Anda di halaman 1dari 25

RESPONSI

Uretritis Gonorrhoe

Oleh :
Intan Savira
G99131042

Pembimbing:
Dr. Endra Yustin ES, SpKK, M.Sc

KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU PENYAKIT KULIT KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2014

STATUS RESPONSI
ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
Pembimbing

: Dr. Endra Yustin ES, SpKK, M.Sc

Nama Mahasiswa

: Intan Savira

No Mahasiswa

: G99131042
GONORE

A.

DEFINISI
Gonore mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae.1 Gonore adalah penyakit kelamin yang pada permulaan keluar
nanah dari OUE (orifisium uretra eksternum) sesudah melakukan hubungan
kelamin.2 Gonore merupakan masalah kesehatan umum dan penyakit infeksius
yang paling sering dilaporkan.3

B.

EPIDEMIOLOGI
Gonore tersebar di seluruh dunia terutama di negara berkembang. 2
Kondisi ini didukung oleh faktor risiko demografi yang ada di negara
berkembang yang banyak mendukung terjadinya gonore, antara lain :
urbanisasi, pengawasan orang tua atau masyarakat terhadap anak muda masih
kurang, sehingga terjadi aktifitas seksual di usia muda, status pernikahan,
riwayat gonore sebelumnya akan mempermudah mendapatkan penyakit ini,
dan ekonomi kurang, akan mendukung kegiatan prostitusi, mempermudah
mendapatkan

penyakit,

dan

menyebabkan

kurangnya

akses

untuk

mendiagnosis dan perawatan.2,3,4


Centers for Disease Control and Prevention (CDC) memperkirakan
bahwa lebih dari 700.000 orang di Amerika Serikat mendapatkan infeksi
gonore baru setiap tahunnya. Dan hanya separuhnya yang telah terdeteksi oleh
CDC.4 Pada tahun 2009, 301.174 kasus gonore dilaporkan ke CDC.7 Sejak
tahun 1970, kejadian keseluruhan infeksi gonokokal telah menurun drastis di
negara-negara Barat modern. Dalam beberapa tahun terakhir, meningkat
sedikit (5,5% tingkat kenaikan pada tahun 2005-2006). Negara-negara
1

berkembang memiliki tingkat tertinggi gonore dan komplikasinya. 3

Di

Indonesia, data dari Departemen Kesehatan RI pada tahun 1988, angka


insidensi gonore adalah 316 kasus per 100.000 penduduk. Beberapa penelitian
di Surabaya, Jakarta, dan Bandung terhadap PSK wanita menunjukkan bahwa
prevalensi gonore berkisar antara 7,4 50%.12
Tidak ada predileksi ras, semua bangsa dapat terkena, dan banyak
ditemukan di perkotaan.2,3 Semua populasi yang aktif secara seksual beresiko
untuk infeksi gonokokal, dan tingkat risiko meningkat dengan jumlah
pasangan seksual dan adanya penyakit menular seksual lainnya (PMS). 3
Gonore dapat terjadi pada dewasa, predominan dewasa muda (usia 20-24
tahun), diikuti oleh remaja (usia 15-19 tahun) dan bayi baru lahir akibat
tertular ibu saat janin melewati jalan lahir.4
Sebelum 1996, gonore lebih sering mengenai laki-laki daripada
wanita. Sejak saat itu angka kejadian antara laki-laki dan wanita sama, tetapi
selama 3 tahun belakangan ini, penigkatan angka kejadian pada laki-laki
terlihat sangat pelan. Pada 2009, rata-rata gonore terjadi 105,5 kasus tiap
100.000 populasi pada wanita dan 91,9 kasus tiap 100.000 populasi pada lakilaki.6
a.
b.

Simptom terjadi lebih banyak pada pria dibandingkan wanita.


Status carier yang asimptomatik dapat terjadi pada kedua jenis kelamin,
tetapi lebih sering terjadi pada wanita daripada pria.
Sekuele yang parah lebih sering terjadi pada wanita daripada pria.

Pelvic Inflammatory Disease (PID) pada wanita dapat menyebabkan


kehamilan ektopik atau infertilitas, dan pada wanita penyakit ini lebih sering
menjadi Disseminated Gonococcal Infection (DGI).3 Ini mungkin karena
perbedaan hormonal, menstruasi, dan perubahan pH vagina. Wanita yang
lebih muda dari 25 tahun berada pada resiko tertinggi untuk infeksi
gonokokal.3
Di Amerika Serikat, angka kejadian gonore terbanyak ditemukan pada
orang-orang muda (15-30 tahun) yang belum menikah dan berada pada
tingkat pendidikan dan status ekonomi yang rendah. Infeksi pada anak-anak
merupakan penanda adanya pelanggaran seksual pada anak.3
Pada 2009, rata-rata usia wanita yang lebih sering terkena 15-19 dan
20-24 tahun. Pada laki-laki usia rata-rata yang lebih sering terkena adalah 202

24 tahun. Selama tahun 2005-2009 angka kejadian gonore menurun pada


seluruh kelompok usia 40-44 tahun, 65 tahun atau lebih tua, dan 35-39 tahun
baik laki-laki maupun wanita.6
Gonore sulit dikendalikan, hal ini disebabkan oleh infeksi yang bersifat
asimptomatis pada kedua jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan,
fasilitas dan perjalanan, perubahan besar populasi, pergaulan sambil lalu,
seringkali, dan tak jelas, rendahnya moral, homoseksualitas, dan tingginya
tingkat reinfeksi pada golongan populasi tertentu, juga karena tidak lengkap
dan salahnya pelaporan kasus dan follow up dari gonore itu sendiri,
penggunaan dan penyalahgunaan antibiotik baik dengan atau tanpa resep,
cepat munculnya galur resisten obat, semuanya menyumbang sulitnya
pengendalian.3
C.

ETIOLOGI DAN PATOGENESIS


Penyebab gonore adalah gonococcus yang ditemukan oleh Albert
Ludwig Sigismund Neisser pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun
1882. Gonore disebabkan oleh infeksi dari bakteri Neisseria gonorrhoeae.
Kuman tersebut termasuk dalam grup Neisseria dan dikenal ada 4 spesies,
yaitu N. gonorrhoeae dan N. meningitidis yang bersifat patogen serta
N.catarrhalis dan N. pharyngis sicca yang bersifat komensal. Keempat
species ini sukar dibedakan kecuali dengan tes fermentasi.7
Gonore disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, diplokokus gram
negatif berukuran lebar 0,8 u dan panjang 1,6 u, dengan morfologi yang jelas,
berbentuk kokkus, datar, paralel dengan aksis memanjang seperti kacang.
Gonokok bersifat tahan asam, mempunyai toleransi terhadap oksigen, tapi
biasanya

membutuhkan

2-10%

CO2.1,4

Untuk

pertumbuhan

optimal

membutuhkan temperatur 35-370C dan pH 7,2-7,6. Neisseria gonorrhoeae


tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, dan tidak
tahan zat desinfektan. 4
Neisseria gonorrhoeae adalah gram negatif, intraseluler, diplokokus
aerob. Bakteri ini terutama menyerang epitel kolumner atau kuboid. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi gonokokus yang berhubungan dengan
virulensi dan patogenitasnya. Patogenesisnya melibatkan perlekatan bakteri
pada sel epitel kolumner melalui pili. Pili membantu perlekatan gonokokus ke
3

permukaan mukosa dan membantu bakteri terhindar dari fagositosis PMN.


Membran

protein

terluar

berupa

protein

Opacity-associated

(Opa)

meningkatkan kesatuan antar gonokokus (membentuk koloni opaque pada


media kultur) dan juga meningkatkan

kesatuan untuk melekat. Bakteri

mensekresikan Ig A protease untuk melindungi diri dari antibodi sel mukosa


yang memisahkan dan menonaktifkan Ig A yang terdapat pada sebagian besar
selaput lendir manusia. Protease, dapat membelah rantai dari imunoglobulin
manusia dan memblok sistem imun terhadap bakteri. Rmp yang terdapat pada
permukaan sel bakteri berfungsi untuk melindungi antigen permukaan bakteri
seperti por atau LOS dari antibodi host. Setelah gonokokus melekat pada
mukosa sel inang (dengan bantuan pili dan protein Opa), bakteri masuk ke
dalam sel host melalui endositosis yang diperantarai oleh adhesin dan
spingomielinase serta melakukan replikasi intraseluler. Kemudian bakteri
melakukan penetrasi terus-menerus di antara sel-sel ke dalam ruang
subepithelial. LOS dan komponen dinding sel bakteri seperti peptidoglikan
menyebabkan produksi TNF- sehingga mengakibatkan respon inflamasi yang
memberikan simptom lokal invasi neutrofil, diikuti oleh kerusakan epitel,
pembentukan mikroabses submukosa dan discharge purulen. 4,9,10
Di dalam sel, bakteri ini bereplikasi dan dapat tumbuh dalam kondisi aerob
maupun anaerob. Setelah invasi sel, bakteri berproliferasi di tempat, dan
memicu respon inflamasi. Di luar sel, bakteri dapat bertahan dari perubahan
suhu, sinar ultraviolet, kekeringan, perubahan suhu, sinar UV, panas, dan
pengaruh lingkungan yang lain.4
D.

JENIS PENULARAN
Gonore lebih banyak ditularkan melalui hubungan seksual, biasanya
merupakan kelanjutan inokulasi selama hubungan seksual vaginal, anal atau
oral. Masa inkubasi rata-rata 2-8 hari.3
Risiko penularan dari seorang wanita yang terinfeksi kepada uretra
pria pasangannya kira-kira 20% setiap kali vaginal intercourse dan meningkat
hingga 60-80% setelah 4 atau lebih paparan. Sebaliknya, risiko penularan dari
pria ke wanita kira-kira 50-70% setiap kali hubungan, dengan sedikit
peningkatan risiko pada paparan yang lebih banyak.

Penularan melalui

hubungan penis-rectum juga cukup efisien untuk menularkan penyakit ini.


4

Seseorang yang berhubungan seksual secara tidak terlindung dengan pasangan


baru cukup sering menderita infeksi ini. Penularan jarang terjadi pada
hubungan seksual yang menggunakan kondom.3,6
Penyakit ini juga bisa menular dari saluran genital wanita kepada anak
yang dilahirkan selama persalinan yang menyebabkan ophthalmia neonatorum
dan infeksi sistemik pada neonatus. Infeksi neonatal mungkin merupakan
lanjutan dari inokulasi konjungtiva selama persalinan atau infeksi langsung
melalui kepala pada sisi yang terpasang electrode monitoring.3
Di samping itu, penularan dapat terjadi secara manual melalui alatalat, pakaian, handuk, termometer dan sebagainya.7
E.

ANAMNESA
Anamnesa harus mencakup riwayat penyakit menular seksual
(termasuk infeksi HIV dan virus hepatitis ), sejarah pengobatan untuk PMS
dikenal, gejala PMS dikenal pada pasangan seksual saat ini atau masa lalu,
jenis kontrasepsi yang digunakan, dan riwayat kekerasan seksual . Pada
wanita, anamnesa juga harus mencakup tanggal periode menstruasi terakhir
dan rincian paritas, termasuk riwayat kehamilan ektopik.3
1.

Pria
Masa inkubasi bakteri pada laki-laki sekitar 2-8 hari. Sekitar 10%
dari laki-laki yang terinfeksi, asimptomatis. Inflamasi membran mukosa
pada uretra anterior menyebabkan nyeri saat miksi dan sekitarnya tampak
kemerahan dan bengkak. Nyeri pada testis dan pembengkakan
menunjukkan epididimitis atau orchitis yag merupakan salah satu gejala
yang tampak. Namun, epididimitis lebih sering dikarenakan oleh
Chlamydia trachomatis atau kombinasi infeksi dengan Neisseria
gonorrhoeae. Epididimitis akut yang bisa disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae, terutama pada pria muda dari 35 tahun. Hal ini biasanya
unilateral dan sering terjadi dalam hubungannya dengan eksudat uretra.3
Pria mungkin mengeluhkan nyeri saat buang air kecil dan keluarnya
discharge berupa nanah yang kental dan berlebihan dari urethra 4. Derajat
nyeri sering menjadi sangat hebat. Pada awalnya, discharge berbentuk
cair dan jumlahnya sedikit tetapi secara cepat berubah menjadi banyak
dan kekuning-kuningan.8 Lazimnya keadaan ini terjadi 3 hingga 10 hari
setelah bersetubuh dengan wanita yang berpenyakit gonorea.6
5

Infeksi ascenden mungkin menyerang epididimis, testis atau


kelenjar prostat yang dapat menimbulkan gejala nyeri atau bengkak pada
scrotum.6
2.

Wanita
50% wanita yang terinfeksi dengan Neisseria gonorrhoeae,
asimptomatis. Screening yang sesuai, diagnosa yang tepat, dan terapi
sangat penting pada wanita dengan komplikasi serius dapat menyebabkan
kemandulan.4 Tempat yang paling sering untuk infeksi gonokokal pada
wanita adalah endoserviks (80% -90%), diikuti oleh uretra (80%), rektum
(40%), dan faring (10% -20%). Jika timbul gejala, mereka sering
terwujud dalam waktu 10 hari infeksi. 3 Tidak ada tanda yang khusus
menandakan

penyakit

gonorea

pada

wanita.3

Wanita

mungkin

mengeluhkan discharge vaginal, sulit buang air kecil (disuria), sering


buang air kecil, berhentinya siklus menstruasi, atau perdarahan saat
berhubungan seksual. Serviks mungkin memberikan gambaran dari
normal sampai gambaran inflamasi dengan nanah. Infeksi pada uretra
menyebabkan disuria atau pus. Gabungan urethritis dan cervicitis pada
pemeriksaan sangat mendukung penegakan diagnosis gonore, kedua
daerah ini terinfeksi pada sebagian besar pasien gonore.
Gejala lanjutan yang jarang terjadi yang mana menandakan
timbulnya PID. PID terjadi pada 10-40% infeksi gonore tanpa infeksi
pada wanita dan dikarakteristikkan dengan demam, nyeri perut bawah,
nyeri punggung, muntah, perdarahan vagina, dispareunia dan gerakan
halus adneksa atau servik pada latihan fisik. Sequelae pada infeksi yang
tidak diatasi meliputi abses tuba ovarium, kehamilan ektopik yang
berikutnya, nyeri pelvis kronis, dan infertilitas karena inflamasi kronis
dapat menimbulkan scar. Gejala cenderung dirasakan pada waktu
menstruasi dan tidak dapat dibedakan dari etiologi non gonococcus. FitzHigh-Curtis Sindrom, melibatkan peradangan pada kapsul hepar,
dihubungkan dengan infeksi genitourinaria mungkin terjadi pada lebih
dari seperempat wanita dengan PID yang disebabkan oleh selain
Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia trachomatis. Gejala yang tampak
meliputi nyeri kuadran atas kanan dan kelemahan dengan tes fungsi
hepar yang abnormal.4
6

3.

Bayi Baru Lahir dan Anak-anak


Neonatus tertular Neisseria gonorrhoeae ketika melewati jalan
lahir dari kontak dengan sekret infeksi. Namun, transmisi untuk bayi baru
lahir juga bisa terjadi pada rahim atau pada periode postpartum. 3 Seperti
infeksi pada mata yang dikenal dengan opthalmia neonatorum dan dapat
menjadi perforasi kornea yang berat atau terbentuk scar.6 Organisme ini
dapat menyebabkan cedera permanen pada mata yang sangat cepat.
Pengakuan dan pengobatan sangat penting untuk menghindari kebutaan.
Kebutaan akibat infeksi gonokokal neonatal adalah masalah serius di
negara-negara berkembang, tetapi sekarang jarang di Amerika Serikat
dan di negara-negara lain di mana profilaksis konjungtiva bayi dengan
terapi antimikroba yang rutin.7 Kebanyakan negara, oleh undang-undang,
wajib menggunakan profilaksis tetes mata silver nitrat, eritromisin, atau
salep mata tetrasiklin untuk mencegah opthalmia neonatorum. Infeksi
faringeal atau genital gonococcus pada anak-anak sering menandakan
penyalahgunaan seksual dan memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.4
Laki-laki homoseksual dapat menderita gonore pada rectum.
Keadaan ini dapat menimbulkan gejala keluarnya discharge nanah
bercampur darah dari rectum yang terasa nyeri. Pada wanita mungkin
juga berkembang proctitis melalui autoinokulasi dari sekret servikal atau
sebagai hasil kontak langsung dari sekresi penis pasangan yang
menderita infeksi. Gejala mungkin meliputi sekret rektum yang
mukopurulen, nyeri defekasi, konstipasi, dan tenesmus.
Pada kedua jenis kelamin, infeksi tenggorokan dapat disebabkan
karena oral seks dengan pasangan yang terinfeksi. Pada sebagian besar
kasus asimptomatik tetap kadang-kadang menimbulkan gejala sakit
tenggorokan yang disertai dengan demam. Insiden faringitis gonococcus
sering pada laki-laki.4 Penglihatan yang kabur secara tiba-tiba pada satu
mata mungkin merupakan gejala konjungtivitis karena gonore pada orang
dewasa.6

F.

PEMERIKSAAN FISIK

Organ wanita yang mungkin diserang oleh gonore ialah uretra,


serviks, uterus, tuba fallopi, kelenjar genitalia seperti kelenjar Bartholin (yang
terdapat di bibir kemaluan), kelenjar Skene's (yang terdapat di bagian bawah
OUE). Pada pria, organ yang mungkin terinfeksi adalah uretra, epididimis, dan
kelenjar Cowper's. Selain menyerang permukaan mukosa yang berada pada
saluran genetalia dan organ reproduktif, infeksi juga mungkin menyerang
permukaan mukosa yang ada pada dubur, rektum, mulut, tenggorokan dan
mata.9
Pasien mungkin memiliki tanda dan gejala yang khas untuk penyakit
gonokokal, terutama pada traktus genitalia. Bahkan kadang-kadang pasien
tidak bisa menentukan letak gejala dan tanda tersebut.3 Antara 30-60% dari
orang-orang berpenyakit gonore adalah asimptomatik atau mengalami
penyakit subklinis.3
Traktus urogenital wanita3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Discharge serviks yang mucopurulen atau purulen.


Discharge atau perdarahan vaginal, vulvovaginitis pada anak.
Nyeri perut bagian bawah dengan atau tanpa nyeri lepas tekan.
Nyeri adneksa (berhubungan dengan infeksi ascenden).
Nyeri pada pergerakan servik (berhubungan dengan infeksi ascenden).
Demam
Nyeri pada perut kanan atas (dengan Fitz-Hugh and Curtis syndrome)

Gambar 1. Gonore pada Traktus Urogenital Wanita3


Traktus urogenital pria3
1. Discharge uretra yang mukopurulen atau purulen.
2. Nyeri epididimis unilateral dan edema
3. Edema penis tanpa tanda inflamasi lain yang jelas.
8

4. Striktur uretra.
5. OUE merah, edema, ektropion keluar eccoulement.

Gambar 2. Gonore pada Traktus Urogenital Pria4


Anus3
1.

Discharge mucopurulen atau purulen dengan atau tanpa perdarahan pada

2.

anus.
Eksudat mucopurulen dan inflamasi pada mukosa anus.
Abses rektal (kurang umum) 3

3.

Mata3
Konjungtivitis purulenta biasanya bilateral pada ophthalmia neonatorum tetapi
lebih sering unilateral jika disebabkan oleh inokulasi sekunder. Ulserasi
kornea (dalam penyakit okular yang tidak diobati) juga bisa terjadi.

Gambar 3. Ophtalmia Neonatorum3

Disseminated gonococcal infection (DGI)3.


Pasien dengan DGI mungkin menunjukkan beberapa temuan non spesifik
seperti di bawah ini :
1. Demam (biasanya <39C)

2. Polyarthralgia dengan nyeri, terutama lutut, siku, dan sendi distal;


keterlibatan langka kerangka aksial
3. Oligoarthritis asimetris atau tenosynovitis dari biasanya dua atau lebih
daerah sendi
4. Septik sendi, yang mungkin hangat, lembut, dan pembengkakan
5. Lesi kulit : Lesi kulit adalah sedikit khas pada beberapa kasus dan
sebagian

besar

ditemukan

pada

ekstremitas

distal

berupa

lesi

papulopustular yang kecil dengan eritematosus di sekitarnya.


6. Biasanya tidak ada gejala urogenital

Gambar 4. Lesi Kulit Gonore4


G.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dapat berupa :
1.

Sediaan langsung
Pada pria, uretritis dapat didiagnosis dengan menggunakan salah
satu dari dua metode pewarnaan Gram. 3
Yang pertama adalah melalui sampel urin. Sebaiknya, memeriksa
pasien setidaknya 2 jam setelah berkemih atau sebelum pagi hari pertama
batal. Pasien harus menyediakan kekosongan pertama pagi hari, dan 10-15
mL urin pertama disimpan. Urin disentrifugasi sehingga sedimen dapat
dianalisis mikroskopis di bawah kekuasaan tinggi atau minyak imersi.
Kehadiran 10 atau lebih leukosit polimorfonuklear (PMN) dilihat di bawah
kekuasaan tinggi menunjukkan uretritis. 3
Metode kedua adalah Gram noda eksudat uretra. Kehadiran 4 atau
lebih PMN per minyak imersi lapangan adalah diagnostik untuk uretritis.
Pada laki-laki gejala, Gram staining eksudat uretra menghasilkan
sensitivitas 90% -98% dan spesifisitas 95% -98%. Namun, pada pria tanpa
gejala, sensitivitas dari pewarnaan Gram hanya 60%. Oleh karena itu,
studi budaya dianjurkan jika infeksi gonokokal asimtomatik disarankan. 3
10

Kehadiran khas gram negatif intraseluler diplococci setelah


pewarnaan Gram menetapkan diagnosis gonore. Jika organisme ini tidak
diamati, pasien dikatakan memiliki nongonococcal uretritis. Hasil
dianggap samar-samar jika morphotypes khas tidak berhubungan dengan
neutrofil hadir atau jika sel-morfologis organisme yang terkait tetapi
atipikal yang diamati. Sebuah Gram stain sederhana mungkin adalah
metode pilihan untuk mendeteksi gejala gonore pada laki-laki karena jauh
lebih murah dan jauh lebih cepat.3
Pada sediaan langsung dengan pewarnaan Gram akan ditemukan
gonokokus gram negatif, intraseluler, dan ekstraseluler. Bahan duh tubuh
pada pria diambil dari daerah fossa navikularis, sedangkan pada wanita
diambil dari urethra, muara kelenjar Bartholini, serviks, dan rectum.7

Gambar 5. Pengecatan Gram Neisseria gonorrhoeae 3


2.

Kultur secret
Ini adalah standar kriteria diagnostik dan harus digunakan kapan
pun. Sebuah pembiakan tunggal pada media yang paling selektif
menghasilkan sensitivitas 95% atau lebih untuk spesimen uretra dari pria
dengan uretritis simtomatik. Tingkat sensitivitas sekitar 80% -90% adalah
infeksi endoserviks ditemukan pada wanita. Untuk hasil maksimal dalam
spesimen serviks, inokulasi secara simultan pada media selektif dan non
11

selektif dianjurkan. Pembiakan mungkin memakan waktu beberapa hari


sampai minggu.3
Media yang dapat digunakan7 :
a. Media Thayer Martin.
Media ini selektif untuk mengisolasi gonokokus. Mengandung
vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman gram positif,
kolestimetat untuk menekan pertumbuhan bakteri gram negatif dan
nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur. 7
b. Media Transgrow.
Merupakan gabungan media transport dan media pertumbuhan
yang selektif dan nutritif untuk Neisseria gonorrhoeae dan
Neisseria

meningitidis.

Media

ini

merupakan

modifikasi

mediaThayer Martin dengan menambahkan trimetoprim untuk


mematikan Proteus spp.7
3.

Tes Definitif7
a. Tes Oksidasi.
Reagen oksidasi
fenilendiamin

yang

mengandung

hidroklorida

1%

larutan

ditambahkan

tetrametil-ppada

koloni

gonokokus tersangka. Semua Neisseria memberi reaksi positif


dengan perubahan warna koloni yang semula bening berubah
menjadi merah muda sampai merah lembayung.
b. Tes Fermentasi.
Tes oksidasi positif dilanjutkan dengan tes fermentasi memakai
glukosa, maltose dan sukrosa. Kuman gonokokus hanya meragikan
glukosa.

Tes Fermentasi3

Gambar 6. Media
4.

Tes Beta-Laktamase7
Pemeriksaan beta-laktamase dengan menggunakan cefinase TM disc. BBL
961192

yang

mengandung

chromogenic

cephalosporin,

akan

menyebabkan perubahan warna dari kuning menjadi merah apabila kuman


mengandung beta-laktamase.
5.

Tes Thomson7
12

Tes ini berguna untuk mengetahui sejauh mana infeksi telah berlangsung.
Syarat :
a. Sebaiknya dilakukan setelah bangun pagi.
b. Urine dibagi dalam dua gelas.
c. Tidak boleh menahan kencing dari gelas I ke gelas II.
d. Kandung kencing minimal berisi 80-100 ml urine.
Hasil pembacaan :
Gelas I
Jernih
Keruh
Keruh
Jernih
H.

Gelas II
Jernih
Jernih
Keruh
Keruh

Arti
Tidak ada infeksi
Infeksi urethra anterior
Panurethritis
Tidak mungkin

DIAGNOSIS BANDING2
1.

2.

Urethritis non spesifik


Biasanya orificium urethra eksterna (OUE) tidak merah dan tidak edema,
sekret seropurulen.
Kandidiasis
Orificium urethra eksterna (OUE) merah disertai rasa gatal dan sekret
serosa.

I.

TERAPI
1.

Non Medikomentosa :
Cara yang nyata untuk menghindari penularan infeksi menular
seksual adalah dengan menghentikan hubungan seksual dengan pasangan
yang berganti-ganti, atau dengan menjalin hubungan pernikahan yang
berkualitas dengan pasangan yang sudah periksa dan diketahui tidak
terinfeksi. 5
Kondom yang terbuat dari latex, yang mana digunakan secara
benar dan konsisten, dapat mengurangi risiko penularan gonore. 5 Hindari
kontak seksual dengan risiko tinggi mitra. Perlakukan pasangan seksual
yang terinfeksi atau memiliki mereka diuji sebelum melakukan hubungan
seksual.12
Setiap gejala-gejala kelamin seperti debit atau terbakar saat buang
air kecil atau tidak biasa sakit atau ruam harus menjadi sinyal untuk
berhenti berhubungan seks dan ke dokter segera. Jika seseorang telah
didiagnosis dan diobati untuk gonore, ia harus memberitahukan kepada
semua pasangan seks terbaru sehingga mereka dapat melihat penyedia
13

perawatan kesehatan dan diobati. Ini akan mengurangi risiko bahwa


pasangan seks akan mengembangkan komplikasi serius dari gonore dan
juga akan mengurangi risiko seseorang menjadi terinfeksi kembali.
Orang dan semua pasangan seks nya harus menghindari seks sampai
mereka telah menyelesaikan pengobatan mereka untuk gonore dan
sampai mereka dan pasangan seks mereka tidak lagi memiliki gejala.5
2.

Medikomentosa
10 % - 30 % pasien dengan infeksi gonococcus juga terinferksi
oleh Chlamydia. Maka, terapi ganda yang rutin dengan doksisiklin dan
azithromicin telah direkomendasikan dan menunjukkan hasil yang
efektif. Terapi ganda juga mengurangi resistensi bakteri terhadap
antimikroba. Box 205-2 menunjukan recomendasi CDC untuk infeksi
gonococcus tanpa komplikasi pada serviks, urethra, faring dan rektum.4
Efektif rejimen dosis tunggal saat ini dianjurkan sebagai terapi
awal oleh US Public Health Service dan CDC pada semua pasien di
Amerika Serikat adalah ceftriaxone (125 mg IM) atau cefixime (400 mg
PO). Dosis 125 mg intramuskular ceftriaxone sepenuhnya efektif.
Ceftriaxone aman dan efektif pada wanita hamil dan mungkin
menghancurkan inkubasi sifilis . Kelemahan utamanya adalah kebutuhan
untuk

administrasi

intramuskular.

Terapi

alternatif

mencakup

spectinomycin (2 g IM) atau dosis tunggal cephalosporin rejimen.


Spectinomycin dapat digunakan pada pasien alergi terhadap penisilin,
tetapi saat ini tidak tersedia di Amerika Serikat.3 Oleh karena
peningkatan prevalensi resistensi terhadap antimikroba, kuinolon
sebaiknya tidak digunakan lagi untuk infeksi yang didapat di California,
Kepulauan Pasifik , termasuk Hawai , atau Asia.4
Selama dekade terakhir, fluorokuinolon adalah kelas disukai
antimikroba untuk pengobatan gonore, namun, laporan infeksi Neisseria
gonorrhoeae dengan penurunan kerentanan dan ketahanan terang telah
muncul. Pada bulan April 2007, pedoman CDC pengobatan untuk infeksi
gonokokus diperbarui dan kondisi yang terkait. Antibiotik fluorokuinolon
tidak lagi direkomendasikan untuk mengobati gonore di Amerika Serikat.
Rekomendasi itu didasarkan pada analisis data baru dari CDC
14

Gonokokus Isolasi Pengawasan Proyek (GISP). Data dari GISP


menunjukkan proporsi kasus gonore pada laki-laki heteroseksual yang
fluorokuinolon-resisten (QRNG) mencapai 6,7%, meningkat 11-kali lipat
dari 0,6% pada tahun 2001.3
Pasien dengan DGI perlu mondok di rumah sakit karena septic
arthritis, meningitis atau endokarditis. Regimen yang direkomendasikan
untuk DGI adalah ceftriaxone, 1g intramuskulus (IM) atau intravena (IV)
setiap 24 jam, dilanjutkan selama 24 sampai 48 jam setelah kemajuannya
dicatat. Terapi kemudian dapat diganti dengan antibiotik dosis oral sesuai
Box 205-2. Pasangan seksualnya juga harus mendapatkan terapi yang
sesuai.4

DGI membutuhkan periode terapi yang lebih lama seperti yang


terlihat pada Tabel 205-16. Terapi meningitis gonococcal harus terdiri
dari ceftriaxone, 1-2 g IV setiap 12 jam selama 10-14 hari dan untuk
infeksi gonococcal pada neonatus seperti ditunjukkan pada Box 205-36.
Gonococcal ophthalmia neonatorum harus diterapi dengan ceftriaxone,
25-50mg/kg IV atau IM, tidak boleh melebihi 125mg dalam single dose.4

15

KONTRAINDIKASI4
Wanita hamil tidak boleh diterapi dengan tetrasiklin atau kuinolon
karena dapat menyebabkan kerusakan pada janin. Suatu sefalosporin atau
spektinomicin 2 gram single dose dapat digunakan untuk infeksi
gonoccocus dan eritromicin atau amoxicilin untuk terapi chlamydia.
Terapi untuk arthritis gonococcal3
Obat yang digunakan adalah ceftriaxone 1 gram per hari intravena
atau intramuscular selama 7 hari. Terapi oral boleh digunakan sebagai
awalan pada pasien yang patuh dengan diagnosis yang telah tegak dan
hanya menderita infeksi ringan. Antibiotik per oral yang digunakan pada
situasi ini adalah cefixime (400 mg 2 kali sehari) selama 7 hari.
Terapi untuk konjungtivitis gonococcal
Konjungtivitis gonococcal harus diterapi dengan irigasi saline yang
cukup dan injeksi ceftriaxone intramuscular.3 Neonatus yang baru saja
keluar dari jalan lahir diberikan salep eritromisin untuk mencegah
kebutaan akibat infeksi. Penyakit utama berupa gonore harus diobati, jika
hal ini kemudian dilakukan biasanya akan diikuti oleh prognosis yang
baik.6
Terapi untuk PID

16

Untuk PID yang tidak dirawat di rumah sakit manggunakan cefoxitin


2 gram IM +

probenesid 1 gram per oral dalam dosis tunggal atau

ceftriaxone 250 mg IM diikuti oleh oral regimen doxycycline 100 mg 2


kali sehari selama 14 hari. Untuk pasien yang dirawat di rumah sakit
menggunakan cefoxitin 2 gram parenteral setiap 6 jam atau cefotetan 2
gram IV setiap 12 jam ditambah doxycycline. Pemeriksaan dan
pengobatan semua pasangan seksual dari wanita dengan gonococcal PID
adalah penting.3 Rejimen oral untuk gejala agak berat ringan telah terbukti
tidak kalah dengan rejimen intravena. Diagnosis harus ditinjau dan
antibiotik intravena diberikan pada mereka dalam terapi oral yang gagal
setelah 72 jam. 3
Terapi untuk gonokokal epididimitis3
Terapi rekomendasi mencakup ceftriaxone 250 mg IM sebagai dosis
tunggal dengan doksisiklin 100 mg secara oral dua kali sehari selama total
10 hari.
Terapi untuk Infeksi gonokokal diseminata3
Cephalosporin

rejimen

berbasis

disarankan,

terapi

intravena

direkomendasikan awalnya (setidaknya 24-48 jam, sampai perbaikan


klinis) sebelum beralih ke terapi oral. Rejimen termasuk ceftriaxone 1 g IV
setiap 24 jam atau salah satu rejimen alternatif terdaftar oleh CDC.
Cefixime 400 mg secara oral dua kali sehari adalah sefalosporin oral yang
disukai. Kombinasi antibiotik sefalosporin intravena dan oral harus
diberikan untuk total durasi 7 hari.
3.

Terapi Pembedahan3
Banyak dikomendasikan untuk memindahkan organ-organ dalam
wanita yang terkena PID. Sendi yang sepsis harus diaspirasi, baik untuk
membuat diagnose awal maupun untuk memindahkan eksudat inflamasi.
Open drainage jarang dianjurkan, kecuali pada infeksi pinggul anak-anak.

J.

KOMPLIKASI
1. Pria
17

Striktur uretra sekunder terhadap infeksi gonokokus pada pria kurang


umum daripada yang diperkirakan sebelumnya. Beberapa striktur di era
preantibiotikkemungkinan

akibat

pengobatan

dengan

irigasi

menggunakan senyawa kaustik uretra bukan dari gonore itu sendiri.

Komplikasi lain, seperti limfangitis penis, abses periuretra, prostatitis


akut, vesiculitis mani, dan infeksi kelenjar Cowper dan Tyson, sekarang
langka. 3

2. Perempuan

Parut tuba dan infertilitas adalah komplikasi utama infeksi gonokokal


pada wanita. Insiden infertilitas rudapaksa diperkirakan 15% setelah
satu serangan PID dan sekitar 50% -80% setelah 3 serangan.

Insiden kehamilan ektopik meningkat dari 7 kali lipat menjadi 10 kali


lipat pada wanita dengan salpingitis sebelumnya, dengan peningkatan
tingkat kematian yang dihasilkan janin dan ibu.

Kegagalan untuk mendiagnosa PID dapat menyebabkan morbiditas


akut, termasuk abses tuboovarian, endometritis, Fitz-Hugh-Curtis
sindrom (perihepatitis), dan sequelae kronis lainnya.

Infertilitas mungkin lebih umum setelah PID klamidia daripada setelah


PID gonokokal, mungkin karena tanda-tanda inflamasi yang lebih akut
berhubungan dengan wanita gonore prompt untuk mencari diagnosis
dan pengobatan cepat.3
Pada wanita, konsekuensi yang mungkin bila menderita gonore

dalam waktu lama adalah penutupan dari tuba falopi. Jika ini terjadi,
gerakan dari sel telur yang siap dibuahi ke dalam uterus menjadi lebih sulit
dan dapat meningkatkan risiko sterilitas dan kehamilan ektopik.5
Pada beberapa kasus yang sangat jarang, gonore dapat menyebar
melalui vena.5 Kira-kira 1% kasus gonore akan berlanjut menjadi gonore
disseminate. Penyakit ini banyak didapat pada penderita dengan gonore
asimptomatik sebelumnya, terutama pada wanita.5
Komplikasi lain yang mungkin timbul adalah:

Kornea: jaringan parut setelah infeksi gonokokal okular

Penghancuran permukaan artikular sendi pada artritis septik gonokokal


18

Penghancuran katup jantung pada endokarditis gonokokal

Kematian akibat gagal jantung kongestif yang berhubungan dengan


endokarditis

K.

SSP komplikasi meningitis gonokokal3

PROGNOSIS
Pada umumnya prognosis dari penyakit ini adalah baik. Dengan terapi
awal yang memadai, lengkap menyembuhkan dan kembali ke fungsi normal
aturan. Terlambat, tertunda, atau terapi yang tidak tepat dapat menyebabkan
morbiditas yang signifikan atau, pada kesempatan langka, kematian.3
Komplikasi berat dari infeksi gonokokal pada wanita adalah jaringan
parut pada tuba dan infertilitas. Insiden infertilitas adalah 15% setelah satu
serangan PID dan kurang lebih 50-80% setelah 3 kali serangan. Insiden
kehamilan ektopik meningkat 7-10 kali lipat pada wanita dengan salpingitis
sebelumnya, dengan akibat meningkatnya angka kematian ibu dan bayi. 2
Kegagalan diagnosa PID dapat mengakibatkan morbiditas akut, termasuk
abses tuboovarial, endometritis, atau Fitz-Hugh and Curtis syndrome
(perihepatitis), dan sekuel kronik yang muncul lebih awal.3
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjaiful Fahmi Daili: Gonore. Dalam : Sjaiful Fahmi Daili., Wresti Indiatmi B.
Makes, Farida Zubier, Jubianto Judanarso. Penyakit Menular Seksual. Edisi II.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta: 44-55, 2003
2. R.S. Siregar. Atlas Berwarna Saripati Kulit. EGC, Jakarta: 337-339, 1996
3. Brian
Wong.
2009.
Gonococcal
http://emedicine.medscape.com/article/218059-overview

Infections.

4. Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell Dj. Gonore
and Other Venereal Diseases. Dalam : Fitzpatrick. Dermatology in General
Medicine. Ed 7th. New york. McGraw Hill Company. 2007. p: 1994-1996
5. Centers for Disease Control and Preventif, 2008. Gonore - CDC Fact Sheet.
6. Wikipedia, 2009. Gonore. http://en.wikipedia.org/wiki/Gonore.
7. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 5 Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. pp:369-379 , 2007
19

8. Jawetz, Ernest; Joseph Melnick; Edward Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran.


Edisi 20. Jakarta : penerbit Buku Kedokteran EGC. pp:281-283. 2007
9. Adam, Am dan Rizka Haerani Saenong. 2007. Infeksi Gonore pada Anak
dalam Dexa Media Jurnal Kedokteran dan Farmasi. No 2 Vol 20 April Juni
2007
10. Myron Cohen and Frederick Sparling. Mucosal Infection with Neisseria
Gonore. The journal of Clinical Investigation Vol 89 : 1699-1705, 1992
11. Muhammad Ali Shodikin. 2010. Penyebaran Penyakit Infeksi Bakteri
Neisseria gonorrhoeae Pada Pekerja Seks Komersial Wanita Di Lokalisasi
Puger Jember. http://malishodikin.blogspot.com/
12. Mayoclinic
staff.
2011.
http://www.mayoclinic.com/health/gonore/DS00180

20

Gonore.

LAPORAN KASUS
URETRITIS GONORE
A. ANAMNESIS
1. Identitas
Nama
Umur
Jenis kelamin
Status
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Tanggal periksa
No RM

: Tn. MS
: 24 tahun
: Laki-laki
: Belum menikah
: SMA
: Wiraswasta
: Langenharjo, Grogol, Sukoharjo
: 22 Desember 2014
: 01263820

2. Keluhan utama
Nyeri saat BAK dan keluar nanah dari lubang kencing
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh nyeri saat buang air kecil sejak 5 hari yang lalu.
Nyeri terutama saat memulai buang air kecil dan disertai panas. Pasien
juga mengeluhkan keluar cairan kental berwarna putih seperti nanah,
cairan tersebut keluar setiap selesai buang air kecil, nanah tersebut juga
keluar sepanjang hari terutama pagi hari dan setiap kali muncul pasien
merasa cairan lengket dan menempel pada celana dalam. Pasien belum
pernah berobat ke dokter manapun.
Pasien mengaku belum menikah. Pasien mengaku melakukan
hubungan seksual 1 minggu sebelum keluhannya dirasakan dengan
seorang wanita dengan membayar. Pasien mengaku tidak memakai
kontrasepsi saat berhubungan dengan wanita yang dibayarnya.

4. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat sakit serupa
Riwayat hubungan seksual
Riwayat alergi makanan/obat

21

: disangkal
: (+)
: disangkal

5. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat sakit serupa
Riwayat alergi obat dan makanan

: disangkal
: disangkal

6. Riwayat Kebiasaan

Penderita biasa berganti-ganti pasangan seks dengan PSK.


Penderita biasa mandi 2 kali sehari dengan sabun mandi dan
handuk yang digunakan sendiri dengan air PDAM dan berganti
pakaian dalam dan luar sehari 2 kali.
7. Riwayat Sosial Ekonomi
Penderita bekerja sebagai wiraswasta dan berobat dengan fasilitas
BPJS
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status generalis
Keadaan umum baik, compos mentis, gizi cukup.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.

Tekanan darah
Nadi
Respirasi
Suhu
Mata
THT
Leher
Thoraks
Abdomen
Genetalia
Ekstremitas superior
Ekstremitas inferior

: 130 / 90 mmHg
: 84 x/ menit
: 20 x/menit
: 36,50C
: Conjungtiva anemis(-/-), Sklera ikterik (-/-)
: Sekret (-), darah (-)
: Pembesaran KGB (-), trachea di tengah
: Retraksi (-)
: Supel, nyeri tekan (-), Hepar lien tak teraba
: Lihat status lokalis
: Oedem (-/-), akral dingin (-/-)
: Oedem (-/-), akral dingin (-/-)

2. Status lokalis
Regio Genetalia Externa :
Orifisium uretra externum kemerahan, edema (-)
Setelah diurut, keluar duh tubuh mukopurulen, berwarna putih
Pembesaran kelenjar getah bening inguinal (-)

22

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan sediaan langsung dengan pewarnaan Gram
Bahan

: Swab urethra

Hasil

: Gram (-) diplococcus terlihat Ekstrasel (+) dan Intrasel (+)


Leukosit >5/LPB

D. DIFFERENTIAL DIAGNOSA
Uretritis Gonore
Uretritis Non Gonore
E. DIAGNOSA
Uretritis Gonore
F. TERAPI
NON MEDIKAMENTOSA
1. Mendidik penderita tentang bahaya PMS
2. Anjuran memeriksakan pasangan seksualnya agar tidak terjadi ping
pong ball phenomena
3. Abstinensia seksualis selama pengobatan
4. Menganjurkan penderita untuk kontrol rutin, teratur minum obat dan
menghabiskan obat antibiotik yang diberikan.
5. Pemakaian kondom untuk mencegah kontak langsung dengan sumber
infeksi.
MEDIKAMENTOSA
1. Cefixim 400 mg peroral dosis tunggal
G. PROGNOSIS
Ad vitam
Ad sanam

: bonam
: dubia ad bonam
23

Ad fungsionam
Ad cosmeticum

: bonam
: bonam

24

Anda mungkin juga menyukai