Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN GAYA HIDUP PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN RESIKO TERJADINYA

STROKE DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG


Elizabeth Ari Setyarini, Linda Sari Barus, Maria Asitoret
ABSTRAK
Latar belakang penelitian berdasarkan studi pendahuluan pada 10 pasien hipertensi di Rumah Sakit Santo
Borromeus, 10 orang suka jeroan, roti/kue bermentega, makanan bersantan dan diawetkan, 9 orang
mengkonsumsi ikan asin, soft drinkdan keju, 3 orang perokok aktif, 7 orang obesitas, 5 orang sering mengalami
stres emosional dan 4 orangpernah mengalami baal dan lemah pada salah satu bagian tubuhnya. Tujuan penelitian
untuk mengetahui hubungan gaya hidup pada pasien hipertensi dengan resiko terjadinya stroke. Hipertensi adalah
peningkatan tekanan darah terus-menerus. Gaya hidup merupakan faktor resiko hipertensi. Salah satu komplikasi
hipertensi yaitu stroke. Penelitian menggunakan metode kuantitatif, desain analitik korelasi dengan pendekatan
cross sectional. Tehnik pengumpulan data yaitu kuesioner.Populasi adalah klien dengan hipertensi di Klinik
Rawat Jalan Rumah Sakit Santo Borromeus sebanyak 77 orang. Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara
gaya hidup pada pasien hipertensi dengan resiko terjadinya stroke p value 0,00 (<0,05). Hasil penelitian yang
berhubungan dengan resiko stroke yaitu konsumsi natrium p value 0,000 dan merokok p value 0,008, yang tidak
berhubungan yaitu konsumsi lemak p value 2,857, stres emosional p value 1,514, konsumsi alkohol p value
1,000 dan obesitas p value 0,222. Diharapkan Rumah Sakit Santo Borromeus melakukan penyuluhan pada pasien
hipertensi tentang gaya hidup yang baik.
Kata kunci: gaya hidup, hipertensi, resiko stroke
LATAR BELAKANG
Modernisasi biasanya mengubah gaya hidup
menjadi lebih praktis. Kebiasaan makan berlebihan,
kurang olah raga, merokok, dan kurang istirahat
cenderung dimiliki oleh masyarakat saat ini,
khususnya di daerah perkotaan (Dalimartha,
Setiawan, 2008).
Secara signifikan penyakit tidak menular terus
meningkat dan menjadi salah satu penyebab
kematian di Indonesia, terlepas dari beberapa
penyakit di atas. Proporsi angka kematian akibat
penyakit tidak menular (PTM) meningkat dari
41,7% pada tahun 1995 menjadi 49,9% pada tahun
2001 dan 59,5% pada tahun 2007. Penyebab
kematian tertinggi dari seluruh penyebab kematian
adalah stroke (15,4%), disusul hipertensi, diabetes,
kanker, dan penyakit paru obstruktif (Sedyaningsih,
Endang, 2011).
Penyakit yang lebih dikenal sebagai tekanan darah
tinggi
merupakan faktor resiko utama dari
perkembangan penyakit jantung dan stroke.
Penyakit hipertensi juga disebut sebagai the silent
diseases karena tidak terdapat tanda-tanda atau
gejala yang dapat dilihat dari luar. Perkembangan
hipertensi berjalan secara perlahan, tetapi secara

Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus

potensial sangat berbahaya (Dalimartha, Setiawan,


2008).
Gaya hidup sering merupakan faktor resiko penting
bagi timbulnya hipertensi pada seseorang. Gaya
hidup modern dengan pola makan dan gaya hidup
tertentu, cenderung mengakibatkan terjadinya
hipertensi. Beberapa diantaranya adalah konsumsi
lemak dan garam tinggi, kegemukan, merokok,
minum minuman mengandung alkohol, dan stres
emosional (Anies, 2006).
Berdasarkan
hasil studi pendahuluan yang
dilakukan pada 10 pasien hipertensi yang
melakukan kontrol di Klinik Rawat Jalan Rumah
Sakit Santo Borromeus yaitu Klinik Jantung dan
Klinik Penyakit Dalam didapatkan 10 orang suka
makan jeroan, makan makanan yang bersantan,
makan roti/kue yang mengandung mentega dan
makan makanan yang diawetkan, 9 orang suka
mengkonsumsi ikan asin, soft drinkdan keju, 3
orang merupakan perokok aktif, 7 orang mengalami
obesitas, 5 orang sering mengalami stres emosional
dan 4 diantaranya pernah mengalami keluhan
merasa baal dan lemah pada salah satu bagian
tubuhnya.

56

TINJAUAN PUSTAKA
A. Penyakit Hipertensi
1. Pengertian
a. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah
arterial yang langsung terus-menerus
(Brashers, Valentina, 2008).
b. Klasifikasi hipertensi menurut JNC VII
ialah:
1) Normal: sistole <120 mmHg daan
diastole <80 mmHg.
2) Prehipertensi: sistole 120-139 mmHg dan
diastole 80-89 mmHg.
3) Hipertensi tahap 1: sistole140-159
mmHg dan diastole 90-99 mmHg.
4) Hipertensi tahap 2: sistole >160 mmHg
dan diastole >100 mmHg.
(Turner,Rick, 2010).
2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, ada dua jenis
hipertensi, yaitu:
a. Hipertensi primer
Hipertensi primer adalah hipertensi yang
belum diketahui penyebabnya dengan
jelas. Berbagai faktor diduga sebagai
penyebab hipertensi primer, seperti
bertambahnya umur, stres psikologis, dan
faktor keturunan. Sekitar 90% pasien
hipertensi masuk dalam kategori ini.
1) Penyebab hipertensi primer:
a) Gaya hidup
Gaya hidup sering merupakan faktor
resiko
penting
bagi
timbulnya
hipertensi pada seseorang. Gaya hidup
modern dengan pola makan dan gaya
hidup
tertentu,
cenderung
mengakibatkan terjadinya hipertensi.
Beberapa diantaranya adalah konsumsi
lemak, konsumsi natrium, merokok,
stres emosional, konsumsi alkohol dan
obesitas (Anies, 2006).
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang
disebabkan oleh beberapa proses patologik
yang dapat dikenali, biasanya yang terkait
dengan fisiologi ginjal (Graber, Mark,dkk,
2006). Bila faktor penyebab dapat diatasi,
tekanan darah dapat kembali normal.
Pada bentuk sekunder dari hipertensi,
penyakit
parenkim
dan
penyakit
renovaskular adalah faktor penyebab yang

Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus

paling umum. Kontrasepsi oral telah


dihubungkan dengan hipertensi ringan yang
berhubungan dengan peningkatan substrat
rennin dan peningkatan kadar angiotensin II
dan aldosteron.
3. Insiden
Insiden
hipertensi
meningkat
dengan
bertambahnya usia. Prevalensi hipertensi ringan
sebesar 2% pada usia 25 tahun atau kurang,
meningkat menjadi 25% pada usia 50 tahun dan
50% pada usia 70 tahun (Davey, Patrick, 2005).
4. Komplikasi Pada Hipertensi
Resiko yang paling banyak terjadi akibat
komplikasi dari penyakit hipertensi ialah stroke
sehingga peneliti membatasi untuk membahas
hanya tentang penyakit stroke.Komplikasi yang
sering timbul ialah stroke, penyakit jantung, dan
gagal ginjal (Gunawan, Lany, 2007).
5. Gejala stroke
Serangan stroke sering kali datang secara
mendadak, tidak terduga sebelumnya. Namun
pada beberapa kasus, terutama stroke tipe
iskemik, biasanya didahului oleh semacam
peringatan yang dikenal sebagai transient
ischemic attack (TIA). Gejala TIA mirip dengan
strike kecuali durasi waktu. TIA hanya
berlangsung selama beberapa menit atau kurang
dari 24 jam, dan penderita akan kembali normal
seperti sediakala. Sedangkan stroke berlangsung
selama 24 jam atau lebih, meninggalkan
kecacatan menetap, atau berakhir dengan
kematian.Beberapa gejala TIA yang menyerupai
gejala stroke adalah:
a. Kelemahan pada tungkai atau lengan di sisi
kiri atau kanan.
b. Kesulitan berbicara sefasih biasanya.
c. Kesulitan berjalan akibat kelemahan tungkai
atau adanya gangguan keseimbangan.
d. Penderita
tiba-tiba
seperti
orang
kebingungan tanpa sebab yang jelas.
e. Tiba-tiba tidak dapat melihat pada salah satu
atau kedua matanya.
f. Penderita merasakan nyeri kepala yang
sangat kuat.
6. Hubungan Hipertensi Dan Stroke
Stroke dapat terjadi akibat hemoragi tekanan
tinggi di otak atau akibat embolus yang terlepas

57

dari pembuluh darah, selain otak yang terpajan


tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada
hipertensi
kronis
apabila
arteri
yang
memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan
penebalan sehingga aliran darah ke daerah otak
yang diperdarahi berkurang(Corwin,Elisabeth,
2009).
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif,
desain analitik korelasi dengan pendekatan
adalah cross sectional mengenai Hubungan
Gaya Hidup Pada Pasien Hipertensi Dengan
Resiko Terjadinya Stroke Di Poliklinik Rawat
Jalan Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung.
B. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini yang merupakan variabel
independen adalah gaya hidup pada pasien
hipertensi yaitu konsumsi lemak, konsumsi
natrium, merokok, stres emosional, konsumsi
lemak dan obesitas.Variabel dependen adalah
resiko terjadinya stroke di Klinik Rawat Jalan
Rumah Sakit Santo Borromeus Bandungyaitu
Klinik Jantung dan Klinik Penyakit Dalam.
C. Populasi dan Sampel
Dalam penelitian ini populasi yang diambil
adalah klien rawat jalan di Klinik Rawat Jalan
Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung dengan
batasan klien adalah klien yang menderita
hipertensi yang berusia 25-70 tahun yang
berobat pada Maret 2013 sebanyak 77 orang.
dengan batasan waktu penelitian dari Mei-Juni
2013 sebanyak 77 responden. Dalam penelitian
ini digunakan tehnik non probality sampling
yaitu purposive sampling dengan cara melihat
status pasien yang berobat di klinik rawat jalan
yaitu klinik jantung dan klinik penyakit dalam.,
lalu peneliti akan menyesuaikan dengan waktu
dan kriteria inklusi yaitu:
a. Klien yang rawat jalan di Rumah Sakit Santo
Borromeus yaitu klinik jantung dan klinik
penyakit dalam.
b. Klien dengan penyakit hipertensi.
c. Klien yang berusia 25-70 tahun.
d. Klien yang bersedia menjadi responden dan
mendatangani surat persetujuan.
e. Klien dengan keadaan umum baik.

Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus

D. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini digunakan instrument
penelitian
yaitu
kuesioner.
Peneliti
menggunakan lembar kuesioner dengan skala
Guttmann yaitu ya dan tidak yang berisi
pertanyaan positif dan negatif. Untuk pertanyaan
positif bernilai satu (1) untuk jawaban ya dan
bernilai nol (0) untuk jawaban tidak, dan
untuk pertanyaan negatif benilai satu (1) untuk
jawaban tidak dan bernilai nol (0) untuk
jawaban ya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
1. Gambaran singkat lahan penelitian
Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Jantung
dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo
Borromeus karena banyak ditemukan pasien
yang mengalami hipertensi dan peneliti
mengambil pasiensebanyak 77 pasien yang
dilakukan
selama
bulan
Mei-Juni
2013.Karakteristik pasien yang datang adalah
pasien yang keadaan ekonomi menengah
keatas.Pasien tersebut kontrol 1 bulan sekali
dan kebanyakan berasal dari Bandung dan
sekitarnya.Kekhasan masyarakat Jawa Barat
adalah suka mengkonsumsi makanan yang
mengandung banyak garam seperti ikan asin.
Pemahaman para pasien hipertensi yang rawat
jalan di Klinik Jantung dan Penyakit Dalam
yaitu rata-rata mereka sudah mengetahui gaya
hidup yang baik bagi penderita hipertensi.
2. Karakteristik pasien
Karakteristik pasiendisajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi sebagai berikut:
a. Menurut jenis kelamin
Lebih dari setengah pasienhipertensi yang sedang
rawat jalan di Poliklinik Jantung dan Penyakit
Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung
berjenis kelamin perempuan (62,3%).
b. Menurut usia
Lebih dari setengah pasienhipertensi yang sedang
rawat jalan di Poliklinik Jantung dan Penyakit
Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung
berusia 60 tahun keatas yaitu (59,7%).

58

c. Menurut klasifikasi tekanan darah


Lebih dari setengah pasienhipertensi yang sedang
rawat jalan di Poliklinik Jantung dan Penyakit
Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung
memiliki tekanan darah berkisar antara sistole 120139 mmHg dan diastole 80-89 mmHg
(prehipertensi) sebanyak 47 orang (61,0%)
d. Menurut keteraturan kontrol
Sebagian besar pasienhipertensi yang sedang rawat
jalan di Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam
Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung teratur
kontrol ke rumah sakit sebanyak (75,3%).
e. Menurut pekerjaan
Lebih dari setengah pasienhipertensi yang sedang
rawat jalan di Poliklinik Jantung dan Penyakit
Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung
adalah ibu rumah tangga atau sudah pensiun (dll)
sebanyak (61,0%).
f. Menurut pendidikan
Kurang dari setengah pasienhipertensi yang sedang
rawat jalan di Poliklinik Jantung dan Penyakit
Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung
memiliki pendidikan terakhir SMA (48,1%).

Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus

A. Hasil Penelitian
1. Analisis Bivariat
a. Hubungan
Gaya
Hidup
PasienHipertensi
Dengan
Terjadinya Stroke

Pada
Resiko

Tabel 4.15
Analisis Hubungan Antara Gaya Hidup dengan
Resiko Terjadi Stroke Pada PasienHipertensi
Yang Sedang Rawat Jalan Di Poliklinik Jantung
Dan Penyakit Dalam di Rumah Sakit Santo
Borromeus Bandung (n=77)
Resiko stroke
Gaya
hidup

Total

Tidak
terjadi

Terjadi

Pvalue

Baik

10

30,3

23

69,7

33

100

Buruk

37

84,1

15,9

44

100

Total

47

61.0

30

39.0

77

100

0,000

Berdasarkan data pada tabel 4.15 menunjukkan


bahwa hubungan antara gaya hidup pada
pasienhipertensi dengan resiko terjadinya stroke di
Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam Rumah
Sakit Santo Borromeus Bandung,dari 33pasien
yang memiliki gaya hidup baik, sebanyak 10 orang
(30,3%) memiliki resiko terjadinya stroke. Untuk
gaya hidup buruk, dari 44 pasien, sebanyak 37
orang (84,1%) memiliki resiko terjadinya stroke.
Secara statistik didapatkan bahwa semakin baik
gaya hidup pada pasien hipertensi, maka resiko
terjadinya stroke pun menurun.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,000
(<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak
dan Ha diterima, hal ini memperlihatkan bahwa ada
hubungan antara gaya hidup dengan resiko
terjadinya stroke pada pasienhipertensi yang sedang
rawat jalan di Poliklinik Jantung dan Penyakit
Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung.

59

b. Hubungan Gaya Hidup: Konsumsi Lemak Pada


PasienHipertensi Dengan Resiko Terjadinya
Stroke
Tabel 4.16
Analisis Hubungan Antara Konsumsi Lemak
dengan Resiko Terjadi Stroke Pada
PasienHipertensi Yang Sedang Rawat Jalan
Di Poliklinik Jantung Dan Penyakit Dalam di
Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung
(n=77)

c. Hubungan Gaya Hidup: Konsumsi Natrium


Pada
PasienHipertensi
Dengan
Resiko
Terjadinya Stroke
Tabel 4.17
Analisis Hubungan Antara Konsumsi Natrium
Pada PasienHipertensi dengan Resiko Terjadi
Stroke Yang Sedang Rawat Jalan Di Poliklinik
Jantung Dan Penyakit Dalam di Rumah Sakit
Santo Borromeus Bandung (n=77)
Resiko stroke
Total

Konsumsi
natrium

Resiko stroke
Total

Konsumsi
lemak

Ya

Pvalue

Tidak

Ya

40

66,7

20

33,3

60

100

Tidak

41,2

10

58,8

17

100

Total

47

61,0

30

39,0

77

100

0,105

Berdasarkan data pada tabel 4.16 menunjukkan


hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,105
(>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho
diterima dan Ha ditolak, hal ini memperlihatkan
bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi lemak
pada pasienhipertensi dengan resiko terjadinya
stroke di Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam
Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung. Secara
statistik didapatkan data yang signifikan yang
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara
konsumsi lemak pada pasien hipertensi dengan
resiko terjadinya stroke, walaupun dari 60 pasien
yang mengkonsumsi lemak, terdapat 40 pasien
(66,7%) yang memiliki resiko stroke sedangkan
bagi 17 pasien yang tidak mengkonsumsi lemak,
terdapat 7 orang (41,2%) yang memiliki resiko
terjadinya stroke.

Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus

Ya

Tidak

Ya

37

84,1

15,9

44

100

Tidak

10

30,3

23

69,7

33

100

Total

47

61,0

30

39,0

77

100

Pvalue

0.000

Berdasarkan data pada tabel 4.17 menunjukkan


bahwa hubungan antara konsumsi natrium pada
pasienhipertensi dengan resiko terjadinya stroke di
Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam Rumah
Sakit Santo Borromeus Bandung, dari 44pasien
yang mengkonsumsi natrium, sebanyak 37 pasien
yang memiliki resiko stroke (84,1%), sedangkan
dari 33 pasien yang tidak mengkonsumsi natrium,
sebanyak 10 orang (30,3%) yang memiliki resiko
stroke. Secara statistik didapatkan bahwa semakin
sedikit pasien hipertensi mengkonsumsi natrium,
resiko terhadap stroke pun menurun.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,00
(<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak
dan Ha diterima, hal ini memperlihatkan bahwa ada
hubungan antara konsumsi natrium dengan resiko
terjadinya stroke pada pasienhipertensi yang sedang
rawat jalan di Poliklinik Jantung dan Penyakit
Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung.

60

d. Hubungan Gaya Hidup: Merokok Pada


PasienHipertensi Dengan Resiko Terjadinya
Stroke

e. Hubungan Gaya Hidup: Stres Emosional Pada


PasienHipertensi Dengan Resiko Terjadinya
Stroke

Tabel 4.18
Analisis Hubungan Antara Merokok dengan
Resiko Terjadi Stroke Pada PasienHipertensi
Yang Sedang Rawat Jalan Di Poliklinik
Jantung Dan Penyakit Dalam di Rumah
Sakit Santo Borromeus Bandung (n=77)

Tabel 4.19
Analisis Hubungan Antara Stres Emosional
dengan Resiko Terjadi Stroke Pada
PasienHipertensi Yang Sedang Rawat Jalan Di
Poliklinik Jantung Dan Penyakit Dalam di
Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung (n=77)
Resiko stroke

Resiko stroke
Total
Merokok

Ya

Pvalue

Tidak

Total

Stres
Emosional

Ya

Pvalue

Tidak

35,8

53

100

Ya

34

64,2

19

Ya

37

72,5

14

27,5

51

100

Tidak

13

54,2

11

45,8

24

100

Tidak

10

38,5

16

61,5

26

100

Total

47

61,0

30

39,0

77

100

Total

47

61,0

30

39,0

77

100

0,562
0,008

Berdasarkan data pada tabel 4.18 menunjukkan


bahwa
hubungan
antara
merokok
pada
pasienhipertensi dengan resiko terjadinya stroke di
Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam Rumah
Sakit Santo Borromeus Bandungdengan resiko
terjadinya stroke, dari 51pasien yang merokok,
sebanyak 37 yang memiliki resiko stroke (72,5%),
sedangkan dari 26 pasien yang tidak merokok,
sebanyak 10 orang (38,5%) yang memiliki resiko
terjadinya stroke. Secara statistik didapatkan bahwa
pasien hipertensi yang merokok memiliki resiko
stroke yang lebih tinggi dibandingkan dengan
pasien hipertensi yang tidak merokok.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,008
(<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak
dan Ha diterima, hal ini memperlihatkan bahwa ada
hubungan antara merokok pada pasienhipertensi
dengan resiko terjadinya stroke di Poliklinik
Jantung dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo
Borromeus Bandung.

Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus

Berdasarkan data pada tabel 4.19 menunjukkan


hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,562
(>0,05),maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima
dan Ha ditolak, hal ini memperlihatkan bahwa tidak
ada hubungan antara stres emosional pada
pasienhipertensi dengan resiko terjadinya stroke di
Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam Rumah
Sakit Santo Borromeus Bandung. Secara statistik
didapatkan data yang signifikan yang menyatakan
bahwa tidak ada hubungan antara stres emosional
pada pasien hipertensi dengan resiko terjadinya
stroke walaupun dari 53 pasien, sebanyak 34 orang
(64,2%) yang memiliki resiko stroke sedangkan
bagi 24 pasien yang tidak mengalami stres
emosional didapatkan sebanyak 13 orang (54,2%)
yang memiliki resiko stroke.

61

f. Hubungan Gaya Hidup: Akohol Pada


PasienHipertensi Dengan Resiko Terjadinya
Stroke

g. Hubungan Gaya Hidup: Obesitas Pada


PasienHipertensi Dengan Resiko Terjadinya
Stroke

Tabel 4.20
Analisis Hubungan Antara Alkohol dengan
Resiko Terjadi Stroke Pada PasienHipertensi
Yang Sedang Rawat Jalan Di Poliklinik Jantung
Dan Penyakit Dalam di Rumah Sakit Santo
Borromeus Bandung (n=77)

Tabel 4.21
Analisis Hubungan Antara Obesitas dengan
Resiko Terjadi Stroke Pada PasienHipertensi
Yang Sedang Rawat Jalan Di Poliklinik Jantung
Dan Penyakit Dalam di Rumah Sakit Santo
Borromeus Bandung (n=77)

Resiko stroke
Total

Konsumsi
Alkohol

Ya

Tidak

Ya

10

58,8

41,2

17

100

Tidak

37

61,7

23

38,3

60

100

Pvalue

0,888

Total

47

61,0

30

39,0

77

Resiko stroke
Total
Obesitas

Ya

Pvalue

Tidak

Ya

28,6

71,4

100

Tidak

45

42,7

25

35,7

70

100

Total

47

61,0

30

39,0

77

100

0,103

100

Berdasarkan data pada tabel 4.20 menunjukkan


bahwa hubungan antara konsumsi alkohol pada
pasienhipertensi pada pasienhipertensi di Poliklinik
Jantung dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo
Borromeus Bandungdengan resiko terjadinya
stroke, dari 17 pasien yang mengkonsumsi alkohol,
sebanyak 10 orang (55,8%) yang memiliki resiko
stroke, sedangkan dari 60 pasien yang tidak
mengkonsumsi alkohol terdapat 37 orang (61,7%)
yang memiliki resiko stroke.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p value1,000
(>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho
diterima dan Ha ditolak, hal ini memperlihatkan
bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi alkohol
dengan
resiko
terjadinya
stroke
pada
pasienhipertensi yang sedang rawat jalan di
Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam Rumah
Sakit Santo Borromeus Bandung.Dimungkinkan
penyebab resiko stroke pada pasien hipertensi
bukan berasal dari alkohol namun dari konsumsi
natrium dan merokok.

Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus

Berdasarkan data pada tabel 4.21 menunjukkan


bahwa
hubungan
antara
obesitas
pada
pasienhipertensi pada pasienhipertensi di Poliklinik
Jantung dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo
Borromeus Bandungdengan resiko terjadinya
stroke, dari 7pasien yang obesitas, sebanyak 2
pasien yang memiliki resiko stroke (28,6%),
sedangkan dari 70 pasien yang tidak obesitas
sebanyak 45 orang (42,7%) yang memiliki resiko
stroke.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,103
(>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho
diterima dan Ha ditolak, hal ini memperlihatkan
bahwa tidak ada hubungan antara obesitas dengan
resiko terjadinya stroke pada pasienhipertensi yang
sedang rawat jalan di Poliklinik Jantung dan
Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus
Bandung.Dimungkinkan penyebab hipertensi bukan
dari obesitas namun dari konsumsi natrium dan
merokok.
A. Pembahasan
1. Bivariat
a. Hubungan
gaya
hidup
pada
pasienhipertensi dengan resiko terjadinya
stroke.
Dari hasil penelitian didapatkan pasien
dengan gaya hidup buruk dan beresiko
terjadinya stroke sebanyak 37 orang
(84,1%). Didapatkan p value 0,000 (<0,05)

62

maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak


dan Ha diterima, hal ini memperlihatkan
bahwa ada hubungan antara gaya hidup
dengan resiko terjadinya stroke pada
pasienhipertensi yang sedang rawat jalan di
Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam
Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung.
Dalam jurnal Sorot tahun 2012 tentang
prevalensi hipertensi dan determinannya di
Indonesia menyebutkan bahwa penyakit
hipertensi yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan peluang 7 kali lebih besar
terkena stroke, 6 kali lebih besar terkena
congestive heart failure, dan 3 kali lebih
besar terkena serangan jantung. Dilihat dari
angka kejadian komplikasi pada penyakit
hipertensi, peluang untuk terjadinya stroke
paling besar diantara penyakit congestive
heart failure dan serangan jantung.
Dalamjurnal (Chiuve, SE,dkk,2008) dalam
American Health Association yang berjudul
Primary Prevention of Stroke by Healthy
Lifestyle mengatakan bahwa gaya hidup
yang beresiko rendah yang dikaitkan dengan
penurunan resiko beberapa penyakit kronis
juga mungkin bermanfaat dalam pencegahan
stroke, stroke iskemik khususnya.
Dilihat dari jurnal di atas dan hasil penelitian
yang dilakukan mempertegas hubungan
antara gaya hidup buruk pada pasien
hipertensi lebih tinggi untuk memiliki resiko
terjadinya stroke.
b. Hubungan gaya hidup: konsumsi lemak pada
pasienhipertensi dengan resiko terjadinya
stroke.
Dari hasil penelitian didapatkan pasien yang
mengkonsumsi lemak dan beresiko stroke
sebanyak 40 orang (51,9%). Hasil uji statistik
diperoleh nilai p value 0,105 (>0,05), maka
dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha
ditolak, hal ini memperlihatkan bahwa tidak ada
hubungan antara konsumsi lemak dengan resiko
terjadinya stroke pada pasienhipertensi yang
sedang rawat jalan di Poliklinik Jantung dan
Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo Borromeus
Bandung.
Menurut penelitian Reddy, Srinath and
Martijn,Katan, 2003 tentang Diet, Nutrition And
The Prevention Of Hypertension And

Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus

Cardiovascular Diseases menyatakan bahwa


konsumsi lemak berlebih dapat meningkatkan
stroke. Ada perbedaan antara jurnal dan hasil
penelitian.dari hasil penelitian yang didapatkan
bahwa tidak ada hubungan antara gaya hidup:
konsumsi lemak dengan resiko terjadinya stroke.
Dilihat dari karakteristik responden yang
terdapat di jurnal dengan dalam penelitian ini
berbeda salah satunya ras.
Untuk pencegahan hipertensi salah satunya
adalah mengkonsumsi obat-obatan hipertensi
(Marliani,Lili dan H. Tantan,2007). Dalam
penelitian ini dapat dilihat bahwa pasien di
Klinik Jantung dan Penyakit Dalam teratur
kontrol di rumah sakit sehingga pasien
mendapatkan obat-obatan anti hipertensi dan
lebih paham tentang bahaya konsumsi lemak
pada pasien hipertensi. Didukung juga dengan
tingkat pendidikan yang paling banyak yaitu
SMA sebanyak 37 pasien (48,1%) dan
perguruan tinggi 25 pasien (32,5%)yang
mendukung informasi yang telah diberikan di
rumah sakit mampu dimengerti dengan lebih
baik oleh pasien sehingga menghasilkan
perubahan sikap yang baik dan tempat tinggal
pasien yang terletak di perkotaan menyebabkan
mudahnya mengakses informasi dari media
cetak maupun media elektronik.
c. Hubungan gaya hidup: konsumsi natrium
pada
pasienhipertensi
dengan
resiko
terjadinya stroke.
Dari hasil penelitian didapatkan pasien yang
mengkonsumsi natrium dan beresiko stroke
sebanyak 37 orang (84,1%). Hasil uji statistik
diperoleh nilai p value 0,000 (<0,05), maka
dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha
diterima, hal ini memperlihatkan bahwa ada
hubungan antara konsumsi natrium dengan
resiko terjadinya stroke pada pasienhipertensi
yang sedang rawat jalan di Poliklinik Jantung
dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo
Borromeus Bandung.
Penelitian ini diperkuat dengan jurnal
(Adrogu,HJ,dkk,2007) The New England
Journal Of Medicine Tentang Sodium And
Potassium In The Pathogenesis Of Hypertension
mengatakan bahwa konsumsi natrium dan
kalium lebih dari 150 mmol per hari akan

63

meningkatkan tekanan darah pada penderita


hipertensi akan meningkatkan tekanan darah,
apabila hal ini berlanjut maka akan berakibat
pada terjadinya penyakit kardiovaskular.
Dalam
penelitian(Wahyuningsih,A,dkk,2012)menunjuk
kan ada hubungan kepatuhan diet dengan
kejadian komplikasi pada penderita hipertensi.
Hal ini disebabkan karena kepatuhan diet pada
penderita hipertensi adalah patuh dan kejadian
komplikasi pada penderita hipertensi adalah
tidak terjadi komplikasi.
Penderita hipertensi patuh dalam melaksanakan
perintah, mentaati aturan dan disiplin dalam
menjalankan program diet yang telah
ditentukan. Selain itu penderita hipertensi juga
patuh terhadap diet rendah garam, tidak
merokok, menghindari obesitas dan tidak
minum alkohol sehingga komplikasi hipertensi
dapat dikendalikan.
Selain itu, dilihat dari karakteristik pasien yang
berobat di Klinik Jantung dan Penyakit Dalam
Rumah Sakit Santo Borromeus Bandung,
sebagian besar berasal dari Jawa Barat yang
menyukai makanan yang asin seperti ikan asin.
Tempat tinggal para pasien pun di perkotaan
sehingga memiliki gaya hidup yang praktis.
Ditegaskan oleh (Dalimartha, Setiawan, 2008)
yaitu modernisasi biasanya mengubah gaya
hidup menjadi lebih praktis.
d. Hubungan gaya hidup: merokok pada
pasienhipertensi dengan resiko terjadinya
stroke.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p value 0,008
(<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa Ho
ditolak dan Ha diterima, hal ini memperlihatkan
bahwa ada hubungan antara merokok pada
pasienhipertensi yang sedang rawat jalan di
Poliklinik Jantung dan Penyakit Dalam Rumah
Sakit Santo Borromeus Bandung. Hal ini
diperkuat oleh beberapa jurnal, yaituJurnal
Kedokteran Yarsi tahun 2003 berjudul merokok
sebagai resiko stroke oleh Soeparto Isyadi
menjelaskan bahwa rokok meningkatkan resiko
stroke sekitar 40% pada pria dan 60% pada
wanita. Peningkatan resiko stroke dua kali lipat
pada perokok berat.

Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus

Menurut Jurnal (Iswasi,S, 2001) berjudul


MerokokSebagai Resiko Stroke mengatakan
bahwa meta-analisis studi ini menunjukkan
bahwa merokok merupakan faktor resiko
stroke.Merokok merupakan kebiasaan sekaligus
gaya hidup yang berdampak buruk bagi
kesehatan. Asap rokok mengandung beberapa
zat berbahaya yang sering disebut oksidator. Zat
oksidator ini menimbulkan kerusakan pada
dinding arteri. Dinding arteri yang rusak akibat
asap rokok akan menjadi lokasi penimbunan
lemak, sel trombosit, kolestrol, dan terjadi
penebalanlapisan otot polos dinding arteri.
Kondisi ini disebut sebagai aterotrombotik.
Aterotrombotik menyebabkan diameter rongga
arteri menyempit. Selain itu, aterotrombotik
meyebabkan diameter rongga arteri menyempit.
Selain itu, aterotrombotik biasanya menyebakan
kerapuhan dinding pembuluh darah arteri.
Aterotrombotik menyebabkan aliran darah ke
beberapa organ tubuh termasuk otak tersumbat
dan beresiko menimbulkan stroke(Wahyu,
Genis, 2010).
Merokok dalam penelitian ini yaitu pasien
merupakan perokok aktif, pasien mengatakan
tidak dapat berhenti merokok, dan di rumah
pasien ada salah satu anggota keluarga yang
merokok sehingga pasien merasa seperti
perokok pasif.
e. Hubungan gaya hidup: stres emosional pada
pasienhipertensi dengan resiko terjadinya
stroke.
Pada hasil uji statistik diperoleh nilai p value
0,562 (>0,05), maka dapat disimpulkan bahwa
Ho diterima dan Ha ditolak, hal ini
memperlihatkan bahwa tidak ada hubungan
antara stres emosional pada pasienhipertensi
yang sedang rawat jalan di Poliklinik Jantung
dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo
Borromeus Bandung. Menurut penelitian
(Prawesti,Dian dan Hesty Titis, 2012) tentang
Stress With The Incidence Of Hipertension
Complications To Patients With Hypertension
mengatakan bahwa ada hubungan antara stres
pada pasien hipertensi dengan terjadinya
komplikasi hipertensi salah satunya stroke.

64

Ada perbedaan antara jurnal dan hasil penelitian.


Dari hasil penelitian yang didapatkan tidak
terdapat hubungan antara gaya hidup: stres
emosional pada pasien hipertensi dengan resiko
stroke karena pasienteratur kontrol hipertensi
sehingga mendapatkan obat anti-hipertensi yaitu
sebanyak 58 pasien (75,3%) sehingga sudah
diberikan pendidikan kesehatan tentang bahaya
stres emosional terhadap peningkatan tekanan
darah. Peneliti berpendapat bahwa pasien sering
terpapar informasi dari media cetak dan media
elektronik
tentang
bahaya
stres
pada
hipertensi.Selain itu, pekerjaan lebih dari
setengah pasien adalah pensiunan dan ibu rumah
tangga dimungkinkan ketika mengalami stres
yang menggangu konsentrasi, pasien dapat
istirahat sejenak dan behenti dari aktivitas yang
sedang dilakukan karena pasien tidak bekerja
lagi.
f. Hubungan gaya hidup: konsumsi alkohol
pada
pasienhipertensi
dengan
resiko
terjadinya stroke.
Dari hasil penelitian didapatkan pasien yang
tidak konsumsi alkohol namun beresiko stroke
sebanyak 37 orang (61,7%). Pada hasil uji
statistik diperoleh nilai p value1,000 (>0,05),
maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan
Ha ditolak, hal ini memperlihatkan bahwa tidak
ada hubungan antara konsumsi alkohol dengan
resiko terjadinya stroke pada pasienhipertensi
yang sedang rawat jalan di Poliklinik Jantung
dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo
Borromeus Bandung.

g. Hubungan gaya hidup: obesitas


pada
pasienhipertensi dengan resiko terjadinya
stroke.
Dari hasil penelitian didapatkan pasienyang
tidak obesitas namun beresiko stroke sebanyak
45 pasien (42,7%). Hasil uji statistik diperoleh
nilai p value 0,103 (>0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak,
hal ini memperlihatkan bahwa tidak ada
hubungan antara obesitas pada pasienhipertensi
yang sedang rawat jalan di Poliklinik Jantung
dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo
Borromeus Bandung.
Penelitian oleh (Prawesti, Dian dan Hesty Titis
Prasetyorini, 2012) mengatakan bahwa ada
hubungan antara obesitas pada pasien hipertensi
dengan kejadian komplikasi hipertensi, salah
satunya ialah stroke.
Dari hasil penelitian yang didapatkan tidak
terdapat hubungan antara gaya hidup obesitas
pada pasien hipertensi dengan resiko stroke.
Dimungkinkan karena pasienteratur kontrol
hipertensi sehingga mendapatkan obat antihipertensi yaitu sebanyak 58 pasien (75,3%).
Juga bisa disebabkan oleh tingkat pendidikan
pasienyaitu SMA sebanyak 37 pasien (48,1%)
dan perguruan tinggi 25 pasien (32,5%)
sehingga pasienlebih mudah untuk menerima
informasi yang diberikan tentang bahaya
obesitas terhadap komplikasi hipertensi.
SIMPULAN

Penelitian oleh (Prawesti, Dian dan Hesty Titis


Prasetyorini, 2012) mengatakan bahwa ada
hubungan antara konsumsi alkohol pada pasien
hipertensi
dengan
kejadian
komplikasi
hipertensi, salah satunya ialah stroke.
Dari hasil penelitian yang didapatkan tidak
terdapat hubungan antara gaya hidup: konsumsi
alkohol pada pasien hipertensi dengan resiko
stroke. Disebabkan pasien yang mengkonsumsi
alkohol sedikit (61,0%) sehingga efek alkohol
pada penderita hipertensi dengan kejadian stroke
pun menurun. Ini dapat disebabkan oleh
perbedaan budaya dan ajaran agama di
Indonesia yang jarang atau melarang untuk
mengkonsumsi alkohol.

Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus

Setelah dilakukan penelitian terhadap 77


pasienhipertensi yang rawat jalan di Poliklinik
Jantung dan Penyakit Dalam Rumah Sakit Santo
Borromeus Bandung, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil penelitian ini didapatkan gaya hidup pada
pasien hipertensi sebanyak 44 pasien (57,1%)
memiliki gaya hidup buruk.
2. Hasil penelitian ini didapatkan gaya hidup:
konsumsi lemak pada pasien hipertensi
didapatkan sebanyak 60 pasien(77,9%) tidak
mengkonsumsi lemak.
3. Hasil penelitian ini didapatkan gaya hidup:
konsumsi natrium pada pasien hipertensi

65

didapatkan
sebanyak
44
pasien(57,1%)
mengkonsumsi natrium.
4. Hasil penelitian ini didapatkan gaya hidup:
merokok pada pasien hipertensi didapatkan
sebanyak 51 pasien(66,2%) yang merokok.
5. Hasil penelitian ini didapatkan gaya hidup: stres
emosional pada pasien hipertensi didapatkan
sebanyak 53 pasien(68,8%) yang stres
emosional.
6. Hasil penelitian ini didapatkan gaya hidup:
konsumsi alkohol pada pasien hipertensi
didapatkan sebanyak 60 pasien (77,9%)
7. Hasil penelitian ini didapatkan gaya hidup:
obesitas pada pasien hipertensi didapatkan
sebanyak 70 pasien(87,5%) yang tidak obesitas.
8. Hasil penelitian ini didapatkan resiko terjadinya
stroke pada pasien hipertensi didapatkan
sebanyak 47 (61,0%) pasienyang beresiko
stroke.
9. Hasil penelitian ini didapatkan ada hubungan
antara gaya hidup dengan resiko terjadinya
stroke dengan p-value 0,000 (<0,05).
10. Hasil penelitian ini didapatkan tidak ada
hubungan antara gaya hidup: konsumsi lemak
pada pasienhipertensi dengan resiko terjadinya
stroke dengan p-value 0,105 (>0,05).
11. Hasil penelitian ini didapatkan ada hubungan
gaya
hidup:
konsumsi
natrium
pada
pasienhipertensi dengan resiko terjadinya stroke
dengan p-value 0,000 (<0,05).
12. Hasil penelitian ini didapatkan ada hubungan
gaya hidup: merokok pada pasienhipertensi
dengan resiko terjadinya stroke dengan p-value
0,008 (<0,05).
13. Hasil penelitian ini didapatkan tidak ada
hubungan gaya hidup: stres emosional pada
pasienhipertensi dengan resiko terjadinya stroke
dengan p-value 0,562 (>0,05).
14. Hasil penelitian ini didapatkan tidak ada
hubungan gaya hidup: alkohol pada pasien
hipertensi dengan resiko terjadinya stroke
dengan p-value 0,888 (>0,05).
15. Hasil penelitian ini didapatkan tidak ada
hubungan
gaya
hidup:
obesitas
pada
pasienhipertensi dengan resiko terjadinya stroke
dengan p-value 0,103 (>0,05).

Gaya hidup buruk dapat berakibat terjadinya


resiko stroke, oleh karena itu, perlu melakukan
kontrol teratur dan mempertahankan gaya hidup
sehat.
2. Bagi STIKes St. Borromeus
Penelitian ini diharapkan menambah bahan
literatur bagi bagian perpustakaan di Stikes St.
Borromeus.

SARAN

Cahyono, Suharjo. 2008.Gaya Hidup dan Penyakit


Modern. Jogjakarta: Kanisius

3. Bagi Rumah Sakit Santo Borromeus


a. Melakukan penyuluhan secara kontinue pada
pasien hipertensi tentang gaya hidup yang
baik.
b. Menambah leaflet atau brosur yang
berhubungan dengan gaya hidup yang baik
pada pasien hipertensi.
4. Bagi peneliti selanjutnya
Menjadi bahan rujukan untuk penelitian tentang
gaya hidup yang paling beresiko terhadap
terjadinya resiko stroke.
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Alimul , Azis. 2002. Riset Keperawatan & Tehnik
Penelitian Ilmiah Edisi Pertama. Jakarta:
Salemba Medika
Anies. 2006. Waspada Ancaman Penyakit Tidak
Menular Solusi Pencegahan dari Aspek
Perilaku dan Lingkungan.2006. Jakarta: TT
Elex Media Komputindo
Asmani. 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta:
EGC
Azis,
Iwan,
dkk.
2010.
Pembangunan
Berkelanjutan: Peran dan Kontribusi. Jakarta:
Kepustakaan popular Gramedia
Brashers,
Valentina.2007.
Aplikasi
Klinis
Patofisiologi: Pemeriksaan & Manajemen.
Jakarta: EGC
Budiman.2011.Ilmu Kedokteran Pencegahan &
Komunitas.Jakarta: EGC

1. Bagi pasien dengan hipertensi

Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus

66

Corwin,Elisabeth.2009.Buku
Patofisiologi.Jakarta: EGC

Saku

Crapps, W. Robert. 2008. Pengembangan


Kepribadian Dan Keagamaan. Jogjakarta:
Kanisius
Dahlan,
Sopiyudin.
2001.Statistik
Untuk
Kedokteran dan Kesehatan: edisi 3. Jakarta:
Salemba Medika
Dalimartha, Setiawan. 2008. Care Your Self,
Hipertensi. Depok: Penebar Plus+
Davey,Patrick. 2003. Medicine At a Glance.
Jakarta:Erlangga
Dharma, Kelana.2011. Metodologi Penelitian
Keperawatan (Pedoman Melaksanakan dan
Menerapkan Hasil Penelitian). Jakarta: Trans
Info Media

Soeharto,Iman.2001.Kolestrol & Lemak Jahat,


Kolestrol & Lemak Baik Dan Proses
Terjadinya Serangan dan Stroke.Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Smeltzer,Suzanne.2001.Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedal Brunner & Suddarth.
Jakarta:EGC
Sutomo,Budi. 2009.Menu Sehat Penakluk
Hipertensi. Jakarta: DeMedia Pustaka
Tjay,Tan dan Kirana Raharja.2007.Obat-Obat
Penting:Khasiat, Penggunaan, Dan Efek
Sampingnya.Jakarta: Gramedia
Turner,Rick.2010. New Drug Development: An
Introduction to Clinical Trials, Second
Edition. London: Springer Science+Business
Media
Wahyu,Genis.2010.Stroke.Jakarta: B First

Gunawan,Lany.2007.
Kanisius

Hipertensi.Jogjakarta:
Jurnal

Harmanto,Ning.2006.Herbal
Keluarga.Jakarta: Gramedia

Untuk

Huon,Gray.2002.Kardiologi.Jakarta:
Erlangga
Medical Series
Joewana,Satya.2003.Gangguan
Mental
dan
Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif:
Penyalahgunaan
NAPZA/NARKOBA/E2.Jakarta:EGC
Kowalski,Robert.2010.Terapi Hipertensi.Bandung:
Qanita
Muchtadi,Deddy.
2009.
Pengantar
Gizi.Bandung: ALFABETA CV

Brown, CD, dkk., Body Mass Index and the


Prevalence
of
Hypertension
and
Dyslipidemia.
Diperoleh
dari
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1038/o
by.2000.79/full tanggal 10 Juli 2013

Ilmu

Nursalam.2003.Konsep dan Penerapan Metodologi


Penelitian Ilmu Keperawatan.Jakarta: Salemba
Medika
Ramayulis,Rita.2010. Menu & Resep untuk
Penderita Hipertensi.Jakarta: Penebarplus+
Safrudin dan Hamidah. 2009.
Komunitas. Jakarta: EGC

Adrogue, Horacio,2007. Mechanisms Of Disease


Sodium And Potassium In The Pathogenesis
Of
Hypertension.
Diperoleh
dari
http://www.nejm.org/doi/pdf/10.1056/NEJM
ra064486tanggal 14 Febuari 2013

Kebidanan

Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus

Chiuve,Stephanie,dkk., Primary Prevention of


Stroke by Healthy Lifestyle. Diperoleh dari
http://circ.ahajournals.org/content/118/9/947.
short tanggal 2 Juli 2013
Nuraeni, Desi,dkk.,
Hubungan Kebiasaan Konsumsi Lemak Jenuh Dan
Obesitas Sentral Dengan Kolesterol Total
Pada Dosen Dan Karyawan Universitas
Siliwangi Tasikmalaya 2012. Diperoleh dari
http://journal.unsil.ac.id/download.php?id=8
29 tanggal 2 Juli 2013

67

Rahajeng, Ekowati dan Sulistyowati


Tuminah,2009.Prevalensi Hipertensi
danDeterminannya di Indonesia. Diperoleh
dari
http://indonesia.digitaljournals.org/index.php
/idnmed/article/download/700/699 tanggal 17
maret 2013
Wahyuningsih, Aries dan Adek Wibowo.,
Hubungan Kepatuhan Diet Dengan Kejadian
Komplikasi Pada Penderita Hipertensi Di
Ruang Rawat Inap Di Rs. Baptis Kediri.
Diperoleh
dari
http://cpanel.petra.ac.id/ejournal/index.php/st
ikes/article/view/18433 diunduh tangga 2 Juli
2013)

Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus

68

Anda mungkin juga menyukai