PENDAHULUAN
Hasil produksi kopi tersebut langsung diolah menjadi produk utama bubuk kopi.
Dalam proses pengolahan biji kopi menjadi bubuk kopi tesebut, menghasilkan limbah
berupa limbah kulit kopi. Berdasarkan laporan yang dihimpun dari Penyuluh Pertanian
Lapangan, limbah kulit kopi tersebut belum dimanfaatkan secara baik dan optimal. Hal ini
terlihat dari menumpuknya limbah kulit kopi di sekitar dan perkebunan rakyat dan tempat
usaha pengilingan biji kopi yang ada di wilayah kecamatan tersebut.
Limbah kulit kopi dari sisa pengolahan biji kopi seharusnya bisa dimanfaatkan
untuk alternatif komoditi lain, seperti pakan ternak, media tanam bagi jamur dan lain
sebagainya. Selain bermanfaat dalam mengurangi pencemaran lingkungan, juga dapat
meningkatkan penghasilan petani kopi itu sendiri. Kurangnya kepedulian masyarakat dan
minimnya informasi tentang manfaat penggunaan limbah kulit kopi sebagai formula
tambahan pada makanan ternak, menjadi penyebab tidak adanya pemanfaatan dan
pengolahan dari limbah kulit kopi tersebut. Menurut laporan Zaenudin dan Murtisari
dalam makalah seminar lokakarya Muryanto, U dkk tahun 2004, menyatakan bahwa
limbah kulit kopi mengandung protein kasar sebesar 10,4 %, yang hampir sama dengan
jumlah protein yang terdapat pada bekatul dan kandungan energi metabolismenya sebesar
3.356 kkal/kg.
Dengan adanya kajian kajian dan bahasan yang terkait dengan pemanfaatan
limbah kulit kopi sebagai nutrisi tambahan pada pakan ternak masyarakat, maka dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam penggunaan limbah kulit kopi dalam upaya
peningkatan hasil ternak masyarakat dan meningkatkan pendapatan masyarakat itu sendiri
menjadi lebih sejahtera lagi.
II.
TELAAH PUSTAKA
Indonesia tercatat merupakan negara terbesar kedua dalam luas areal perkebunan
kopi namun masih di urutan keempat dalam hal produksi dan ekspor kopi dunia. Sampai
dengan tahun 2008 luas perkebunan kopi Indonesia diperkirakan mencapai 1.303 ribu ha,
dengan varitas yang dibudidayakan adalah varietas Kopi Arabika dan Kopi Robusta.
Menurut Anthoni, 2009 dalam karya tulis Napitulu, L tahun 2010, menyatakan bahwa
produksi perkebunan kopi selama lima tahun terakhir tumbuh sekitar 6%, pada tahun 2008
diperkirakan mencapai 683 ribu ton. Berdasarkan hasil produksi kopi tahunan Indonesia
dapat diestimasikan bahwa dari 683 ribu ton yang dihasilkan per tahun juga dihasilkan
limbah kulit kopi sebesar 310 ribu ton. Jumlah ini merupakan suatu potensi yang layak
dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan.
Setelah kopi dipanen, kulitnya dikupas. Kemudian, bijinya dijemur. Biasanya, kulit
kopi kecoklatan yang dipisahkan dari biji-biji kopi tersebut akan dibuang begitu saja.
Atau, paling tidak kulit kopi yang dipisahkan dari biji itu tadi dikumpulkan. Lalu,
dibiarkan hingga busuk. Selanjutnya, ditaruh di sekeliling pohon kopi. Maksudnya,
sebagai pengganti pupuk yang bertujuan untuk menyuburkan tanaman. Umumnya, hal
seperti itulah yang sering dilakukan petani kopi.
Limbah kulit kopi yang diperoleh dari proses pengolahan kopi dari biji utuh
menjadi kopi bubuk. Proses pengolahan kopi ada 2 macam, yaitu (1) Pengolahan kopi
merah/masak dan (2) Pengolahan kopi hijau/mentah. Pengolahan kopi merah diawali
dengan pencucian dan perendaman serta pengupasan kulit luar, proses ini menghasilkan
65% biji kopi dan 35% limbah kulit kopi. Limbah kopi sebagian besar dimanfaatkan
sebagai pupuk pada tanaman kopi dan tanaman disekitarnya, sebagian kecil digunakan
sebagai media budidaya jamur serta dimanfaatkan sebagai bahan jamu tradisional. Biji
kopi kemudian dikeringkan dengan oven dan hasilnya adalah biji kopi kering oven
sebanyak 31%, kemudian kopi ini digiling dan menghasilkan 21% beras kopi (kopi bubuk)
dan 10% berupa limbah kulit dalam. Limbah yang dihasilkan dari proses ini (kulit dalam)
pada umumnya dimanfaatkan sebagai pupuk, namun sebagian diantaranya dimanfaatkan
oleh pengrajin jamu tradisional sebagai bahan jamu (Muryanto dkk, 2004)
Kulit Daging Buah Kopi
Kulit kopi terdiri dari 3 (tiga) bagian, yaitu : 1). Lapisan bagian luar tipis yakni
yang disebut "Exocarp"; lapisan ini kalau sudah masak berwarna merah. 2). Lapisan
Daging buah; daging buah ini mengandung serabut yang bila sudah masak berlendir dan
rasanya manis, maka sering disukai binatang kera atau musang. Daging buah ini disebut
"Mesocarp". 3). Lapisan Kulit tanduk atau kulit dalam; kulit tanduk ini merupakan lapisan
tanduk yang menjadi batas kulit dan biji yang keadaannya agak keras. Kulit ini disebut
"Endocarp".
Gambar kulit daging buah kopi
(AAK, 1988).
Kulit buah kopi merupakan limbah dari pengolahan buah kopi untuk mendapatkan
biji kopi yang selanjutnya digiling menjadi bubuk kopi. Kandungan zat makanan kulit
buah kopi dipengaruhi oleh metode pengolahannya apakah secara basah atau kering
seperti terlihat pada tabel 1. Kandungan zat makanan kulit buah kopi berdasarkan metode
pengolahan. Pada metode pengolahan basah, buah kopi ditempatkan pada tanki mesin
pengupas lalu disiram dengan air, mesin pengupas bekerja memisahkan biji dari kulit
buah. Sedangkan pengolahan kering lebih sederhana, biasanya buah kopi dibiarkan
mongering pada batangnya sebelum dipanen. Selanjutnya langsung dipisahkan biji dan
kulit buah kopi dengan menggunakan mesin.
Tabel 1. Kandungan zat makanan kulit buah kopi berdasarkan metode pengolahan
Metode pengolahanBK (%)% Bahan Kering
PKSKAbuLKBETNBasah2312.824.19.52.850.8Kering909.732.67.31.848.6
Zat Nutrisi
Kandungan(%)
Tanpa diamonisasi
90.52
1.31
34.11
6.27
7.54
9.48
Kandungan (%)
Setelah iamonisasi
94.85
1.93
27.52
8.67
8.47
5.15
Bahan Kering
Lemak Kasar
Serat Kasar
Protein Kasar
Abu
Kadar Air
Solusi pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah dengan
pengolahan limbah tersebut. Limbah tersebut dapat diolah dengan berbagai macam cara
agar kandungan nutrisi yang diinginkan dapat diperoleh. Pengolahan terhadap limbah
tersebut dapat dilakukan dengan proses mekanik (fisik), kimiawi, maupun secara biologis.
Pengolahan limbah pertanian secara mekanik dapat menggunakan alat-alat fisik
untuk menghilangkan suatu kandungan nutrisi yang tidak diinginkan yakni dengan
pemanasan dan pengeringan. Pengolahan tersebut dilakukan secara mekanis melalui
pengukusan, perebusan, dan penjemuran. Hal ini dapat dilakukan, namun membutuhkan
peralatan yang banyak dan membutuhkan biaya yang mahal untuk proses pengolahannya.
Akibat lain yang dapat ditimbulkannya adalah berkurangnya kandungan nutrisi yang
penting dalam bahan tersebut. Untuk merenggangkan ikatan dinding sel tanaman dan
mempermudah pengeringan perlu pengolahan secara mekanis dengan cara penghalusan
bahan atau penggilingan.
Pengolahan limbah pertanian secara kimiawi dapat dilakukan dengan
menggunakan bahan-bahan kimia untuk menghilangkan senyawa yang tidak diinginkan
dalam bahan baku. Hal ini dapat memberikan hasil yang signifikan terhadap bahan baku
tanpa mengurangi kandungan nutrisi yang penting dalam bahan tersebut. Hal yang dapat
menghambat dalam pengolahan menggunakan proses ini adalah mahalnya bahan-bahan
kimia yang diperlukan dalam proses ini dan adanya kemungkinan terjadi residu senyawa
berbahaya akibat penggunaan bahan kimia. Prinsip yang digunakan untuk mengolah
limbah cair secara kimia adalah menambahkan bahan kimia (koagulan) yang dapat
mengikat bahan pencemar yang dikandung air limbah, kemudian memisahkannya
(mengendapkan atau mengapungkan). Kekeruhan dalam air limbah dapat dihilangkan
melalui penambahan/pembubuhan sejenis bahan kimia yang disebut flokulan. Pada
umumnya bahan seperti aluminium sulfat (tawas), fero sulfat, poli amonium khlorida atau
poli elektrolit organik dapat digunakan sebagai flokulan. Untuk menentukan dosis yang
optimal, flokulan yang sesuai dan pH yang akan digunakan dalam proses pengolahan air
limbah, secara sederhana dapat dilakukan dalam laboratorium dengan menggunakan tes
yang merupakan model sederhana dari proses koagulasi. Dalam pengolahan limbah cara
ini, hal yang penting harus diketahui adalah jenis dan jumlah polutan yang dihasilkan dari
proses produksi. Umumnya zat pencemar industri kain sasirangan terdiri dari tiga jenis
yaitu padatan terlarut, padatan koloidal, dan padatan tersuspensi (Anonim, 2010)
Salah satu alternatif pengolahan limbah yang aman, relatif murah dan sering
digunakan oleh masyarakat adalah pengolahan secara biologis, yakni pengolahan dengan
memanfaatkan mikroorganisme yang akan melakukan proses biologis (bioprocess) dalam
mengolah senyawa-senyawa yang tidak dibutuhkan dalam bahan baku pakan dan
mendapatkan senyawa yang diinginkan dalam proses pembuatan bahan pakan.
Mikroorganisme yang dapat digunakan ini dapat berasal dari golongan bakteri maupun
fungi. Mikroorganisme yang dimanfaatkan adalah mikroorganisme yang dapat berperan
dalam memfermentasi senyawa-senyawa yang tidak diinginkan serta tidak menimbulkan
efek toksik bagi organisme budidaya. Beberapa jenis mikroorganisme yang berpotensi
untuk proses fermentasi Limbah Kulit Kopi diantaranya adalah Aspergillus niger,
Trichoderma sp., Kocuria rosea. Dalam karya tulis ilmiah Napitulu dkk tahun 2010, hasil
menjelaskan bahwa dari hasil penelitian Okpako CE, 2008 Pemanfaatan Aspergilus niger
dapat meningkatkan kadar protein sebesar 24,4%, kadar abu 7,52%, dan mengurangi
sianida 7,35 mg/kg. Kocuria rosea dapat meningkatkan kadar asam amino lysine 3,46%,
histidine sebesar 0,94%, dan kadar methionine sebesar 0,69.
KESIMPULAN
Limbah kulit kopi yang selama ini dianggap sebagai bahan sisa produksi kopi
bubuk, ternyata memiliki manfaat dan kegunaan yang banyak dalam kehidupan.
Berdasarkan hasil penelitian para ahli limbah kulit kopi bermanfaat dalam bidang
peternakan dan perikanan, yaitu sebagai nutrisi protein dan serat tambahan pada pakan
ternak. Pemanfaatan pakan alternatif ini dapat mengurangi penggunaan bahan baku tepung
ikan dalam pembuatan pakan, sehingga dapat mengurangi ongkos produksi. Selain itu
limbah kulit kopi juga dapat dijadikan bahan dalam pembuatan bioetanol melalui proses
fermentasi yang dapat dijadikan sebagai sumber energi baru atau bahan bakar alternatif
pengganti BBM. Bioetanol memiliki kelebihan dibanding dengan BBM, diantaranya
memiliki kandungan oksigen yang lebih tinggi (35%) sehingga terbakar lebih sempurna.
Dengan adanya kajian dan bahasan tentang manfaat dan kegunaan lain dari sisa
pengolahan bubuk kopi yang berupa kulit kopi ini, masyarakat petani kopi dapat mengolah
bahan yang dianggap limbah tersebut menjadi bahan yang lebih bermanfaat sehingga bisa
menjadi penambah penghasilan keluarga selain produk utama bubuk kopi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2005. Hasil Analisis Proksimat Bahan Pakan Asal Limbah Pertanian. Laporan
tahunan. Loka Penelitian Sapi Potong, Grati
Anonim3. 2010. Teknologi pengolahan limbah di Rubiyah Sasirangan. http://rubiyah.com
[23 Agustus 2012]
BPS Kepahiang, 2011. Kepahiang dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kepahiang.
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kepahiang, 2011. Data Statistik Perkebunan
Kehutanan Kabupaten Kepahiang 2012, Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Kepahiang.
Dekker, R.F.H. 1983. Bioconversion of hemicellulose: Aspect of hemicellulose production
by Trichoderma reesei QM 9414 and enzymic saccharification of hemicellulose.
Biotechnol. Bioeng. 25:1127-1146
Mazid et al. 1995. High protein feed from vegetable waste. Bangladesh Journal of
Scientific and Industrial Research 30 (2-3), 1-11
Melyani,
V.
2009.
Petani
Kopi
Indonesia
Sulit
Kalahkan
Brazil.
URL:http://www.Tempointeraktif.com/hg/bisnis/2009/07/02/brk,20090702
184943,id.html, diakses 26 Agustus 2012.
Napitulu, J dkk. 2010. Bioprocessing Limbah Kulit Kopi Sebagai Sumber Protein
Alternatif Dalam Pakan Ikan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nunan Anthoni. 2009. Komoditas Kopi. http://202.158.10.70/indonesia/eriviewpdf/JHCN54009710.pdf [23 Agustus 2012]
Okpako CE, Ntui VO, Osuagwu AN, Obasi FI (2008). Proximate composition and caynide
content of cassava peels fermented with Aspergillus nigeir and Lactobacillus
rhamnosus. J. Food Agric. Environ. 6: 251-255
Taherzadeh, M. and Karimi, K. 2007. Acid-based Hydrolysis Processes for Ethanol from
Lignosellulosic Material : A Review, Bioresources 2 (3), 472-499, diambil dari
Ghani Arasyid dkk, (Online), (http://digilib.its.ac.id/public/ITSUndergraduate12522-Paper.pdf diakses 15 September 2012).
Zaenuddin, D., Kompiang, I P dan H. Hamid. 1995. Pemanfaatan Limbah Kopi dalam
Ransum Ayam. Kumpulan Hasil-Hasil Penelitian APBN Tahun 1994/1995. Balai
Penelitian Ternak, Ciawi-Bogor.
Zainuddin, D., T. Murtisari. 1995. Penggunaan limbah agro-industri buah kopi (kulit buah
kopi) dalam ransum ayam pedaging (Broiler). Pros. Pertemuan Ilmiah Komunikasi
dan Penyaluran Hasil Penelitian. Semarang. Sub Balai Penelitian Ternak Klepu,
Puslitbang Peternakan, Badan Litbang Pertanian. hlm. 71-78