Anda di halaman 1dari 7

Polutan Organik (Amoniak, Nitrat, dan Fosfat) terhadap Ekosistem Mangrove

Disusun Oleh :
Baskoro Aji Nugroho
Shokhikhun Matiq

B1J011067
B1J012085

TUGAS TERSTRUKTUR EKOLOGI MANGROVE

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2014

I.

PENDAHULUAN

Hutan mangrove dapat didefinisikan sebagai tipe ekosistem hutan yang


tumbuh di daerah batas pasang-surutnya air, tepatnya daerah pantai dan sekitar
muara sungai. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan
dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut dan tergolong dalam
ekosistem peralihan atau dengan kata lain berada di tempat perpaduan antara
habitat pantai dan habitat darat yang keduanya bersatu di tumbuhan tersebut.
Hutan mangrove juga berperan dalam menyeimbangkan kualitas lingkungan dan
menetralisir bahan-bahan pencemar.
Hutan mangrove sebagian besar berada di daerah tropis. Luas hutan
mangrove di Indonesia pada tahun 2005 mencapai 3.062.300 ha atau 19% dari
luas hutan mangrove di dunia dan merupakan terbesar melebihi Australia (10%)
dan Brazil (7%). Menurut Noor et al (1999) Indonesia merupakan hutan terluas
dengan keragaman hayati terbesar didunia dan struktur paling bervariasi didunia.
Komposisi tanaman dalam hutan mangrove berbeda-beda antara satu lokasi
dengan lokasi lainnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh pasang surut, gelombang,
substrat, salinitas dan kedalaman.
Rusaknya suatu ekosistem tidak terlepas dari masyarakat yang tinggal di
dalam ekosistem tersebut. Perairan pesisir pantai Teluk Youtefa saat ini dikotori
oleh masyarakat yang berdomisili di sekitar wilayah Entrop, Kotaraja, Abepura,
Kamkei dan Nafri. Terdapat juga aktifitas pelabuhan, pasar, pertokoan, bar,
perhotelan,

perbengkelan

serta pencucian mobil dan motor. Aktifitas

masyarakat perkotaan seperti ini menyebabkan banyak sampah atau limbah


padat maupun cair yang dibuang ke parit - parit dan ke sungai di saat turun
hujan

(Binpa. 2011).

Hal ini menunjukan bahwa kesadaran

masyarakat

terhadap kebersihan lingkungan sangat rendah.


Masuknya pencemar

organik

dan nonorganik

ke badan air perairan

pesisir pantai Teluk Youtefa dapat menyebabkan kualitas perairan mengalami


degradasi fungsi secara biologis.

Potensi

perairan pesisir pantai dan laut

sebagai sumber pangan bagi masyarakat akan terganggu . Menurut Hardayanti


(2007), degradasi lingkungan terjadi karena air limbah industri dan domestik
yang dibuang ke badan sungai mengandung zat - zat pencemar yang tinggi.
Polutan organic yang dapat mengganggu vegetasi mangrove diantaranya adalah
nitrogen dan fosfor.

II.

PEMBAHASAN

Nitrogen dan Fosfor merupakan komponen utama dari polusi bahan organik.
Secara umum, lumpur mangrove dapat mengikat air buangan yang mengandung
posfor secara baik, tetapi kurang efektif untuk melepas nitrogen. Nitrogen dan posfor
tersebut umumnya terikat di dalam lapisan sedimen bagian atas, di mana bahan-bahan
organic tersebut diurai oleh mikroorganisme. Konsentrasi yang tinggi dari polutan
organik dapat menimbulkan penyakit, kematian dan perubahan dalam komposisi jenis
mangrove (Tattar et al. 1994).
Polutan organic terjadi jika kandungan dilingkungan berlebihan dan kondisi
lingkungan yang tidak mendukung vegetasi mangrove untuk memanfaatkannya. Efek
dari polutan organic tersebut menyebabkan efek yang kurang baik terhadap
pertumbuhan populasi invertebrate yang hidup di habitat mangrove yang
bersangkutan. Pengaruh polutan organic di habitat mangrove akan lebih buruk apabila
polutan tersebut mengandung bahan-bahan kimia yang beracun yang tentunya selain
menyebabkan kematian terhadap tumbuhan mangrove juga menyebabkan kematian
terhadap berbagai jenis fauna yang hidup di sedimen mangrove tersebut (Kusmana,
2003).
Polutan organic yang biasa dianalisis adalah kadar amoniak, nitrat dan fosfat.
Penentuan kadar amonia dilakukan dengan metode spektrofotometer secara fenat
pada kisaran 0,1 mg/L sampai dengan 0,6 mg/L NH3-N dengan panjang gelombang
640 nm. Penentuan kadar nitrat dilakukan dengan metode spektrofotometer pada
kisaran kadar 0,1 mg/L - 2,0 mg/L dengan menggunakan metode brusin dengan alat
spektrofotometer pada panjang gelombang 410 nm. Penentuan kadar phosfat
dilakukan dengan metode spektrofotometer secara asam askorbat pada kisaran kadar
0,0 mg P/L sampai dengan 1,0 mg P/L. Prinsip dari metode ini didasarkan pada
pembentukan senyawa kompleks fosfomolibdat yang berwarna biru. Kompleks
tersebut selanjutnya direduksi dengan asam askorbat membentuk warna biru

kompleks Molybdenum. Intensitas warna yang dihasilkan sebanding dengan


konsentrasi fosfor. Warna biru yang timbul diukur dengan spektrofotometer pada
panjang gelombang 700nm-880nm (Hendrawati et al, 2008).
Ammonia merupakan salah satu parameter pencemaran organik di perairan
yang dihasilkan melalui proses pembusukan bahan-bahan organik (etrofikasi) secara
anaerobik oleh mikroba (Linsley. 1991). Kandungan ammonia yang tinggi pada suatu
perairan akan menyebabkan warna air menjadi keruh dan menghasilkan bau yang
tidak yang tidak sedap. Kadar amoniak yang tinggi dapat mempengaruhi kondisi
hewan diperairan mangrove. Meningkatnya senyawa Amonia ini, akan meningkatkan
pertumbuhan dan kepadatan fitoplankton. Kepadatan fitoplankton yang tinggi
menimbulkan peristiwa ledakan populasi ("blooming"), yang diikuti oleh kematian
masal ("die off") fitoplankton. Peristiwa ledakan populasi dan kematian masal
fitoplankton akan memperburuk kualitas air.
Nitrat adalah bentuk utama nitrogen di perairan dan merupakan nutrien utama
bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat nitrogen sangat mudah larut dalam air dan
bersifat stabil (Bahri, 2006). Menurut Hutagalung dan Rozak (1997) menyatakan
bahwa peningkatan kadar nitrat di perairan disebabkan oleh masuknya limbah
domestik atau pertanian (pemupukan) yang umumnya banyak mengandung nitrat.
Phosfat adalah bentuk fosfor yang dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan dan
merupakan unsur esensial bagi tumbuhan tingkat tinggi dan alga sehingga dapat
mempengaruhi tingkat produktivitas perairan (Bahri, 2006). Phospat (POP) unsur ini
terdapat dalam perairan alami dalam jumlah yang sangat sedikit dan berperan sebagai
senyawa mineral dan senyawa organik, bila jumlahnya meningkat itu akan berbahaya
bagi biota aquatik yang hidup dalam perairan tersebut (Jenie. B. S. L. 1993). secara
alami lingkungan perairan memiliki kadar phospat 10 % dan 90 % sisanya bersumber
dari aktifitas manusia seperti, buangan limbah industri, domestik, dan kegiatan
lainnya. Bila kadar phospat di dalam perairan tinggi akan menyebabkan masalah
eutrofikasi atau ketersediaan nutrient yang berlebihan (Erari et al, 2012).

III.

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa polutan-

polutan organic secara umum terjadi akibat dari aktivitas manusia yang tidak
sadar tentang kesehatan lingkungan, seperti penggunaan pupuk yang
berlebihan dan membuang limbah cair, atau sampah ke sungai.

DAFTAR REFRENSI
Binpa. 2011. Teluk Youtefa diisukan tercemar. Papua: Harian Umum Bintang.
Erari, Semuel Sander, Jubhar Mangimbulude, dan Karina Lewerissa. 2012.
Pencemaran organik di perairan pesisir pantai teluk youtefa Kota
Jayapura, Papua (organic waste in the youtefa bay shoreline of jayapura,
Papua) dalam Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa.
Hardayanti. 2007. Fitoremediasi Phospat dengan Pemanfaatan Enceng Gondok
(Eichhornia crassipes) (studi kasus pada limbah cair Industri kecil
laundry). Jurnal Presipitasi Vol. 2 No.1.
Hendrawati, Tri Heru Prihadi, Nuni Nurbani Rohmah. 2008. Analisis Kadar
Phosfat dan N-Nitrogen (Amonia, Nitrat, Nitrit) pada Tambak Air Payau
akibat Rembesan Lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Jakarta:
Program Studi Kimia FST UIN Syarif Hidayatullah.
Jenie. B. S. L. 1993. Penanganan Limbah Industri Pangan. Kanisius.
Kusmana, Cecep. 2003. Respon Mangrove terhadap Pencemaran. BOGOR:
Silvikultur IPB.
Linsley. R. K. 1991. Teknik Sumberdaya Air. Penerbit Erlangga.
Rozak , Abdul, Hutagalung,dan Horas. 1997. Metode Analisis Air Laut, Sedimen
dan Biota. Buku Kedua. Puslitbang Oseanologi-LIPI. Jakarta.11.
Tattar, TA, Klekowski, Ej and Turner, BJ. 1994. Dieback and Mortality in Red
Mangrove, Rhizophora mangle L, in Southwest Puerto Rico.
Arboricultural Journal 18, 419-429.

Anda mungkin juga menyukai