Anda di halaman 1dari 4

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No.

1, (2012) 1-4

Studi Eksperimen dan Numerik Karakteristik Boundary


Layer Turbulen di dalam Symmetric 3D Flat-Walled
Diffuser dengan Rasio b/W Konstan
Studi Kasus Bilangan Reynolds ReW1 = 5,85 x 104 dan ReW1 = 10,5 x 104
Retno Dinanti K.W., Sutardi
Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: sutardi@me.its.ac.id
AbstrakDiffuser merupakan sebuah saluran tertutup
dengan penampang melintang yang membesar sepanjang arah
aliran. Aplikasi dari diffuser ini telah banyak digunakan dalam
dunia industri, salah satunya pada HRSG (heat recovery steam
generator). Permasalahan utama yang sering timbul pada
diffuser HRSG adalah berubahnya nilai pressure recovery
coefficient (Cpr) dari fluida kerja (gas) yang melalui HRSG
tersebut. Perancangan diffuser yang baik akan menghasilkan
pressure recovery coefficient (Cpr) yang maksimum. Oleh karena
itu penelitian tentang diffuser perlu dilakukan.Test section yang
digunakan pada penelitian ini adalah symmetric flat-walled
diffuser dengan aspect ratio konstan yang memiliki sudut
divergensi 1 (21) = 10 dan sudut divergensi 2 (22) = 20,
panjang diffuser, L1, = 500 mm, panjang upstream channel, L2, =
500 mm dan panjang downstream channel, L3, = 500 mm, lebar
span inlet (b1) = 100 mm dan lebar span outlet (b2) = 274 mm,
serta memiliki tinggi inlet diffuser (W1) = 50 mm dan tinggi
outlet diffuser (W2) = 137 mm. Pada penelitian ini digunakan
bilangan Reynolds 5,85 x 104 dan 10,5 x 104 berdasarkan tinggi
inlet diffuser dan kecepatan maksimum pada inlet diffuser.
Penelitian ini juga menggunakan metode numerik 3 dimensi
dengan software Fluent 6.3.26 dan turbulence model SST k-.
Hasil yang diperoleh dari penelitian menunjukkan bahwa
performa yang dihasilkan diffuser kurang baik. Losses yang
dialami diffuser, baik untuk ReW1 = 5,85 x 104 maupun ReW1 =
10,5 x 104, adalah sekitar 76% (eksperimen) dan sekitar 51%
(numerik).
Kata Kunciaspect ratio konstan, pressure recovery
coefficient, sudut divergensi, symmetric flat-walled diffuser,
tegangan geser dinding.

PESATNYA

I. PENDAHULUAN

perkembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi mendorong manusia untuk senantiasa bersaing
dalam melakukan penelitian dan menciptakan penemuan
baru yang bermanfaat bagi kehidupan. Salah satu usaha
yang dilakukan adalah dengan mengkaji secara intensif
bidang mekanika fluida melalui analisa perilaku aliran fluida
di dalam sebuah diffuser. Diffuser merupakan sebuah
saluran tertutup dengan penampang melintang yang
membesar sepanjang arah aliran. Analisa aliran pada
diffuser dimaksudkan agar diperoleh performa diffuser yang
bagus karena aplikasi dari diffuser ini telah banyak
digunakan dalam dunia industri.
Salah satu contoh aplikasi diffuser adalah pada bagian
exhaust section pada turbin gas combined cycle. Exhaust
section merupakan bagian akhir turbin gas yang berfungsi
sebagai saluran pembuangan gas panas sisa yang keluar dari
turbin gas. Gas dikeluarkan dari turbin gas melalui diffuser
pada exhaust frame assembly. Kemudian gas dialirkan
menuju bagian exhaust plenum yang mendifusikan dan

membuang gas menuju HRSG (heat recovery steam


generator). HRSG ini merupakan peralatan yang berfungsi
untuk mengubah atmosphere menjadi uap pada temperatur
dan tekanan tertentu.
Permasalahan utama yang sering timbul pada diffuser
HRSG adalah berubahnya nilai pressure recovery coefficient
(Cpr) dari fluida kerja (gas) yang melalui HRSG tersebut.
Cpr merupakan selisih antara tekanan lokal dengan tekanan
aliran freestream dibagi tekanan dinamis. Nilai Cpr menjadi
parameter yang cukup penting untuk dikaji dan dianalisa
dalam konteks penerapannya pada diffuser. Perancangan
diffuser yang baik akan menghasilkan pressure recovery
coefficient (Cpr) yang maksimum. Salah satu faktor yang
mempengaruhi nilai coefficient pressure (Cpr) adalah
terbentuknya separasi aliran dalam diffuser. Pada saat fluida
mengalir melalui diffuser, maka akan timbul tegangan geser
pada dinding diffuser yang dikombinasikan dengan adverse
pressure gradient (gradien tekanan positif). Akumulasi
tegangan geser menyebabkan momentum aliran terus
berkurang sampai suatu saat momentum aliran tersebut
sudah tidak bisa mengatasi hambatan dan adverse pressure
gradient sehingga aliran akan terpisah dari permukaan
benda atau disebut juga dengan peristiwa separasi aliran.
Separasi aliran mengakibatkan nilai Cpr dari diffuser
menjadi rendah atau bahkan mengalami drop apabila aliran
di dalam diffuser mengalami separasi akibat APG yang
sangat besar. Jika hal ini terjadi performa diffuser akan
menurun.
Penelitian pada flat-walled diffuser telah dilakukan,
khususnya pada symmetric flat-walled diffuser. Mukhtaris
[1] melakukan penelitian mengenai
profil kecepatan,
distribusi tekanan (Cp) dan distribusi koefisien gesek (Cf)
pada symmetric flat-walled diffuser untuk sudut divergensi
(2) = 10 dengan dengan analisa kualitatif menggunakan
teknik visualisasi minyak (oil flow picture) dan aliran asap
(smoke generator). Harbangan [2] melakukan studi
mengenai pengaruh aspect ratio dengan penambahan
splitter pada symmetric flat-walled diffuser untuk sudut
divergensi (2) = 20. Modifikasi pada sudut bukaan bagian
kanan dan kiri diffuser diharapkan dapat mengurangi efek
dinding samping dalam analisa aliran pada diffuser.
II.

METODE

A. Metode Eksperimen
Instalasi penelitian yang digunakan dalam metode
eksperimen berupa benda uji dan peralatan pendukung.
Skema instalasi penelitian secara keseluruhan ditunjukkan
pada gambar 1.

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-4

104. Bilangan Reynolds ini berbasis tinggi inlet (W1) dengan


didasarkan pada nilai Umax fluida pada inlet diffuser.
Perhitungan nilai pressure coefficient sesuai dengan
persamaan berikut:
,
(1)
dimana:

Gambar 1. Skema Instalasi Penelitian

Instalasi penelitian memiliki spesifikasi umum dimensi


total dengan panjang 2500 mm, lebar 274 mm dan tinggi
200 mm. Instalasi penelitian terdiri dari beberapa bagian
utama yaitu blower, honey comb, dan test section berupa
symmetric flat-walled diffuser dengan aspect ratio constant
yang memiliki spesifikasi dan dimensi sebagai berikut
(gambar 2).
- Bahan
: Akrilik
- Panjang diffuser (L1)
: 500 mm
- Panjang upstream channel (L2)
: 500 mm
- Panjang downstream channel (L3) : 500 mm
- Lebar span inlet (b1)
: 100 mm
- Lebar span outlet (b2)
: 274 mm
- Tinggi inlet (W1)
: 50 mm
- Tinggi outlet (W2)
: 137 mm
- Sudut divergensi 1 (21)
: 10
- Sudut divergensi 2 (22)
: 20

Gambar 2. Test section

Penelitian kali ini menggunakan beberapa peralatan


pendukung yang digunakan untuk membantu dalam
mengambil data-data eksperimen seperti wall pressure tap,
Pitot tube, mikrometer, inclined manometer V, mistar,
termometer dan water pass. Peralatan pendukung tersebut
digunakan dalam pengukuran beberapa parameter seperti
wall pressure tap dan inclined manometer V yang berfungsi
mengukur tekanan statis di sepanjang dinding dari test
section.
Pengambilan data tekanan statis dilakukan mulai nilai
x/L1 = -0,4 hingga posisi x/L1 = 2 dengan variasi dua
bilangan Reynolds yaitu ReW1 = 5,85 x 104 dan ReW1 = 10,5 x

Uref

Uref

: tekanan statis dinding pada x/Li= i


: tekanan statis referensi pada inlet diffuser
: kecepatan referensi pada inlet test section
: massa jenis udara
: tekanan dinamis inlet diffuser

Untuk menyatakan performa diffuser dapat ditentukan


melalui pressure recovery coefficient (Cpr). Berikut ini
merupakan persamaan untuk menghitung Cpr :

(2)

dimana:
: tekanan statis pada diffuser outlet.
B. Metode Numerik
Penelitian numerik dilakukan dengan menggunakan
metode Computational Fluid Dynamics (CFD) dengan
software Fluent 6.3.26 dan dengan software GAMBIT 2.4.6
untuk membuat model awal dan melakukan diskritisasi
(meshing) pada model tersebut. Prosedur yang dilakukan
pada penelitian numerik terbagi menjadi dua tahap yaitu:
1. Pre-processing
Tahap pre-processing merupakan tahap permodelan
geometri dan dimensi dari test section test section yang
akan disimulasikan. Setelah geometri telah sesuai, maka
dilanjutkan dengan proses meshing dengan kerapatan
mesh yang merapat ke arah dinding dan perubahan
penampang. Kondisi batas yang digunakan adalah inlet
adalah velocity inlet. Kondisi batas outlet adalah pressure
outlet. Sedangkan kondisi batas untuk dinding adalah wall
dan centerline menggunakan symmetry.
2. Post-processing
Tahap simulasi numerik ini dilakukan dengan software
Fluent 6.3.26 yang dimulai dengan read data hasil eksport
GAMBIT. Kemudian dilakukan pengecekan grid. Setelah
itu ditentukan skala. Pada penelitian ini menggunakan
skala dalam mm. Turbulence model yang digunakan
adalah SST k- model mengacu berdasarkan El-Behery
dan Hamed [3]. Pengisian material (density dan
viscosity) dan operating condition disesuaikan dengan
kondisi eksperimen.
Proses pemberian nilai dari boundary condition yaitu
pada daerah inlet diasumsikan sebagai velocity inlet
dengan nilai kecepatan ditentukan dari penelitian
eksperimen untuk kondisi bilangan Reynolds pada sisi
diffuser inlet ReW1 = 5,85 x 104 sebesar 18,57 m/det dan
ReW1 = 10,5 x 104 sebesar 33,19 m/det. Sedangkan outlet
adalah pressure outlet dengan nilai tekanan statis outlet
ditentukan dari penelitian eksperimen untuk kondisi
bilangan ReW1 = 5,85 x 104 sebesar -172,38 Pa dan ReW1 =
10,5 x 104 sebesar -560,58 Pa. Wall merupakan batasan
semua dinding diffuser dan bagian sisi centerline diberi
kondisi batas symmetry.

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-4


Solusi yang digunakan dalan simulasi ini adalah
discretization second order untuk pressure, second-order
upwind untuk momentum, turbulence kinetic energy dan
turbulence dissipation rate. Langkah berikutnya adalah
initialize yang merupakan perhitungan awal untuk
memudahkan dalam mendapatkan hasil yang konvergen
pada tahap iterasi. Kriteria konvergensi ditetapkan sebesar
10-6, artinya proses iterasi dinyatakan telah konvergen
setelah residualnya mencapai harga lebih kecil daripada
10-6. Untuk kecepatan ke arah X, Y, Z ditetapkan kriteria
konvergensi sebesar 10-6. Tahap terakhir adalah iterate
dilakukan sampai convergence criterion sebesar 10-6.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Sudut divergensi merupakan perameter utama yang
berpengaruh terhadap performa sebuah diffuser. Dengan
adanya sudut divergensi ini, diffuser dapat mengubah energi
kinetik fluida menjadi energi potensial berupa tekanan.
Performa sebuah diffuser dapat ditentukan oleh nilai
pressure coefficient (Cp), khususnya nilai pressure recovery
coefficient (Cpr).
Gambar 3 menunjukkan distribusi Cp pada upper dan
lower wall untuk ReW1 = 5,85 x 104 dari eksperimen dan
numerik. Pada analisa ini juga disertakan nilai Cpinviscid
sebagai perbandingan untuk mengetahui seberapa besar
losses yang terjadi. Distribusi Cp dari hasil numerik
memiliki kecenderungan yang mendekati eksperimen. Saat
akan memasuki inlet diffuser, distribusi Cp pada upper dan
lower wall untuk hasil eksperimen maupun hasil numerik
mengalami penurunan sangat drastis hingga mencapai harga
Cp = 0. Fenomena ini dipengaruhi oleh adanya penebalan
boundary layer yang menyebabkan kenaikan nilai Umax
seiring perubahan jarak, sehingga rentang tersebut tidak lagi
menjadi daerah zero pressure gradient namun bersifat
favorable pressure gradient (FPG). Pengaruh FPG inilah
yang menyebabkan penurunan nilai Cp. Kemudian nilai Cp
mengalami kenaikan secara cepat sampai pada x/L1 = 0,08
sebesar 0,20 untuk numerik dan sebesar 0,11 untuk
eksperimen.
1.0
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
Cp 0.4
0.3
0.2
0.1
0.0
-0.1

Inviscid
Eksperimen
Numerik

-0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0

x/L1

Gambar 3. Distribusi pressure coefficient (Cp) hasil eksperimen dan


numerik untuk ReW1 = 5,85 x 104 pada sisi upper dan lower wall

Pada gambar 3 terdapat beberapa perbedaan tren grafik


Cp antara hasil data eksperimen dengan hasil data numerik.
Cp untuk jarak x/L1 > 0,08 mengalami hambatan kenaikan
sampai pada x/L1 = 0,2 untuk eksperimen dan x/L1 = 0,4
untuk numerik. Cp numerik mengalami sedikit kenaikan
untuk jarak x/L1 > 0,4 sampai pada x/L1 = 2 sedangkan Cp
eksperimen cenderung konstan untuk jarak x/L1 > 0,2
sampai pada x/L1 = 1 kemudian mengalami penurunan dan

kenaikan hingga mencapai Cpmaks pada x/L1 = 2. Fenomena


terbentuknya nilai Cp minimum pada x/L1 = 1,4 disebabkan
oleh besarnya vortex yang terbentuk pada cross section
tersebut.
Adanya
vortex
tersebut
menyebabkan
berkurangnya luasan efektif dari cross section tersebut yang
selanjutnya berkorelasi dengan menurunnya nilai tekanan.
Distribusi Cp dari eksperimen dan numerik untuk ReW1 =
10,5 x 104 pada upper dan lower wall ditunjukkan pada
gambar 4. Pada analisa ini juga disertakan nilai Cpinviscid
sebagai perbandingan untuk mengetahui seberapa besar
losses yang terjadi. Pada ReW1 = 10,5 x 104 distribusi Cp
memiliki tren yang sama dengan distribusi Cp pada ReW1 =
5,85 x 104. Saat akan memasuki inlet diffuser, distribusi Cp
pada upper dan lower wall untuk hasil numerik mengalami
penurunan sangat drastis mencapai harga Cp = 0. Kemudian
nilai Cp mengalami kenaikan secara cepat sampai pada x/L1
= 0,08 sebesar 0,24 untuk numerik dan sebesar 0,11 untuk
eksperimen.
1.0
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
Cp 0.4
0.3
0.2
0.1
0.0
-0.1

Inviscid
Eksperimen
Numerik

-0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0

x/L1

Gambar 4. Distribusi pressure coefficient (Cp) hasil eksperimen dan


numerik untuk ReW1 = 10,5 x 104 pada sisi upper dan lower wall

Berdasarkan gambar 4 dapat dilihat bahwa ada beberapa


perbedaan tren grafik Cp antara hasil data eksperimen
dengan hasil data numerik. Cp untuk jarak x/L1 > 0,08
mengalami hambatan kenaikan sampai pada x/L1 = 0,2 untuk
eksperimen dan x/L1 = 0,4 untuk numerik. Cp numerik
mengalami sedikit kenaikan untuk jarak x/L1 > 0,4 sampai
pada x/L1 = 2, sedangkan Cp eksperimen cenderung konstan
untuk jarak x/L1 > 0,2 sampai pada x/L1 = 1 kemudian
mengalami penurunan dan kenaikan hingga mencapai Cpmaks
pada x/L1 = 2. Fenomena terbentuknya nilai Cp minimum
pada x/L1 = 1,4 disebabkan oleh besarnya vortex yang
terbentuk pada cross section tersebut. Adanya vortex
tersebut menyebabkan berkurangnya luas area efektif dari
cross section tersebut yang selanjutnya berkorelasi dengan
menurunnya nilai tekanan.
Cpr untuk ReW1 = 5,85 x 104 yang didapatkan sebesar 0,14
(eksperimen) dan 0,40 (numerik) sedangkan untuk ReW1 =
10,5 x 104 yang didapatkan sebesar 0,13 (eksperimen) dan
0,42 (numerik). Pressure coefficient maksimum (Cpmaks)
terjadi pada jarak x/L1 = 2 (outlet downstream channel).
Dari gambar 3 dan 4 dapat dilihat bahwa Cp pada kondisi
eksperimen dibandingkan dengan kondisi inviscid
mengalami losses yang sangat besar. Pada outlet
downstream channel baik untuk ReW1 = 5,85 x 104 maupun
ReW1 = 10,5 x 104 (x/L1 = 2), losses Cp maksimum yang
dihasilkan dari ekperimen sekitar 76 % dan untuk numerik
pada x/L1 = 2 sekitar 51 %.
Adanya perbedaan nilai losses antara hasil eksperimen
dengan numerik dikarenakan pengondisian test section
dalam eksperimen yang menggunakan sambungan pada

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-4


perubahan penampangnya sedangkan dalam permodelan
numerik tidak menggunakan.
1.0
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
Cp 0.4
0.3
0.2
0.1
0.0
-0.1

Inviscid
Eksperimen Rew1 = 58500
Eksperimen Rew1 = 105000
Eksperimen Rew1 = 129000 [4]

-0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0

x/L1

Gambar 5. Distribusi pressure coefficient (Cp) hasil eksperimen untuk ReW1


= 5,85 x 104, ReW1 = 10,5 x 104 dan ReW1 = 12,9 x 104 [4] pada sisi upper
dan lower wall

Distribusi Cp hasil eksperimen pada upper dan lower wall


untuk ReW1 = 5,85 x 104 dan ReW1 = 10,5 x 104 ditunjukkan
pada gambar 5. Grafik perbandingan nilai Cp eksperimen
tersebut dilengkapi dengan distribusi Cp berdasarkan aliran
inviscid dan distribusi Cp untuk bilangan Reynolds yang
lebih besar yaitu 12,9 x 104 Reny [4]. Secara garis besar tren
grafik Cp antara hasil data ReW1 = 5,85 x 104, ReW1 = 10,5 x
104, dan ReW1 = 12,9 x 104 tidak berbeda secara signifikan.
Pada inlet diffuser, Cp ketiga bilangan Reynolds mengalami
penuruan nilai secara drastis dan seketika itu juga
mengalami kenaikan drastis sampai pada x/L1 = 0,2.
Kemudian nilai Cp mengalami kenaikan sejalan dengan
kenaikan x/L1. Tren kenaikan nilai Cp untuk ketiga bilangan
Reynolds pada hasil eksperimen mengalami kenaikan
sampai pada outlet diffuser (x/L1 = 1). Pada rentng x/L1 = 1
sampai 2 terjadi penurunan dan kenaikan nilai Cp untuk
ketiga bilangan Reynolds tersebut dengan nilai yang relatif
sama antara ketiganya.
Dari gambar 5 dapat dilihat bahwa Cp pada kondisi
eksperimen dibandingkan dengan kondisi inviscid
mengalami losses yang sangat besar. Pada outlet
downstream channel (x/L1 = 2), losses Cp maksimum yang
dihasilkan dari ekperimen untuk ketiga bilangan Reynolds
sekitar 76 % .
1.0
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
Cp 0.4
0.3
0.2
0.1
0.0
-0.1

Inviscid
Numerik Rew1=58500
Numerik Rew1=105000
Numerik Rew1= 129000 [4]

Grafik perbandingan nilai Cp numerik tersebut dilengkapi


dengan distribusi Cp berdasarkan aliran inviscid dan
distribusi Cp untuk ReW1 = 12,9 x 104 Reny [4]. Secara garis
besar tren grafik Cp antara hasil data ReW1 = 5,85 x 104, ReW1
= 10,5 x 104, dan ReW1 = 12,9 x 104 tidak berbeda jauh. Pada
inlet diffuser, Cp ketiga bilangan Reynolds mengalami
penuruan nilai secara drastis dan seketika itu juga
mengalami kenaikan drastis sampai pada x/L1 = 0,4.
Kemudian nilai Cp mengalami kenaikan sejalan dengan
kenaikan x/L1. Pada nilai x/L1 = 1 terjadi kenaikan Cp sesaat
untuk hasil numerik yang disebabkan oleh perubahan
penampang yang tidak smooth dan juga bentuk meshing
yang kurang sesuai pada daerah perubahan penampang.
Tren kenaikan nilai Cp untuk ketiga bilangan Reynolds pada
hasil numerik mengalami kenaikan sampai pada outlet
downstream channel (x/L1 = 2).
Dari gambar 6 dapat dilihat bahwa Cp pada data hasil
numerik dibandingkan dengan kondisi inviscid mengalami
losses yang besar. Pada outlet downstream channel (x/L1 =
2), losses Cp maksimum yang dihasilkan dari data numerik
untuk ketiga bilangan Reynolds sekitar 51 %.
IV KESIMPULAN
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan mengenai
karakteristik boundary layer di dalam symmetric flat-walled
diffuser dengan aspect ratio konstan untuk studi kasus
menggunakan ReW1 = 5,85 x 104 dan ReW1 = 10,5 x 104 baik
secara eksperimen maupun numerik dapat disimpulkan
bahwa buruknya performa dari symmetric flat-walled
diffuser dengan aspect ratio konstan diakibatkan oleh
adanya efek adverse pressure gradient yang kuat. Hal ini
dapat dilihat dari nilai pressure recovery coefficient (Cpr)
yang rendah. Pressure coefficient maksimum (Cpmaks) terjadi
pada jarak x/L1 = 2 (outlet downstream channel). Tabel 1
menunjukkan hasil dari nilai Cpr dan Cpmaks untuk kedua
bilangan Reynolds.
Tabel 1. Nilai Cpr dan Cpmaks dari hasil eksperimen dan
numerik untuk kedua bilangan Reynolds
ReW1
5,85 x 104
10,5 x 104

[2]

x/L1

Gambar 6. Distribusi pressure coefficient (Cp) hasil numerik untuk ReW1 =


5,85 x 104, ReW1 = 10,5 x 104 dan ReW1 = 12,9 x 104 [4] pada sisi upper dan
lower wall

Distribusi Cp hasil numerik pada upper wall untuk ReW1 =


5,85 x 104 dan ReW1 = 10,5 x 104 ditunjukkan pada gambar 6.

Eksperimen
Cpr
0,14
0,13

Cpmaks
0,24
0,24

Numerik
Cpr
0,40
0,42

Cpmaks
0,48
0,49

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada laboratorium Mekanika dan Mesin-Mesin Fluida
Jurusan Teknik Mesin Faklutas Teknologi Industri ITS yang
telah banyak mendukung kelancaran penelitian kali ini.
[1]

-0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2 1.4 1.6 1.8 2.0

[3]

[4]

DAFTAR PUSTAKA

Mukhtaris, Studi Eksperimental Pengaruh Angka Reynolds dan


Panjang Relaksasi Terhadap Karakteristik Aliran Udara di dalam
Diffuser dengan Sudut Divergensi 10o. Tugas Akhir. Teknik Mesin
ITS, Surabaya (2007).
Harbangan. W, Studi Eksperimen Pengaruh Aspect Ratio dengan
Penambahan Splitter pada Flat-walled Diffuser dengan Sudut
Divergensi 20o. Tugas Akhir. Teknik Mesin ITS, Surabaya (2009).
El-Behery, S.M., Hamed, M.H, A Comparative Study of Turbulence
Models Performance for Turbulent Flow in a Planar Asymmetric
Diffuser, International Journal of Mechanical Systems Science
and Engineering, vol.2 no.2 (2010) 78-89.
Reny R, Studi Eksperimen dan Numerik Karakteristik Boundary
Layer Turbulen di Symmetric 3D dengan Rasio b/w Konstan. Tugas
Akhir. Jurusan Teknik Mesin ITS, Surabaya (2012). (belum
dipublikasikan)

Anda mungkin juga menyukai