Anda di halaman 1dari 24

TIFOID (?

Departemen P dan K
SENAT MAHASISWA FK YARSI
GO GENERATION

TIFOID ?


Demam tifoid merupakan penyakit infeksi
sistemik yang disebabkan oleh kuman batang
gram negatif Salmonella typhi maupun
Salmonella paratyphi A,B,C.

DEMAM

SUHU TUBUH NORMAL 36,5C 37,2C


Demam :
A. Demam Septik Suhu badan berangsur naik
ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari
dan turun kembali ke tingkat yang normal pada
pagi hari.


B. Demam Remiten Suhu badan dapat turun
setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal
C. Demam Intermitten Suhu badan rurun ke
tingkat yang normal selama beberapa jam dalam
satu hari. (terjadi demam setiap dua hari
sekali TERSIANA. Dua hari bebas demam
diantara dua serangan demam QUARTANA)


D. Demam Siklik Kenaikan suhu badan selama
beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas
demam untuk beberapa hari yang kemudian
diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula.

Pola demam

Penyakit

Kontinyu

Demam tifoid, malaria falciparum malignan

Remitten

Sebagian besar penyakit virus dan bakteri

Intermiten

Malaria, limfoma, endokarditis

Hektik atau

Penyakit Kawasaki, infeksi pyogenik

septik
Quotidian

Malaria karena P.vivax

Double quotidian

Kala azar, arthritis gonococcal, juvenile


rheumathoid arthritis, beberapa drug fever

Relapsing atau

(contoh karbamazepin)
Malaria tertiana atau kuartana, brucellosis

periodik
Demam rekuren

Familial Mediterranean fever

Demam kontinyu (Gambar 1.) atau


sustained fever ditandai oleh peningkatan
suhu tubuh yang menetap dengan fluktuasi
maksimal 0,4oC selama periode 24 jam.
Fluktuasi diurnal suhu normal biasanya tidak
terjadi atau tidak signifikan.

Gambar 1. Pola demam pada demam tifoid


(memperlihatkan bradikardi relatif)

ETIOLOGI TIFOID

1. Salmonella thyposa, basil gram negative yang


bergerak dengan bulu getar, tidak bersepora mempunyai
sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu:
o a. Antigen O(somatic, terdiri dari zat komplek
lipopolisakarida)
o b. Antigen H(flagella)
o c. Antigen K(selaput) dan protein membrane hialin.

2. Salmonella parathypi A
3. Salmonella parathypi B
4. Salmonella parathypi C

PATOGENESIS

Makanan (salmonella) LAMBUNG IgA di


usus sbg respon humoral kerja ga baik
Salmonella berkembangbiak nembus sel
epitelial (berkembangbiak di lamina propria)
fagositosis o/ makrofag (berkembangbiak dlm
makrofag) plek peyeri illeum distal KGB
mesentrika ductus torachicus SIRKULASI
DARAH (bakteremia) seluruh organ (terutama
hati , limpa distal) meninggalkan sel fagosit


Keluar dari sel fagosit berkembang biak ke
ekstraseluler, organ, sinusoid.
Sirkulasi darah Bakteremia II GEJALA
SISTEMIK
Hati kandung empedu berkembang biak
di lumen usu (ada yang keluar via feses)
Ada yg menembus usus lagi (reaksi seperti
semula) makrofag


Makrofag sudah teraktivasi Hipersensitivitas
tipe lambat hiperplasia dan nekrosis.
Selain itu makrofag yg sudah teraktivasi
menyebabkan hiperaktif sitokin keluar (rx
inflamasi sistemik) GEJALA
Hiperplasia dan nekrosis dan Perdarahan
saluran cerna proses terus menerus
menembus lapisan mukosa dan otot
PERFORASI

MANIFESTASI KLINIS

Umumnya gejala klinis timbul 8-14 hari setelah


infeksi yang ditandai dengan demam yang tidak
turun selama lebih dari 1 minggu terutama sore hari,
pola demam yang khas adalah kenaikan tidak turun
selama lebih dari 1 minggu terutama sore hari,
pola demam yang khas adalah kenaikan tidak
langsung tinggi tetapi bertahap seperti anak tangga
(stepladder), sakit kepala hebat, nyeri otot,
kehilangan selera makan (anoreksia), mual, muntah,
sering sukar buang air besar (konstipasi) dan
sebaliknya dapat terjadi diare.


Pada pemeriksaan fisik didapatkan
peningkatan suhu tubuh, debar jantung
relative lambat (bradikardi), lidah kotor,
pembesaran hati dan limpa (hepatomegali
dan splenomegali), kembung (meteorismus),
radang paru (pneumomia) dan kadang-kadang
dapat timbul gangguan jiwa. Penyulit lain
yang dapat terjadi adalah pendarahan usus,
dinding usus bocor (perforasi), radang selaput
perut (peritonitis) serta gagal ginjal.

DX

Pemeriksaan Laboratorium
TUJUAN membantu menegakkan diagnosis (adakalanya bahkan
menjadi penentu diagnosis), menetapkan prognosis, memantau
perjalanan penyakit dan hasil pengobatan serta timbulnya
penyulit.
1. Hematologi
Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit
perdarahan usus atau perforasi.
Hitung leukosit sering rendah (leukopenia), tetapi dapat pula
normal atau tinggi.
Hitung jenis leukosit: sering neutropenia dengan limfositosis relatif.
LED ( Laju Endap Darah ) : Meningkat
Jumlah trombosit normal atau menurun (trombositopenia).


2. Urinalis
Protein: bervariasi dari negatif sampai positif
(akibat demam)
Leukosit dan eritrosit normal; bila meningkat
kemungkinan terjadi penyulit.
3. Kimia Klinik
Enzim hati (SGOT, SGPT) sering meningkat
dengan gambaran peradangan sampai
hepatitis Akut.

4. Imunorologi
Widal
Pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk mendeteksi adanya
antibodi (didalam darah) terhadap antigen kuman Samonella
typhi / paratyphi (reagen). Hasil positif dinyatakan dengan
adanya aglutinasi. Karena itu antibodi jenis ini dikenal sebagai
Febrile agglutinin.
Hasil uji ini dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga dapat
memberikan hasil positif palsu atau negatif palsu.
Hasil positif palsu dapat disebabkan oleh faktor-faktor, antara
lain pernah mendapatkan vaksinasi, reaksi silang dengan
spesies lain (Enterobacteriaceae sp), reaksi anamnestik (pernah
sakit), dan adanya faktor rheumatoid (RF).
Hasil negatif palsu dapat disebabkan oleh karena antara lain
penderita sudah mendapatkan terapi antibiotika, waktu
pengambilan darah kurang dari 1 minggu sakit, keadaan umum
pasien yang buruk, dan adanya penyakit imunologik lain.


Diagnosis Demam Tifoid / Paratifoid dinyatakan
bila a/titer O = 1/160 , bahkan mungkin sekali
nilai batas tersebut harus lebih tinggi mengingat
penyakit demam tifoid ini endemis di Indonesia.
Titer O meningkat setelah akhir minggu. Melihat
hal-hal di atas maka permintaan tes widal ini
pada penderita yang baru menderita demam
beberapa hari kurang tepat. Bila hasil reaktif
(positif) maka kemungkinan besar bukan
disebabkan oleh penyakit saat itu tetapi dari
kontrak sebelumnya.


Elisa Salmonella typhi/ paratyphi lgG dan
lgM
Pemeriksaan ini merupakan uji imunologik
yang lebih baru, yang dianggap lebih sensitif
dan spesifik dibandingkan uji Widal untuk
mendeteksi Demam Tifoid/ Paratifoid. Sebagai
tes cepat (Rapid Test) hasilnya juga dapat
segera di ketahui. Diagnosis Demam Typhoid/
Paratyphoid dinyatakan 1/ bila lgM positif
menandakan infeksi akut; 2/ jika lgG positif
menandakan pernah kontak/ pernah terinfeksi/
reinfeksi/ daerah endemik.

5. Mikrobiologi
Kultur (Gall culture/ Biakan empedu)
Uji ini merupakan baku emas (gold standard) untuk pemeriksaan
Demam Typhoid/ paratyphoid. Interpretasi hasil : jika hasil positif
maka diagnosis pasti untuk Demam Tifoid/ Paratifoid. Sebalikanya
jika hasil negati, belum tentu bukan Demam Tifoid/ Paratifoid,
karena hasil biakan negatif palsu dapat disebabkan oleh beberapa
faktor, yaitu antara lain jumlah darah terlalu sedikit kurang dari
2mL), darah tidak segera dimasukan ke dalam medial Gall (darah
dibiarkan membeku dalam spuit sehingga kuman terperangkap di
dalam bekuan), saat pengambilan darah masih dalam minggu- 1
sakit, sudah mendapatkan terapi antibiotika, dan sudah mendapat
vaksinasi.
Kekurangan uji ini adalah hasilnya tidak dapat segera diketahui
karena perlu waktu untuk pertumbuhan kuman (biasanya positif
antara 2-7hari, bila belum ada pertumbuhan koloni ditunggu
sampai 7 hari). Pilihan bahan spesimen yang digunakan pada
awal sakit adalah darah, kemudian untuk stadium lanjut/ carrier
digunakan urin dan tinja.


6. Biologi molekular.
PCR (Polymerase Chain Reaction) Metode ini
mulai banyak dipergunakan. Pada cara ini di
lakukan perbanyakan DNA kuman yang
kemudian diindentifikasi dengan DNA probe
yang spesifik. Kelebihan uji ini dapat
mendeteksi kuman yang terdapat dalam
jumlah sedikit (sensitifitas tinggi) serta
kekhasan (spesifitas) yang tinggi pula.
Spesimen yang digunakan dapat berupa
darah, urin, cairan tubuh lainnya serta
jaringan biopsi.

TX

Pemberian antibiotik adalah satu-satunya terapi efektif untuk demam tifoid dan
paratifoid. Dengan antibiotik yang tepat, lebih dari 99% penderita dapat
disembuhkan.
Selain pengobatan dengan antibiotika, yang penting adalah tirah baring (tidur
terlentang) selama beberapa hari sampai demam mereda. Bila penderita
banyak bergerak, suhu badan akan naik lagi karena kuman terlepas dari
tempat perkembangannya di usus masuk ke dalam darah. Pergerakan banyak
juga menimbulkan risiko usus pecah pada minggu ke 3 - 4. Dengan perawatan
dan obat, demam baru akan turun dalam 4 - 8 hari. Bila panas sudah turun
dalam 1 - 2 hari setelah pengobatan, kemungkinan bukan demam tifoid.
Terapi lain yang bisa dilakukan untuk mengatasi gejala adalah :
intake cairan untuk mencegah dehidrasi akibat demam tinggi dan diare
pengaturan makan tinggi kalori untuk mengganti kalori yang hilang akibat
sakit, berupa nasi agak lembek. Daging, telur, ikan, ayam, tahu, tempe, sedikit
sayur, dan buah boleh dikonsumsi. Hindari makanan yang pedas dan keras.

THANKYOU

Anda mungkin juga menyukai