Anda di halaman 1dari 7

Nama : Nadya Aruma Dewi

NIM : M0212056
Fisika FMIPA UNS

PERSETERUAN ANTARA AHOK DENGAN DPRD


DKI JAKARTA
Di tengah suka cita baik masyarakyat Jakarta maupun
masyarakyat luar Jakarta ini menyambut pelantikan Ahok
dengan energi positif. Hal ini di tunjukkan bahwa penuhnya
dinding dinding media sosial yang berisikan ucapan selamat
atas pelantikan Basuki Tjahaja Purnama sebagai Gubernur
DKI Jakarta. Namun di sisi lain dari issu tersebut , masih
banyak petinggi petinggi pemerintahan khususnya DPRD
DKI Jakarta yang tidak setuju akan pelantikan ini. Karena
ada beberapa hal yang mendasari perseteruan ini .
Kepastian Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) akan segera
dilantik sebagai Gubernur DKI Jakarta, pada Selasa (18/11)
ini masih abu abu di mana dan kapan pelantikan akan
dilaksanakan.Pelantikan ini menyusul hasil keputusan rapat
paripurna DPRD DKI Jumat (14/11/2014) lalu. DPRD
meresmikan pengangkatan Ahok menjadi Gubenur DKI.
Menurut Perpu, Ahok akan dilantik oleh presiden di ibukota
negara. Pelantikan Ahok ini menuai kontroversi dari pihakpihak yang pro dan kontra. Berikut mereka yang
mendukung dan menjegal Ahok diangkat jadi gubernur.
1. MUI Dukung Ahok Jadi Gubernur

Nama : Nadya Aruma Dewi


NIM : M0212056
Fisika FMIPA UNS

Mengacu pada Perpu No 1 tahun 2014 tentang


Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota, Plt Gubernur
DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama akan menggantikan
Joko Widodo sebagai Gubernur DKI Jakarta. Wakil Ketua
MUI Pusat Ma'ruf Amin mendukung Ahok menjadi
Gubernur DKI Jakarta sesuai peraturan yang berlaku.
"Kalau itu yang terjadi dan sesuai aturan ya MUI tentu
mendukung apa saja apa yang terjadi mengikuti aturan,"
kata Ma'ruf di kantor MUI, Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat,
Kamis
(13/11/2014).
Menurutnya, penetapan Ahok menjadi Gubernur DKI ada
di tangan DPRD DKI Jakarta. Kemudian, sesuai aturan
yang telah berlaku semua pihak juga harus setuju Ahok
menjadi gubernur. "Kita punya aturan yang dan harus kita
sepakati,"
ujarnya.
"Kita serahkan pada mekanisme di DPRD, apa jadi apa
tidak, kalau jadi itu urusan mekanisme di DPRD," lanjut
Ma'ruf.
2. Pakar Hukum Tata Negara Sebut Pengangkatan
Ahok Sesuai UU
Pakar hukum tata negara, Refly Harun mengatakan
Jokowi-Ahok diangkat berdasarkan ketentuan UU 32/2004,
maka ketika Jokowi mengundurkan diri karena menjadi
presiden, otomatis Ahok yang menggantikan hingga masa
jabatan Jokowi berakhir. Pasal ini terdapat dalam aturan

Nama : Nadya Aruma Dewi


NIM : M0212056
Fisika FMIPA UNS

peralihan, yaitu pasal yang umumnya tercantum dalam


bagian-bagian akhir undang-undang sebagai jembatan
antara kondisi yang diciptakan undang-undang baru dan
kondisi sebelumnya pada saat undang-undang lama
diberlakukan.
Namun, setelah Ahok dilantik sebagai gubernur,
berdasarkan ketentuan Perppu 1/2014, ia dapat mengajukan
maksimal dua wakil gubernur kepada presiden melalui
mendagri. Setelah keluar SK dari mendagri terhadap calon
tersebut, Ahok sendiri yang melantik mereka.
Dalam hal ini berlaku dua ketentuan, di mana untuk
pengisian jabatan Jokowi, masih berlaku ketentuan UU
32/2004, yaitu Ahok menggantikan hingga masa jabatan
berakhir. Namun, untuk pengisian jabatan Ahok, tidak
berlaku ketentuan UU 32/2004, yaitu pemilihan oleh DPRD
dari dua calon yang diajukan parpol pendukung calon,
melainkan langsung bisa diterapkan Perppu 1/2014.
Refly mengatakan Ahok diangkat sesuai dengan Perpu
Pilkada
pasal
203.
Berikut
bunyi
Pasal
203
Perpu
Pilkada:
(1) Dalam hal terjadi kekosongan Gubernur, Bupati, dan
Walikota yang diangkat berdasarkan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Wakil
Gubernur, Wakil Bupati, dan Wakil Walikota menggantikan
Gubernur, Bupati, dan Walikota sampai dengan berakhir
masa
jabatannya.

Nama : Nadya Aruma Dewi


NIM : M0212056
Fisika FMIPA UNS

(2) Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Gubernur, Wakil


Bupati, dan Wakil Walikota yang diangkat berdasarkan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan
Daerah,
mekanisme
pengisiannya
dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang ini.
3. Politisi dari KIH di DPRD DKI Dukung Ahok
Rapat paripurna DPRD DKI Jakarta mengesahkan
Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai gubernur hingga
2017. Para anggota dewan dari parpol Koalisi Indonesia
Hebat (KIH) yang hadir saat rapat Jumat (14/11/2014)
kemarin meneriakkan yel-yel mendukung kepemimpinan
Ahok.
"Dukung! Dukung Pak Ahok!" teriak mereka sambil
mengepalkan
tangan.
Hal itu mengemuka saat Ahok diwawancarai wartawan usai
menghadiri rapat paripurna di Gedung DPRD DKI, Jalan
Kebon Sirih, Jakarta Pusat. Ahok didampingi oleh para
anggota
DPRD.
"Saya akan khawatir kalau semua di DPRD ini nggak ada
yang dukung, tapi ini kan dukung semua DPRD," ucap
Ahok sambil tersenyum saat ditanya wartawan apakah dia
khawatir tidak didukung DPRD.
Mendengar ucapan Ahok, para anggota dewan langsung
meneriakkan
yel-yel,"Dukung
Pak
Ahok!"
Rapat paripurna hari ini tidak diikuti oleh semua anggota.

Nama : Nadya Aruma Dewi


NIM : M0212056
Fisika FMIPA UNS

Yang hadir hanya anggota dari PDIP (19 orang), Hanura


(8), PKB (6) dan NasDem (3). Sedang politisi dari Koalisi
Merah Putih DKI Jakarta yaitu Gerindra 15 anggota, PKS
11 anggota, PPP 10 anggota, Demokrat 10 anggota, dan
PAN 2 anggota, tidak hadir. Sejak jauh hari, mereka
memang berniat menjegal Ahok.
4. KMP DKI Sebut Pengangkatan Ahok Cacat Hukum.
Koalisi Merah Putih (KMP) DKI menilai Rapat Paripurna
DPRD yang mengangkat Plt Gubernur DKI Basuki Tjahaja
Purnama (Ahok) menjadi Gubernur DKI cacat hukum. 2
Hal
telah
dilanggar
oleh
Ketua
DPRD.
"Setidaknya ada dua hal yang telah dilanggar oleh Ketua
DPRD dalam konteks penyelenggaraan rapat Paripurna tadi
pagi. Itulah yang menyebabkan kita dari pimpinan DPRD
lainnya, ada 5 fraksi menyampaikan ketidaksetujuan atas
rapat paripurna tadi pagi," ujar Wakil Ketua DPRD DKI
Triwisaksana
(PKS).
Pria yang akrab dipanggil Sani itu menggelar jumpa pers
bersama dengan anggota KMP DKI lainnya seperti M
Taufik (Gerindra), Selamat Nurdin (PKS), Ferriyal Sofyan
(Demokrat), Zainudin (Golkar), dan Maman Firmansyah
(PPP). Jumpa pers bertempat di gedung DPRD lantai 9, Jl
Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Jumat (14/11/2014).
Menurut Sani, hal pertama yang dilanggar yakni aspek tata
tertib yang telah disepakati bersama namun telah dilanggar
oleh Ketua DPRD yaitu mengundang rapat paripurna dan

Nama : Nadya Aruma Dewi


NIM : M0212056
Fisika FMIPA UNS

rapim pada Kamis (13/11/2014) tidak melalui prosedur


sesuai tatib. Pimpinan DPRD bersifat kolektif sehingga
semua surat-surat yang ditandatangani Ketua DPRD wajib
diparaf
oleh
Wakil
Ketua
DPRD.
"Yang dilakukan tadi, Ketua DPRD telah menandatangani
surat undangan paripurna tanpa mengikutsertakan para
wakil ketua sehingga rapat Paripurna tadi kita anggap cacat
serta prosedural dan kita tidak mengakui itu," kata Sani.
Pelanggaran kedua, menurut Sani, yakni pelanggaran
berkesepakatan dan komitmen dari hasil rapim minggu lalu.
Pada waktu itu terjadi perbedaan pendapat antara beberapa
fraksi di DPRD terkait dengan alas hukum rapat paripurna
yang akan dilakukan.
Dalam rapim sudah mufakat semua baik pimpinan
maupun fraksi-fraksi akan berkonsultasi ke Kemendagri
dan MA. Konsultasi Kemendagri untuk konfirmasi
beberapa poin arahan dari Kemendagri berkaitan dengan
mekanisme pergantian atau pengangkatan Gubernur DKI.
Sedangkan ke MA untuk meminta pendapat hukum atas
perselisihan pendapat yang terjadi di fraksi-fraksi DPRD.
"Jadi sebenarnya mufakat sudah kita dapatkan, tapi
sayangnya sampai hari ini surat yang seharusnya dikirim
oleh DPRD dan sudah ditandatangani oleh Ketua Dewan
dan semua wakil tidak dikirim oleh Ketua DPRD ke MA,
ditahan. Dan konsultasinya baik ke Kemendagri atau MA
tidak terjadi. Padahal sebelumnya sudah disepakati sebelum

Nama : Nadya Aruma Dewi


NIM : M0212056
Fisika FMIPA UNS

rapat paripurna tadi pagi. Jadi telah terjadi pelanggaran


komitmen tersebut," ucap dia.

Anda mungkin juga menyukai