Anda di halaman 1dari 5

CASE REPORT DRUG ABUSE

ANTI DEPRESAN, OBAT STIMULAN DAN HALUSINOGEN

KELOMPOK 4
Afrida Dwie R. A

125070507111006

Rizki Rian Chairulita

125070507111009

Kimiko Hikari Zuhria

125070507111010

Talitha Puspakencana A.

125070507111008

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015

Case Report
Seorang laki-laki berusia 54 tahun, diketahui memiliki bronchial asthma (mild) yang
terkontrol dengan inhaler albuterol, dibawa ke IGD oleh keluarganya 3 jam setelah onset tekanan
seperti nyeri dada, dimana terasa dari central hingga ke lengan tangan kiri. Pasien diketahui
mengkonsumsi ampfetamin oral 7 jam sebelum kejadian. Pasien mengatakan bahwa nyeri dada
yang dirasakan tidak menurun dan tidak meningkat. Nyeri yang dirasakan berhubungan dengan
nafas pendek, mual dan muntah. Pasien tidak memiliki riwayat palpitasi, batuk, wheezing,
abdominal pain atau back pain. Dia juga tidak memiliki riwayat dengan symptom yang sama
sebelumnya, seperti penyakit jantung iskemik, DM, hipertensi, hiperlipidemia atau fibrilasi atrial.
Tidak memiliki riwayat keluarga dengan symptom yang sama atau coronary artery disease. Dia juga
tidak dalam masa pengobatan apapun. Tidak memiliki alergi. Dia merokok 1 pack/hari lebih dari 10
tahun. Terkadang dia menggunakan tablet amfetamin dan tidak minum alcohol (Khatab and Shujaa,
2013).
Pada saat masuk RS, TD 137/94 mmHg, HR 77 beat/menit, RR 17/menit, suhu oral 37.2 OC
dan saturasi O2 99% pada suhu ruang. 12-lead electrocardiogram memeperlihatkan ritme regular
sinus (79/menit) dan T-wave inverted lead I, avL (V4-V6). Pasien tidak memiliki data EKG, echo,
stress atau pun profil lipd sebagai perbandingan karena sedikitnya simptomp yang dialami. . Data
laboratoriu mmenunjukkan total creatine kinase (CK) tingkat 1.759 IU / L, tingkat CK-MB 87U / L,
dan tingkat troponin-I 13,38 ng / mL, skrining tes toksik urine positif amfetamin (Khatab and
Shujaa, 2013).
Berdasarkan riwayat pasien, aktivitas fisik dan ivestigasi, diagnosis dari non-ST elevation
myocardial infarction (NSTEMI) telah dibuat. Pasien diberikan aspirin kunyah 324 mg, clopidogrel
300 mg per oral, morfin sulfat 2 mg IV setiap 10 menit apabila dibutuhkan, heparin subkutan BM
rendah 60 mg (1mg/kg) setiap 12 jam, dan nitrogliserin infuse (10-20g/min). Pasien mulai
mengalami nyeri angina yang semakin memburuk dan tidak merespon pengobatan. Namun, tidak
ada perubahan EKG dari tes sebelumnya. Ahli jantung memutuskan untuk melakukan intervention
coronary percutaneous (PCI) dengan memulai sekitar 11 jam presentasi kunjungan ke ruang gawat
darurat. Arteriografi koroner menunjukkan 100% stenosis sibagian proksimal dengan beban
gumpalan besar di arteri koroner LCX. Pada akhirnya, inflasi stent digunakan dengan hasil yang
sangat baik (Khatab and Shujaa, 2013).
Dia sudah keluar dari rumah sakit setelah 1 minggu dengan perintah meminum baby
aspirin per oral 1 kali sehari dan clopidogrel 75 mg p.o sehari sekali selama 6 bulan. Tambahan,
untuk asma bronchial yang sudah diatasi dan dianjurkan untuk ke klinik jantung setelah 1 minggu.

Sebagai follow-up, tekanan darah, profil lipid dan gula darah puasa dalam rentang normal (Khatab
and Shujaa, 2013).
Diskusi
Secara umum masalah kardiovaskular terkait dengan penggunaan amfetamin. Namun,
sebagian besar kasus dan studi populasi dalam literature mengenai Acute Myocard Infarc (AMI)
akibat obat telah diidentifikasi pada pasien laki-laki muda yang mengalami tingkat ST tinggi dan
vasospasma di anterior kiri turun ke arteri dan /atau arteri koroner kanan. Yang unik dari kasus ini
adalah usia pasien yang sudah berusia 54 tahun, sangat jelas faktor kontribusi dari AMI dan
lokasinya. Sebagai pengetahuan, tidak ada publikasi mengenai NSTEMI akibat amfetamin dengan
selective thrombosis dari LCX dan sangat sedikit yang fokus pada penyalahgunaan amfetamin oral
pada orang dewasa. Berdasarkan studi observasi berdasarkan populasi, penyalahgunaan amfetamin
berkontribusi AMI pada orang yang berusia 18-44 tahun, tetapi tidak kejadian yang dialamatkan
pada usia diatas 44 tahun. Studi lain dari frekuensi symptoms koroner akut akibat penggunaan
amfetamin pada pasien dengan usia 32-48 tahun. Pada pasien ini terlihat unik diantara literatur
berdasarkan symtomp koroner akibat penggunaan amfetamin (Khatab and Shujaa, 2013).
Selain itu, kurangnya vasospasma dan adanya thrombosis pada kasus termasuk langka,
karena pada literature yang didapatkan tidak ada. Mekanisme dari MI akibat obat biasanya
dikaitkan dengan spasma koroner. Pengecualian dalam literature adalah kasus pasien laki-laki muda
yang mana MI akut dan dilakukan test positif terhadap amfetamin. Arteriogram menunjukkan
thrombosis akut, tetapi awal dari PCI tidak membantu dan akhirnya pasien meninggal. Pasien pada
kasus ini beruntungnya masih hidup. Sebagai tambahan, beberapa kasus AMI akibat obat
menunjukkan ST-segmen elevation, sebagai contohnya seorang laki-laki muda yang dibawa ke
ruang gawat daruray dengan nyeri dada setelah minum captagod dan menunjukkan ST elevation
karena penyempitan dibagain proksimal pada arteri left anterior descending (LAD). Namun, oklusi
LCX, seperti dalam kasus ini, biasanya tidak mengakibatkan segmen ST tinggi (Khatab and Shujaa,
2013).
Sementara oklusi LCX biasanya NSTEMI, sangat jarang masalah kardiovaskular di
kalangan pengguna amfetamin yang berlokasi di arteri LCX di tempat pertama. Secara kontras,
kasus penyempitan pada arteri LAD dan arteri koroner kanan akibat penggunaan amfetamin tidak
biasa. Pada kasus langka, skrining arteri LCX menunjukkan thrombosis, tetapi sekunder untuk
thrombosis pembesaran arteri LAD. Alasan yang mendasari jarangnya thrombosis LCX dari
penggunaan amfetamin masih spekulasi, tetapi kemungkinan berhubungan dengan usia dan sudah
memiliki masalah kardiovaskular. Pemaparan amfetamin mungkin trigger oklusi thrombotic AMI

pada multiple plak yang rentan (vulnerable), pada saat banyaknya penyalahguna amfetamin adalah
anak-anak muda yang mana memiliki kerentanan yang rendah pada arteri LCX. Karena adanya
faktor unik mengenai usia lanjut, mekanisme MI dan lokasi dari permasalahan menjadi sesuatu
yang menarik untuk AMI akibat penggunaan amfetamin untuk rentang pemahaman penanganan
permasalahan kardiovaskular pada IGD (Khatab and Shujaa, 2013).
Berdasarkan FDA, amfetamin memiliki resiko yang tinggi untuk disalahgunakan,
penggunaan amfetamin untuk jangka waktu yang lama dapat menyebabkan ketergantungan dan
harus dihindari. Penyalahgunaan amfetamin kemungkinan menyebabkan kematian mendadak
(sudden attack) dan efek samping kardiovaskulas yang serius.
Saat ini penyalahgunaan amfetamin merupakan masalah yang universal dan biasanya pada
populasi anak muda. Meskipun demikian, pengguaan narkoba pada orang dewasa biasanya tidak
terlihat dan diabaikan, tetapi penggunaanya meningkat. Salah satu contohnya pada kasus diatas
dimana penggunaan amfetamin pada pria dengan usia 54 tahun dimana menyebabkan angina chest
pain setelah menggunakan amfetamin (Khatab and Shujaa, 2013).
Seperti nama obatnya, obat simpatomimetik seperi amfetamin bekerja dengan
mengaktifkan sistem saraf simpatik. Akibatnya, detak jantung meningkat dan supply oksigen
menurun, menyebabkan permintaan oksigen ke jantung meningkat. Masalah kardiovaskular seiyd
biasanya terjadi lebih banyak pada pengguna pria dari pada wanita, meskipun sindrom koroner akut
penggunaan amfetamin jarang terjadi. Review dari 220 artikel melaporkan aktivasi dari sistem saraf
simpatomimetik karena penggunaan amfetamin dapat menyebabkan myocardial infarc (MI)
sekunder hingga vasospasme koroner, dan menyimpulkan induksi vasospasme koroner adalah
mekanisme yang mendasari hubungan amfetamin terkait MI akut. Supply darah menuju jantung
terjadi selama fase diastolic pada siklus jantung tidak seperti organ lain yang medapatkan suplai
darah selama fase sistolik dari siklus jantung (Khatab and Shujaa, 2013).
Kesimpulan
Terlepas dari usia atau jenis kelamin pasien, pertanyaan yang menanyakan tentang
penggunaan obat stimulant sangat penting dengan presentasi angina chest pain. Penyalahgunaan
obat tidak hanya untuk laki-laki muda tapi laki-laki yang lebih tua dan juga wanita yang
susceptible, dan dapat memiliki respon yang unik untuk penyalahgunaan amfetamin. Dalam hal ini,
penyalahgunaan amphetamine menyebabkan iskemia miokard karena pembentukan bekuan darah
(Khatab and Shujaa, 2013).

DAFTAR PUSTAKA
Khattab, Eyad and Asaan Shujaa. Amphetamine abuse and acute thrombosis of left circumflex
coronary artery. International Journal of Case Reports and Images, Vol. 4 No. 12,
Desember 2013, page 698-701.
Food and Drug Administration (FDA), 2006. www.fda.gov.

Anda mungkin juga menyukai