Anda di halaman 1dari 20

CASE REPORT

Re-fracture Tibia-Fibula Dextra with Bone


Expose
Diajukan untuk memenuhi persyaratan Pendidikan Profesi Dokter
Stase Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik Fakultas kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Oleh :
Ahmad Roni Rosydi, S.Ked

J 500 100 016

Maria Septiana S., S.Ked

J 500 100 068

Pembimbing :
dr. Komang Kusumawati, Sp.KFR

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

Case Report

Re-fracture Tibia-Fibula Dextra with Bone


Expose
Oleh :
Ahmad Roni Rosydi, S.Ked J 500 100 016
Maria Septiana S., S.Ked

J 500 100 068

Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Fakultas


Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari Kamis, tanggal 12 Juni 2014
Penguji
dr. Komang Kusumawati, Sp.KFR

Pembimbing
dr. Komang Kusumawati, Sp.KFR
Disahkan Ka. Program Profesi :
dr. Dona Dewi Nirlawati

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU REHABILITASI MEDIK


R.S. ORTHOPEDI PROF. DR. SOEHARSO SURAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
STATUS KASUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama

: Tn. N

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Usia

: 43 tahun

Pekerjaan

: Tani

Alamat

: Jumantoro, Karang Anyar

Agama

: Islam

Pendidikan

: SD
2

Tanggal Masuk RS

: 08 Juni 2014

Tanggal Operasi

: 09 Juni 2014

No RM

: 248xxx

ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan hari Rabu tanggal 10 Juni 2014. Anamnesis bersifat
autoanamnesis.
1) Keluhan Utama :
Tungkai bawah kanan berbunyi krek-krek.
2) Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang laki-laki 43 tahun, datang dengan tungkai bawah kanan
berbunyi krek-krek dan terjadi pembengkokan pada regio cruris. Hal ini
terjadi sejak 4 hari SMRS. Pasien juga mengeluhkan luka bekas operasi 2
tahun yang lalu belum sembuh. Pasien tidak mengeluhkan nyeri ataupun
pusing. Kejadian kembali patah terjadi dirumahnya sendiri ketika pasin
berjalan sambil membawa barang berat. Tiba-tiba kaki berbunyi krekkrek dan kaki kelihan bengkong di region cruris ini terjadi pada tanggal 4
Juni 2014. Setelah itu pasien langsung ke RSO melalui IGD, tapi pasien
baru mondok tanggal 8 Juni 2014 dan dioperasi tanggal 9 Juni 2014.
Riwayat dahulu pernah fraktur tanggal 1 Mei 2011 karena kecelakaan
sepeda motor. Bisa kembali berjalan setelah 8 bulan dan ROI 19 bulan
post ORIF. ROI dilakukan di RSO pada bulan Desember 2013. Setelah 6
bulan pasca ROI patah kembali dan luka belum menutup. Setelah
dioperasi OREF pada tanggal 9 Juni 2014 pasien mengeluhkan nyeri post
OP (VAS=8) dan membuatnya susah tidur.
3) Riwayat Fungsional :
a. Mobilitas : Terganggu
b. Aktifitas kehidupan sehari hari : Pasien tidak dapat melakukan
kegiatan sehari hari.

c. Kognisi : Baik
d. Komunikasi : Baik
e. Pekerjaan : Pasien adalah seorang petani
4) Riwayat Psikososial :
a. Dukungan keluarga : Baik
b. Situasi lingkungan : Baik
c. Riwayat pendidikan dan pekerjaan : Tamat SD
d. Riwayat psikiatri : Tidak ada gangguan mental
5) Riwayat Pengobatan Dan Alergi :
Pasien tidak memiliki alergi pada makanan maupun obat- obatan.
6) Riwayat Penyakit Dahulu:
a. Riwayat hipertensi : Disangkal
b. Riwayat kencing manis: Disangkal
c. Riwayat trauma tulang : Diakui
d. Riwayat TB : Disangkal
e. Riwayat kelemahan anggota gerak : Disangkal
f. Riwayat penyakit jantung : Disangkal
g. Riwayat stroke : Disangkal
RINGKASAN ANAMNESIS
Seorang laki-laki 43 tahun, datang dengan tungkai bawah kanan berbunyi
krek-krek dan terjadi pembengkokan pada regio cruris. Kejadian kembali patah
terjadi dirumahnya sendiri ketika pasin berjalan sambil membawa barang berat.
Setelah 6 bulan pasca ROI patah kembali dan luka belum menutup.
PEMERIKSAAN FISIK
1) Status Generalis :
a. Keadaan umum: Cukup, kesadaran compos mentis
b. Vital sign:
a. Tekanan Darah

: 120/70 mmHg

b. Respiratory Rate

: 20 x/menit

c. Nadi

: 78 x/menit

d. Suhu

: 36,50 C

c. Kepala: Conjungtiva anemis (-)/(-), sklera ikterik (-)/(-),


d. Leher: Pembesaran lymphonodi leher (-), JVP tidak meningkat,
e. Paru- paru: vesikuler murni, wheezing (-)/ (-), rhonki (-)/ (-),
f. Jantung: Bunyi jantung I dan II reguler, gallop (-), murmur (-),
g. Abdomen: Peristaltik usus (+) normal, hati dan limpha tidak teraba
membesar,
h. Ekstremitas: kulit warna sawo matang, oedem AGB (D) (+),
sianosis (-)
2) Status Neurologik :
Dalam batas normal
3) Badan :
a. Trofi otot punggung: eutrofi
b. Trofi otot dada: eutrofi
c. Kolumna vertebralis: hiperlordosis (-), lordosis (-), kifosis (-),
skoliosis (-)
d. Gerakan bebas
e. Sensibilitas dalam batas normal
4) Status Lokalis
Regio Cruris Sinistra
a. Look
Kesejajaran Sendi : sejajar
Ketebalan Otot : tidak ada penebalan otot
Perubahan warna kulit : tidak ada
Deformitas : tidak ada
Pembengkakan : tidak ada
b. Feel
Nyeri tekan

: tidak ada

Perubahan suhu

: tidak ada

c. Move
5

Kekuatan Otot : 5
ROM knee : bebas
Regio Cruris Dextra
a. Look
Tertutup Elastic Band
Pembengkakan : Ada pada bagian inferior cruris dextra
b. Feel
Nyeri tekan

: ada

Perubahan suhu : tidak ada


c. Move
Kekuatan Otot : tidak valid dinilai
ROM Knee : normal full
Regio Tarsal Sinistra
a. Look
Perubahan warna kulit : tidak ada
Deformitas : tidak ada
Pembengkakan : tidak ada
b. Feel
Nyeri tekan

: Tidak ada

Perubahan suhu : Tidak ada


c. Move
Kekuatan Otot : 5
ROM Ankle : bebas
Regio Tarsal Dextra
d. Look
Perubahan warna kulit : tidak ada
Deformitas : tidak ada
Pembengkakan : ada
e. Feel
Nyeri tekan

: Tidak ada

Perubahan suhu : Tidak ada


6

f. Move
Kekuatan Otot : tidak valid dinilai
ROM Ankle : tidak valid dinilai
ROM PADA EKSTREMITAS INFERIOR
EKSTREMITAS INFERIOR
HIP
Fleksi

ROM AKTIF
SINISTRA
DEXTRA

ROM PASIF
SINISTRA
DEXTRA

0-120

0-120

0-120

0-120

Ekstensi

0-30

Tidak valid dinilai

0-30

Tidak valid dinilai

Abduksi

0-45

Tidak valid dinilai

0-45

Tidak valid dinilai

Adduksi

0-30

Tidak valid dinilai

0-30

Tidak valid dinilai

Eksorotasi

0-45

Tidak valid dinilai

0-45

Tidak valid dinilai

Knee

Endorotasi
Fleksi

0-35
0-135

Tidak valid dinilai


0-135

0-35
0-135

Tidak valid dinilai


0-135

Ankle

Ekstensi
Dorsofleksi

0
0-20

0
Tidak valid dinilai

0
0-20

0
Tidak valid dinilai

Plantarfleksi

0-50

Mengeluh nyeri

0-50

Mengeluh nyeri

MANUAL MUSCLE TESTING (MMT) PADA EKSTREMITAS INFERIOR


EKSTREMITAS INFERIOR
- m. iliopsoas
Fleksi

SINISTRA
5

DEEXTRA
5

m. quadriceps
femoris
- m. iliopsoas

Ekstensi

Tidak valid dinilai

- m. gluteus

Abduksi

Tidak valid dinilai

Adduksi

Tidak valid dinilai

Eksorotasi

Tidak valid dinilai

maximus, m.
gluteus minimus,
m. gluteus
medius
- m. obturatorius
internus
- m. gluteus

maximus, m.
gluteus minimus,
m. gluteus
medius
- m. iliopsoas,

Endorotasi

Tidak valid dinilai

Fleksi

Ekstensi
Dorsofleksi

5
5

5
Tidak valid dinilai

Plantarfleksi

Mengeluh nyeri

harmstring
muscle

- m. tibialis
anterior, m.
triceps surae,
m. tibialis
posterior, m.
fibularis
- m. fibularis

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto polos cruris post ROI/refracture/post OREF

(12/09/2013)

Pre Op

Post OP (9/6/2014)

DIAGNOSIS
Diagnosis Klinik :
Re-fracture Tibia-Fibula Dextra with Bone Expose.
PROBLEM REHABILITASI MEDIK
Impairment
Nyeri pada regio cruris post OP.
Oedema didaerah inferior cruris sinistra dan pedis.
Disability
Terdapat keterbatasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti berdiri,
berjalan, mandi, BAB, BAK.

TERAPI
Medikamentosa
-

Penggunaan antibiotik untuk mencegah adanya infeksi.

Penggunaan analgetik untuk mengurangi nyeri.

Penggunaan preparat kalsium untuk pengompakan tulang.

Penggunaan vitamin.

Non-Medikamentosa (Rehab Medik)


Fisioterapi
1. Mobilisasi :

Aktive ROM excersice alat gerak bawah dextra pada hip


joint, knee joint, ankle join dan digitoum tarsalis.

Latihan isometric gastrocnemius, gastrocsoleus, tibialis


anterior, quadriceps sinistra, harmstring dextra.
9

Elevasi tungkai untuk mengurangi odema

Ortotik Prostetik NWB (non weight bearing) dibutuhkan untuk membantu


penyediaan alat yang dibutuhkan pasien berupa 2 kruk.
Okupasi Terapi saat ini belum dibutuhkan pasien.
Psikologi saat ini belum dibutuhkan pasien dan keluarga pasien.
Pekerja Sosial Medik saat ini belum dibutuhkan pasien dan keluarga
pasien.
PROGNOSIS
a. Quo ad vitam : ad bonam
b. Quo ad sanationam : dubia ad bonam
c. Quo ad funcionam : dubia ad bonam

LEMBAR FOLLOW UP
SOAP

VITAL SIGN

TERAPI

10

10 Juni 2014
S : kaki kanan nyeri ++ (VAS=8),
pusing (-)
O: : K/L= CA (-/-) SI(-/-),PKGB(-/-)
Tho= simetris (+)
P: SDV (+/+) , Rh (-), Wh (-)
C/ Bj 1&II reg, bising (-),
ABD= peristaltik (+)
Ekstremitas akral hangat (+/+)
Edema (-/+)

U : 43 tahun
TD : 120/70 mmHg
N: 78x/menit.
S: 36,5 celcius
RR: 20x/menit

Status lokalis
Regio cruris dextra

Inf. RL 20 tpm
Inj. Cefazoline
1gr/8jam
Inj. Ketorolac
30mg/8jam
Calc 1x1
Vit. C 2x50mg
Medikasi luka setiap
hari
Rehabilitasi medik:
AROM exercise hip
joint, knee joint dan
ankle joint

Look : tertutup elastic band dan


OREF
Bengkak (+)
Feel : nyeri tekan (+), nyeri gerak
(+) pada ankle
Move :
Kekuatan otot tidak valid dinilai
ROM full aktif
A : Post OREF refraktur tibia fibula
dextra with bone expose hari ke-1

Isometric exercise
non weight bearing
dengan 2kruk

SOAP

VITAL SIGN

TERAPI

11

11 Juni 2014
S : kaki kanan nyeri + (VAS=4),
pusing (-)
O: : K/L= CA (-/-) SI(-/-),PKGB(-/-)
Tho= simetris (+)
P: SDV (+/+) , Rh (-), Wh (-)
C/ Bj 1&II reg, bising (-),
ABD= peristaltik (+)
Ekstremitas akral hangat (+/+)
Edema (-/+)

U : 43 tahun
TD : 120/80 mmHg
N: 68x/menit.
S: 36,7 celcius
RR: 16x/menit

Status lokalis
Regio cruris dextra
Look : tertutup verband dan
OREF
Bengkak (+)
Feel : nyeri tekan (+), nyeri gerak
(+) pada ankle
Move :
Kekuatan otot tidak valid dinilai
ROM full aktif
A : Post OREF refraktur tibia fibula
dextra with bone expose hari ke-2

Inf. RL 20 tpm
Inj. Cefazoline
1gr/8jam
Inj. Ketorolac
30mg/8jam
Injeksi habis ganti
oral :
Ciprofloxacin
2x500mg
Meloxicam 2x15mg
Calc 1x1
Vit. C 2x50mg
Medikasi luka setiap
hari
Rehabilitasi medik:
AROM exercise hip
joint, knee joint dan
ankle joint
Isometric exercise
non weight bearing
dengan 2kruk

PROYEKSI KASUS

12

Seorang laki-laki 43 tahun, datang dengan tungkai bawah kanan


berbunyi krek-krek dan terjadi pembengkokan pada regio cruris. Kejadian
kembali patah terjadi dirumahnya sendiri ketika pasin berjalan sambil
membawa barang berat. Setelah 6 bulan pasca ROI patah kembali dan
luka belum menutup. Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum: Cukup,
kesadaran compos mentis. Tekanan Darah : 120/70 mmHg, respiratory rate
: 20 x/menit, nadi : 78 x/menit, suhu : 36,50 C. Kepala, Leher, Paru- paru,
Jantung, Abdomen semua dalam batas normal. Pada ekstremitas
didapatkan oedem ekstremitas inferior dextra(+).
Status lokalis pasien
Look

Regio Femur Sinistra


Regio Cruris Sinistra
Kesejajaran Sendi : Tertutup Elastic Band
sejajar

Regio Tarsal Sinistra


Perubahan warna kulit :

Pembengkakan : Ada

Ketebalan Otot : tidak Kesejajaran


sejajar
ada penebalan otot

Sendi

tidak ada
:

Deformitas : tidak ada


Pembengkakan : ada

Perubahan warna kulit : Ketebalan Otot : tidak ada


penebalan otot
tidak ada
Deformitas : tidak ada

Feel

Move

Perubahan warna kulit :

Pembengkakan : tidak tidak ada


Deformitas : tidak ada
ada
Nyeri tekan
: tidak ada
Nyeri tekan : ada

Nyeri tekan : ada

Perubahan suhu : tidak ada

Perubahan suhu : tidak

Perubahan suhu : Tidak

ada

ada

Kekuatan Otot : tidak valid

Kekuatan Otot : tidak MMT: tidak valid dinilai

dinilai

valid dinilai

ROM Ankle : tidak valid

ROM hip : full

ROM Knee : full

dinilai

Anamnesis dan pemeriksaan diatas memberikan gambaran bahwa pasien


kemungkinan ada cedera pada kaki kanan yang memberikan manifestasi-

13

manifestasi klinik yang sesuai, dugaan yang muncul pertama kali untuk diagnosis
cedera yang dialami pasien diatas adalah fraktur.
Dalam pustaka, fraktur didefinisikan

suatu patahan pada kontinuitas

struktur tulang. Patahan mungkin tak lebih dari suatu retaera pada pasien diatas
adalahkan, suatu pengisutan atau perimpilan korteks; biasanya patahan itu lengkap
dan fragmen tulang bergeser. Apabila tidak ada luka yang menghubungkan fraktur
dengan udara luar atau permukaan kulit atau kulit diatasnya masih utuh ini disebut
fraktur tertutup (atau sederhana). Dikatakan fraktur terbuka bila tulang yang patah
menembus otot dan kulit yang memungkinkan atau potensial untuk menjadi
infeksi dimana kuman dari luar dapat masuk ke dalam luka sampai ke tulang yang
patah (Solomon et al, 2010).
Gambaran klinik pada fraktur pasien dewasa muda biasanya mengeluh
nyeri yang hebat, walau pasien tidak mengeluh nyeri sekalipun harus dilakukan
pemeriksaan untuk patah tulang (Solomon et al, 2010).
Dari Anamnesis, pemeriksaan,

mekanisme cedera, gambaran klinis,

insidensi fraktur serta letak nyeri kemungkinan pasien mengalami fraktur pada
bagian region cruris yaitu os. Tibia dan os. fibula. Ini juga diperkuat pemeriksaan
yang lain.

ROM PADA EKSTREMITAS INFERIOR


EKSTREMITAS INFERIOR

ROM AKTIF
SINISTRA
DEXTRA

ROM PASIF
SINISTRA
DEXTRA

14

HIP

Fleksi

0-120

0-120

0-120

0-120

Ekstensi

0-30

Tidak valid dinilai

0-30

Tidak valid dinilai

Abduksi

0-45

Tidak valid dinilai

0-45

Tidak valid dinilai

Adduksi

0-30

Tidak valid dinilai

0-30

Tidak valid dinilai

Eksorotasi

0-45

Tidak valid dinilai

0-45

Tidak valid dinilai

Knee

Endorotasi
Fleksi

0-35
0-135

Tidak valid dinilai


0-135

0-35
0-135

Tidak valid dinilai


0-135

Ankle

Ekstensi
Dorsofleksi

0
0-20

0
Tidak valid dinilai

0
0-20

0
Tidak valid dinilai

Plantarfleksi

0-50

Mengeluh nyeri

0-50

Mengeluh nyeri

MANUAL MUSCLE TESTING (MMT) PADA EKSTREMITAS INFERIOR


EKSTREMITAS INFERIOR
- m. iliopsoas
Fleksi

SINISTRA
5

DEEXTRA
5

m. quadriceps
femoris
- m. iliopsoas

Ekstensi

Tidak valid dinilai

- m. gluteus

Abduksi

Tidak valid dinilai

Adduksi

Tidak valid dinilai

Eksorotasi

Tidak valid dinilai

Endorotasi

Tidak valid dinilai

maximus, m.
gluteus minimus,
m. gluteus
medius
- m. obturatorius
internus
- m. gluteus
maximus, m.
gluteus minimus,
m. gluteus
medius
- m. iliopsoas,
harmstring
muscle

15

- m. tibialis

Fleksi

Ekstensi
Dorsofleksi

5
5

5
Tidak valid dinilai

Plantarfleksi

Mengeluh nyeri

anterior, m.
triceps surae,
m. tibialis
posterior, m.
fibularis
- m. fibularis

Dari pemeriksaan radiologi foto polos cruris, didapatkan hasil fraktur tibia
dan fibula sinistra with bone expose, sehingga dapat diambil kesimpulan
diagnosis Klinik pasien ini adalah Re-fracture Tibia-Fibula Dextra with Bone
Expose. Kemudian pasien dioperasi pada tanggal 09-06-14 pukul 15.30 dengan
debrigdement dan OREF diperbolehkan pulang pada tanggal 11-06-14.
Tujuan Terapi Ortopedi pada pasien ini meliputi debridement untuk
mengangkat jaringan yang rusak dan mati sehingga luka menjadi bersih,
Alignment yaitu Mengembalikan fragmen pada posisi anatomis untuk fraktur
yang tidak stabil. Tingkat kepuasan alignment setidaknya tidak lebih dari 15
derajat dari valgus dan 10 derajat dari anterior posterior angulation serta stabilitas
yaitu menekan fragmen fraktur dengan screws untuk mengembalikan kontak
kortek tulang. Kemudian memasang acrylic sambil reduksi.
Problem rehabilitasi medik pada pasien ini meliputri, impairment: oedema
didaerah ankle disertai nyeri, disability: terdapat keterbatasan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari, seperti berdiri tanpa penopang, berjalan, mandi. Sehingga
pasien ini membutuhkan terapi meliputi terapi medikamentosa dan nonmedikamentosa.
Terapi medikamentosa yang digunakan pada pasien adalah antibiotik,
antibiotik untuk mencegah adanya infeksi (profilaksis), bisa memakai golongan
cephalosporin generasi III seperti injeksi Cefazoline 1gr/8 jam. Untuk mengurangi
nyeri dapat digunakan analgetik golongan NSAID atau golongan lainnya, pada
pasien ini diberikan injeksi Ketorolac 30mg/8jam.

16

Terapi non-Medikamentosa (Rehab Medik) pasien ini meliputi fisioterapi,


okupasi terapi dan ortotik prostetik. Prinsip terapi pada fraktur adalah reduksi
yang tepat, fiksasi secara erat dan aktivitas dini.
Rehabilitasi Pasien Fraktur cruris Setelah Open Reduction External Fixation
Sejak

fraktur - ROM excersice panggul, lutut, dan ankle sinistra, jari kaki

hingga

1 sinistra

minggu
2 minggu

- latihan ambulasi setelah 1x24 jam post operasi


- Latihan isometric gastrocnemius tibialis anterior, sinistra
quadriceps sinistra, harmstring sinistra.
-Latihan transfer dan ambulasi dengan alat bantu
Latihan isometric gastrocnemius tibialis anterior, sinistra

4-6 minggu

quadriceps sinistra, harmstring sinistra.


8-12 minggu
12-16 minggu

-Latihan transfer dan ambulasi dengan alat bantu


Isometrik dan isotonik knee dan ankle
-Isometrik dan isotonik knee dan ankle
-Full weight bearing
(Hoppenfeld et al, 1999).

Latihan ambulasi dilakukan dengan beberapa proses yaitu mulai dari


setengah duduk, duduk, berdiri di pinggir kasur, dan kemudian berjalan sedikit
demi sedikit. Saat berjalan difokuskan untuk non weight bearing terlebih dahulu
kemudian partial weight bearing, dan setelah itu full weight bearing. Proses
berjalan ini disesuaikan dengan kondisi pasien.
Berikut ini adalah tujuan dilakukannya rehabilitasi medik pada pasien
fraktur cruris :
1)

Lingkup Gerak Sendi/LGS (Range of Motion/ROM)

Menambah dan mengembalikan lingkup gerak sendi lutut dan ankle


2)

Kekuatan Otot

Menambah kekuatan otot yang terkena efek dari fraktur.


a) Gluteus medius: abduksi pinggul
b) Iliopsoas: fleksi pinggul
c) Gluteus maximus: ekstensi pinggul
d) Adductor magnus, longus, and brevis: adduksi pinggul

17

e) Quadriceps: ekstensi lutut


f) Hamstrings: fleksi lutut
3)

Pengembalian Fungsi

Menormalkan cara berjalan pasien. Mencapai 90 derajat fleksi pinggul


untuk posisi duduk yang baik.
Okupasi Terapi pada pasien ini masih belum dibutuhkan. Ortotik Prostetik
dibutuhkan untuk membantu penyediaan alat yang dibutuhkan pasien yaitu
walker. Psikologi dan Pekerja Sosial Medik saat ini belum dibutuhkan untuk
pasien dan keluarga pasien ini. Waktu Perkiraan Penyembuhan Tulang pada
pasien ini sekitar 12 sampai 16 minggu dan waktu Perkiraan Rehabilitasi sekitar
15 sampai 30 minggu.
Prognosis ad vitam pada pasien ini adalah bonam karena penyakit ini
sudah didiagnosis dan saat ini tidak mengancam nyawa serta tanda-tanda vitalnya
dalam kondisi baik. Prognosis ad sanactionam pada pasien ini adalah dubia ad
bonam karena faktor penyulit kesembuhan masih mungkin mempengaruhi pasien
tetapi angka rekurensi sangat minimal untuk dewasa muda. Prognosis ad
functionam pada pasien ini adalah dubia ad bonam karena fungsi-fungsi masih
mungkin membaik ataupun memburuk seperti stiffness maupun kontraktur jika
tidak dilakukan terapi pengobatan yang adekuat terhadap rehabilitasi pasca
operasinya.

DAFTAR PUSTAKA
Cuccurullo, S. 2002. Physical Medicine and Rehabilitation Board Review. New
Jersey:Demos pp 203-4
Hoppenfeld, S., Murthy, V. 1999. Treatment and Rehabilitation of Fracture.

18

Pratt, E., Amiran, M., Gray, P. 2001. Open Reduction and Internal Fixation of the
Hip. In Maxey, L. Magnusson, J. Rehabilitation for the Postsurgical
Orthopedic Patient. United Kingdom: Mosby pp 188-205
Snell, R. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta: EGC pp:
557-91
Solomon, L. Warwick, D. Nayagam, S. 2010. Apleys System of Orthopaedics and
Fractures. United Kingdom: Hodder Arnold pp: 847-52

19

Anda mungkin juga menyukai