Disusun oleh :
Priscila Ratna Suprapto
11.2013.295
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Kepaniteraan neurologi
Rumah Sakit Bhakti Yudha
2015
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
RS BHAKTI YUDHA
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. A
Umur
: 46 Tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Status perkawinan
: menikah
Pendidikan
Pekerjaan
: Karyawan swasta
Dirawat diruang
: Cattelya B
Tanggal masuk
: 19-03-2015
II. SUBJEKTIF
Auto dan allo anamnesis, tanggal :
Keluhan utama : Nyeri pinggang kanan dan kiri sejak 1 minggu lalu.
Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan diantar oleh istri dan berjalan dengan dibantu oleh istrinya
mengeluhkan merasakan nyeri pinggang bawah + sejak 1 minggu yang lalu sebelum masuk
rumah sakit. Nyeri dirasakan tajam dan terlokalisir di pinggang bawah. Namun nyeri
dirasakan semakin memberat sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit saat pasien bersin.
Nyeri tajam dirasakan menjalar ke paha kanan dan kiri bagian belakang, tungkai bawah
hingga jari-jari kaki kanan. Pasien juga mengeluhkan bahwa nyeri dalam 1 minggu ini sudah
menggangu aktivitas. Nyeri dirasakan semakin berat saat pasien melakukan perubahan posisi
(tidur ke duduk atau duduk ke berdiri), saat batuk, mengedan, dan bersin. Nyeri dirasakan
berkurang dengan posisi berbaring disertai posisi kaki yang ditekuk. Pasien mengatakan tidak
ada riwayat trauma sebelumnya.
Riwayat penyakit keluarga
-
Riwayat Hipertensi
Riwayat Diabetes Mellitus
Riwayat Penyakit Jatung
Riwayat Stroke
Tuberkulosis
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
: (-)
Status presens
a
Kesadaran
: Compos Mentis
GCS
: E4V5M6
TD
: 120/80 mmHg
Nadi
: 82x / menit
Pernafasan
: 24x / menit
Suhu
: 36,5oC
Kepala
i Mata
ikterik,simetris, pupil isokor, bulat, 3mm/ 3mm, RCL +/+ RCTL +/+
j. Tenggorokan
: Tidak di periksa
k. Leher
l. Dada
Jantung
m.Perut
n. Kelamin
o. Ekstremitas
Status psikikus
Cara berpikir
b Perasaan hati
d Ingatan
Tingkah laku
Kecerdasan
Status neurologikus
a
Kaku kuduk
Laseque
Kernig
Brudzinski I
: negatif
: positif
: positif
: Negatif
d. Neurologis
Pemeriksaan Saraf Kranialis
i
ii
iii
Tajam penglihatan
tidak dilakukan
Pengenala warna
tidak dilakukan
Lapang pandang
tidak dilakukan
Fundus okuli
tidak dilakukan
kiri
Nervus Okulomotorius (N. III), Nervus Trochlearis (N. IV), Nervus Abducens
(N. VI)
Kanan
kiri
Kelopak mata
normal
normal
normal
normal
Gerakan mata :
Superior
inferior
normal
medial
normal
normal
endolftalmus
tidak ada
tidak ada
eksolatmus
tidak ada
tidak ada
Pupil
Diameter
Bentuk
Posisi
Reflex cahaya langsung
Reflex cahaya tak langsung
Strabismus
Nistagmus
3mm
bulat isokor
sentral
+
+
-
3mm
bulat isokor
sentral
+
+
-
N. trochlearis:
Gerak mata ke lateral
Bawah
normal
normal
normal
normal
Strabismus
Diplopia
N.trigeminus:
Reflex kornea
tidak dilakukan
N. abdusens:
Gerakan mata kelateral
Strabismus divergen
Diplopia
iv
normal
normal
normal
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Mengerutkan dahi
Kerutan kulit dahi
Menutup mata
Lipatan nasolabial
Sudut mulut
Meringis
Memperlihatkan gigi
Bersiul
Kanan
Tidak dilakukan
Kerutan (+)
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Kiri
Tidak dilakukan
Kerutan (+)
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak ada kelainan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Test Rinne
Test Weber
Test Shwabach
vi
Tidak dilakukan
Kanan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Kiri
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Arkus faring
Menelan
viii
Tidak dilakukan
Tidak ada kelainan
ix
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak ada kelainan
Badan
a
Motorik
i Respirasi
ii Duduk
: normal
Sensibilitas
Taktil : Tidak dilakukan
Motorik
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Atrofi
b Sensibilitas
Taktil
Nyeri
Termi
Diskriminasi
Lokalisasi
Kanan
Tidak ditemukan kelainan
Kiri
Tidak
Normal
Normotonus
-
kelainan
Normal
Normotonus
-
ditemukan
Kanan
Tidak dilakukan
+
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
-
Kiri
Tidak dilakukan
+
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
-
Kanan
Terbatas
Normal
Normotonus
-
Kiri
Terbatas
Normal
Normotonus
-
Motorik
Pergerakan
Kekuatan
Tonus
Atrofi
b Sensibilitas
Taktil
Nyeri
Termi
Diskriminasi
Lokalisasi nyeri
4
Kanan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Kiri
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Kanan
Refleks Fisiologis
+
Kiri
Refleks
Biceps
Triceps
Patella
Achilles
Dinding perut superfisialis
Dinding perut Dalam
Kremaster
+
++
++
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Refleks Patologis
-
Hoffman-Trommer
Babinski
Chaddock
Schaffer
Oppenheim
+
+
+
Brudzinki I
Brudzinki II, III
Tes lasegue
Kernig
Patrick
Kontrapatrick
+/+
d. Alat vegetatif
Miksi
Defekasi
: Normal
: Normal
Hasil
Satuan
Nilai normal
Hemoglobin
15,8
g/dl
12-18
Leukosit
9,9
ribu/mm3
5-10
Hematokrit
43
38-47
Trombosit
261
Ribu/mm
150-450
LED
15
mm/jam
<20
MCV
86,2
fL
82-92
MCH
31,4
pg
27-42
MCHC
36,5
g/dl
34-45
HEMATOLOGI
Diff:
Basofil
0-1
Eusinofil
0*
1-3
Neutrophile stab
0*
3-5
Neutrophile segmen
65,7*
54-62
Lymphosyte
21,9*
25-33
Monosyte
12,4*
3-7
Ureum
17
mg/dl
10-50
Kreatinin
mg/dl
0,5 1,5
KIMIA DARAH
ke berdiri), saat batuk, mengedan, dan bersin. Nyeri dirasakan berkurang dengan posisi
berbaring disertai posisi kaki yang ditekuk.
Objektif: Dari pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis GCS 15 (E4M6V5),
tekanan darah 120/80 mmHg, suhu 36,5c, nadi 82 x/menit, nafas 24 x/menit. Refleks cahaya
langsung dan tidak langsung kanan kiri normal . Pupil isokor, bulat, 3mm/3mm, anggota
gerak bagian bawah gerakan terbatas,normotonus, dan tidak ada atrofi. Refleks fisiologis
patella dextra dan achilles dextra meningkat, yang lain dalam batas normal. Refleks patologis
(-), Tanda rangsal meningeal laseque <70o dextra dan sinistra, tanda kernig (+), patrick (+),
kontrapatrick (+).
Pada pemeriksaan penunjang, hasil dari laboratorium darah ditemukan adanya kelaianan pada
diff count.Dari hasil foto rotgen lumbo-sacral didapatkan kesan Sesuai gambaran spondylosis
lumbalis suspect HNP, L.IV-V dan L.V-S.I
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis Klinik
Diagnosis Topis
Diagnosis Patologis
: Kompresi Radiks
Diagnosis Etiologik
VII. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
1. Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit, kemungkinan penyebab dan
pilihan terapi
2. Fisioterapi
3. Menyarankan untuk dilakukan MRI
Medikamentosa
1. IVFD RL + ketorolac 1amp/12 jam
2. Gabapentin 3x100mg
3. Paracetamol 300 mg/ tramadol 25 mg/ Amitriptilin 5 mg/ Myobat 1 tablet
4. Metilprednisolon 2x6,2mg
5. Ranitidin 2x1
IX.PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad bonam
Ad functionam
: dubia ad bonam
Ad sanationam
: dubia
IX. FOLLOW UP
20 Maret 2015
Subjektif
Nyeri pinggang kanan dan kiri (+) tetapi
sudah makin berkurang
21 Maret 2015
Subjektif
Nyeri pinggang kiri menjalar ke paha
semakin berkurang. Nyeri saat berdiri
Objektif
TD : 120/80
N : 86 x/m
RR : 22 x/m
S : 36,8
Motorik superior : 5555 5555
Motoric inferior : 4444 4444
Refleks fisiologis : bicep +/+
Tricep +/+
Patella ++/+
Achilles ++/+
Reflex patologis : Nervus kranialis : dbn
Objektif
TD : 120/80
N : 80 x/m
S : 36,5
RR : 20x/m
Motoric superior : 5555 5555
Motoric inferior : 5555 5555
Reflex fisiologis : bicep +/+
Tricep +/+
Patella ++/+
Achilles ++/+
Reflex patologis : Nervus kranialis : dbn
Assessment
LBP et causa HNP
Plan :
- IVFD RL + 1 Amp Ketorolac/ 12 jam
- Inj. Methylprednisolon 2 x 62,5 mg
IV
- Paracetamol 300mg/ tramadol 25mg/
Amitriptilin 50mg/ Myobat 1 tab- 2x
1
- Ranitidine 2 x 1 amp IV
Assessment
LBP et causa HNP
Plan :
- Rawat jalan, kontrol tanggal 23
Maret 2015
- Paracetamol 300mg/ tramadol 25mg/
Amitriptilin 50mg/ Myobat 1 tab- 2x
1
- Ranitidine 2x1
diberi
nama
sesuai
lokasi
yang
1.
2.
3.
1. Pekerjaan dan aktivitas: duduk yang terlalu lama, mengangkat atau menarik barangbarang berta, sering membungkuk atau gerakan memutar pada punggung, latihan fisik
yang berat, paparan pada vibrasi yang konstan seperti supir.
2. Olahraga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih, latihan yang
berat dalam jangka waktu yang lama.
3. Merokok. Nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu kemampuan diskus untuk
menyerap nutrien yang diperlukan dari dalam darah.
4. Berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat menyebabkan
strain pada punggung bawah.
Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga
proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot, yang
selanjutnya dapat menimbulkan iskemia. Nyeri yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi
pada jaringan dengan terlibatnya berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang
diakibatkan lesi primer pada sistem saraf. Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat
menyebabkan 2 kemungkinan. Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus
saraf yang kaya nosiseptor dari nervi nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri
dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut saraf misalnya
karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini
terjadi perubahan biomolekuler di mana terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya.
Penumpukan ini menyebabkan timbulnya rangsang mekanik panas
Umur: 20 55 tahun
Nyeri mekanik
Nyeri menyebar sampai di bawah lutut, tidak hanya pada paha bagian belakang
NPB yang disebabkan oleh penyakit spinal yang serius (red flags)6
-
Kelainan patologik spinal yang serius antara lain keganasan tulang vertebra,
radang spinal dan sindrom kauda equina. Red flags adalah gejala dan tanda yang
dapat menunjukkan kemungkinan adanya suatu kondisi patologis spinal yang
serius. Berikat merupakan kriteria red flags:6
Memiliki penyakit kencing manis atau penyakit lain yang menurunkan daya
tahan tubuh
Yellow flags adalah faktor yang meningkatkan risiko untuk berkembangnya kondisi nyeri
kronik dan disabilitas jangka panjang. Faktor yang berhubungan dengan pekerjaan, stres
psikososial, mood yang depresif, beratnya nyeri dan pengaruh ke fungsional, episode nyeri
pinggang sebelumnya, dan harapan pasien.7
D. Penegakan Diagnosis
a. Anamnesis
Pada anamesis didapatkan nyeri diskogenik yang akan bertambah berat apabila duduk,
membungkuk, batuk, bersin atau kegiatan yang dapat meningkatkan tekanan dari intradiscal.
Lalu diperhatikan kapan mulai timbulnya keluhan, bagaimana mulai timbulnya keluhan,
lokasi nyeri, sifat nyeri, kualitas nyeri, apakah nyeri yang diderita diawali kegiatan fisik,
faktor yang memperberat atau memperingan, ada riwayat trauma sebelumnya dan apakah ada
keluarga penderita penyakit yang sama. Perlu juga ditanyakan keluhan yang mengarah pada
lesi saraf seperti adanya nyeri radikuler, riwayat gangguan miksi, lemah tungkai dan adanya
saddle anestesi.8
b. Pemeriksaan Fisik
1. Posisi berdiri:
a. Perhatikan cara penderita berdiri dan sikap berdirinya.
b. Perhatikan bagian belakang tubuh: adakah deformitas, gibus,
skoliosis, lordosis lumbal (normal, mendatar, atau hiperlordosis),
pelvis yang miring tulang panggul kanan dan kiri tidak sama tinggi,
atrofi otot.
c. Derajat gerakan (range of motion) dan spasmus otot.
d.
b.
3. Posisi berbaring :
a. Perhatikan cara penderita berbaring dan sikap berbaringnya.
b. Pengukuran panjang ekstremitas inferior.
c. Pemeriksaan abdomen, rektal, atau urogenital.
4. Pemeriksaan neurologik,
a
b
c
d
Pemeriksaan sensorik
Pemeriksaan motorik : dicari apakah ada kelemahan, atrofi atau
fasikulasi otot
Pemeriksaan tendon
Pemeriksaan yang sering dilakukan
1. Tes untuk meregangkan saraf ischiadikus (tes laseque)
2. Tes untuk menaikkan tekanan intratekal (tes Nafzigger,
tes Valsava)
3. Tes Patrick dan Tes Contra Patrick
4. Tes Distraksi dan Tes Kompresi8
b. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Elekrofisiologik
-
Pemeriksaan Radiologi
-
Foto
polos:
Tidak
direkomendasikan
untuk
evaluasi
rutin
NPB.
stenosis spinal, pemeriksaan MRI atau CT Spinal hanya disarankan pada pasien
yang merupakan kandidat untuk tindakan operasi.6,8
MRI dapat menggambarkan jaringan lunak dan sangat membantu dalam
diagnosis sindrom cauda equina. MRI dengan kontras gadolinium pada daerah
lumbosakral adalah pemeriksaan diagnostik pilihan untuk mencari kelainan
patologi di conus medullaris dan cauda equina.9
Pemeriksaan Laboratorium8
- Laju endap darah, darah perifer lengkap, C-reactive protein (CRP), faktor
rematoid, alkali fosfatase/asam, kalsium (atas indikasi)
Kausa Utama
Trauma tembus,
Sequard
kompresi
syndrome)
ekstrinsik
Sindroma Spinalis
Cedera yang
Anterior
menyebabkan
HNP pada T4-6
Sindroma Spinalis
Hematomielia,
Sentral Servical
traua spinal
(fleksi-ekstensi)
Sindroma Spinalis
Trauma, infark
Posterior
arteri spinalis
posterior
Sindroma konus
Trauma lower
medularis
sacral cord
kontralateral
Gangguan proprioseptif (raba dan tekan)
ipsilateral
Paresis LMN setinggi lesi, UMN dibawah
lesi
Dapat disertai disosiasi sensibilitas
Gangguan
eksteroseptif,
proprioseptif
normal
Disfungsi sfingter
Paresis lengan > tungkai
Gangguan
sensorik
bervariasi
ada atrofi
Gangguan
sensorik
saddle
anesthesia,
sensibilitas
Nyeri jarang, relative ringan, simetris,
Sindroma Cauda
Equina
lumbosacral
sensibilitas (-)
Nyeri menonjol,
radicular, asimetris
Gangguan reflex bervariasi
Gangguan sfingter timbul lambat, jarang
hebat,
timbul
dini,
E. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
OAINS dapat membantu mengurangi nyeri yang dirasakan oleh pasien. OAINS
yang dapat dipilih adalah bergantung pada dosis yang akan digunakan dan harga
yang akan diberikan. Apabila nyeri dirasakan sangat menyiksa, dapat diberikan
analgesic steroid untuk mengurangi rasa nyeri dengan cepat.
Contoh obat anti inflamasi non steroid yang dapat diberikan adalah:
1. Calecoxib
2. Ibuprofen
3. Naproxen
4. Ketoprofen
Selain diberikan terapi obat dapat juga dilakukan terapi bedah. Terapi bedah yang
dapat dilakukan apabila terjadi herniasi diskus intravertebralis adalah
microdiscectomy dan laminotomy
NPB kronik: Anti konvulsan
(Pregabalin,
gabapentin,
karbamazepin,
pregabalin dan celecoxib lebih efektif menurunkan skor nyeri pada NPB
dibanding dengan monterapi pregabalin atau celecoxib.6,8
b. non-medikamentosa
Memberikan program rehabilitasi untuk 3 waktu yang berbeda yaitu:
1. Fase akut dapat dilakukan terapi konservatif berupa pemberian
penanganan awal seperti pemberian analgetik, anti inflamasi, dan terapi
fisik.
2. Fase recovery fokus dari terapi pada fase ini adalah fungsi dari biokimia
dan deficit jaringan ikat . Dapat pula dimulai latihan fisik ringan untuk
memperkuat otot.
3. Fase maintenance fakus dari terapi pada fase adalah untuk mencegah agar
rasa nyeri kembali menyerang
Terapi Bedah
Terapi bedah memerlukan indikasi yang ketat untuk mencegah terjadinya failed back
syndrome (kegagalan dan kekambuhan setelah operasi). Terapi pembedahan perlu
dipertimbangkan pada keadaan sebagai berikut:6
Setelah satu bulan dirawat konservatif tidak ada kemajuan
Iskhialgia yang berat sehingga pasien tidak mampu menahan nyerinya
Iskhialgia menetap atau bertambah berat.
Adanya gangguan miksi/defekasi dan seksual
Adanya bukti klinis terganggunya radiks
Ada kelemahan otot tungkai bawah
F. Prognosis
1. Sebagian besar pasien akan membaik dalam 6 minggu dengan terapi konservatif.
2. Sebagian kecil dapat berkembang menjadi kronik meskipun sudah diterapi.
3. Pada pasin yang dioperasi: 90 % membaik terutama nyeri tungkai, kemungkinan
terjadinya kekambuhan adalah 5%.
BAB 3
PEMBAHASAN
Seorang laki laki, 46 tahun datang dengan keluhan nyeri pinggang kanan dan kiri yang
dirasakan sejak 1 minggu SMRS dan memberat 3jam SMRS saat pasien sedang bersin. Nyeri
pinggang dirasakan menjalar hingga ke kaki kanan dan kiri. Rasa nyeri dirasakan paling
hebat saat berdiri. Keluhan BAB dan BAK tidak ada. Pasien mengatakan bahwa dia sering
mengangkat benda-benda berat setiap hari di pekerjaannya.pasien mengatakan tidak ada
trauma sebelumnya.
Keluhan nyeri pinggang di sebelah kanan dan kiri yang menjalar ke paha. Keluhan nyeri
pinggang ini mungkin disebabkan oleh HNP atau keluarnya nukleus pulposus dari discus
hingga menekan medulla spinalis atau mengarah ke dorsolateral menekan radix spinalis.
Gejala ini sesuai dengan radiks dan saraf mana yang terkena. Hal ini harus dibuktikan dengan
lebih tepat dengan pemeriksaan MRI. Keluhan lain adalah merasa kesemutan yang mungkin
disebabkan karena proses kronis, diduga adanya kompresi medulla spinalis pada daerah
lumbal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran Compos Mentis, GCS 15. Tanda-tanda vital
dalam batas normal. Pemeriksaan saraf cranial tidak ada kelainan. Pemeriksaan reflek
fisiologis meningkat pada lutut kanan dan achilles kanan. Pemeriksaan reflex patologis (-).
Kekuatan motorik tangan dan kaki (5) bilateral. Tidak ada gerakan-gerakan abnormal.
Pemeriksaan X-Foto Lumbo sacral AP/Lat pada tanggal: 19 Maret 2015. Kesan: Sesuai
gambaran spondylosis lumbalis suspect HNP, L.IV-V dan L.V-S.I. Unstable lumbo-sacral, tak
tampak listhesus.
Namun begitu, nyeri punggung bawah pada pasien ini masih belum tergolong dalam red flags
karena tidak memenuhi kriteria red flags seperti:
Memiliki penyakit kencing manis atau penyakit lain yang menurunkan daya
tahan tubuh
Selain itu, dari gejala klinis, pasien masih tergolong dalam keadaan yang masih ringan karena
tidak adanya gangguan motoric sedang sampai berat dan atrofi (kekuatan motorik masih
bagus), tidak ada gangguan sensibilitas saddle anesthesia dan tidak ada gangguan
sfingter(tidak ada keluhan BAK dan BAB).
Dengan kondisi pasien sekarang dapat diberikan penjelasan kepada pasien tentang penyakit,
kemungkinan penyebab dan pilihan terapi, fisioterapi dan menyarankan untuk dilakukan
MRI. Untuk mengurangi gejala dapat diberikan obat alpentin 3 x 100mg tablet dan racikan
paracetamol 300 mg/ tramadol 25 mg/ Amitriptilin 5 mg/ Myobat 1 tablet. Penting sekali
untuk dijelaskan kepada pasien bahwa penggunaan obat hanyalah untuk mengurangi gejala
nyeri, pasien juga disarankan untuk memakai korset lumbal dan fisioterapi apabila belum ada
rencana melakukan operasi. Aktivitas fisik yang berat juga harus dikurangi.
Available at http://www.umm.edu/imagepages/9700.htm
Kahle W. Spinal cord and spinal nerves in Color atlas of human anatomy. Vol 3.
at http://emedicine.medscape.com/article/249113-overview#a0112
Foster Mark. 2012. Herniated Nucleus Pulposus. Medscape Reference. Available
at http://emedicine.medscape.com/article/1263961-overview#aw2aab6b3
Suryamiharja A [et al]. Nyeri neuropatik di daerah punggung bawah (Low back
pain) dalam Konsensus nasional 1: Diagnostik dan penatalaksanaan nyeri
neuropatik. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI);
2011.h.29-33
Emril DR. How to diagnose low back pain properly dalam nyeri pinggang bawah.
Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI); 2013.h.17-
41
Suryamiharja A, Meliala L. Nyeri neuropatik di daerah punggung bawah (Low
back pain) dalam Penuntun penatalaksanaan nyeri neuropatik. Ed 2.). Jakarta: