PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Asma merupakan penyakit inflamasi kronis saluran napas yang
ditandai dengan Mengi episodik, batuk, dan sesak di dada akibat
penyumbatan saluran napas. Dalam 30 tahun terakhir prevalensi asma
terus meningkat terutama di negara maju. Peningkatan terjadi juga di
negara-negara Asia Pasifik seperti Indonesia. Studi di Asia Pasifik
baru-baru ini menunjukkan bahwa tingkat tidak masuk kerja akibat
asma jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di Amerika Serikat dan
Eropa.
Hampir separuh dari seluruh pasien asma pernah dirawat di rumah
sakit dan melakukan kunjungan ke bagian gawat darurat setiap
tahunnya. Hal tersebut disebabkan manajemen dan pengobatan asma
yang masih jauh dari pedoman yang direkomendasikan
Global
(Medan,
Palembang,
Jakarta,
Bandung,
Semarang,
konsistensi
di
departemen
penyakit
dalam,
Fakultas
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Defenisi Asma Bronkial
Asma bronkial adalah peningkatan responsivitas bronkus terhadap
berbagai stimulus, bermanifestasi sebagai penyempitan jalan nafas yang
meluas yang keparahannya berubah secara spontan maupun sebagai akibat
pengobatan.
Ciri khas dari utama asma bronkial adalah :
Penyempitan jalan nafas dan aliran udara yang terganggu, umumnya
reversibel secara spontan atau setelah pengobatan
Peningkatan sensitivitas terhadap stimulus yang menyebabkan
bronkokonstriksi.
Peningkatan jumlah sel inflamasi
>
populasi
pengobatan.Bersamaan
dengan
mungkin
simtomatik
prevalensi
yang
dan
mendapat
meningkat
terjadi
tersebut lebih kurang sama dan pada masa menopause perempuan lebih
banyak daripada laki-laki. Umumnya prevalensi asma anak lebih tinggi dari
dewasa, tetapi ada juga yang melaporkan prevalensi dewasa lebih banyak
dari anak-anak . Di Indonesia prevalensi asma berkisar antara 5-7 %.
2.3 Etiologi Asma Bronkial
Asma intrinsik
Terjadi pada pasien yang tidak memiliki riwayat alergi
mugkin dipicu oleh infeksi saluran pernafasan atas atau psikologis
Asma ekstrinsik
Ditimbulkan oleh pemaparan terhadap alergen misanya
tungau, alergen kucing, bahan-bahan kimia industri.
Asma yang diinduksi oleh olahraga
Paling sering tampak pada remaja, bermanifestasi dalam
bentuk bronkospasme setelah dimulainya olahraga dan membaik
setelah olahraga dihentikan.
Asma yang diinduksi oleh obat
Seringkali disebabkan oleh penggunaan obat-obatan anti
inflamasi non steroid, penghambat beta, serta makanan dan minuman
tertentu.
1. Faktor Genetik
a. Atopi/alergi
Hal yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya. Penderita dengan penyakit
alergi biasanya mempunyai keluarga dekat yang juga alergi. Dengan
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit
asma bronkial jika terpajan dengan faktor pencetus.
b. Hipereaktivitas bronkus
Saluran napas sensitif terhadap berbagai rangsangan alergen
maupun iritan.
c. Jenis kelamin
Pria merupakan risiko untuk asma pada anak. Sebelum usia
14 tahun, prevalensi asma pada anak laki-laki adalah 1,5-2 kali
dibanding anak perempuan. Tetapi menjelang dewasa perbandingan
d. Ras/etnik
e. Obesitas
Obesitas atau peningkatan Body Mass Index (BMI),
merupakan faktor risiko asma. Mediator tertentu seperti leptin dapat
mempengaruhi fungsi saluran napas dan meningkatkan kemungkinan
terjadinya asma. Meskipun mekanismenya belum jelas, penurunan
berat badan penderita obesitas dengan asma, dapat memperbaiki
gejala fungsi paru, morbiditas dan status kesehatan.
2. Faktor Lingkungan
3. Faktor Lain
a. Alergen makanan
Contoh: susu, telur , udang, kepiting, ikan laut, kacang tanah,
coklat, kiwi, jeruk, bahan penyedap pengawet, dan pewarna
makanan.
g. Exercise-induced asthma
Pada penderita yang kambuh asmanya ketika melakukan
aktivitas/olahraga tertentu. Sebagian besar penderita asma akan
mendapat serangan jika melakukan aktivitas jasmani atau olahraga
yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma.
Serangan asma karena aktivitas biasanya terjadi segera setelah
selesai aktivitas tersebut.
h. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin
sering mempengaruhi asma. Atmosfer yang mendadak dingin
merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Serangan
kadang-kadang berhubungan dengan musim, seperti: musim
hujan,
musim
kemarau,
musim
bunga
(serbuk
sari
beterbangan).
2.5 Patogenesis
10
11
bronkokonstriksi,
lendir,
dan
edema
aktivasi
bronkus,eksudasi
sel-sel
plasma,
inflamasi.1,3-6
12
vital
berikut
ini
13
sangat
melemah.Pemeriksaan
foto
dada
menunjukkan
hiperinflasi.
Gagal jantung kiri akut
Dulu disebut dengan asma cardial, dan bila timbul malam hari
disebut paroxysmal nocturnal dyspnoe. Pasien sesak pada
malam hari dan menghilang atau berkurang bila duduk. Pada
pemeriksaab fisik ditemukan kardiomegali dan oedem paru.
2.8 PENGOBATAN
ASMA
ASMA PERSISTEN
INTERMITEN
RINGAN
BERAT
RINGAN
Agonis 2
Mungkin
PERSISTENT
SEDANG
Dianjurkan
Dapat
kerja
diperlukan
penggunaan
digunakan
singkat
obat-obatan
obat-obatan
pengobatan
secara
inhalasi jika
diperlukan
harian.
Dapat
harian.
Dapat
harian dengan
kortikosteroid
digunakan
digunakan
dosis
kortikosteroid
kortikosteroid
secara
inhalasi dosis
inhalasi dosis
inhalasi
rendah
ditambah
rendah
Juga
dapat
dois
atau
sedang
tinggi
dengan
digunakan
ditambah
kromolin atau
agonsi
dengan
nedokromil.
Asma
ini
kerja panjang
agonis
dapat dengan
cepat
secara
kerja panjang
inhalasi
secara
ditambah
15
diredakan
inhalasi atau
dengan
dengan
kortikosteroid
menggunakan
panjang
agonis
secara
kerja singkat
secara
inhalasi
kerja
jangka
per
oral.
Agonis
panjang
(
kerja singkat
secara
inhalasi dapat
metil-
prednisolon,
prednisolon,
prednison)
Agonis
2
digunakan
kerja singkat
secara
untuk
inhalasi dapat
meredakan
digunakan
asma dengan
cepat.
untuk
meredakan
asma dengan
cepat.
Rehabilitasi
pulmonal
diindikasikan
untuk
penderita
yang
mengalami
insufisiensi
respirasi yang
signifikan.
16
Xantin
Inhalasi
Inhalasi oral IV
Kerja singkat
ipratropium
bromida.
Salbutamol,terbutalin, fenoterol.
Aminofilin
Kerja lama
Enfropilin
Efek
Salmeterol, formoterol
Tremor
samping
otot,takikardi,palpitasi,hipokalemia.
Rasa pahit
nyaman
diabdomen,diuresis,
aritmia jantung.
Tipe
Kortikosteroid
Inhalasi
Beklometason
proprionat,flutikason
proprionat,budesonid.
Cromon
Inhalasi
Natrium
kromoglikat
antileukotrin
Oral
Antagonis reseptor
Montelukast,pranlu
17
Oral
kast
Inhibitor
Prednison,prednisolon
lipooksigena
Intravena
se : zileuton
Hidrokortison
Metilprednisolon
Efek
Jarang
Inhalasi
samping
Kandidiasis
tenggorok
oral,suara
iritasi Tidak
dengan signifikan
inhalasi buruk
ini.
serak,batuk
Oral dan dosis tinggi
Retardasi
pertumbuha,memar,osteoporo
sis,hipertensi.
18
ada
sejauh
mengakibatkan
penyakit
obstruktif
kronik,
gagal
19
BAB III
KESIMPULAN
Asma bronkial adalah peningkatan responsivitas bronkus terhadap
berbagai stimulus, bermanifestasi sebagai penyempitan jalan nafas yang
meluas yang keparahannya berubah secara spontan maupun sebagai akibat
pengobatan.
Dalam menegakkan diagnosa penyakit asma bronkial ini melalui
anamnesa ditambah lagi dengan lakukan pemeriksaan fisik untuk
memperkuat diagnosa dan pemeriksaan lanjutan.
Penyakit ini dapat sembuh tetapi besar kemungkinan dapat kambuh
kembali tergantung faktor pencetusnya.
20
REFERENSI
1. Ward J, Ward J, Leach R.M. At a Glane Sistem Respirasi
Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga, 2007; hal : 55-56.
2. Saputra L. Ilmu Penyakit Dalam. Tanggerang : Binarupa
Aksara : hal 316-317
3. Price S.A, Wilson L.M. Patofisiologi Konsep Klinis prosesproses Penyakit. Jakarta : EGC, 2006 ; hal :784-785
4. Guyton A.C. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta : EGC ;
hal: 555
5. Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia.
Panduan Pelayanan Medik.2008; hal 291-293
6. Sundaru H, Sukamto. Asma bronkial. Jakarta ;hal ; 404-408.
21