Anda di halaman 1dari 7

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at:


https://www.researchgate.net/publication/288889921

IDENTIFIKASI JAMUR PENDEGRADASI


INULIN PADA RIZOSFIR UMBI
DAHLIA(Dahlia variabilis)
Article January 1999

CITATIONS

READS

43

4 authors, including:
Saryono Saryono

Delita Zul

Universitas Riau

Universitas Riau

18 PUBLICATIONS 5 CITATIONS

8 PUBLICATIONS 79 CITATIONS

SEE PROFILE

SEE PROFILE

Atria Martina
Universitas Riau
2 PUBLICATIONS 1 CITATION
SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Ideentifikasi Mikroba penyebab layu busuk pada tanaman pisang View

project
All in-text references underlined in blue are linked to publications on ResearchGate,
letting you access and read them immediately.

Available from: Saryono Saryono


Retrieved on: 09 November 2016

Jurnal Natur Indonesia 1I (1): 22 - 27 (1999)

IDENTIFIKASI JAMUR PENDEGRADASI INULIN PADA


RIZOSFIR UMBI DAHLIA(Dahlia variabilis)
Oleh
Saryono*), Is Sulistyati P., Delita Zul dan Atria Martina.
*) Coressponding Author
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau.
Diterima : 19 April 1999

Disetujui : 19 Juli 1999

ABSTRACT
Inulin degradation fungi are microorganism that can produc extra
cellular inulinase to hydrolyse inulin molecules to fructose
monomers or fructoolygosaccharide. Inulolitic fungi were isolated
from dahlia tubers rhizosphere were that collected from in Padang
Panjang, West Sumatra. Three fungi strains that grew on medium
containing inulin as the sole carbon and energy source produced
clear zones around the colonies. The highest activity isolate was
identified as Geotrichum sp., with a halo zone ratio of 2.3 mm and
produced reducing sugar (fructose) 1,64mg/ml.
Key words: Degradation, rhizosphere, Geotrichum sp.

PENDAHULUAN
Inulin adalah senyawa karbohidrat alamiah yang merupakan polimer dari unit-unit fruktosa. Polisakarida ini dapat dihasilkan oleh
beberapa tanaman umbi-umbian
(seperti pada dahlia, Jerusalem
artichoke dan chicory) dan berperan
sebagai
karbohidrat
cadangan,
(Gupta dkk., 1989). Umbi dahlia
mengandung 69,50-75,48 inulin,
yang berpotensi untuk dihidrolisis
menjadi sirup fruktosa dan fruktooligosakarida atau sebagai substrat
pada produksi alkohol secara fermentasi. (Saryono dkk, 1998; Allais
dkk, 1987)
Inulinase adalah -fruktosidase yang dapat menghidrolisis
molekul inulin. Ekso inulinase (D-fruktanfruktohidrolase, EC 3.2.1.
80) memecah unit fruktosa terminal
dari ujung yang tidak mereduksi,
enzim ini juga dapat menghidrolisis
molekul sukrosa dan rafinosa. Di
samping itu endo inulinase (2,1--

D-fruktan fruktanohydrolase, EC
3.2.1.7)
menhidrolisis
ikatan
molekul inulin dari bagian dalam
untuk menghasilkan fruktooligosakarida seperti inulotriosa, -tetraosa,
dan pentaosa sebagai produk
utamanya. Selain itu enzim ini juga
diketahui menghambat aktivitas
enzim invertase (Nakamura dkk,
1995).
Produksi
fruktosa
secara
kovensional dari molekul pati
memerlukan paling sedikit tiga tahap reaksi enzimatis menggunakan
enzim -amilase, amiloglukosidase
dan invertase dengan rendemen
fruktosa yang dihasilkan sekitar
45%. Produksi fruktosa secara langsung dari inulin oleh enzim inulinase dapat menghasilkan 90%
fruktosa (Gupta dkk, 1990).
Pada kesempatan ini, telah
dilakukan identifikasi beberapa
jamur yang memilki aktivitas inulinase, yang berpotensi sebagai penghidrolisis inulin menjadi fruktosa.

23

BAHAN DAN METODE


Bahan. Medium yang digunakan untuk isolasi kapang adalah
PDA (kentang 200g, dekstrosa 20g
dan agar 20g dalam 1lt., air; MEA
(Malt ekstrak 20g, agar 20g, dektrosa 20g, pepton 1g dalam 1lt., air;
CDA (Sukrosa 30g, NaHPO4 3g,
KHPO4 1g, KCL 0,5g, MgSO4
7H2O 0,5 g FeSO4 0,01g agar 15g
dalam 1lt., air).
Untuk seleksi kapang digunakan inulin sebagai satu satunya
sumber karbon dan energi dengan
komposisi inulin 3%, (NH4)2HPO4
1%, MgSO4 7H2O 0,05%, FeSO4
0,015% dan Agar 2%. Semua bahan
dan peralatan yang digunakan sebelumnya disterilisasi terlebih dahulu
pada suhu 120oC dan tekanan 15 psi
dengan alat autoklaf.
Isolasi Kapang. Umbi dahlia
dibusukkan di tempat terbuka pada
suhu kamar selama kurang lebih tiga
hari. Sebanyak satu gram umbi yang
telah busuk dimasukan ke dalam
larutan NaCl 0.09N steril dan
selanjutnya diaduk dengan vortex
mixer. Dengan mengguna-kan
jarum ose, campuran di atas
digoreskan pada media PDA, MEA
dan CDA di dalam cawan petri dan
diinkubasi selama 3x24 jam pada
suhu kamar. Jamur-jamur yang
tumbuh dipisahkan untuk mendapatkan biakan yang murni dan
selanjutnya diinokulasikan ke dalam agar miring sebagai stok kultur.
Biakan murni yang didapat diidentifikasi secara makroskopis dan
mikroskopis.
Penentuan aktivitas inulinase. Semua jamur yang telah dimurnikan ditentukan aktivitas inulinasenya dengan menumbuhkan pada
medium yang hanya mengandung
inulin sebagai satu-satunya sumber
karbon, mengunakan cawan petri.
Sampel jamur digoreskan pada

cawan petri kemudian diinkubasi


selama 48 jam pada suhu 30oC,
kemudian jamur yang telah tumbuh
disimpan ke dalam lemari es selama
satu minggu. Di sekitar koloni jamur
yang menghasilkan inulinase akan
terbentuk zona bening sebagai
akibat telah dihidrolisisnya senyawa
polimer di sekitarnya, sedangkan
molekul inulin yang tidak dihidrolisis akan mengendap (Vullo dkk,
1991).
Uji
aktivitas
inulinase.
Sebanyak 25 ml larutan inulin 5%
dari umbi dahlia di dalam erlenmeyer 100 ml, diinokulasikan dengan 2 lup koloni jamur hasil isolasi
yang berumur dua hari. Campuran
diinkubasi selama 3x24 jam pada
temperatur 30oC dan agitasi 100
rpm.
Campuran
kemu-dian
disentrifuga 5000 rpm selama 15
menit. Gula pereduksi yang
terbentuk pada supernatan ditentukan dengan metoda ortotoluidin
(Gilbert, 1957)
Isolasi inulin dahlia. Inulin
dahlia diekstraksi dengan air panas
kemudian diendapkan kembali
menggunakan etanol dingin sebagai
mana dilakukan sebelumnya oleh
Saryono dkk, 1998.
HASIL
Isolasi jamur dilakukan dengan
menggunakan tiga medium yaitu
PDA, MEA dan CDA. Dari ketiga
medium ini pertumbuhan jamur
terbaik telihat pada medium PDA
yaitu pertumbuhan lebih cepat dan
sempurna. Hasil isolasi mengidentifikasi tiga jamur yaitu Humicola grisea, Geatrichum sp dan
Aspergillus niger. seperti terlihat
pada Gambar 1.

23

Humicola grisea

Geotrichum sp

Aspergillus niger

Gambar 1. Strain jamur hasil isolasi


Humicola grisea memiliki
bentuk koloni mula-mula putih
kemudian berkembang menjadi abuabu dan setelah beberapa hari
berubah jadi hitam. Konidia berwarna gelap, coklat kehitaman, globose (bulat) dan tidak menghasilkan
suatu Phialid state. Phialid terlihat
jelas dibawah mikroskop bening
atau tembus pandang.
Geotrichum sp., dari pengamatan mikroskopis terlihat memiliki bentuk koloni berwarna putih
tetapi tidak memiliki konidiofor.
Miselium berbentuk oblong, subglobose kadang silindrikal dan ada
septum yang terlepas. Konidia tidak
jelas dan pembentukan bisa dengan
segmentasi dari hifa.
Aspergillus niger, bentuk
koloninya berwarna hitam dengan
konidiofor tegak lurus dan konidia

hitam kecoklatan. Pada cawan petri


kelihatan globose head (kepalakepala bulat) yang berwarna hitam
serta pada biakan yang sudah tua,
tampak pemisahan dari konidia.
Penentuan aktivitas dilakukan
dengan mengukur luas zona halo
yang terbentuk dari masing-masing
jamur yang ditumbuhkan pada
media inulin. Aktivitas di kelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu
aktivitas rendah dengan zona/koloni
(Z/K) <1, aktivitas sedang Z/K 1-2
dan aktivitas tinggi Z/K >2(Basuki
dkk 1995; Abd-Alla dan Omar,
1998). Dari ketiga jamur hasil isolasi aktivitas inulinase yang tinggi
dihasilkan oleh Geotrichum sp.,
yaitu 2,3 mm, sedangkan Humicola
grisea dan Aspergillus niger
masing-masing 1,4 mm dan 1,9mm
seperti terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pengujian aktivitas inulinase dari jamur hasil isolasi.


No
Strain
Koloni (mm)
Zona Halo (mm)
1
Humicola grisea
5
7
2
Geotrichum sp
3
7
3
Aspergillus niger
8
15
Fermentasi inulin oleh jamur
hasil isolasi di dalam erlenmeyer
100 ml dapat dilihat pada Gambar 2.

Z/K (mm)
1,4
2,3
1,9

Aktivitas inulinase tertinggi terdapat


pada strain Geotrichum sp., yang
menghasilkan 1,64 mg/ml gula

23

reduksi (fruktosa). Sedangkan dua


strain lainnya, Humicola grisea dan
Aspergillus niger masing-masing

menghasilkan 0,99 dan 1,43 mg/ml


gula reduksi.

H= Humicola grisea ; G= Geotrichum sp ; A= Aspergillus niger


Gambar 2. Aktivitas inulinase jamur hasil isolasi
PEMBAHASAN
Dari tiga medium yang dipergunakan (PDA, MEA, CDA) pertumbuhan paling baik pada media
PDA. Hal ini terlihat dari kecepatan
dan kesempurnaan petumbuhan,
walau pun pada media yang lain
(MEA dan CDA) juga terlihat
adanya tanda-tanda pertumbuhan.
Ini menunjukan komposisi media
PDA lebih disukai oleh jamur yang
diisolasi.
Hasil identifikasi menemukan
tiga strain yaitu Humicola grisea,
Geotrichum sp dan Aspergillus niger. Ketiga jenis jamur ini memiliki
aktivitas
inulinase,
walaupun
dengan aktivitas yang berbeda-beda.
Secara teoritis pada tanah terdapat
banyak sekali jamur, misalnya pada
tanah yang subur dapat mengandung jamur ratusan ribu jenis. Pada
proses isolasi ini hanya didapatkan
tiga strain, hal ini dikarenakan jamur
yang diisolasi adalah yang multi sel
saja (kapang) sedangkan yang unisel
(khamir) tidak diisolasi. Selain itu,
pada saat pengkayaan kultur

dilakukan dengan cara membusukkan umbi dahlia pada ruangan


terbuka. Proses ini juga menyebabkan terjadinya seleksi, karena jamur
yang akan tumbuh tentu yang
mampu mendegradasi inulin saja
atau jamur yang dapat menghasilkan inulinase ekstra selular. Hal ini
dikarenakan pada umbi dahlia
terkandung 69,50-75,48% inulin
(Saryono dkk.,1998). Untuk dapat
memanfaatkan inulin ini sebagai
sumber karbon dan energinya maka
suatu mikroorganisme harus mampu mengeluarkan enzim ekstraselular (inulinase) yang dapat mendegradasi molekul besar (inulin)
menjadi bentuk yang lebih sederhana (fruktosa) sehingga dapat
diserap oleh sel untuk selanjutnya
dimetabolisme (Miller dan Donahul, 1990).
Pengujian aktivitas inulinase
terhadap semua jamur hasil isolasi
dilakukan dengan menumbuhkan
jamur pada medium yang mengandung inulin sebagai satu-satunya
sumber karbon dan energinya. Hasil

26

pengujian berdasarkan pembentukan zona halo, menghasilkan


nisbah diameter zona halo terhadap
diameter koloni antara 1,4 2,3
(Tabel 1) dengan nisbah tertinggi
pada strain Geotrichum sp. Hal ini
menunjukan bahwa aktivitas inulinase tertinggi dihasilkan oleh
Geotrichum sp., karena pembentukan zona halo terjadi sebagai
akibat telah dipecahnya ikan -(2-1)
glikosidir pada molekul substrat
(inulin) oleh aktivitas inulinase yang
dihasilkan oleh jamur tersebut.
Semakin tinggi aktivitas inulinase
yang
dikeluarkan
kemedium
pertumbuhan, maka zola halo yang
terbentuk juga semakin lebar (Vullo
dkk 1991; Basuki dkk. 1995).
Uji aktivitas inulinase terhadap semua jenis jamur hasil isolasi
memakai media cair juga memperlihatkan aktivitas inulinase tertinggi
pada strain Geotrichum sp., dengan
menghasilkan 1,54 mg/ml gula
pereduksi (fruktosa), sedangkan
Humicola grisea dan Aspergillus
niger masing-masing hanya menghasilkan 0,99 mg/ml dan 1,43
mg/ml gula pereduksi (fruktosa).
Hasil ini memperkuat penentuan
aktivitas dengan cara pengukuran
zona halo, yang aktivitas tertingginya juga pada strain Geotrichum
sp.
KESIMPULAN
Proses isolasi jamur pendegradasi inulin pada umbi dahlia, mendapatkan tiga strain yaitu Humicola
grisea, Geotrichum sp dan Aspergillus niger. Ketiga strain tersebut
memiliki aktivitas inulinase, tetapi
dari uji aktivitas yang dilakukan
memperlihatkan
bahwa
strain
Geotrichm sp memiliki aktivitas
inulinase tertinggi.
DAFTAR PUSTAKA

Alexopulus .J., 1962. Introductory


Mycology John Willey &
Sons., Inc., New York.
Allais J.J., S. Kammoun, P. Blance,
C. Birard and J.C. Baratti,
1986, Isolation and Characterization of Bacteria Strains
With Inulinase Activity, Appl.
And Environmental Microb.
52:1086-1090.
Allais J.J., G. Hoyos-Lopez, S.
Kammoun and J.C. Baratti
1987, Isolation and Characterization
of
Thermophilic
Bacterial Strain With Inulinase Activity, Appl. And Environmental Microb. 53(5):
942-945.
Barnett H.L. and Barry B. Hunter,
1972, Illustrated Genera Of
Imferfect Fungi, Burgess Publishing Company.
Gupta A.K., P. Rathore, N. Kaur
and R. Singh, 1990, Production Thermal Stability and
Immobilization Of Inulinase
From Fusarium oxysporum, J.
Chem. Tech. Biotech., p:245251.
Gupta A.K., M.Kaur, N. Kaur and
R. Singh, 1992, A Comparison of Properties of Inulinase
of Fusarium oxysporum Immobilized on Various Supports, Journal Chem. Tech.
Biotechnology, 53: 293-296.
Gilbert A., 1957, Colorimetrict
Analysis Of Sugar, Method in
Enzymology, Vol. III, Academic Press, Inc. New York,
p:73-105.
Hadioetomo R.S., 1993, Mikrobiologi Dasar dalam Praktek,
Gramedia, Jakarta.

27

Miller R.W. and R.L. Donahul,


1990, Soils an Introduction to
Soils and Plant Growth Prentice Hall, Englewood Cliff,
New Yersey, USA.
Nakamura T., Y. Ogata, A. Shitasa,
A. Nakamura and K. Ohta,
1995, Continuous Production
of Fructose Syrups from Inulin
by Immobilized Inulinase from
Aspergillus niger Mutan 817,
J. of Fermentation and
Bioeng., 80(2): 164-169.
Saryono, Chainulfiffah A.M., Silvera D.S., Monalisa H.S. dan
Dasli, 1998, Pemanfaatkan
Umbi Dahlia Dahlia variabilis
untuk Produksi Sirup Fruktosa
(HFS) dan Fruktooligosakarida. Seminar Nasional PBBMI
XIV, Bandung.
Vullo O.L., Cellia E. Coto and
Faustino Sineriz, 1991, Characteristic of an Inulinase
Produced by Bacillus substillis
430A a Strain Isolated from
The Rhizosphere of Vironena
herbacca (Vee Rusby), Appl.
And Environment. Microb.,
57(8): 2392-2394.
Workman W.E. and D.F.Day, 1983,
Enzymatic Hydrolysis of
Inulin to Fructose by Glutaral
Dehyde Fixed Yeast Cell,
Biotech. & Bioeng., XXVIII:
905-910

Anda mungkin juga menyukai