Anda di halaman 1dari 2

Penalaran Kritis

Tutorial 2. Identifikasi Argumen

iis Afriayani
143112620120062
Kelompok 2

1. Identifikasi argumen untuk setiap paragraf dalam tulisan BPK Cap Politikus adalah
a. Paragraf 1
Jika proses rekruitmen anggota BPK tidak transparan seperti sekarang ini, maka BPK
bakal bermetamorfosis menjadi alat politik.
b. Paragraf 2
Paragraf 2 merupakan premis tambahan bagi paragraf 1.
c. Paragraf 3
Paragraf 3 mendeskripsikan kenyataan.
d. Paragraf 4
Kedekatan pribadi berpeluang mengaburkan batas antara tugas sebagai pejabat publik
dan sebagai perpanjangan partai, maka anggota BPK sulit menghindari tarik menarik
kepentingan.

e. Paragraf 5
Jika menyerahkan keputusan kepada DPR sudah sangat salah sejak awal, maka
benturan kepentingan sudah dimulai.

f. Paragraf 6
Dengan adanya UU no.15 tahun 2006 yang mengatur pelaksanaan pemilihan anggota
BPK, maka pemilihan anggota menjadi tidak transparan.
g. Paragraf 7
Premis tambahan untuk paragraf 6.
h. Paragraf 8
Dengan mengubah ketentuan pemilihan anggota BPK dalam UU no. 15 tahun 2006 dan
aturan pelaksanaannya, maka kemunduran BPK bisa dihentikan.
2. Argumen dalam tulisan tersebut secara keseluruhan yaitu
Ketentuan pemilihan anggota BPK dan aturan pelaksanaannya dalam UU no. 15 tahun 2006
harus diubah karena pemilihan anggota BPK menjadi tidak transparan serta berpeluang
mengaburkan batas antara tugas sebagai pejabat publik dan sebagai perpanjangan partai
sehingga BPK bakal bermetamorfosa menjadi alat politik. Dengan mengubah ketentuan
pemilihan anggota BPK dalam UU nomor 15 tahun 2006 dan aturan pelaksanaannya, maka
kemunduran BPK bisa dihentikan.
3. Penyusunan kembali tulisan tersebut berdasarkan sub-sub argumen yang telah teridentifikasi
pada poin 1 adalah sebagai berikut
Jika proses rekruitmen anggota BPK tidak transparan seperti sekarang ini, maka BPK
bakal bermetamorfosis menjadi alat politik. Hal ini dibuktikan dengan fakta bahwa dua dari
lima calon terpilih anggota pimpinan BPK kali ini merupakan anggota Dewan Perwakilan
Rakyat yang dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat itu sendiri.

Menyerahkan keputusan kepada DPR sudah sangat salah sejak awal. Hal ini
berpeluang mengaburkan batas antara tugas sebagai pejabat publik dan sebagai
perpanjangan partai, maka anggota BPK sulit menghindari tarik menarik kepentingan.
Pemilihan anggota BPK yang tidak transparan merupakan akibat langsung dari
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan
mengatur bahwa pelaksana pemilihan sepenuhnya adalah DPR. Menurut Indonesia
Corruption Watch, pelaksanaan undang-undang ini menyebabkan kinerja BPK periode saat
ini mengalami kemunduran. Hal ini disertai fakta buruknya berbagai audit di berbagai daerah
dan terjeratnya Ketua BPK Hadi Poernomo dalam kasus korupsi.
Dengan mengubah ketentuan pemilihan anggota BPK dalam UU no. 15 tahun 2006
dan aturan pelaksanaannya, maka kemunduran BPK bisa dihentikan.

Anda mungkin juga menyukai