Anda di halaman 1dari 7

SEMINAR AKUNTANSI

The Glass Ceiling of Corporate Social Responsibility


Consequences of a Business Case Approach Towards
CSR

Kelompok 5:
Akmalia Murti Salisa

F0312004

Lindha Lisnasari

F0312073

Fromelia M

F0312055

Judul Artikel

: The Glass Ceiling of Corporate Social Responsibility


Consequences of a Business Case Approach Towards CSR

Authors

: Andre H.J. Nijhof


Ronald J.M. Jeurissen

Jenis Artikel

: Artikel Konseptual

Abstrak
Tujuan - Tujuan-Artikel ini bertujuan untuk membahas mengenai tanggung
jawab sosial perusahaan (CSR) yang sejak lama ada berdasarkan pendekatan
kasus bisnis, hal tersebut makin marak terjadi setelah merebaknya peristiwa
diskriminasi wanita atau disebut glass ceiling, diskriminasi wanita terjadi
mengacu atas keterbatasan yang diciptakan dalam pendekatan bisniis terhadap
CSR.
Desain / metodologi / pendekatan - Hasil temuan berdasarkan atas analisis dari
literatur yang memuat strategi CSR. Hasil temuan ini diilustrasikan dengan
mengangkat kasus Program penelitian National Belanda mengenai CSR.
Temuan - Aturan mengenai tanggung jawab perusahaan menyarankan bahwa
segala perdebatan mengenai CSR merupakan perdebatan yang berhubungan
mengenai tanggung jawab perusahaan.CSR berlkembang menjadi aset yang
berharga bagi perusahaan dimana manager menginginkan keuntungan dan
pengusaha bersedia untuk melakukan investasi. Hal tersebut membantu CSR
dapat diterima dalam bisnis dunia, hal tersebut pantas dilihat dari perspektif
tanggung jawab sosial. Hal utama yang mendasari artikel ini adalah merupakan
pendekatan kasus bisnis oportunis.
Keterbatasan penelitian / implikasi - Karena pendekatan penelitian konseptual
dipilih,
proposisi yang diajukan dalam makalah membutuhkan landasan lebih lanjut
dalam penelitian empiris.
Implikasi praktis - Untuk menghilangkan diskrimanasi pada wanita Glass
Ceiling para manajer harus mampu berada pada kondisi yang melawan asas
kebiasaan.Mereka harus tetap mempertahankan perhatian mereka terhadap
kendala ekonomi dan pada waktu yang sama menggabungkannya dengan aturan
secara moral. Dari hal ini pun menunjukan komitmen manager terhadap nilai-

nilai sosial. Dan mempersiapkan karyawan untuk dapat menangani perbedaan


terhadap tanggung jawab
Orisinalitas / nilai - Meskipun Meskipun Artikel ini disusun berdasarkan artikel
penelitian terdahulu yang bertemakan keterbatasan kasus bisnis. Namun,
kelebihan artikel ini merupakan artikel pertama yang membahas mengenai
peristiwa Glass Ceiling atau diskriminasi wanita kaitannya terhadap CSR.
Kata kunci - Tanggung jawab sosial perusahaan, glass ceiling, kebijakan
bisnis, Belanda, Etika
Latar Belakang
Pada tahun 2007 para dewan di sebuah bank ternama di Eropa membuat
keputusan untuk menerapkan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Ketika
gagasan penerapan CSR ini diperbincangkan pada karyawan tanggapan pun
cenderung karyawan berpikir bahwasannya program CSR ini merupakan sebuah
bentuk pemborosan waktu, kemudian pihak manajer melakukan pengkajian
mendalam agar CSR mampu memberikan nilai lebih untuk bank maupun untuk
klien, Dewasa kini banyak terdapat analisis untuk memahami CSR sehingga
dapat dipahami fungsi CSR untuk memberikan nilai tambah untuk klien maupun
perusahaan.
Problem

utama

dalam

artikel

ini

adalah

mengenai

semakin

ditinggalkannya CSR dari sebuah perusahaan, pada hakikatnya CSR itu sendiri
merupakan hal yang melekat dalam sebuah perusahaan dan menjadi faktor
penting kesuksesan suatu perusahaan. Umumnya perusahaan hanya berpikir
bahwa kontribusi CSR atas kesuksesan perusahaan hanya pada segi ekonomi
bisnis, namun lebih dari itu seharusnya kesuksesan CSR lebih berhubungan
dengan kemajuan etika perusahaan atau tanggung jawab perusahaan terhadap
pemangku kepentingan.
Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan bahwa hubungan tanggung
jawab sosial perusahaan dengan penedatan kasus bisnis, dengan semakin
maraknya glass ceiling yang mengacu pada keterbatasan yang diciptakan oleh
pendekatan kasus terhadap CSR
Metode Penelitian
Metodologi yang dilaksanakan dalam penyusunan artikel ini adalah dengan cara
melakukan analisis pada literatur dengan tema pembahasan tanggung jawab

perusahaan (CSR) dan juga dilakukannya diilustrasikan dengan kasus dari


Program Penelitian National Belanda tentang CSR.
Pendekatan Kasus Bisnis terhadap CSR
1. Pendekatan Kasus Bisnis terhadap CSR
Unuk menggambarkan pendekatan kasus bisnis CSR, maka model yang
digunakan adalah seperti gambar di bawah ini :

Model di atas menjelaskan bahwa terjadi tahap yang berurutan dari proses
kedewasaan perusahaan dalam CSR. Pada tahap kedewasaan CSR, perusahaan
tidak perlu terlibat dalam etika refleksi tentang CSR sedikitpun. Hal ini karena
perusahaan telah berpikir dan mendefinisikan peran masyarakat itu sendiri
Keberatan terhadap Pendekatan kasus Bisnis terhadap CSR
Pendekatan kasus bisnis terhadap CSR telah diterapkan oleh banyak pihak
namun tidak lantas menjadikannya dengan muda diterima, masih banyak penolakan
muncul terhadap peneran CSR. Beberapa perspektif bisnis, beberapa penulis
menyatakan bahwa pendekatan kasus bisnis ini akan mengubah tujuan CSR, CSR
diartikan sebagai suatu alat perusahaan untuk membangun suatu reputasi yang baik di
masyarakat bukan mengusung tujuan yang seharusnya yaitu kesejahteraan
masyarakat. Pada artikel ini akan dibahas mengenai mekanisme penghambat dampak
yang menghasilkan potensi baik dari pendekatan kasus bisnis terhadap CSR. Dengan
menggunakan peristiwa glass ceiling sebagai perumpamaan CSR, pada artikel ini
pengaruh pendekatan kasus bisnis terhadap CSR yang pada akhirnya akan
menimbulkan keterbatasan bagi perusahaan tersebut. Selain itu, artikel ini juga

membahas mengenai pihak yang bekerja di bidang CSR tidak akan menyadari
keterbatasan itu sendiri, maka dari itu keterbatasan ini diisyaratkan sebagai The
Glass Ceiling.

Hasil dan Pembahasan


Dalam pasal ini kita juga berpendapat bahwa sebuah perusahaan berusaha
mendobrak glass ceiling ketika mereka menggunakan asumsi bahwa setiap csr
usaha harus disyahkan

oleh instrumental argumen terhadap meningkatkan

keuntungan perusahaan .Seperti bisnis kasus pendekatan untuk csr telah melekat
keterbatasan karena menghasilkan oportunisme sehubungan dengan agenda isuisu sosial , ia meninggalkan blokade kelembagaan untuk CSR yang utuh,
menancapkan keluar intrinsik motivasi untuk csr yang lazim di yang semakin
besar bagian of the workforce .katakanlah baik etika itu bisnis yang baik tidak
membantu .Tetapi dapatkah csr perusahaan mengadopsi kebijakan berdasarkan
pendekatan lain daripada bisnis kasus pendekatan ?Tentu saja adanya konsep
CSR , kita sudah menunjuk pada dua pendekatan lain , yakni sebuah pendekatan
values-led

sosial

pertanggungjawaban

berdasarkan
perusahaan

teori

etis

syncretic

tanggung
pendekatan

jawab

dan

berdasarkan

sebuah
teori

kewarganegaraan .
Bukannya sebuah orientasi keuntungan titik awal terhadap CSR ,
Pendekatan lain ini gunakan berbeda mulai poin seperti moral tanggung jawab
perusahaan atau saling ketergantungan antara pelaku yang berbeda dalam
produksi dan konsumsi sistem .Juga , untuk pendekatan yang lain ini merupakan
hal yang penting untuk mengambil hambatan ekonomi ke rekening .Perusahaan
bangkrut sudah tidak berguna bagi siapa pun .Namun jalan menuju hasil suara
ekonomi berbeda .Perusahaan seperti interface , patagonia dan triodos bank telah
menunjukkan selama bertahun-tahun

ini pendekatan dengan CSR dapat

menghasilkan hasil yang baik .Oleh karena itu , itu bukanlah berasal dari kita
klaim dalam pasal ini bahwa semua perusahaan menggunakan sebuah pendekatan
kasus usaha , tetapi ketika perusahaan yang menggunakan pendekatan kasus
bisnis terhadap csr mereka harus mewaspadai melekat keterbatasan yang ada pada
CSR.

Pendapat kami mengenai batasan-batasan yang melekat bada pendekatan


bisnis ke CSR jangan disalahpahamkan sebagai kembali ke idealisme etis atau
model non ekonomi dari sebuah organisasi. Memperhatikan kondisi ekonomi
adalah keharusan bagi semua perusahaan yang bekerja panda lingkungan yang
kometitif. Pendapat kami adalah untuk menanamkan CSR di organisasi dan
perlunya untuk menggabungkan orientasi ini dengan kondisi ekonomi dengan
orientasi kearah nilai moral individu dan kolektif dan untuk mengintegrasikan
nilai-nilai ini ke pengambilan keputusan perusahaan. Dalam rangka menembus
tembok, pemimpin bisnis harus mencerminkan nilai-nilai etis yang mau mereka
pegang saat masa baik dan buruk dan menggunakan komitmen yang kuat sebagai
fondasi untuk mengembangkan model bisnis yang juga berkelanjutan secara
ekonomis. Ini membuat menanamkan CSR lebih rumit dan menuntut, tetapi ini
juga akan lebih cocok untuk menghadapi dilema dan tantangan yang melekat
pada kebijakan CSR.Tetapi dalam proses menciptakan hasil ini pihak lainnya
dalam perbuatan terlibat akan pemberitahuan kepada berapa besar sebuah
perusahaan telah menunjukkan komitmen yang stabil untuk mencapai hasil
tersebut atau apakah komitmen CSR segera menyalakan dan mematikan
tergantung dilihat dampak dari manfaat kegiatan bisnisnya ( penenun et al . ,
1999 ) .secara lebih lanjut , hasil ini akan merujuk pada tempat yang lebih luas
karena perusahaan yang bekerja pada CSR dari pendekatan bisnis kasus akan
semakin mudah tetap menyendiri dari isu-isu di mana sebuah saling
menguntungkan hasilnya tidak pasti karena masihakan tercipta di masa depan
( zadek , 2004 ) .bagi seseorang di dalam sebuah perusahaan hal ini bahkan lebih
menonjol .Mereka akan melihat seberapa hal ini sah untuk membawa ke depan
lain argumen untuk csr prakarsa yang tidak langsung dihubungkan untuk
keuntungan perusahaan .Bagi para manajer hal ini memerlukan sebuah
penyeimbangan .Mereka harus menciptakan sebuah budaya tanggung jawab di
mana hal tersebut sah untuk membawa ke depan yang dapat digunakan untuk
melakukan inovasi pada produk,pelayanan dan bisnis dari perusahaan.

Kritik dan Saran


Kendala dalam penerapan CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan
secara mendasar ada pada perbedaan tujuan awal sebuah perusahaan yang lebih
berorientasi atas keuntungan dalam hal bisnis sedangkan penerapan CSR sendiri
memiliki tujuan keuntungan yang lebih luas, keuntungan yang tidak hanya
berfokus pada laba perusahaan , lebih pada keuntungan bagi kesejahteraan
masyarakat, sebagai bentuk pertanggung jawaban atas kegiatan bisnis yang telah
dilaksanakan perusahaan. Hal tersebut yang mendasari beberapa perusahaan
enggan untuk menerapkan CSR karena mereka menganggap CSR membuang
waktu dan biaya besar sehingga dapat menurunkan laba perusahaan yang
seharusnya tinggi.
Menurut kami pada artikel ini terdapat kekurangan yaitu terlalu banyak
melakukan review terhadap artikel-artikel terdahulu, tidak terdapat info terbaru
mengenai peristiwa terkini yang disajikan dalam artikel ini, mengesampingkan
kekurangan dalam artikel ini kelebihan artikel ini adalah penggunaan ilustrasi
kasus dari kasus dari Program Penelitian National Belanda tentang CSR.
Meskipun sebenarnya akan lebih baik lagi jika penulis menambahkan atau bahkan
melakukan penelitian pada topik CSR yang sedang hangat diperbincangkan agar
senantiasa artikel ini mampu menyajikan referensi yang mengikuti perkembangan
perbincangan CSR dalam prakteknya di dunia bisnis.

Anda mungkin juga menyukai