Anda di halaman 1dari 19

NAMA:MUHAMAD I’ZAAZ

ABSEN:28

KELAS:XI-DPIB 2

B. Jenis-jenis Pekerjaan Konstruksi Gedung, Jalan, dan Jembatan


2.1 Jenis-Jenis Pekerjaan Konstruksi Gedung

Konstruksi gedung dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, struktur bawah dan

struktur atas. Struktur bawah meliputi fondasi dan struktur yang berada di bawah permukaan

tanah. Sedangkan struktur atas meliputi sloof, kolom, balok, pelat lantai, tangga, dan struktur

lainnya yang berada di atas permukaan tanah.

1) Fondasi
Fondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi sebagai tumpuan

peletakan bangunan dan meneruskan beban struktur di atasnya ke dasar tanah yang cukup

kuat mendukungnya. Oleh karenanya, dalam perencanaan fondasi

harus memperhitungkan kestabilan bangunan terhadap beban sendiri (fondasi), beban-beban

berguna (mati hidup, dan lain-lain), gaya-gaya luar seperti gempa, tekanan angin, dan lain-lain

serta kemungkinan penurunan fondasi. Fondasi merupakan elemen pokok bangunan yang

sangat vital, berfungsi sebagai penyangga konstruksi bangunan di atasnya. Kekuatan dan

kekokohan suatu konstruksi bangunan gedung sangat tergantung dari konstruksi fondasi.

Konstruksi fondasi suatu bangunan secara umum harus memenuhi persyaratan sebagai

berikut:

A.Bentuk dan konstruksinya harus menunjukkan suatu konstruksi yang kokoh dan

kuat untuk mendukung beban bangunan di atasnya.

B.Fondasi harus dibuat dari bahan yang tahan lama dan tidak mudah hancur, sehingga

kerusakan fondasi tidak mendahului kerusakan bagian bangunan di atasnya.


C.Tidak boleh mudah terpengaruh oleh keadaan di luar fondasi, seperti keadaan air

tanah dan lain-lain.

D.Fondasi harus terletak di atas tanah dasar yang cukup keras sehingga kedudukan

fondasi tidak mudah bergerak (berubah), baik bergerak ke samping, ke bawah (turun) atau terguling.

Fondasi bangunan dapat dibedakan menjadi fondasi dangkal (shallow foundations)

dan fondasi dalam (deep foundations), tergantung dari perbandingan kedalaman fondasi

dengan lebar fondasi. Ketentuannya sebagai berikut:

A.Jika kedalaman dasar fondasi dari muka air tanah adalah kurang atau sama dengan

lebar fondasi (D<B) maka disebut fondasi dangkal atau fondasi langsung (spread

footing).

B.Jika kedalaman dasar fondasi dari muka air tanah adalah > 5x dari lebar fondasi (D

> 5B) maka disebut fondasi dalam.

(1) Fondasi Bangkal (Shallow Foundations) atau Fondasi Langsung (Spread Footing)

Fondasi ini paling sering digunakan untuk bangunan rumah tinggal dan gedung

menggunakan fondasi dangkal dikarenakan lebih ekonomis. Jenis fondasi ini digunakan

bertingkat biasa. Karena berat bangunan relatif tidak besar maka biasanya cukup

beban berat dan letak tanah baik relatif dangkal <2,00 m. Pada fondasi ini beban

pada tanah dasar yang memiliki kuta dukung tanah tinggi sehingga mampu menerima

disebarkan secara merata menjadi desakan yang lebih kecil daripada daya dukungarah

yang diizinkan. Fondasi dangkal (shallow foundations) ini dapat digolongkan menjadi

beberapa macam, antara lain:

A.Fondasi setempat

Fondasi ini digunakan pada bagian bangunan yang terpisah seperti kolom, tiang,

dan sebagainya. Selain itu, digunakan pula pada bangunan sementara (sempermanen) atau

pada umpak pada pendopo tradisional Jawa, bangunan panggung di daerahrawa-rawa atau
Daerah yang terancam banjir (biasanya konstruksi kayu). Bahan yang digunakan bisa berupa kayu, batu
alam, atau beton,

B.Fondasi lajur

Fondasi ini sering digunakan terutama untuk struktur bangunan masif atau pelat

dinding sejajar pada kekuatan dan keadaan tanah yang seragam. Sebagai bahannya

menggunakan kayu, batu alam, beton, dan beton bertulang.

Konstruksi fondasi lajur dari beton bertulang dapat dimanfaatkan pada kekuatan

tanah yang rendah atau beban bangunan yang tinggi. Sebagai lantai kerja, dicor

lapisan setebal +5 cm sehingga alas fondasi rapi dan baja tulangan tidak berlumpur

Tingginya (h)>25 cm dan lebarnya (b) <4h. Beton yang digunakan adalah beton

dengan mutu minimal K 125.

C.Fondasi telapak (foot pelate)

Fondasi telapak merupakan fondasi dengan pelebaran alas kolom atau dinding

dengan tujuan untuk meneruskan beban pada tanah dasar pada suatu tekanan

yang sesuai dengan sifat-sifat tanah yang bersangkutan. Jenis ini untuk tanah dasar

mempunyai kuat dukung yang tinggi sehingga mampu menerima beban berat

yang bekerja dan letak tanah baik relatif dangkal <2,00 m. Bentuk dasar fondasi

dapat berupa segiempat atau lingkaran dengan bahan menggunakan campuran

beton bertulang.

D.Fondasi rakit atau fondasi pelat (raft foundation)

Fondasi pelat (rakit) ini berbahan beton bertulang dan dibuat seluas ukuran gedung

yang direncanakan. Berbeda dengan fondasi setempat atau lajur, fondasi pelat

dengan beton bertulang ini mampu membagi beban bangunan secara merata

ke tanah. Pada umumnya perancangan fondasi rakit terdiri dari pelat beton rata

setebal 0,75 sampai 2 m, dan dengan alas serta penulangan dua arah atas dan

bawah yang menerus.


E.Fondasi sumuran

Fondasi ini digunakan apabila letak lapisan tanah yang berdaya dukung kuat berada

HE 2,0-6,0 m di bawah permukaan tanah. Fondasi sumuran dilaksanakan pada tempat

di mana pengentak fondasi tiang tidak diperbolehkan karena pertimbangan getaran

yang ditimbulkan atau karena lokasi yang sempit sehingga tidak memungkinkan

instalasinya. Fondasi ini berupa fondasi tiang pemboran yang pendek dengan

menggunakan bis beton dengan diameter yang bervariasi Ø 600, 1.000, 1200

atau Ø 1500 mm.

(2) Fondasi Dalam (Deep Foundations) atau Fondasi Tidak Langsung

Pada gedung-gedung bertingkat, umumnya menggunakan fondasi dalam, hingga

mencapai kedalaman di mana daya dukung tanah sudah tinggi. Fondasi dalam

digunakan jika kekuatan tanah tidak memenuhi kebutuhan karena tidak teratur atau

karena pembebanan yang terlalu tinggi.

A.Fondasi tiang pancang

Fondasi tiang pancang adalah bagian-bagian konstruksi yang dibuat dari kayu,

beton atau baja yang digunakan untuk mentransmisikan beban-beban permukaan

ke tingkat-tingkat permukaan yang lebih rendah dalam massa tanah. Fondasi tiang

pancang digunakan untuk mendukung bangunan bila lapisan tanah keras terleta

sangat dalam dan untuk mendukung bangunan yang menahan gaya ang kat he

batas yang dipengaruhi oleh penggulingan yang diakibatkan oleh beban angin

gempa, atau faktor lainnya.

B.Fonda si tiang bor (bore pile)

Fondasi tiang bor terbuat dari beton bertulang dan jenis tiang bor ini memilikidaya dukung
yang jauh lebih besar dibanding dengan tiang pancang. Padapelaksanaannya, pipa cashing

dipancang terlebih dahulu, kemudian dilanjutkandengan pengeboran tanah.

Apabila dimungkinkan selama pengeboran terjadi keruntuhan tanah maka selama

pengeboran lubang diisi dengan bentonite. Setelah elevasi ketinggian terpenuhi maka

dimasukkan tulangan dan dicor beton dengan bantuan pipa termi.

2) Dinding
Dinding merupakan elemen penting yang berada di tengah struktur yang memiliki

fungsi untuk memberikan bentuk (form) dan perlindungan (protect) terhadap isi bangunan

maupun tampilan (artistik) terhadap konstruksi atau bangunannya. Ditinjau dari bahan

penyusunnya, dinding bangunan dapat dibedakan menjadi berikut:

A.Dinding batu kapur

Dinding ini tersusun dengan menggunakan batu buatan (artificial), yakni bata kapur

yang dibuat dari campuran tanah liat dan batu kapur (gunung) dengan komposisi

tertentu. Dinding tipe ini umumnya digunakan untuk rumah-rumah sederhana di

perkampungan khususnya di daerah penghasil batu kapur dan untuk pagar pembatas.

Ukuran dinding batu kapur umumnya 8 cm x 17 cm x 30 cm. Pemakaian terbilang cukup

murah dan praktis dengan sedikit pemakaian adukan semen dan pasir dan memerlukan

kolom pengaku (kolom praktis) di setiap 2,5 m.

B.Dinding batako

Batako merupakan batu buatan yang dibuat dari campuran tras-batu kapur atau

Spasir-semen dengan komposisi tertentu. Dalam proses pembuatannya cukup

menggunakan alat cetakan sederhana dengan atau tanpa menggunakan mesin press

dan tidak memerlukan pembakaran. Ukuran batako umumnya 10 x 20 x 40 cm, dalam

pemasangannya bisa menggunakan campuran 1Pc:5Ps. Untuk penggunaan dalam


besaran 1 m memerlukan jumlah Batako sebanyak 12-13 buah. Beberapa kelebihan

penggunaan batako di antaranya pemasangan lebih cepat, harga relatif murah, hemat

dalam penggunaan adukan semen-pasir dibanding dengan batu bata, terkadang

penggunaan batako tidak perlu diplester. Kekurangan dari menggunakan batako di

antaranya, rapuh (mudah retak), menyerap air sehingga mudah lembab, dan ruangan

terasa lebih panas.

C.Dinding batu bata/bata merah

bata dalam proses pembuatannya memerlukan proses pembakaran. Ciri-ciri batu bata

Dinding batu bata merupakan pasangan dinding yang paling jamak digunakan. Batu

yang baik di antaranya memiliki permukaan kasar, warna merah seragam, jika dipun

berbunyi nyaring, dan tidak mudah hancur atau patah.

Ukuran standar untuk bata merah (panjang x lebar x tebal), di antaranya:

(1) 240 mm x 115 mm x 52 mm

(2) 230 mm x 110 mm x 50 mm

(3) Untuk daerah-daerah tertentu memiliki karakteristik ukuran bata merah yang

berbeda.

Kelebihan penggunaan batu bata di antaranya lebih kedap air sehingga minim

rembesan, jarang terjadi keretakan yang bukan dikarenakan struktur, kuat (tahan lama.

dan mampu memberikan nilai artistik tinggi. Kekurangan dari penggunaan batu bata

di antaranya waktu pemasangan lebih lama dibanding dengan batako atau hebel dan

biaya lebih tinggi. Untuk beberapa kondisi dan desain, penggunaan bata khusus tanpa

perlu diberi plesteran yakni bata ekspose dapat memberikan nilai arsitektural (artistik)

tinggi pada sebuah bangunan.

D.Dinding celcon/hebel

Dinding bata hebel atau silikon terbuat dari material pasir silika. Dinding bata hebel
merupakan pembentuk dinding dengan mutu kualitas tinggi dan relatif lebih mahal.

Penggunaan bata hebel ini sudah mulai umum digunakan untuk bangunan pertokoan

perumahan, dan bangunan tingkat tinggi (High Rise Building). Berikut ini dimensi ukuran

bata hebel yang umum ditemukan di pasaran.

Kelebihan dari bata hebel ini di antaranya cenderung kedap air sehingga minim

rembesan, ringan, tahan api, serta pemasangan lebih cepat dan praktis. Kekurangan

dari bata jenis ini harga relatif lebih mahal, tidak semua tukang terbiasa memasang bata

jenis ini dan hanya toko-toko material besar yang menjual bata hebel ini.

E.Dinding partisi

Dinding partisi merupakan batas vertikal (pemisah/penyekat) yang berada di dalam

ruangan (interior). Bahan yang digunakan umumnya berupa triplek, gipsum, papan

kalsium, kayu fiberglass. Dinding ini berfungsi sebagai penyekat atau pemisah

antarruangan dan tidak cocok bila digunakan untuk eksterior.

3) Kerangka Beton Bertulang


Kerangka atau struktur beton bertulang untuk sebuah bangunan secara umum terdi

dari sloof, balok, dan kolom. Perencanaan struktur bangunan harus memenuhi berbagai

aspek di antaranya kekuatan, ketahanan, estetika, dan biaya.

A.Sloof

bentang sloof memanjang sepanjang fondasi khususnya untuk fondasi jenis lajur. Slock

Sloof merupakan struktur dari sebuah bangunan yang terletak di atas fondasi. Umumnya

berfungsi untuk meratakan dan mendistribusikan beban yang diterima ke fondasidan

sebagai pengunci (tumpuan) dinding apabila terjadi pergeseran tanah (dalam batas

Bangunan rumah sederhana umumnya material beton memiliki campuran 1PC:2 tertentu) dinding

tidak roboh.
Pasir : 3 Split. Dimensi yang digunakan umumnya berukuran tinggi 20 cm dan lebar

15 cm. Penulangan (tulanganpokok) yang digunakan umumnya menggunakan

4 buah berdiameter 10 mm (4910), sedangkan begel berdiameter 8 mm berjarak 15

digunakan berdimensi lebar 20 cm dan tinggi 30 cm. Penulangan (tulangan pokok

cm (8 - 15). Untuk bangunan dua lantai sederhana umumnya dimensi slaof yang

yang digunakan berjumlah 6 buah berdiameter 12 mm (6012), sedangkan penggunaan

begel berdiameter 8 mm berjarak 10 cm (08-10).

B.Kolom

SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom merupakan komponen struktur bangunan

yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang

tidak ditompang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil. Secara sederhana kolom

merupakan struktur penyangga utama sebuah bangunan agar tidak roboh. Kolom selain

sebagai penyangga juga berfungsi sebagai penerus beban di atasnya didistribusikan

ke fondasi yang pada akhirnya akan diteruskan ke permukaan tanah di bawahnya.

Kolom yang digunakan untuk bangunan sederhana dapat dibedakan menjadi:

(1) Kolom utama (struktur)

Kolom ini berfungsi sebagai penyangga utama dari beban-beban di atasnya. Jarak

kolom utama berkisar 3m-3,5 m. Dimensi kolom untuk bangunan rumah dua

lantai umumnya berukuran 20/20 mm, dengan tulangan pokok 812 mm dan

beugel diameter 8 mm berjarak 10 mm (08-10).

(2) Kolom praktis

Kolom ini berfungsi membantu kolom utama dan sebagai pengikat dinding aga

stabil. Jarak maksimum 3,5 m. Dimensi yang umum digunakan berukuran 15/15 mm.

Dengan penulangan (tulangan pokok) yang digunakan umumnya menggunakan

4 buah berdiameter 10 mm (4910), sedangkan begel berdiameter 8 mm berjarak 15 cm.


C.Balok (ring balk)

Balok atau ring balk merupakan struktur yang berada di atas pasangan batu bata

(dinding). Ring balk ini berfungsi sebagai tumpuan konstruksi atap dan sebagai

pengikat pasangan batu bata (dinding). Ring balk untuk bangunan rumah sederhana

umumnya menggunakan dimensi 15/15 cm atau 15/20 cm. Pemasangan ring

balk idealnya berada pada jarak 3-4 m dari sloof. Penulangan yang digunakan

menggunakan besi sejumlah 4 buah dengan diameter 8mm-12mm. Penulangan

beugel menggunakan besi diameter 6 mm-8mm dengan jarak 15 cm.

4) Rangka Atap dan Penutup Atap


Atap merupakan bagian paling atas dari sebuah bangunan yang berfungsi sebagai

penutup ruangan dari pengaruh panas, hujan debu, dan untuk keperluan perlindungan

lainnya. Konstruksi atap hendaknya memenuhi syarat-syarat berikut ini antara lain:

Konstruksi kuat dan mampu menahan beban sendiri dan tahan terhadap tekanan

atau pengaruh dari luar.

Pemilihan bentuk atap harus disesuaikan dengan bentuk bangunan dan mampu

menambah nilai keindahan dan kenyamanan penghuni.

c. Rangka atap perlu diberi perlindungan agar tahan terhadap rayap.

d. Bahan penutup atap tahan terhadap kondisi cuaca.

e. Kemiringan atap harus disesuaikan dengan jenis bahan penutupnya.

Bentuk atap suatu bangunan dapat direncanakan dalam berbagai bentuk dan variasinya.

Hal ini disesuaikan dengan kondisi setempat dan model fisik bangunan. Bentuk-bentuk yang

sering digunakan memiliki berbagai macam model di antaranya atap datar, sandar, pelana,

perisai, tenda, menara, joglo, dan gergaji.


A.Kuda-kuda

Kuda-kuda merupakan penyangga utama suatu konstruksi atap bangunan. Kuat

tidaknya atap sangat bergantung dari kekuatan konstruksi kuda-kudanya. Di samping

itu, kuda-kuda ini merupakan pembentuk model atap bangunan. Material yang

digunakan untuk membuat kuda-kuda di antaranya kayu, baja profil, baja ringan, dan

beton bertulang. Bentang kuda-kuda berbahan kayu memiliki bentang maksimal 12m.

Ukuran kayu penyusun kuda-kuda secara konstruksi disesuaikan dengan ukuran

bentang yanag direncanakan. Jarak antarkuda-kuda biasanya diambil berkisar 3 m-4m

dari masing-masing sumbu.

B.Rangka atap

Kelengkapan dalam rangka atap selain kuda-kuda juga tersusun oleh beberapa

konstruksi pendukung lainnya, antara lain:

(1) Balok tembok, merupakan batang (balok) yang dipasang di sepanjang tembak

atau di atas tumpuan beberapa tiang yang berfungsi guna menahan usuk bagian

bawah.

(2) Gording, merupakan batang (balok) yang memanjang sejajar dengan balok tembok.

Gording ini berada di atas kaki kuda-kuda guna menumpu usuk dan sambungannya.

(3) Balok bumbungan (Nok), merupakan balok yang diletakkan secara memanjang di

152 atas puncak kaki kuda-kuda dan sejajar dengan gording (untuk atap pelana) dan

untuk menahan pertemuan usuk bagian atas.

(4) Papan bumbungan, merupakan papan yang diletakkan berdiri di atas balok

bumbungan guna menahan genteng bumbungan dan adukannya.

(5) Balok angin, merupakan balok yang dipasang menyilang di antara tiang-tiang

gantung yang umumnya diperkuat dengan baut mur atau paku. Balok ini digunakan

untuk menjaga kestabilan kuda-kuda.


(6) Balok topang, merupakan balok yang dipasang miring dengan salah satu ujung

menompang balok bumbungan dan satunya memancang pada tiang gantung.

Balok ini digunakan untuk menahan pelenturan balok bumbungan.

(7) Usuk (kasau), merupakan kayu yang dipasang secara sejajar menompang di atas

balok bumbungan, gording, dan balok tembok. Jarak pasang antarusuk berkisar

50 cm antar sumbu. Ukuran kayu yang digunakan berukuran 5/7 cm atau 4/6 cm.

(8) Reng, merupakan kayu yang dipasang di atas usuk dengan jarak pasang disesuaikan

dengan ukuran/jenis penutup atap yang akan digunakan. Ukuran kayu reng yang

digunakan umumnya 2/3 cm atau 3/4 cm

C.Penutup atap

Penutup atap diperlukan sebagai pelindung dari pengaruh luar, seperti hujan, panas,

angin, debu, dan pengaruh (gangguan) lainnya. Syarat umum dalam memilih penutup

atap di antaranya:

(1) Bahan bersifat isolasi terhadap panas, dingin, dan bunyi.

(2) Harus rapat terhadap air hujan.

(3) Tidak mudah mengalami perubahan bentuk

(4) Mudah dalam perawatan

(5) Tidak mudah terbakar.

(6) Bobot ringan dan kokoh setelah dipasang,

(7) Tahan lama (awet).

Bahan penutup atap yang sering digunakan di antaranya genteng biasa, genteng beton,

genteng kaca, asbes, seng, genteng metal, dan galvalum.

5) Utilitas
Utilitas bangunan merupakan kelengkapan fasilitas yang digunakan guna menunjang
tercapainya unsur-unsur kenyaman, kesehatan, keselamatan, kemudahan komunikasi, dan

mobilitas bangunan. Dalam perencanaan suatu sistem utilitas bangunan perlu dikoordinasikan

dengan seluruh elemen baik perancangan arsitektur, struktur, interior, dan perancangan

lainnya. Perancangan sistem utilitas bangunan yang umum digunakan, antara lain: instalasi air

bersih, air kotor (plumbing dan sanitasi), pencahayaan, pengudaraan/penghawaan, telepon,

CCTV dan sistem sekuriti, penangkal petir, pemadam kebakaran, dan lain-lain.

Berikut ini beberapa contoh tampilan instalasi-instalasi utilitas pada sebuah bangunan

bertingkat sederhana, yakni bangunan Rusunawa yang diambil bersumber dari www.

tropicalarchitectblog.wordpress.com. Untuk mengetahui perencanaan dan pemasangan

instalasi utilitas sangat perlu dilakukan dengan baik dan benar. Hal ini berkaitan terhadap

besarnya biaya dan keselamatan bagi para penghuninya.

A.Instalasi air bersih

Umumnya sumber air bersih berasal dari PDAM. Untuk bangunan tempat tinggal

sederhana air berasal dari PDAM yang langsung dialirkan menuju titik-titik keran. Untuk

bangunan bertingkat sering menggunakan water tank (roof tank) sebagai cadangan air.

Bangunan bertingkat tinggi seperti apartemen, hotel, rusunawa kadang memiliki ground

water tank di dalam tanah sebagai cadangan air sementara yang kemudian dialirkan ke

roof tank dan dialirkan menuju titik-titik keran air.

B.Instalasi air kotor

Instalasi jaringan) air kotor dapat dibedakan menjadi 3 macam antara lain:

(1) Limbah cair berasal dari flour drain tempat cuci, wastafel, dan lain-lain.)

(2) Limbah padat berasal dari kloset dan kamar mandi.

(3) Air hujan.

Penanganan untuk limbah cair disalurkan melalui pipa-pipa menuju bak kontrol

dan kemudian dialirkan menuju sumur resapan sebelum dibuang ke saluran kota.
Penanganan limbah padat dari kloset dialirkan menuju septictank untuk ditampung dan

diendapkan, lalu air yang tersisa dialirkan ke sumur resapan. Perlu diperhatikan pada saat

pemasangan pipa untuk limbah padat yang melintang secara horisontal di mana harus

memiliki kemiringan minimal 5% tiap 1 meter agar risiko tersumbat dapat dihindari.

Penempatan septictank beserta resapannya hendaknya diletakkan berjauhan dengan

sumber air sumur atau ground water tank. Sedangkan untuk air hujan menggunakan

talang yang disesuaikan dengan kondisi atap dan langsung dialirkan menuju bak kontrol.

C.Instalansi Listrik

Sumber listrik umumnya diperoleh dari jaringan listrik PLN. Listrik ini digunakan sebagai

sumber peralatan elektronik seperti lampu, televisi, mesin cuci, lemari es, dan lain-lain.

Instalasi listrik ini harus dilakukan dengan benar agar risiko korsleting Iistrik dapat

dihindari. Dewasa ini, sering terjadi kebakaran diakibatkan oleh korsleting listrik yang

dikarenakan tidak sesuai standar pemasangan instalasi listriknya.

D.Instalasi CCTV

Dewasa ini, penggunaan CCTV umum digunakan pada bangunan umum ataupun

pemerintahan. Banyaknya tindakan kriminal mengakibatkan perlunya pemasangan

CCTV sebagai upaya tindakan pengawasan dan keamanan.

E.Instalasi Penangkal Petir

Instalasi penangkal petir umumnya menggunakan penangkal petir yang terdiri dari

batang penangkal petir, kabel konduktor, dan tempat pembumian (grounding).

F.Instalasi AC (Penghawaan)

Penggunaan AC untuk sebuah bangunan sudah menjadi hal yang umum. Untuk kota-

kota besar yang bersuhu panas penggunaan AC sudah menjadi hal yang biasa bahkan

menjadi hal yang pokok. Untuk ruang-ruang yang tidak terlalu luas dan sederhana

umumnya menggunakan AC split wall.


2.2 Jenis-jenis Pekerjaan Konstruksi Jalan

Pada prinsipnya pekerjaan konstruksi jalan tidak dapat lepas dari jenis perkerasannya.

Terdapat tiga jenis perkerasan jalan yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.

Konstruksi jalan berdasarkan perkerasan jalan secara umum dibedakan menjadi (1) jalan

dengan perkerasan kaku (rigid pavement), (2) jalan dengan perkerasan lentur (flexible

pavement), dan (3) jalan dengan perkerasan komposit (composite pavement). Di samping

dalam kondisi lapangan sering juga ditemukan perkerasan jalan dengan sistem perkerasan

interblock (paving block). Berikut gambar potongan melintang perkerasan secara utuh untuk

kedua jenis perkerasan lentur dan kaku.

(1) Konstruksi jalan perkerasan lentur (aspal)

Jenis perkerasan ini terdiri dari susunan perkerasan mulai dari tanah dasar (subgrade),

lapis subfondasi agregat (subbase), lapis fondasi agregat dengan atau tanpa bahan

pengikat atau perkuatan (base), dan lapis permukaan (surface course) yang pada

umumnya adalah campuran agregat dan aspal.

Kelebihan penggunaan konstruksi jalan perkerasan lentur (aspal), di antaranya:

a. Bentuk jalan lebih halus dan tidak bergelombang.

b. Warna jalan cenderung gelap sehingga nyaman di mata.

c.Perawatan untuk tipe ini cenderung lebih mudah, bila ada lubang cukup dengan

ditambal dengan aspal baru,

d. Material lentur (aspal) cenderung lebih lunak dibanding material kaku (beton)

sehingga dalam berkendara lebih nyaman.

e. Biaya awal konstruksi relatif lebih murah/terjangkau.

f.Umumnya penggunaan jalan untuk semua tingkat volume lalu lintas.


Kekurangan penggunaan konstruksi jalan perkerasan lentur (aspal), di antaranya:

Umur rencana relatif lebih singkat (5-10 tahun).

Lemah atau mudah rusak bila terdapat genangan air.

Indeks pelayanan berkurang seiring dengan berjalanan waktu serta frekuensi beban

lalu lintas sehingga diperlukan perawatan berkala.

(2) Konstruksi jalan perkerasan kaku (beton)

Jenis perkerasan ini terdiri dari susunan perkerasan mulai dari tanah dasar (subgrade),

lapis subfondasi agregat (subbase), dan lapis permukaan (surface course) yang pada

umumnya adalah campuran beton, baik beton tanpa tulangan ataupun dengan tulangan.

Kelebihan penggunaan konstruksi jalan perkerasan kaku (beton), antara lain:

a. Umumnya penggunaan jalan untuk tingkat volume lalu lintas yang tinggi.

b. Umur rencana relatif lebih lama (15-40 tahun).

C. Indeks pelayanan tetap baik selama umur yang direncanakan sehingga tidak

diperlukan perawatan.

Kekurangan penggunaan konstruksi jalan perkerasan kaku (beton), antara lain:

a. Biaya awal konstruksi relatif lebih mahal.

b. Pelaksanaan pelapisan ulang sulit dilaksanakan.

c. Warna yang dimunculkan cenderung terang sehingga kurang nyaman di mata bila

siang hari.

d. Jalan menjadi cukup tinggi setelah pengecoran beton.

e. Perhitungan harus cermat antara pembebanan yang ada dengan tebal lapisan

perkerasan.

(3) Konstruksi jalan dengan perkerasan komposit (composite pavement)

Jenis perkerasan ini merupakan kombinasi antara perkerasan kaku dengan perkerasan

lentur. Baik bentuk susunannya berupa perkerasan lentur di atas perkerasan kaku
ataupun perkerasan kaku di atas perkerasan lentur.

(4) Konstruksi jalan perkerasan interblock (paving block)

Interblock merupakan unit perkerasan segmental (Segmental Paving Unit). Komponen

terdiri dari unit utuh dengan bahan dasar batuan, campuran agregat, dan semen atau

bahan lainnya yang cukup keras. Luas permukaan berkisar 0,10 m² dengan bidang atas

dan bawah datar atau hampir datar. Unit ini disusun sedemikian rupa sesuai bentuknya

menjadi satu kesatuan bidang permukaan.

Prinsip utama hubungan antara unit adalah terjadinya kondisi interlocking (saling

mengunci) dari unit-unit tersebut. Hubungan interlocking inilah yang menjadi elemen

kekuatan struktur interblock. proses penguncian sebenarnya akibat keteraturan posisi

unit-unit komponen interblock dibantu adanya lapis perata dan pengisi berupa pasir,

pemadatan, dan batu pengunci yang membentuk interlocking vertikal dan horisontal.

Kemampuan interblock memikul beban dalam arah vertikal dimungkinkan karena

adanya interlocking vertikal, sedangkan dalam hal beban horisontal karena interocking

horisontal. Beberapa parameter dalam menentukan kekuatan perkerasan interblock (Paving Block),

antara lain: mutu paving block, bentuk, tebal, dan pola pemasangan paving block.

2.3 Jenis-jenis Pekerjaan Konstruksi Jembatan

Elemen struktur utama jembatan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu struktur atas

(upper/super structure) dan struktur bawah (substructure). Bangunan atas merupakan konstruksi

yang berhubungan langsung dengan beban beban lalu lintas yang bekerja. Sedangkan

bangunan bawah merupakan konstruksi yang menerima beban-beban dari bangunan atas

dan meneruskannya ke lapisan pendukung (tanah keras) di bawahnya.

1.Bangunan atas jembatan (upper/super structure)


Bangunan atas terletak pada bagian atas konstruksi yang menopang beban-beban
akibat lalu lintas kendaraan, orang, barang, ataupun berat sendiri dan konstruksi,

antara lain:

A.Tiang sandaran

Tiang sandaran berfungsi untuk membatasi lebar dari suatu jembatan agar membuat

rasa aman bagi lalu lintas kendaraan maupun orang yang melewatinya. Tiang

sandaran dengan trotoar terbuat dari beton bertulang dan untuk sandarannya

dari pipa galvanis.

B.Trotoar

Trotoar merupakan tempat pejalan kaki yang terbuat dari beton, bentuknya lebih

tinggi dari lantai jalan atau permukaan aspal. Lebar trotoar minimal cukup untuk

dua orang berpapasan dan biasanya berkisar antara 1,0-1,5 meter yang dipasang

pada bagian kanan serta kiri jembatan. Pada ujung tepi trotoar (kerb) dipasang lis

dari baja siku untuk penguat trotoar dari pengaruh gesekan dengan roda kendaraan

C.Lantai trotoar

Lantai trotoar adalah lantai tepi dari pelat jembatan yang berfungsi menahan

beban-beban yang terjadi akibat tiang sandaran, pipa sandaran, beban trotoar,

dan pejalan kaki.

D.Lantai kendaraan

Lantai kendaraan berfungsi untuk memikul beban lalu lintas yang melewati

jembatan serta melimpahkan beban dan gaya-gaya tersebut ke gelagar memanjang

melalui gelagar-gelagar melintang. Pelat lantai dari beton ini mempunyai ketebalan

total 20 cm.

E.Balok diafragma

Balok diafragma merupakan pengaku dari gelagar-gelagar memanjang yang tidak

memikul beban pelat lantai dan diperhitungkan seperti balok biasa.


F.Gelagar

Gelagar merupakan balok utama yang memikul beban dari lantai kendaraan

maupun kendaraan yang melewati jembatan tersebut, sedangkan besarnya balok

memanjang tergantung dari panjang bentang dan kelas jembatan.

2) Bangunan bawah jembatan


Bangunan bawah pada umumnya terletak di sebelah bawah bangunan atas. Fungsinya

menerima/memikul beban beban yang diberikan bangunan atas dan kemudian

menyalurkannya ke fondasi. Yang termasuk dalam bangunan bawah jembatan, yaitu:

A.Kepala jembatan (abutment)

Bagian bangunan pada ujung-ujung jembatan, selain sebagai pendukung bagi

bangunan atas juga berfungsi sebagai penahan tanah. Bentuk umum abutment

yang sering dijumpai baik pada jembatan lama maupun jembatan baru pada

prinsipnya semua sama, yaitu sebagai pendukung bangunan atas, tetapi yang

paling dominan ditinjau dari kondisi lapangan seperti daya dukung tanah dasar

dan penurunan (seatlement) yang terjadi. Adapun jenis abutment ini dapat dibuat

dari bahan seperti batu atau beton bertulang dengan konstruksi seperti dinding atau tembok.

B.Pelat injak

Pelat injak adalah bagian dan bangunan jembatan bawah yang berfungsi untuk

menyalurkan beban yang diterima di atasnya secara merata ke tanah di bawahnya

dan juga untuk mencegah terjadinya defleksi yang terjadi pada permukaan jalan.

C.Fondasi

Fondasi adalah bagian dan jembatan yang tertanam di dalam tanah. Fungsi dari

fondasi adalah untuk menahan beban bangunan yang berada di atasnya dan
meneruskannya ke tanah dasar, baik ke arah vertikal maupun ke arah horizontal.

Dalam perencanaan suatu konstruksi atau bangunan yang kuat, stabil, dan ekonomis,

perlu diperhitungkan hal-hal sebagai berikut:

(1) Daya dukung tanah serta sifat-sifat tanah.

(2) Jenis serta besar kecilnya bangunan yang dibuat.

(3) Keadaan lingkungan lokasi pelaksanaan

(4) Peralatan yang tersedia.

(5) Waktu pelaksanaan yang tersedia.

D.Dinding sayap (wing wall)

Dinding sayap adalah bagian dan bangunan bawah jembatan yang berfungsi untuk menahan tegangan

tanah dan memberikan kestabilan pada posisi tanah terhadap jembatan.

E.Landasan/perletakan

Landasan jembatan adalah bagian ujung bawah dari suatu bangunan atas yang

berfungsi menyalurkan gaya-gaya reaksi dari bangunan atas kepada bangunan

bawah. Menurut fungsinya dibedakan menjadi dua, yakni landasan sendi (fixed

bearing) dan landasan gerak (movable bearing).

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai