Anda di halaman 1dari 3

Differential Diagnosis

Diagnosis yang dari Penyakit Graves secara umumnya dengan ophthalmophaty. Pada
orang dewasa, penyakit Graves kemungkinan lebih sulit untuk dilakukan diagnosis dan
kemungkinan manifestasi kliniknya hanya dengan adanya penyakit jantung atau penurunan
berat badan (apathetic atau masked thyrotoxicosis). Beberapa pasien kemungkinan memiliki
kelenjar tirod dengan ukuran normal. Hormon tiroid bebas (T4 dan T3) diperkirakan selalu
tinggi, meskipun beberapa pasien terjadi hanya peningkatan pada T3 bebas (T3 toksikosis).
Pada penyakit Graves. TSH level dilakukan pengukuran dengan menggunakan uji sensitifitas
yang selalu tertekan, dan scaning tiroid yang memperlihatkan penyebaran uptake dari isotop
dan terkadang pyramidal lobe (AACE, 2006).
Toksik adenoma (hot nodule) berhubungan dengan TSH level yang rendah, dengan
atau tanpa kenaikan dari T4 bebas atau T3. Scaning tiroid menunjukkan fungsi dari nodule
dan penekanan dari jaringan ekstranodular tiroid. Toksik multinodular goiter memiliki
karakteristik yang sama dana mirip dengan hasil laboratorium dari toksik nodule, tetapi
kelenjar tiroid terjadi pembesaran dan menyusun beberapa nodule. Pada kasus yang sama,
radioaktif iodine uptake selalu meningkat tetapi masih dalam rentang normal (AACE, 2006).
Rendahnya uptake radioiodine pada konjungsi dengan kelenjar tiroid yang lemah pada
scaning tiroid digolongkan menjadi subacute thyroiditis, silent thyroiditis, iodine-induced
hyperthyroidism, and factitious thyroxine-induced hyperthyroidism. Semua kondisi ini
berhubungan dengan perubahan peningkatan T4 dan T3 pada RIA selama fase hipertiroid
(AACE, 2006).
Thyroiditis subakut klasik biasanya terasa sakit, terkadang menyebabkan demam, dan
self-limited. Hipertiroid merupakan akibat dari pelepasan hormone tiroid yang tersimpan dari
kelenjar tiroid yang mengalami radang. Seringkali, fase awal hipertiroid mengarah pada fase
hipotiroid selama periode 2 atau 3 bulan. Tiroiditis silent (tanpa rasa sakit), dianggap sebagai
gangguan autoimun, memiliki tempat yang sama dan sangat umum terjadi pada wanita post
partum. Iodine-induced hyperthyroidism sering terjadi pada populasi yang lebih tua dan
biasanya terlihat dengan adanya nontoksik nodular goiter. Beban yodium, berasal dari
suplemen atau obat oral atau dari kontras agen intravena yang menginduksi hipertiroid, yanag
mana tidak mudah untuk diatasi dan membutuhkan terapi khusus (AACE, 2006).
Tidak semua peningkatan hasil dari T4 dan T3 pada RIA dan tidak semua penekanan
TSH level berhubungan dengan hipertiroid. Pemberian estrogen atau kehamilan
meningkatkan thyroxine-binding globulin dan hasilnya adalah peningkatan T3 dan T4 total
pada RIA tetapi T4 dan T3 bebas normal dan hasil normal juga terdapat pada TSH assay.

Euthyroid hyperthyroxinemia kemungkinan juga diakibatkan karena adanya abnormal ikatan


protein lainnya, termasuk albumin dan prealbumin. Sama halnya dengan resistensi hormone
tiroid dapat meningkatkan serum T4 level tanpa hipertiroid. Pemberian kortikosteroid,
penyakit severe dan disfungsi pituitary dapat menyebabkan peningkatan TSH level pada
absens hipertiroid (AACE, 2006).
Diagnosis
Kombinasi FT4 atau FT4I serum yang rendah dan TSH serum meningkat adalah
diagnostic adanya hipotiroidisme primer. Kadar T3 bervariasi dan dapat berada dalam batar
normal. Uji positf terhadap autoantibody tiroid mengarah tiroiditis Hashimoto yang
mendasari. Pada pasien dengan miksedema hipofisis. FT4 atau FT3 akan rendah tetapi TSH
serum tidak akan meningkat. Kemudian mungkin perlu membedakan penyakit hipofisis dari
hipotalamus, dan untuk hal ini uji TSH paling membantu. Tidak adanya respons TSH
terhadap TRH menunjukkan adanya defisiensi hipofisis. Respon parsial atau normal
menunjukkan bahwa fungsi hiposis intake tapi bahwa defek ada pada sekresi TRH
hipotalamus (Anwar, 2005).

Diagnosis hipotiroidisme. Tiroksin bebas (FT4) maupun indeks bebas (FT4I) dapat
bersama TSH sebagai penilaian (Anwar, 2005).

Penyakit Graves kadang-kadang terdapat dalam bentuk tidak biasa atau atipis, di
mana diagnosisnya bisa tidak begitu jelas. Atrofi otot yang menonjol mengarah pada adanya
miopati berat yang harus dibedakan dari kelainan neurologis primer. Paralisis periodik
tirotoksis biasanya terjadi pada pria Oriental dan datang dengan serangan mendadak paralisis
flasid dan hipokalemia. Paralisis membaik sendirinya dan dapat dicegah dengan tambahan
K+ dan penghambat beta-adrenergik. Penyakit ini diobati dengan terapi tirotoksikosis yang
tepat. Pasien dengan penyakit jantung tiroid muncul terutama dengan gejala keterlibatan
jantung --khususnya fibrilasi atrial refrakter yang tidak peka terhadap digoksin-- atau gagal
jantung dengan curah yang tinggi. Kira-kira 50% pasien ini tidak terbukti ada penyakit
jantung yang mendasari, dan masalah jantung disembuhkan dengan terapi tirotoksikosis.
Pasien-pasien tua akan datang dengan penurunan berat badan, goiter kecil, fibrilasi atrial
lambat, dan depresi berat, dan tidak ada gambaran klinis adanya peningkatan reaktivitas
katekolamin. Pasien flasid ini menderita "hipertiroidisme apatetik". Akhirnya, beberapa
wanita muda mengalami amenorea dan infertilitas sebagai gejala-gejala primer. Pada semua
contoh-contoh ini, diagnosis penyakit Graves biasanya dapat dibuat dengan pemeriksaan
klinis dan laboratories (Anwar, 2005).
Pada sindroma disebut "hipertiroksemia disalbuminenik familial", protein abnormal
seperti albumin ada pada serum yang sebagian mengikat T4 tapi tidak T3. Hal ini berakibat
peningkatan T4 dan FT4I serum, tapi T3, T4 bebas, dan TSH normal. Hal yang penting ialah
membedakan keadaan eutiroid dengan hipertiroidisme. Di samping tidak adanya gambaran
klinis hipertiroidisme, T3 serum dan kadar TSH normal akan menyingkirkan diagnosis
hipertiroidisme (Anwar, 2005).
Anwar, Rusnawa. 2005. Fungsi Kelainan Kelenjar Tiroid. Subbagian Fertilitas dan
Endokrinologi Reproduksi Bagian Obstetri dan Ginekologi. Fakultas Kedokteran
Universitas Padjajaran. Bandung.
American Association of Clinical Endocrinologists. Medical Guidelines For Clinical Practice
for The Evaluation and Treatment of Hyperthiroidism and Hypothiroidism.
Endocrine Practice. 2006. Volume 8 No. 6 (457 469).

Anda mungkin juga menyukai