Anda di halaman 1dari 6

Diagnosis Banding Ablasio Retina

Diagnosis banding dari ablasio retina adalah


1. Uveitis posterior
Uveitis merupakan inflamasi dari uvea, yaitu iris, badan siliaris dan koroid namun
istilah ini juga dgunakan untuk inflamasi intraokular termasuk retina dan pembuluh
darahnya. Uveitis posterior terdiri atas retinitis, koroiditis dan vasculitis. Retinitis
ditandai dengan pemutihan retina dengan batas tidak jelas akibat edema. Koroiditis
ditandai dengan nodul bulat berwarna kuning. Vasculitis ditandai dengan warna kuning
atau putih keabuan di sekitar pembuluh darah. Gejala yang dialami adalah penurunan
tajam penglihatan, injeksi ocular, nyeri. Klinis lain yang dapat ditemukan berupa
adanya hipopion, granuloma, glaukoma, perdarahan retina dan jaringan parut.2,3
2. Ablasio vitreous posterior
Ablasio vitreous posterior terjadi dengan gejala adanya bayangan mengambang di mata
berupa benang, jaring laba-laba atau cincin. Gejala lain adalah fotopsia atau adanya
kilatan cahaya akibat stimulasi pada retina.3
3. Oklusi arteri retina
Oklusi arteri retina biasa disebabkan oleh aterosklerosis dan emboli. Gejala yang
dialami adalah penurunan tajam penglihatan secara mendadak tanpa disertai nyeri.
Defek aferen pupil dapat juga dijumpai. Pada pemeriksaan funduskopi retina terlihat
opak akibat iskemik disertai adanya cherry-red spot.2,3
4. Oklusi vena retina
Oklusi arteri vena disebabkan oleh arteriosclerosis dan trombus. Gejala yang dialami
adalah penurunan tajam penglihatan secara mendadak dan defek lapang pandang. Pada
funduskopi didapatkan bentuk flame-shaped, dot perdarahan, edema retina dan cotton
wool.2,3
5. Perdarahan vitreous
Perdarahan vitreous biasa terjadi bersamaan dengan ablasio vitreous posterior. Pada
pemeriksaan akan didapatkan sel pigmen seperti debu rokok di vitreous anterior.2
6. Retinoschisis
Retinoschisis umum terjadi pada pasien dengan hipermetropi akibat adanya degenerasi
neuroretinal dan glial dalam area lesi kistik sehingga terjadi pemisahan lapisan
neurosensori retina. Gejala yang dialami adalah adanya skotoma absolut di lapang
pandang berbeda dengan ablasio retina di mana terdapat skotoma relatif.2,3

Referensi
1. Pandya HK. Retinal Detachment Differential Diagnoses. [cited 2014 January 13].
Available from: http://emedicine.medscape.com/article/798501-differential
2. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology. 7th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders;
2011.
3. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asburys General Ophthalmology. 17th ed. USA:
McGraw-Hill; 2007.

Tatalaksana Ablasio Retina

Pada ablasio retina tipe rhegmatogenous, tatalaksana yang dilakukan berupa operasi dengan
langkah sebagai berikut:1,2,3
1. Memposisikan pasien di kasur dengan satu bantal dan kepala dimiringkan ke arah
ablasio retina. Posisi ini dapat mengurangi cairan subretinal.
2. Menutup robekan retina dengan menggunakan kriokoagulasi, fotokoagulasi atau
diatermi
3. Menyerap cairan subretinal dengan sebuah jarum kecil melalui sklera, koroid dan ruang
di belakang retina. Yang perlu diperhatikan dari cairan subretinal adalah posisi robekan,
ukuran robekan dan keadaan gel vitreous. Indikasi dilakukan drainase ini adalah adanya
cairan subretinal yang dalam di bagian robekan retina dan ablasio retina
berkepanjangan. Ada dua teknik untuk drainase, yaitu prang dan cut-down. Teknik
prang dilakukan dengan penekanan bola mata hingga terjadi oklusi arteri sentral retina
dan koroid kemudian perforasi dengan jarum ukuran 27 dan lakukan drainase. Di akhir
drainase udara dimasukkan untuk mempertahankan tekanan intraokular. Teknik cutdown dilakukan dengan sklerotomi di area dengan cairan subretinal terdalam, lakukan
jahitan mattress di pinggir sklerotomi dilanjutkan dengan kauterisasi pada knuckle
koroid. Jika tidak terjadi drainase maka dilakukan perforasi dengan jarum hipodermik
ukuran 25 pada knuckle koroid.
4. Memposisikan korioretinal dengan
a. Scleral buckling, yaitu sklera dibuat menjorok ke dalam menggunakan eksplan
berbahan silikon sebagai tamponade eksternal. Eksplan ini akan dijahit pada
bagian retina yang robek. Kegunaan eksplan ini adalah meringankan traksi
viteroretinal dan menggeser cairan subretinal dari robekan retina. Ada 3 jenis

konfigurasi eksplan yang sering digunakan, yaitu radial, sirkumferensial


segmental dan encircling. Jenis radial digunakan pada robekan berbentuk U
atau terletak di belakang. Jenis sirkumferensial segmental digunakan untuk
robekan multipel. Jenis encircling sudah jarang digunakan, biasanya eksplan
dibuat mengelilingi bola mata seluruhnya. Persentase keberhasilannya 92-94%
dengan komplikasi yang mungkin terjadi adalah gangguan refraksi, diplopia
akibat otot ekstraokular ikut tereksplan, ekstrusi eksplan dan peningkatan resiko
vitreoretinopati proliferatif.

Gambar Jenis konfigurasi Scleral buckling2

Gambar Langkah Scleral buckling2


Scleral buckling dilakukan dengan langkah sebagai berikut:
-

Peritomi hingga batas sklera yang dibutuhkan

Jarum dimasukkan melalui bagian bawah otot ekstraokular dan benang


dilewatkan di bawah tendon otot tersebut kemudian lakukan penjahitan

Robekan diamati dengan oftalmoskop dan ditandai dengan tinta

Krioterapi bagian yang robek hingga tertutupi 2 mm es

Jarak antara jahitan diukur dan ditandai. Kemudian dilakukan mattress-type


suture dengan jarak 1,5 x diameter dari eksplan.

Eksplan dimasukkan melalui jahitan kemudian diikat dengan mattress-type


suture yang telah dimasukkan tadi.

Jika buckle sudah pada posisi yang tepat, operasi selesai. Jika tidak maka
harus dilepaskan dan dilakukan reposisi.

b. Pneumatic retinopaxy, yaitu satu atau dua lubang di arah jam dua dari dua per
tiga retina yang dimasukkan gas sulfur heksafluorida (SF6) atau perfluoropan
(C3F8) yang dapat mengembang ke vitreous. Gas ini akan dipertahankan selama
5-7 hari. Metode ini memiliki daya keberhasilan terendah dibandingkan yang
lain dan digunakan ketika ada sebuah robekan retina kecil, cairan subretinal
yang sedikit dan tidak ada traksi vitreoretinal. Keuntungannya adalah proses
cepat dan lebih tidak invasif.

Gambar Pneumatic retinopaxy2

c. Vitrektomi parsplana untuk menghilangkan membran dan vitreous, dilanjutkan


dengan penyerapan cairan subretinal, injeksi minyak silikon atau cairan
perflurokarbon untuk membuat retina datar, endolaser dilakukan untuk
membuat adhesi koroid dan retina dan terakhir tamponade retina dengan gas
SF6 atau C3F8. Indikasinya adalah robekan retina multipel, visualisasi retina
terganggu akibat adanya perdarahan dan adanya vitreoretinopati proliferatif.
Komplikasi vitrektomi adalah katarak.

Pada ablasio retina tipe eksudat, eksudat dan perdarahan akan diserap dengan sendirinya
sehingga tatalaksana yang diberikan berupa tatalaksana kausatif.1

Pada ablasio retina tipe traksi, tatalaksana yang dilakukan berupa vitrektomi parsplana dan
tamponade internal. Vitrektomi dilakukan untuk membuang traksi dan membran fibrotik.1

Prevensi
Pencegahan ablasio retian dilakukan dengan penggunaan laser fotokoagulasi atau krioterapi
pada area robekan retina atau lesi yang mungkin menjadi ablasio. Setelah dilakukan
fotokoagulasi atau krioterapi maka pasien harus menghindari aktivitas fisik berat selama 7 hari
dan melakukan pemeriksaan ke dokter setelah 1-2 minggu. Prevensi ini dilakukan pada pasien
dengan risiko tinggi seperti myopia, afakia dan riwayat ablasio retina.1,2

Prognosis Ablasio Retina


Pada ablasio retina tipe rhegmatogenous, 95% pasien yang menjalani operasi mengalami
keberhasilan. Prognosis ditentukan oleh kondisi makula sebelum operasi dilakukan. Jika
makula sudah terlepas maka dapat terjadi gangguan penglihatan paska operasi. Kondisi makula
sangat memengaruhi prognosis paskaoperasi, jika makula masih menempel maka prognosis
akan lebih baik dan pembedahan masih dapat ditunda. 50% pasien yang mengalami operasi
mencapai tajam penglihatan 20/50 atau bahkan lebih baik. Namun prognosis ini masih
bergantung pada kondisi makula pasien.4
Prognosis ablasio retina tipe eksudat bergantung pada kondisi pasien namun kebanyakan pasien
memiliki prognosis yang buruk dan akhirnya akan memiliki tajam penglihatan yang buruk.5
Prognosis ablasio retina tipe traksi tidak begitu baik walaupun kesuksesan operasi 75-90%.
Tajam penglihatan yang didapatkan 20/400 atau lebih baik pada <50% pasien.6

Referensi
1. Khurana AR. Comprehensive Ophtalmology. 4th ed. New Delhi: New Age
International; 2007.
2. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology. 7th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders;
2011.
3. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asburys General Ophthalmology. 17th ed. USA:
McGraw-Hill; 2007.
4. Wu L. Rhegmatogenous Retinal Detachment. [cited 2014 January 13]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1224737-followup#a2650
5. Wu L. Exudative Retinal Detachment. [cited 2014 January 13]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1224509-followup#a2650
6. Wu L. Tractional Retinal Detachment. [cited 2014 January 13]. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/1224891-followup#a2650

Anda mungkin juga menyukai