Anda di halaman 1dari 55

TUMOR PARU DAN

ASPEK RADIOLOGISNYA
Disusun oleh :
Rully Wibowo (406080048)

PENDAHULUAN

Kanker paru dalam arti luas adalah


semua penyakit keganasan di paru,
mencakup keganasan yang berasal dari
paru sendiri (primer) atau penyebaran
(metastasis) tumor dari organ lain.

Definisi khusus untuk kanker paru primer


yakni tumor ganas yang berasal dari
epitel saluran napas atau bronkus.

PENDAHULUAN

Prevalensi kanker paru di Amerika Serikat


tahun 2002 dilaporkan terdapat 169.400
kasus baru (13 % dari semua kanker baru
yang terdiagnosis) dengan 154.900
kematian (28 % dari seluruh kematian
akibat kanker).

Di Inggris prevalensi kejadiannya


mencapai 40.000/tahun

PENDAHULUAN

Di Indonesia menduduki peringkat 4


kanker terbanyak, di RS Kanker Dharmais
Jakarta tahun 1998 menduduki urutan ke
3 sesudah kanker payudara dan leher
rahim.

Sebagian besar kanker paru mengenai


pria (65 %), life time risk 1:13 dan pada
perempuan 1:20.

ETIOLOGI

Etiologi lain dari kanker paru yang pernah


dilaporkan adalah:
1.

Yang berhubungan dengan zat


karsinogen, seperti:
a. Asbestos, sering menimbulkan mesotelioma.
b. Radiasi ion pada pekerja tambang uranium.
c. Radon, arsen, kromium, nikel, polisiklik

hidrokarbon, vinil klorida.


2.

Polusi udara. Pasien kanker paru lebih


banyak di daerah urban yang banyak polusi
udaranya dibandingkan dengan yang di
daerah rural.

ETIOLOGI
3.

4.

Genetik. Terdapat perubahan/mutasi beberapa


gen yang berperan dalam kanker paru, yakni:
Proto oncogen, Tumor suppressor gene, Gene
encoding enzyme.
Teori Onkogenesis. Terjadinya kanker paru
didasari adanya gen supresor tumor dalam
genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah
gen supresor tumor dengan menghilangkan
(delesi/del) atau penyisipan (insersi/inS)
sebagian susunan pasangan basanya, tampilnya
gen erbB1 dan neu/erbB2 berperan dalam antiapoptosis (mekanisme sel untuk mati secara
alamiah/programmed cell death).

ETIOLOGI
5.

Diet. Beberapa penelitian melaporkan


bahwa rendahnya konsumsi terhadap
betakarotene, selenium dan vitamin A
menyebabkan tingginya risiko terkena
kanker paru.

JENIS TUMOR PARU

Klasifikasi histologis WHO 1999 untuk tumor


paru dan tumor pleura:

Epithelial tumors
Benign : papiloma, adenoma
Preinvasive lesions : Squamous dysplasia/carcinoma

in situ, atypical adenomatous hyperplasia, Diffuse


idiopathic pulmonary neuroendocrine cell hyperplasia
Malignant :

Squamous cell carcinoma : papillary, clear cell,


basaloid
Small cell carcinoma : combined small cell carcinoma

JENIS TUMOR PARU


Adenocarcinoma :
Acinar

Papillary
Bronchoalveolar : nonmucinous,
mucinous, mixed mucinous and
nonmucinous or indeterminate cell type
Solid carcinoma with mucin formation
Adenocarcinoma with mixed subtypes
VariantS

JENIS TUMOR PARU


Large cell carcinoma : Large cell

neuroendocrine carcinoma, Basaloid


carcinoma, Lymphoepitelioma-like carcinoma,
Clear cell carcinoma, Large cell carcinoma with
rhabdoid phenotype
Adenosquamous carcinoma
Carcinoma with pleomorphic sarcomatoid
or sarcomatous elements
Carcinoid tumor : typical carcinoid, atypical
carcinoid
Carcinomas of salicary gland type :
mucoepidermoid carcinoma, adenoid cystic
carcinoma

JENIS TUMOR PARU


Others

: Soft tissue tumors


Mesothelial tumors : Benign, Malignant
mesothelioma
Miscellaneous tumors
Lymphoproliferative diseases
Secondary tumors
Unclassified tumors
Tumor-like lessions

PATOLOGI
SCLC (Small Cell Lung Cancer)

1.

Gambaran histologisnya yang khas adalah


dominasi sel-sel kecil yang hampir semuanya
diisi oleh mukus dengan sebaran kromatin
yang sedikit sekali tanpa nukleoli.
Disebut juga oat cell carcinoma karena
bentuknya mirip dengan biji gandum, sel kecil
ini cenderung berkumpul sekeliling pembuluh
darah halus menyerupai pseudoroset.
Sensitif terhadap radiasi dan/atau
kemoterapi.

PATOLOGI
NSCLC (Non Small Cell Lung
Carcinoma)

2.

Karsinoma sel skuamosa / karsinoma


bronkogenik / karsinoma epidermoid.
Berciri khas proses keratinisasi dan
pembentukan bridge intraselular.
Khas terdapat sebagai suatu massa di
sentral. Lesi sentral ini sering dengan mudah
didiagnosis dengan sitologi sputum atau
bronkoskopi.
Evaluasi yang seksama pada daerah ini
kadang-kadang akan menemukan suatu
keganasan primer yang awal.

PATOLOGI
Adenokarsinoma

3.

Khas dengan bentuk formasi glandular dan


kecenderungan ke arah pembentukan
konfigurasi papilari.
Biasanya membentuk musin, sering tumbuh
dari bekas kerusakan jaringan paru (scar).
Dengan penanda tumor CEA (Carcinoma
Embrionic Antigen) karsinoma ini bisa
dibedakan dari mesotelioma.
Sering nampak sebagai suatu nodul yang
berbulu atau berbentuk bintang (stellate) di
perifer.

PATOLOGI
4.

Karsinoma Bronkoalveolar
Subtipe dari adenokarsinoma, dia
mengikuti/meliputi permukaan alveolar tanpa
menginvasi atau merusak jaringan paru.
Memberikan berbagai gambaran radiologis
tetapi yang tidak memperlihatkan massa
atau infiltrat di perifer yang berbatas tidak
tegas dan tumbuh lambat, bisa dikelirukan
dengan pneumonia atau fibrosis.
Bisa timbul area konsolidasi atau nodul tipe
alveolar yang multipel.

PATOLOGI
5.

Karsinoma Sel Besar


Subtipe yang gambaran histologisnya
dibuat secara eksklusion.
Termasuk NSCLC tapi tidak ada
gambaran diferensiasi skuamosa atau
glandular, sel bersifat anaplastik, tak
berdiferensiasi, biasanya disertai oleh
infiltrasi sel netrofil.

PATOLOGI
6.

Adenoma Bronkial
Merupakan bentuk neoplasma paru yang
jarang, dan ini diklasifikasikan sebagai
karsinoma yang amat low-grade.
Biasanya nampak sebagai massa yang
berbatas tegas di hilus atau perihiler.
Perluasan langsung ke struktur vital atau
metastasis jauh jarang terjadi sebelum
diagnosis permulaan dan tindakan
pembedahan.

STAGING TUMOR PARU


Staging yang dibuat oleh The
International System of Staging Lung
Cancer, serta diterima oleh The American
Joint Committee on Cancer (AJCC) dan
The Union Internationale Contrele Cancer
(UICC), membuat klasifikasi kanker paru
pada tahun 1973 dan kemudian direvisi
pada 1986, dan terakhir pada tahun

STAGING TUMOR PARU

Tx 1. Tumor terbukti ganas, didapat dari sekret


bronkopulmoner, tetapi tidak terlihat secara
bronkoskopis dan radiologis. 2. Tumor tidak bisa
dinilai pada staging retreatment.
Tis carcinoma in situ (preinvasive carcinoma)
T1 tumor, diameter < 3 cm
T2 tumor, diameter > 3 cm atau terdapat
atelektasis pada distal hilus
T3 tumor ukuran apapun meluas ke pleura,
dinding dada, diafragma, perikardium, < 2 cm
dari carina, terdapat atelektasis total
T4 tumor ukuran apapun invasi ke
mediastinum atau terdapat efusi pleura malignan

STAGING TUMOR PARU

N0 tidak ada kelenjar getah bening


(KGB) yang terlibat
N1 metastasis KGB bronkopulmoner
atau ipsilateral hilus
N2 metastasis KGB mediastinal atas
sub carina
N3metastasis KGB mediastinal
kontralateral atau hilus atau KGB
skalenus atau supraklavikular

STAGING TUMOR PARU

M0 tidak ada metastasis jinak

M1 metastasis jinak pada organ


(hati, otak, dll)

STAGING TUMOR PARU

1.
2.
3.
4.
5.

Staging apat dilakukan secara :


Diagnosis klinis (c TNM)
Reseksi surgikal-patologis (p TNM)
Evaluasi surgikal (s TNM)
Retreatment (r TNM)
Autopsi (a TNM)

GAMBARAN KLINIS
1.

Lokal (tumor tumbuh setempat) :


Batuk

baru atau batuk lebih hebat pada


batuk kronis.
Hemoptisis
Mengi (wheezing, stridor) karena ada
obstruksi saluran napas.
Kadang terdapat kavitas seperti abses
paru.
Atelektasis.

GAMBARAN KLINIS
2.

Invasi lokal :
Nyeri dada
Dispneu karena efusi pleura
Invasi ke perikardium terjadi tamponade
atau aritmia
Sindrom vena cava superior
Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis,
miosis)
Suara serak, karena penekanan pada nervus
laryngeal recurrent
Sindrom Pancoast, karena invasi pada pleksus
brakialis dan saraf simpatis servikalis.

GAMBARAN KLINIS
3.

Gejala Penyakit Metastasis :


Pada

otak, tulang, hati dan adrenal.


Limfadenopati servikal dan
supraklavikula (sering menyertai
metastasis)

GAMBARAN KLINIS
4.

Sindrom Paraneoplastik : Terdapat pada 10 %


kanker paru, dengan gejala :
Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam
Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
Hipertrofi osteoartropati
Neurologik : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer
Neuromiopati
Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid
(hiperkalsemia)
Dermatologik : eritema multiformis, hiperkeratosis,
clubbing finger
Renal : syndrome of inappropriate andiuretic hormone
(SIADH)

GAMBARAN KLINIS
5.

Asimptomatik dengan kelainan


radiologis :
Sering

terdapat pada perokok dengan


PPOK/COPD yang terdeteksi secara
radiologis.
Kelainan berupa nodul soliter.

DIAGNOSA

1.
2.
3.
4.

Selain gejala klinis yang telah disebutkan


diatas,
beberapa
faktor
perlu
diperhatikan pada pasien tersangka
kanker paru, seperti:
Faktor umur
Kebiasaan merokok
Adanya riwayat kanker dalam keluarga
Terpapar zat karsinogen atau terpapar
jamur
dan
infeksi
yang
dapat
menyebabkan nodul soliter paru.

DIAGNOSA

Menemukan
kanker
paru
pada
stadium dini sangat sulit karena pada
stadium ini tidak ada keluhan atau
gejala. Ukuran tumor pada stadium
dini relatif kecil (< 1 cm) dan tumor
masih berada pada epitel bronkus.
Foto rontgen dada juga tidak dapat
mendeteksi kanker tersebut. Keadaan
ini disebut sebagai tumor in situ (Tis).

DIAGNOSA

National Cancer Institute (NCI) di


Amerika Serikat menganjurkan
skrining dilakukan setiap 4 bulan
dan terutama ditujukan pada lakilaki > 40 tahun, perokok > 1
bungkus per hari dan atau bekerja
di lingkungan berpolusi yang
memungkinkan terjadi kanker paru
(pabrik cat, plastik, asbes dll).

DIAGNOSA

Penelitian yang dilakukan oleh NCI


pada 3 pusat riset kanker selama > 20
tahun terhadap lebih dari 30.000
sukarelawan laki-laki perokok berat,
dimana
setengahnya
menjalani
skrining intensif dengan pemeriksaan
sitologi tiap 4 bulan dan foto rontgen
dada (PA dan lateral) tiap tahun dan
setengah lainnya sebagai kelompok
kontrol.

DIAGNOSA

Hasil penelitian ini menunjukkan


angka positif tumor stadium awal
pada kelompok pertama 45 % dan
kelompok kontrol 15 %. Pasien
dengan
kanker
paru
tersebut
memiliki angka 5-year survival
sebesar
35
%
dibandingkan
kelompok
kontrol
yang
hanya
sebesar 13 %.

DIAGNOSA

Langkah pertama adalah secara


radiologis dengan menentukan apakah
lesi intra torakal tersebut sebagai
tumor jinak atau ganas. Bila fasilitas
ada, dengan teknik Positron Emission
Tomography (PET) dapat dibedakan
antara tumor jinak dan ganas serta
untuk menentukan staging penyakit.

DIAGNOSA

Kemudian tentukan apakah letak lesi


sentral atau perifer, yang bertujuan
untuk menentukan bagaimana cara
pengambilan jaringan tumor. Untuk
lesi yang letaknya perifer, kombinasi
bronkoskopi dengan biopsi, sikatan,
bilasan, transtorakal biopsi/aspirasi
dan tuntunan USG atau CT-Scan akan
memberikan hasil yang lebih baik.

DIAGNOSA

Sedangkan untuk lesi letak sentral,


langkah pertama sebaiknya dengan
pemeriksaan sitologi sputum diikuti
bronkoskopi
fleksibel.
Secara
radiologis dapat ditentukan ukuran
tumor (T), kelenjar getah bening (N)
dan metastasis ke organ lain (M).

GAMBARAN RADIOLOGIS

GAMBARAN RADIOLOGIS
1.

Foto rontgen dada PA dan lateral


Pemeriksaan awal sederhana yang dapat
mendeteksi adanya kanker paru. Studi
dari Mayo Clinic USA, menemukan 61 %
tumor paru terdeteksi dalam
pemeriksaan rutin dengan foto rontgen
dada biasa, sedangkan pemeriksaan
sitologi sputum hanya bisa mendeteksi
19 %.

GAMBARAN RADIOLOGIS
1. Kelainan-kelainan radiologis di bawah ini bisa
terlihat sendiri atau berkombinasi satu sama
lain :
Massa atau nodul.

Mediastinum atau hilus yang padat, mengalami


deformasi dan membesar.
Atelektasis seluruh paru, lobar atau segmental.
Konsolidasi lobar atau segmental (terutama bila
hal ini tidak mengalami perbaikan atau
perbaikan tidak sempurna).
Suatu kavitas, terutama dengan dinding yang
tebal, noduler dan tak teratur.

GAMBARAN RADIOLOGIS

Area konsolidasi yang tumbuh persisten


(sering merupakan alveolar cell carcinoma).
Densitas parenkim yang berbatas tidak tegas
terutama pada daerah apeks.
Destruksi tulang, bisa merupakan suatu
metastase atau invasi langsung tumor ke
dinding toraks. Hal yang terakhir ini amat
khas terlihat pada tumor Pancoast.
Garis-garis septa. Ini bisa karena penyebaran
tumor atau obstruksi vena atau limfe.

GAMBARAN RADIOLOGIS

Efusi pleura. Ini sering terjadi karena


terkenanya pleura tetapi bisa juga sekunder
karena penyakit inflamasi atau obstruksi
vena atau limfe.
Penyempitan trakea atau bronkus. Ini bisa
disebabkan oleh massa yang menonjol atau
penekanan dari luar.
Elevasi hemidiafragma. Disebabkan oleh
atelektasis atau paralisis nervus phrenicus.
Hiperinflasi suatu lobus atau segmen, terjadi
karena mekanisme katub pada bronkus.

GAMBARAN RADIOLOGIS

Hiperlusensi pada suatu segmen, lobus atau paru


karena adanya penurunan vaskularisasi. Hal ini
biasanya sulit dinilai pada foto polos tetapi
terlihat pada pemeriksaan scan perfusi paru.
Bronkokel. Suatu neoplasma yang tumbuhnya
lambat (bisa karsinoma atau adenoma) akan
menimbulkan penyumbatan pada bronkus.
Bagian distal obstruksi akan melebar dan terisi
dengan mukus.
Dilatasi vena cava superior atau vena azygos
karena adanya penyebaran tumor ke
mediastinum.

GAMBARAN RADIOLOGIS
2.

Foto rontgen dada oblik


Dengan berbagai derajat kemiringan
untuk memastikan adanya tumor dan
menentukan
lokasinya.
Tomogram
standar pada proyeksi AP, lateral dan
oblik
dapat
memastikan
atau
menentukan lokasi suatu lesi dan juga
hubungannya
dengan
struktur
disekitarnya (tulang, hilus, mediastinum,
diafragma dan fisura).

GAMBARAN RADIOLOGIS
3.

CT(Computerized Tomography)-Scan
Merupakan pemeriksaan yang lebih
sensitif dibandingkan dengan
pemeriksaan konvensional untuk
medeteksi nodul paru yang kecil. CT juga
merupakan cara non-invasif terbaik untuk
melihat adanya invasi keganasan ke
struktur sekitarnya atau perluasan ke
mediastinum.

GAMBARAN RADIOLOGIS
4.

MRI (Magnetic Resonance Imaging)


Pemeriksaan MRI tidak rutin dikerjakan,
karena hanya terbatas untuk menilai
kelainan tumor yang menginvasi ke
dalam vertebra, medulla spinalis,
mediastinum, di samping biayanya juga
mahal. Pemeriksaan MRI toraks tidak
lebih superior dibandingkan CT-Scan
Toraks.

GAMBARAN RADIOLOGIS
5.

6.

Fluoroskopi
Dapat menunjukkan paralisis diafragma, amat
berguna untuk menentukan lokasi lesi-lesi yang
kecil dan merupakan teknik termudah untuk
memastikan ada/tidaknya kalsifikasi.
Pemeriksaan scan ventilasi dan scan
perfusi paru
Menunjukkan
fisiologi
area
yang
terkena
neoplasma dan juga menilai fungsi relatif area
paru yang lain. Pemeriksaan ini terutama berguna
untuk menentukan operabilitas.

GAMBARAN RADIOLOGIS
7.

8.

Pemeriksaan Bone Scanning


Pemeriksaan ini diperlukan bila diduga ada tandatanda metastasis ke tulang. Insiden tumor Non
Small Cell Lung Cancer (NSCLC) ke tulang
dilaporkan sebesar 15 %.
Pemeriksaan lain
Harus diminta bila ada alasan berdasarkan apa
yang ditemukan pada pemeriksaan laboratorium,
fisik dan riwayat penyakit. Pemeriksaan ini
meliputi foto polos dan CT kepala, scan dengan
radioisotop untuk tulang dan hepar.

PENATALAKSANAAN
1.

Radioterapi
Pada beberapa kasus yang inoperable,
radioterapi dilakukan sebagai
pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai
terapi adjuvant/paliatif pada tumor
dengan komplikasi seperti mengurangi
efek obstruksi/penekanan terhadap
pembuluh darah/bronkus.

PENATALAKSANAAN
2.

Kemoterapi
Penggunaaan resimen kemoterapi
agresif (dosis tinggi) harus didampingi
dengan rescue sel induk darah yang
berasal dari sumsum tulang atau
darah tepi yang akan menggantikan
sel induk darah akibat mieloablatif.

PENATALAKSANAAN
Penilaian respon pengobatan kanker dapat
dibagi menjadi lima golongan seperti:
a). remisi komplit, tidak tampak seluruh
tumor terukur atau lesi terdeteksi selama
lebih dari 4 minggu
b). remisi parsial, tumor mengecil > 50 %
tumor terukur atau > 50 % jumlah lesi
terdeteksi menghilang.
c). stable disease pengecilan 50 % atau < 25
% membesar

PENATALAKSANAAN
d). Progresif tampak beberapa lesi
baru atau > 25 % membesar.
e). Lokoprogresif: tumor membesar
di dalam radius tumor (lokal).

PROGNOSIS
1.

Small Cell Lung Cancer (SCLC)


- Dengan adanya perubahan terapi dalam 15-20
tahun belakangan ini kemungkinan hidup rata-rata
(median survival time) yang tadinya < 3 bulan
meningkat menjadi 1 tahun.
- Pada kelompok Limited Disease kemungkinan
hidup rata-rata naik menjadi 1-2 tahun, sedangkan
20% daripadanya tetap hidup dalam 2 tahun.
- 30 % meninggal karena komplikasi lokal dari
tumor.
- 70 % meninggal karena karsinomatosis.
- 50 % bermetastasis ke otak (autopsi).

PROGNOSIS
2.

Non Small Cell Lung Cancer (NSCLC)


Yang terpenting pada prognosis kanker paru ini
adalah menentukan stadium dari penyakit.
Dibandingkan dengan jenis lain dari NSCLC,
karsinoma skuamosa tidaklah seburuk yang
lainnya. Pada pasien yang dilakukan tindakan
bedah, kemungkinan hidup 5 tahun setelah
operasi adalah 30 %.
Survival setelah tindakan bedah, 70 % pada
occult carcinoma; 35-40 % pada stadium I; 1015 % pada stadium II dan kurang dari 10 % pada
stadium III.

PROGNOSIS

75 % karsinoma skuamosa
meninggal akibat komplikasi torakal,
25 % karena ekstra torakal, 2 %
diantaranya meninggal karena
gangguan sistem saraf sentral.
40 % adenokarsinoma dan
karsinoma sel besar bermetastasis
ke otak dan 8-9 % meninggal karena
kelainan sistem saraf sentral.

PROGNOSIS

Kemungkinan hidup rata-rata pasien


tumor metastasis bervariasi, dari 6 bulan
sampai dengan 1 tahun, dimana hal ini
sangat tergantung pada :
1. Performance status
2. Luasnya penyakit
3. Adanya penurunan berat badan dalam
6 bulan terakhir.

TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai