pengujian kuat tekan beton harus diikuti beberapa tahapan sebagai
berikut:
1. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara centris;
2. Jalankan mesin tekandengan penambahan beban yang konstan berkisar antara 2
sampai 4 kg/cm2
3. Lakukan pembebanan sampai benda uji sampai hancur dan catatlah beban
maksimum yang terjadi selama pemeriksaan benda uji
4. Gambar bentuk pecah dan catatlah keadaan benda uji.

2.5 Material atau Beton


a. Sement
Portlan Cement (PC) atau lebih dikenal dengan semen merupakan bahan pengikat
disebabkan semen merupakanbahan hidrolis yang apabila bertemu dengan air akan
bereaksi. Perekathidraolik dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang terdiri
daribahan uatama silikat-silikat kalsium dan bahan tambahan batu gypsumdimana
senyawa-senyawa tersebut dapat bereaksi dengan air danmembentuk zat baru bersifat
perekat pada batuan. Semen dibedakanmenjadi dua kelompok, yaitu:
1) Semen Non-hidrolik
Semen non-hidrolik adalah semen yang tidak dapat mengikat danmengeras
didalam air, akan tetapi dapat mengeras diudara. Contoh darisemen non-
hidrolik adalah kapur. Kapur merupakan bahan utama perekatpada waktu
lampau.Jenis kapur yang baik adalah kapur putih, yaitu kapur yang
mengandungkalsium oksida yang tinggi ketika masih berbentuk kapur tohor
dan akanmengandung banyak kalsium hidroksida ketika telah
berhubungandengan air. Kapur didapatkan dengan cara membakar batu kapur
ataukarbonat Bersama bahan pengotornya, yaitu magnesium, silika, besi,alkali,
alumina, dan belerang.
2) Semen Hidrolik
Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat danmengeras di
dalam air dengan stabil. Semen hidrolik memiliki sifat dapatmengeras bila
dicampur air, tidak larut dalam air, dapat mengeras walaudi dalam air. Contoh
semen hidrolik antara lain adalah kapur hidrolik,semen pozzolan, semen
portland terak tanur tinggi, semen alumina, dansemen expansif.
Selain itu, berdasarkan jenisnya semen dibagi menjadi 2, yaitu :

a) Semen Portland
Menurut SNI 15-2049-2004, semen portland adalah semenhidrolis yang
dihasilkan dengan cara menggiling terak semen portlandterutama yang
terdiri atas kalsium silikat yang bersifat hidrolis dandigiling dengan bahan
tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristalsenyawa kalsium sulfat dan
boleh ditambah dengan bahan tambahlain. Berikut beberapa perbedaan
jenis dan kegunaan semen portland:
 Jenis I, yaitu semen portland untuk penggunaan umum yang tidak
memerlukan persyaratan-persyaratan khusus seperti yang
disyaratkan pada jenis-jenis lain.
 Jenis II, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya
memerlukan ketahanan terhadap sulfat atau kalor hidrasi sedang.
 Jenis III, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya
memerlukan kekuatan tinggi pada tahap permulaaan setelah
pengikatan terjadi.
 Jenis IV, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya
memerlukan kalor hidrasi rendah.
 Jenis V, yaitu semen portland yang dalam penggunaannya
memerlukan ketahanan tinggi terhadap sulfat.

b) Semen Portland Pozzolan


Menurut SNI 15-0302-2004, semen portland pozzolan adalahsuatu semen
hidrolis yang terdiri dari campuran yang homogen antarasemen portland
dengan pozolan halus, yang di produksi denganmenggiling klinker semen
portland dan pozzolan bersama-sama, ataumencampur secara merata
bubuk semen portland dengan bubukpozzolan, atau gabungan antara
menggiling dan mencampur, dimanakadar pozzolan 6% sampai dengan
40% massa semen portlandpozzolan. Pozzolan adalah bahan yang
mengandung silika atausenyawanya dan alumina, yang tidak mempunyai
sifat mengikatseperti semen, akan tetapi dalam bentuknya yang halus dan
denganadanya air, senyawa tersebut akan bereaksi secara kimia
dengankalsium hidroksida pada suhu kamar membentuk senyawa
yangmempunyai sifat seperti semen.
Unsur utama yang terkandung dalam semen dapat digolongkan ke dalam
empat bagian yaitu : trikalsium silikat (C3S), dikalsium silikat
(C2S),trikalsium aluminat (C3A), dan tetrakalsium aluminoferit (C4AF).
Unsur C3S dan C2S merupakan bagian terbesar (70% - 80%) dan paling
dominan dalam memberikan sifat semen (Tjokrodimuljo, 1996).
 Trikalsium silikat (C3S) atau 3CaO.SiO2 senyawa ini bila terkena
airakan langsung terhidrasi (proses reaksi semen dengan air),
danmenghasilkan panas. Panas akan berpengaruh pada
kecepatanpengerasan semen sebelum hari ke-14.
 Dikalsium silikat (C2S) atau 2CaO.SiO2 senyawa ini bila
bereaksidengan air lebih lambat sehingga hanya berpengaruh
terhadappengerasan semen setelah lebih berumur 7 hari dan
memberikankekuatan akhir C2S juga membuat tahan terhadap
serangan kimia (chemical attack) dan juga mengurangi besar
susutan pengeringan.
 Trikalsium aluminat (C3A) atau 3CaO.Al2O3 senyawa ini
memberikankekuatan awal yang sangat cepat pada 24 jam pertama.
Dalam semenkandungan senyawa ini tidak boleh lebih dari 10%
karena dapatmenyebabkan semen lemah terhadap serangan sulfat.
 Tetrakalsium aluminofert (C4AF) atau 4CaO.Al2O3.Fe2O3
senyawa inikurang begitu besar pengaruhnya terhadap kekerasan
semen.Kandungan besi yang sedikit dalam semen putih akan
memberikankandungan C4AF yang sedikit dalam semen, sehingga
kualitas semenakan bertambah dari segi kekuatannya.

b. Agregat
Agregatmerupakan material berbutir seperti pasir, kerikil, batu pecah yang dapat
digunakan dengan media pengikat untuk membentuk mortar. Dalam bidang teknologi
beton nilai batas daerah agregat kasar dan agregat halus adalah 4,75 mm atau 4,80 mm.
Agregat yang butirannya lebih kecil dari 4,8 mm disebut agregat halus. Secara umum
agregat kasar sering disebut kerikil, kericak, batuh pecah atau split. Adapun agregat halus
disebut pasir, baik pasir halus, sedangkan butiran yang lebih kecil dari 0,075 mm disebut
lanau, dan yang lebih kecil dari 0,002 mm disebut lempung.
Agregat umumnya digolongkan menjadi 3 kelompok, yaitu :
1) Batu, umumnya besar butiran lebih dari 40 mm.
2) Kerikil, untuk butiran antara 5 sampai 40 mm.
3) Pasir, untuk butiran antara 0,15 sampai 5 mm.
Agregat harus memiliki bentuk yang baik (bulat dan mendekati kubus), bersih,
keras, kuat dan gradasinya baik. Bila butiran agregat mempunyai ukuran yang
sama (seragam) volume pori akan besar. Sebaliknya bila ukuran butirannya
bervariasi maka volume pori akan menjadi kecil. Hal ini karena butiran yang kecil
dapat mengisi pori diantara butiran yang lebih besar sehingga pori-pori menjadi
sedikit, dengan kata lain agregattersebut mempunyai kemampatan tinggi.
Agregatharus pulamempunyai kestabilan kimiawi dan dalam hal-hal tertentu harus
tahan aus dan tahan cuaca.
Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah gradasi atau distribusi ukuran butir
agregat, karena bila butir-butir agregat mempunyai ukuran yang seragam berakibat
volume pori lebih besar tetapi bila ukuran butirnya bervariasi maka volume pori
menjadi kecil. Hal ini disebabkan butir yang lebih kecil akan mengisi pori di antara
butiran yang lebih besar. Agregat sebagai bahan penyusun beton diharapkan
mempunyai kemampatan yang tinggi, sehingga volume pori dan bahan pengikat
yang dibutuhkan lebih sedikit.

c. Air
Fungsi air pada campuran beton adalah untuk membantu reaksi kimia yang menyebabkan
berlangsungnya proses pengikatan serta sebagai pelicin antara campuran agregat dan
semen agar mudah dikerjakan.
Air diperlukan untuk pembentukan semen yang berpengaruh terhadap sifat kemudahan
pengerjaan adukan beton (workability), kekuatan, susut dan keawetan beton. Air yang
diperlukan untuk bereaksi dengan semen hanya sekitar 25% dari berat semen saja, namun
dalam kenyataannya nilai faktor air semen yang dipaikai sulit jika kurang dari 35%.
Kelebihan air dari jumlah yang dibutuhkan dipakai sebagai pelumas, tambahan air ini
tidak boleh terlalu banyak karena kekuatan beton menjadi rendah dan beton menjadi
keropos. Kelebihan air ini dituang (bleeding) yang kemudian menjadi buih dan terbentuk
suatu selaput tipis (laitance). Selaput tipis ini akan mengurangi letakan antara lapis-lapis
beton dan merupakan bidang sambung yang lemah (Tjokodimuljo,1996).
Pemakaian air untuk beton sebaiknya memenuhi persyaratan (PBI 1997) :
1) Tidak mengandung lumpur (benda melayang lainnya) lebih dari 2 gr/liter.
2) Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat, organic,
dan sebagainya) lebih dari 15 gr/liter.
3) Tidak mengandung klorida (CI) lebih dari gr/liter.
4) Tidak mengandung senyawa-senyawa sulfat lebih dari 1 gr/liter.

d. Beton K250
Dry Mix Beton K-250 adalah campuran semen, pasir, agregat dan additif yang sudah
dikemas secara kering, hanya menambah air dan mengaduknya untuk dipakai sebagai
material beton dengan kekuatan K-250.
Dry Mix Beton K-2500 direkomendasikan untuk kolom, balok, pelat, dinding, dan
pekerjaan beton lainnya dengan kekuatan perencanaan karakteristik 2500 kg/cm² pada 28
hari. Dry Mix Beton memiliki keunggulan antara lain :
 Aplikasi mudah dan praktis
 Kuat tekan terukur
 Konsistensi campuran tetap terjaga.

e. Tulangan Jaringan Kawat Baja (Wiremesh)


Menurut SNI 07-0663-1995 besi Wiremesh adalah material yang terbuat dari beberapa
batang besi, baja atau aluminium dalam jumlah banyakdan di hubungkan satu sama lain
dengan cara di las atau bahkan dihubungkan dengan PIN atau peralatan lain hingga
berbentuk lembaran. Wiremesh lebih di kenal dengan nama kawat atau besi anyam. Ini di
karenakan bentuknya yang kotak-kotak seperti kawat atau besi anyam. Wiremesh di buat
dalam berbagai jenis dan ukuran yang biasanya di sesuaikan dengan berbagai macam
kebutuhan.
Jenis besi Wiremesh ada 2 macam, yaitu :
1. Berupa lebaran. Ukuran standar yang ada adalah 2,1 meter x 5,4 meter.
2. Berupa gulungan atau roll. Ukurannya lebar 2.1 meter dan panjangnya bisa mencapai
54 meter.
Ukuran diameter besi Wiremesh yang paling kecil adalah 4 mm dan yang terbesar 32
mm. Biasanya penyebutan diamater besi Wiremesh M4, M5 dan seterusnya.
Wiremesh dapat digunakan untuk :
 Pembesian tulangan beton untuk plat lantai (umumnya menggunakan Wiremesh
M7).
 Dinding beton.
 Saluran drainase beton.
 Jalan raya (umumnya menggunakan Wiremesh M8).
 Trotoal.
 Landasan bandara pesawat (umumnya menggunakan Wiremesh M12).
 Pagar jalan atau tanaman.
 Pembuatan kolan atau bak.
Wiremesh banyak digunakan untuk bahan penguat atau tulangan dalam pengecoran,
seperti untuk pengecoran jalan dan lantai. Biasanya untuk ukuran M8, M9, M10
digunakan untuk gedung bertingkat, sedangkan untuk rumah dapat menggunakan M4,
M5, M6. Selain untuk penguat beton, material Wiremeshini juga dapat digunakan untuk
kawat beronjong, penguat talud dan anak tangga. Besi Wiremesh yang baik adalah yang
proses pembuatannya menggunakan sistem las otomatis. Jadi jarak antar kawat selalu
konsisten. Sehingga kawat pada besi Wiremeshtidak akan pernah berkurang serta semua
susunan selalu berada di posisinya masing-masing.
Kelebihan menggunakan besi Wiremesh jika dibanding dengan besi beton biasa adalah :
 Pelaksanaan pekerjaan pembesian tulangan beton dapat dilakuakan dengan lebih
mudah dan cepat karena tidak harus merangkai lagi, hanya digelar saja.
 Meningkatkan mutu dan ketepatanjarak tulangan beton.
 Memudahkan dalam pengawasan pekerjaan pembesian di lapangan.
 Lebih mudah transportasi pengiriman materialnya karena Wiremesh berukuran 2,1
x 5,4 meter tidak sepanjang besi beton yang panjangnya 12 meter.
 Lebih ekonomis karena penggunaan Wiremesh akan mengurangi berat besi
tulangan dalam beton.
Untuk jenis Wiremesh yang di las paling sering digunakan dalam konstriksi beton.
Wiremesh ini dapat dipasang atau dihamparkan sebelum adukan beton di tuangkan.
Adukan beton bisa di tuangkan di atasnya lalu di ratakan. Beton yang menggunakan
material ini lebih kokoh karena memiliki daya tarik yang lebih tinggi dan juga bisa
membantu menstabilkan beton agar tidak mudah rapuh.

Anda mungkin juga menyukai