~ BATUBARA ~
?DAMPAK DAN SOLUSI?
I.
PEMBUKAAN
I.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu daerah penghasil tambang batu bara terbesar di
dunia. Salah satu daerah penghasil tambang terbesar di Indonesia adalah
Kalimantan Selatan. Pertumbuhan tambang di Kalimantan Selatan sendiri semakin
pesat karena semakin banyak lahan tambang baru yang ditemukan.
Namun pertumbuhan yang pesat tidak diseimbangi dengan pengelolaan yang baik
oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Kurangnya sosialisasi tentang
pengelolaan tambang dengan baik, menyebabkan banyak dampak buruk yang
dihasilkan. Walaupun sekarang tidak terlalu terasa, namun beberapa tahun lagi
dampak pengelolaan tambang yang salah bisa mengganggu stabilitas ekosistem.
Perlunya usaha-usaha yang dilakukan dari sekarang untuk mengatasi pengelolaan
tambang yang salah. Mulai dari sosialisasi sampai tindakan nyata. Sehingga
diharap keseimbangan alam akan terjaga.
I.2 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui bahan galian batubara
2. Mengetahui dampak pengelolaan tambang batubara, dan
3. Mengetahui solusi untuk mengatasinya.
I.3 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud bahan galian batubara?
2. Apa dampak penambangan batubara terhadap lingkungan?
3. Apa saja usaha-usaha yang dapat mengurangi dampak pertambangan?
II. PEMBAHASAN
II.1 BAHAN GALIAN BATUBARA
1. Pengertian Bahan Galian Batu Bara
Bahan Galian Batubara adalah bahan galian yang terbentuk dari sisa tumbuhan
yang terperangkap dalam sedimen dan dapat dipergunakan sebagai bahan baker,
Jenis sedimen ini terperangkap dan mengalami perubahan material organik akibat
timbunan (burial) dan diagenesa.
Batubara awalnya merupakan bahan organik yang terakumulasi dalam rawa-rawa
yang dinamakan peat. Pembentukan batubara memerlukan kondisi-kondisi
tertentu dan hanya terjadi pada era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman
karbon kira-kira 340 juta tahun yang lalu (Jtl) adalah masa pembentukan Batubara
yang paling produktif.
2. Materi Pembentuk Batubara
Hampir seluruh pembentuk batubara berasal dari tumbuhan, jenis-jenis tumbuhan
pembentuk Batubara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:
a. Alga, dari zaman prekambrium hingga ordovisium dan bersel tunggal sangat
sedikit endapan batubara dari periode ini Silofita, Dari zaman Silur hingga devon
tengah merupakan turunan dari alga. Sedikit endapan batubara dari periode ini.
b. Plirodefita, umur devon atas hingga karbon atas. Tumbuhan pembentuknya
merupakan tumbuhan tanpa bunga dan biji serta berkembangbiak dengan spora.
c. Gimnospermae, Dari zaman permian hingga kapur tengah. Tumbuhan
heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, contohnya Pinus.
d. Angiosspermae, dari zaman kapur atas hingga kii. Jenis tumbuhan modern,
buah menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah
dibanding gimnospermae sehingga secara umum kurang terawetkan.
3. Kelas dan Jenis Batubara
Berdasarkan proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas, dan
waktu, umumnya batubara dibagi kedalam lima kelas yaitu:
proses yang mirip berulang-ulang sampai semua bahan bakar habis terbakar.
Konsep ini disebut Staged Combustion karena batubara dibakar secara bertahap.
pembakaran batubara. Menghasilkan gas nitrogen oksida yang terlihat cokelat dan
juga sebagai polusi yang membentuk acid rain (hujan asam) dan ground level
ozone, yaitu tipe lain dari polusi yang dapat membuat kotor udara.
Selain itu debu-debu hasil pengangkatan batubara juga sangat berbahaya bagi
kesehatan, yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit infeksi saluran
pernafasan (ISPA), dan dalam jangka panjang jika udara tersebut terus dihirup
akan menyebabkan kanker, dan kemungkinan bayi lahir cacat.
4. Hutan
Penambangan batubara dapat menghancurkan sumber-sumber kehidupan rakyat
karena lahan pertanian yaitu hutan dan lahan-lahan sudah dibebaskan oleh
perusahaan. Hal ini disebabkan adanya perluasan tambang sehingga
mempersempit lahan usaha masyarakat, akibat perluasan ini juga bisa
menyebabkan terjadinya banjir karena hutan di wilayah hulu yang semestinya
menjadi daerah resapan aitr telah dibabat habis. Hal ini diperparah oleh buruknya
tata drainase dan rusaknya kawan hilir seperti hutan rawa.
5. Laut
Pencemaran air laut akibat penambangan batubara terjadi pada saat aktivitas
bongkar muat dan tongkang angkut batubara. Selain itu, pencemaran juga dapat
mengganggu kehidupan hutan mangrove dan biota yang ada di sekitar laut
tersebut.
pengelolaan sumber daya alam tambang batubara, saat ini hal yang paling mudah
dan sangat mungkin untuk dilakukan adalah dengan tidak mengeluarkan izin baru
lagi. Sehingga memudahkan untuk melakukan monitoring terhadap pertambangan
batubara yang ada.
3. Penghentian pertambangan batubara ilegal secara total, pemerintah harus
melakukan penghentian pertambangan batubara ilegal secara tegas tanpa padang
bulu dan transparan.
4. Penghentian bisnis yayasan dan koperasinya TNI ? POLRI
5. Evaluasi perizinan yang telah diberikan, dan lakukan audit lingkungan semua
usaha pertambangan batubara.
6. Meninggikan standar kualitas pengelolaan lingkungan hidup dan komitmen
untuk kelestarian lingkungan hidup.
7. Pelembagaan konflik untuk menyelesaikan persengketaan rakyat dengan
perusahaan pertambangan agar tercapai solusi yang memuaskan berbagai pihak.
8. Menyusun kebijakan strategi pengelolaan sumber daya alam tambang.
9. Setiap perusahaan diwajibkan mereklamasi bekas-bekas penambangan dan
menjamin serta memastikan hasil reklamasi tersebut sesuai AMDAL. Dan pihak
pemerintah harus mengawasi jalannya proses reklamasi tersebut, sehingga benarbenar yakin kalau proses reklamasi berjalan dengan baik dan menampakkan hasil.
10. Menggunakan alat-alat penambangan dengan berteknologi tinggi sehingga
meminimalisasi dampak lingkungan serta memperkecil angka kecelakaan dalam
pertambangan batubara tersebut.
III. PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Batubara adalah bahan galian yang terbentuk dari sisa tumbuhan sebagai bahan
bakar. Materi pembentuk Batubara adalah Alga, Silofita, Pteridofita,
Gimnospermae, dan Angiospermae. Kelas dan Jenis batubara yaitu :
1. Antrasit
2. Bituminus
3. Sub bituminus
4. Lignit
5. Gambut
Pembentukan batubara dapat terjadi secara diagnetik atau biokimia dan tahap
malihan atau geokimia. Sumber daya batubara di Indonesia jumlahnya sangat
melimpah seperti di Kalimantan Selatan yang cukup untuk pasokan energi
beberapa tahun kedepan.
Gasifikasi Batubara adalah sebuah proses untuk merubah batubara padat menjadi
gas batubara yang mudah terbakar. Pembersihan batubara dapat dilakukan dengan
memcahnya menjadi bongkahan-bongkahan kecil dan dicuci dengan air didalam
sbuah tangki besar.
Membuang Nox dari batubara dapat dilakukan dengan cara staged Combustion.
Dampak penambangan batubara adalah kerusakan terhadap lingkungan yaitu air,
udara, tanah, hutan dan laut. Usaha mengurangi dampak pertambangan bisa di
upayakan oleh pemerintah maupun pihak perusahaan.
III.2 SARAN
Agar pemerintah lebih mengoptimalkan dan mensosialisasikan tentang AMDAL,
sehingga para penambang lebih memperhatikan dampak lingkungan dari pada
keuntungan semata. Diharap juga pemerintah lebih tegas menindak para
penambang yang terbukti melanggar peraturan penambangan agar para
penambang terutama perusahaan-perusahaan menggunakan teknologi yang ramah
lingkungan sehingga dapat meminimalkan dampak lingkungan dan resiko
kecelakaan. Diharap dengan penambang yang bertanggung jawab terhadap
reklamasi lahan bekas penambangan, sehingga pada akhirnya tidak mengganggu
keseimbangan lingkungan. http://blogs.tjs.company/2013/05/makalah-batubaradampak-dan-solusi.html
II.
III.
Batubara adalah bahan bakar fosil. Batubara dapat terbakar, terbentuk dari
endapan, batuan organik yang terutama terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.
Batubara terbentuk dari tumbuhan yang telah terkonsolidasi antara strata batuan
lainnya dan diubah oleh kombinasi pengaruh tekanan dan panas selama jutaan
tahun
sehingga
membentuk
lapisan
batubara.
Pembentukan
Batubara
Teori drift menjelaskan, bahwa endapan batubara yang terdapat pada cekungan
sedimen berasal dari tempat lain. Bahan pembentuk batubara mengalami proses
transportasi, sortasi dan terakumulasi pada suatu cekungan sedimen. Perbedaan
kualitas batubara dapat diketahui melalui stratigrafi lapisan. Hal ini mudah
dimengerti karena selama terjadi proses transportasi yang berkaitan dengan
kekuatan air, air yang besar akan menghanyutkan pohon yang besar, sedangkan
saat arus air mengecil akan menghanyutkan bagian pohon yang lebih kecil
(ranting dan daun). Penyebaran batubara dengan teori drift memungkinkan,
tergantung dari luasnya cekungan sendimentasi.
VII.
VIII. Pada proses pembentukan batubara atau coalification terjadi proses kimia dan
fisika, yang kemudian akan mengubah bahan dasar dari batubara yaitu selulosa
menjadi lignit, subbitumina, bitumina atau antrasit. Reaksi pembentukkannya
dapat diperlihatkan sebagai berikut:
IX.
Klasifikasi
Batubara
Menurut American Society for Testing Material (ASTM), secara umum batubara
digolongkan menjadi 4 berdasarkan kandungan unsur C dan H2O yaitu:
anthracite, bituminous coal, sub bituminous coal, lignite dan peat (gambut).
a.
Anthracite
Bituminous/subbituminous
coal
Warna hitam mengkilat, kurang kompak, kandungan karbon relative tinggi, nilai
kalor tinggi, kandungan air sedikit, kandungan abu sedikit, kandungan sulfur
sedikit.
c.
Lignite
Warna hitam, sangat rapuh, kandungan karbon sedikit, nilai kalor rendah,
kandungan air tinggi, kandungan abu banyak, kandungan sulfur banyak.
Kualitas
Batubara
a. Inherent
impurities
Merupakan pengotor bawaan yang terdapat dalam batubara. Batubara yang sudah
dibakar memberikan sisa abu. Pengotor bawaan ini terjadi bersama-sama pada
proses pembentukan batubara. Pengotor tersebut dapat berupa gybsum
(CaSO42H2O), anhidrit (CaSO4), pirit (FeS2), silica (SiO2). Pengotor ini tidak
mungkin dihilangkan sama sekali, tetapi dapat dikurangi dengan melakukan
pembersihan.
b. Eksternal
impurities
Merupakan pengotor yang berasal dari uar, timbul pada saat proses penambangan
antara
lain
terbawanya
tanah
yang
berasal
dari
lapisan
penutup.
diperhatikan
beberapa
a. Heating
Value
(HV)
hal,
antara
(calorific
value/Nilai
lain:
kalori)
Banyaknya jumlah kalori yang dihasilkan oleh batubara tiap satuan berat
dinyatakan dalam kkal/kg. semakin tingi HV, makin lambat jalannya batubara
yang diumpankan sebagai bahan bakar setiap jamnya, sehingga kecepatan umpan
batubara perlu diperhatikan. Hal ini perlu diperhatikan agar panas yang
ditimbulkan tidak melebihi panas yang diperlukan dalam proses industri.
b. Moisture
Content
(kandungan
lengas).
Lengas batubara ditentukan oleh jumlah kandungan air yang terdapat dalam
batubara. Kandungan air dalam batubara dapat berbentuk air internal (air
senyawa/unsur),
yaitu
air
yang
terikat
secara
kimiawi.
Jenis air ini sulit dihilangkan tetapi dapat dikurangi dengan cara memperkecil
ukuran butir batubara. Jenis air yang kedua adalah air eksternal, yaitu air yang
menempel pada permukaan butir batubara. Batubara mempunyai sifat hidrofobik
yaitu ketika batubara dikeringkan, maka batubara tersebut sulit menyerap air,
sehingga
c. Ash
tidak
akan
menambah
content
jumlah
(kandungan
air
internal.
abu)
Komposisi batubara bersifat heterogen, terdiri dari unsur organik dan senyawa
anorgani, yang merupakan hasil rombakan batuan yang ada di sekitarnya,
bercampur selama proses transportasi, sedimentasi dan proses pembatubaraan.
Abu hasil dari pembakaran batubara ini, yang dikenal sebagai ash content. Abu ini
merupakan kumpulan dari bahan-bahan pembentuk batubara yang tidak dapat
terbaka atau yang dioksidasi oleh oksigen. Bahan sisa dalam bentuk padatan ini
antara lain senyawa SiO2, Al2O3, TiO3, Mn3O4, CaO, Fe2O3, MgO, K2O,
Na2O, P2O, SO3, dan oksida unsur lain.
XI.
d. Sulfur
Content
(Kandungan
Sulfur)
Belerang yang terdapat dalam batubara dibedakan menjadi 2 yaitu dalam bentuk
senyawa organik dan anorganik. Beleranga dalam bentuk anorganik dapat
dijumpai dalam bentuk pirit (FeS2), markasit (FeS2), atau dalam bentuk sulfat.
Mineral pirit dan makasit sangat umum terbentuk pada kondisi sedimentasi rawa
ini
dapat
merusak
II.2.
bangunan,
tumbuhan
dan
biota
Pemanfaatan
lainnya.
Batubara
Batubara merupakan sumber energi dari bahan alam yang tidak akan membusuk,
tidak mudah terurai berbentuk padat. Oleh karenanya rekayasa pemanfaatan
batubara
ke
bentuk
lain
perlu
dilakukan.
alternatif,
yaitu:
1. Cadangan batubara sangat banyak dan tersebar luas. Diperkirakan terdapat lebih
dari 984 milyar ton cadangan batubara terbukti (proven coal reserves) di seluruh
dunia
yang
tersebar
di
lebih
dari
70
negara.
cadangan
batubara.
3. Batubara dapat diperoleh dari banyak sumber di pasar dunia dengan pasokan
yang
stabil.
Batubara
aman
untuk
ditransportasikan
dan
disimpan.
Gasifikasi
Batubara
Gasifikasi batubara adalah sebuah proses untuk mengubah batubara padat menjadi
gas batubara yang mudah terbakar (combustible gases), setelah proses pemurnian
gas-gas karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), hidrogen (H), metan
(CH4), dan nitrogen (N2) akhirnya dapat digunakan sebagai bahan bakar. Hanya
menggunakan udara dan uap air sebagai reacting gas kemudian menghasilkan
water gas atau coal gas, gasifikasi secara nyata mempunyai tingkat emisi udara,
kotoran padat dan limbah terendah.
XV.
XVI. Untuk melangsungkan gasifikasi diperlukan suatu suatu reaktor. Reaktor tersebut
dikenal dengan nama gasifier. Ketika gasifikasi dilangsungkan, terjadi kontak
antara bahan bakar dengan medium penggasifikasi di dalam gasifier. Kontak
antara bahan bakar dengan medium tersebut menentukan jenis gasifier yang
digunakan.
Secara
umum
pengontakan
bahan
bakar
dengan
medium
penggasifikasinya pada gasifier dibagi menjadi tiga jenis, yaitu entrained bed,
fluidized bed, dan fixed/moving bed. Oleh :Jefri Hansen Siahaa
Batu bara
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Untuk kegunaan lain, lihat Batubara (disambiguasi)
1.3 Penambangan
7 Lihat pula
8 Referensi
9 Pranala luar
Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat
sedikit endapan batu bara dari periode ini.
Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga.
Sedikit endapan batu bara dari periode ini.
Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk batu
bara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji,
berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.
Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah.
Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung
kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan
glossopteris adalah penyusun utama batu bara Permian seperti di Australia, India dan
Afrika.
Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah
yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding
gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.
Penambangan
Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster)
metalik, mengandung antara 86% - 98% unsur karbon (C) dengan kadar air kurang
dari 8%.
Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari
beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.
Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya
menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.
Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung air
35-75% dari beratnya.
Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling
rendah.
Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman terdeposisi
hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini adalah
kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses
pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material organik serta membentuk gambut.
Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi
bituminus dan akhirnya antrasit.
total inheren
(%ad) (%ad)
(%ar) (%ad)
Satui
Asamasam
PT Arutmin
10.00 7.00
Indonesia
8.00
41.50
0.80
6800
Senakin
Pasir
PT Arutmin
9.00
Indonesia
4.00
15.00 39.50
0.70
6400
Petangis
Pasir
PT BHP
Kendilo
Coal
11.00 4.40
12.00 40.50
0.80
6700
Ombilin
Ombilin
PT Bukit
Asam
12.00 6.50
<8.00 36.50
0.50 0.60
6900
PT Allied
Indo Coal
4.00
10.00 37.30
(ar)
(ar)
Parambahan Ombilin
(ar) - as received, (ad) - air dried, Sumber: Indonesian Coal Mining Association, 1998
Endapan batu bara Miosen
Pada Miosen Awal, pemekaran regional Tersier Bawah - Tengah pada Paparan Sunda telah
berakhir. Pada Kala Oligosen hingga Awal Miosen ini terjadi transgresi marin pada kawasan
yang luas dimana terendapkan sedimen marin klastik yang tebal dan perselingan sekuen
batugamping. Pengangkatan dan kompresi adalah kenampakan yang umum pada tektonik
Neogen di Kalimantan maupun Sumatera. Endapan batu bara Miosen yang ekonomis
terutama terdapat di Cekungan Kutai bagian bawah (Kalimantan Timur), Cekungan Barito
(Kalimantan Selatan) dan Cekungan Sumatera bagian selatan. Batu bara Miosen juga secara
ekonomis ditambang di Cekungan Bengkulu.
Batu bara ini umumnya terdeposisi pada lingkungan fluvial, delta dan dataran pantai yang
mirip dengan daerah pembentukan gambut saat ini di Sumatera bagian timur. Ciri utama
lainnya adalah kadar abu dan belerang yang rendah. Namun kebanyakan sumberdaya batu
bara Miosen ini tergolong sub-bituminus atau lignit sehingga kurang ekonomis kecuali jika
sangat tebal (PT Adaro) atau lokasi geografisnya menguntungkan. Namun batu bara Miosen
di beberapa lokasi juga tergolong kelas yang tinggi seperti pada Cebakan Pinang dan Prima
(PT KPC), endapan batu bara di sekitar hilir Sungai Mahakam, Kalimantan Timur dan
beberapa lokasi di dekat Tanjungenim, Cekungan Sumatera bagian selatan.
Tabel dibawah ini menunjukan kualitas rata-rata dari beberapa endapan batu bara Miosen di
Indonesia.
Kadar Kadar
Kadar Zat
air
air
Belerang Nilai energi
Tambang Cekungan Perusahaan
abu terbang
total inheren
(%ad) (kkal/kg)(ad)
(%ad) (%ad)
(%ar) (%ad)
Prima
Kutai
PT Kaltim
9.00
Prima Coal
4.00
39.00
0.50
6800 (ar)
Pinang
Kutai
PT Kaltim
13.00 Prima Coal
7.00
37.50
0.40
6200 (ar)
Roto
South
Pasir
PT Kideco
24.00 Jaya Agung
3.00
40.00
0.20
5200 (ar)
Binungan Tarakan
PT Berau
Coal
18.00 14.00
4.20
40.10
0.50
6100 (ad)
Lati
PT Berau
Coal
24.60 16.00
4.30
37.80
0.90
5800 (ad)
Sumatera
PT Bukit
Air Laya bagian
Asam
selatan
24.00 -
5.30
34.60
0.49
5300 (ad)
Paringin
24.00 18.00
4.00
40.00
0.10
5950 (ad)
Tarakan
Barito
PT Adaro
(ar) - as received, (ad) - air dried, Sumber: Indonesian Coal Mining Association, 1998
Sumberdaya batu bara
Di Indonesia, batu bara merupakan bahan bakar utama selain solar (diesel fuel) yang telah
umum digunakan pada banyak industri, dari segi ekonomis batu bara jauh lebih hemat
dibandingkan solar, dengan perbandingan sebagai berikut: Solar Rp 0,74/kilokalori
sedangkan batu bara hanya Rp 0,09/kilokalori, (berdasarkan harga solar industri Rp.
6.200/liter).
Dari segi kuantitas batu bara termasuk cadangan energi fosil terpenting bagi Indonesia.
Jumlahnya sangat berlimpah, mencapai puluhan miliar ton. Jumlah ini sebenarnya cukup
untuk memasok kebutuhan energi listrik hingga ratusan tahun ke depan. Sayangnya,
Indonesia tidak mungkin membakar habis batu bara dan mengubahnya menjadi energis listrik
melalui PLTU. Selain mengotori lingkungan melalui polutan CO2, SO2, NOx dan CxHy cara
ini dinilai kurang efisien dan kurang memberi nilai tambah tinggi.
Batu bara sebaiknya tidak langsung dibakar, akan lebih bermakna dan efisien jika dikonversi
menjadi migas sintetis, atau bahan petrokimia lain yang bernilai ekonomi tinggi. Dua cara
yang dipertimbangkan dalam hal ini adalah likuifikasi (pencairan) dan gasifikasi
(penyubliman) batu bara.
Membakar batu bara secara langsung (direct burning) telah dikembangkan teknologinya
secara continue, yang bertujuan untuk mencapai efisiensi pembakaran yang maksimum, caracara pembakaran langsung seperti: fixed grate, chain grate, fluidized bed, pulverized, dan
lain-lain, masing-masing mempunyai kelebihan dan kelemahannya.
bagian sebelah barat lainnya sulfur hanya sekitar 1/100ths (lebih kecil dari 1%) dari berat
batu bara. Penting bahwa sebagian besar sulfur ini dibuang sebelum mencapai cerobong asap.
Satu cara untuk membersihkan batu bara adalah dengan cara mudah memecah batu bara ke
bongkahan yang lebih kecil dan mencucinya. Beberapa sulfur yang ada sebagai bintik kecil di
batu bara disebut sebagai "pyritic sulfur " karena ini dikombinasikan dengan besi menjadi
bentuk iron pyrite, selain itu dikenal sebagai "fool's gold dapat dipisahkan dari batu bara.
Secara khusus pada proses satu kali, bongkahan batu bara dimasukkan ke dalam tangki besar
yang terisi air , batu bara mengambang ke permukaan ketika kotoran sulfur tenggelam.
Fasilitas pencucian ini dinamakan "coal preparation plants" yang membersihkan batu bara
dari pengotor-pengotornya.
Tidak semua sulfur bisa dibersihkan dengan cara ini, bagaimanapun sulfur pada batu bara
adalah secara kimia benar-benar terikat dengan molekul karbonnya, tipe sulfur ini disebut
"organic sulfur," dan pencucian tak akan menghilangkannya. Beberapa proses telah dicoba
untuk mencampur batu bara dengan bahan kimia yang membebaskan sulfur pergi dari
molekul batu bara, tetapi kebanyakan proses ini sudah terbukti terlalu mahal, ilmuan masih
bekerja untuk mengurangi biaya dari prose pencucian kimia ini.
Kebanyakan pembangkit tenaga listrik modern dan semua fasilitas yang dibangun setelah
1978 telah diwajibkan untuk mempunyai alat khusus yang dipasang untuk membuang
sulfur dari gas hasil pembakaran batu bara sebelum gas ini naik menuju cerobong asap. Alat
ini sebenarnya adalah "flue gas desulfurization units," tetapi banyak orang menyebutnya
"scrubbers" karena mereka men-scrub (menggosok) sulfur keluar dari asap yang
dikeluarkan oleh tungku pembakar batu bara.
Membuang NOx dari batu bara
Nitrogen secara umum adalah bagian yang besar dari pada udara yang dihirup, pada
kenyataannya 80% dari udara adalah nitrogen, secara normal atom-atom nitrogen
mengambang terikat satu sama lainnya seperti pasangan kimia, tetapi ketika udara dipanaskan
seperti pada nyala api boiler (3000 F=1648 C), atom nitrogen ini terpecah dan terikat dengan
oksigen, bentuk ini sebagai nitrogen oksida atau kadang kala itu disebut sebagai NOx. NOx
juga dapat dibentuk dari atom nitrogen yang terjebak di dalam batu bara.
Di udara, NOx adalah polutan yang dapat menyebabkan kabut coklat yang kabur yang
kadang kala terlihat di seputar kota besar, juga sebagai polusi yang membentuk acid rain
(hujan asam), dan dapat membantu terbentuknya sesuatu yang disebut ground level ozone,
tipe lain dari pada polusi yang dapat membuat kotornya udara.
Salah satu cara terbaik untuk mengurangi NOx adalah menghindari dari bentukan asalnya,
beberapa cara telah ditemukan untuk membakar batu bara di pemabakar dimana ada lebih
banyak bahan bakar dari pada udara di ruang pembakaran yang terpanas. Di bawah kondisi
ini kebanyakan oksigen terkombinasikan dengan bahan bakar daripada dengan nitrogen.
Campuran pembakaran kemudian dikirim ke ruang pembakaran yang kedua dimana terdapat
proses yang mirip berulang-ulang sampai semua bahan bakar habis terbakar. Konsep ini
disebut "staged combustion" karena batu bara dibakar secara bertahap. Kadang disebut juga
sebagai "low-NOx burners" dan telah dikembangkan sehingga dapat mengurangi kangdungan
Nox yang terlepas di uadara lebih dari separuh. Ada juga teknologi baru yang bekerja seperti
"scubbers" yang membersihkan NOX dari flue gases (asap) dari boiler batu bara. Beberapa
dari alat ini menggunakan bahan kimia khusus yang disebut katalis yang mengurai bagian
NOx menjadi gas yang tidak berpolusi, walaupun alat ini lebih mahal dari "low-NOx
burners," namun dapat menekan lebih dari 90% polusi Nox.
Cadangan batu bara dunia
Amerika Serikat
115.891
101.021
33.082 249.994
Rusia
49.088
97.472
10.450 157.010
Tiongkok
62.200
33.700
18.600 114.500
India
82.396
Australia
42.550
Jerman
23.000
2.000 84.396
1.840
37.700 82.090
43.000 66.000
Afrika Selatan
49.520
Ukraina
16.274
Kazakhstan
31.000
3.000 34.000
Polandia
20.300
1.860 22.160
64
Brasil
49.520
15.946
1.933 34.153
1.460
14.732 16.256
11.929
11.929
6.648
Kolombia
6.267
381
Kanada
3.471
871
2.236
6.578
Ceko
2.114
3.414
150
5.678
Indonesia
790
1.430
3.150
5.370
Botswana
4.300
Uzbekistan
1.000
Turki
278
4.300
761
Yunani
Bulgaria
13
Pakistan
233
4.000
2.650
3.689
2.874
2.874
2.465
2.711
2.265
Iran
1.710
Britania Raya
1.000
Rumania
35
Meksiko
860
300
Chili
31
1.150
Hongaria
80
960
Kirgizstan
Jepang
773
Spanyol
200
2.265
1.710
Thailand
Peru
3.000
500
1.500
1.421
1.457
1.268
1.268
51
1.211
1.181
1.017
1.097
100
1060
812
812
773
400
60
660
Korea Utara
300
300
600
Selandia Baru
33
206
Zimbabwe
502
502
Belanda
497
497
Venezuela
479
479
333
572
Argentina
430
430
Filipina
232
100
332
Slovenia
40
235
275
Mozambik
212
212
Swaziland
208
208
Tanzania
200
200
Nigeria
21
Greenland
169
190
183
183
Slowakia
172
172
Vietnam
150
150
Republik Kongo
88
88
Korea Selatan
78
78
Niger
70
70
Afganistan
66
66
Aljazair
40
40
Kroasia
33
39
Portugal
33
36
Perancis
22
14
36
34
Austria
25
25
Ekuador
24
24
Italia
Mesir
27
22
22
Irlandia
14
14
Zambia
10
10
Malaysia
Afrika Tengah
Myanmar
3
2
Malawi
Kaledonia Baru
Nepal
Bolivia
1
1
Norwegia
Taiwan
Swedia
2003
2004
Australia
238,1
247,6
Amerika Serikat
43,0
48,0
Afrika Selatan
78,7
74,9
Uni Soviet
41,0
55,7
Polandia
16,4
16,3
Kanada
27,7
28,8
Tiongkok
103,4
95,5
57,8
65,9
Indonesia
200,8
131,4
Total
713,9
764,0
Amerika Selatan
BAB I
PENDAHULUAN
Namun pertumbuhan yang pesat tidak diseimbangi dengan pengelolaan yang baik oleh pihakpihak yang tidak bertanggung jawab. Kurangnya sosialisasi tentang pengelolaan tambang
dengan baik, menyebabkan banyak dampak buruk yang dihasilkan. Walaupun sekarang tidak
terlalu terasa, namun beberapa tahun lagi dampak pengelolaan tambang yang salah bisa
mengganggu stabilitas ekosistem.
Perlunya usaha-usaha yang dilakukan dari sekarang untuk mengatasi pengelolaan tambang
yang salah. Mulai dari sosialisasi sampai tindakan nyata. Sehingga diharap keseimbangan
alam akan terjaga.
Selain untuk menjaga kesiembangan ekosistem, ada baiknya pula kita mengetahui bagaimana
cara terbentuknya batu bara tersebut. Karena dengan banyaknya tambang yang ada, maka
mungking saja nanti ekosistem yang ada akan beubah dan bahkan bias tercemari oleh
penggunaan batubara ini.
2.
3.
BAB II
PEMBAHASAN
Penambangan batu bara adalah penambangan batu bara dari bumi. Batu bara digunakan
sebagai bahan bakar. Batu bara juga dapat digunakan untuk membuat coke untuk pembuatan
baja. Tambang batu bara tertua terletak di Tower Colliery di Inggris. Dilihat dari cara
menambang, penambangan batubara dapat dibagi menjadi beberapa jenis antara lain:
Penambangan Terbuka
Penambangan jenis ini dilakukan dengan cara menambang batubara tanpa melakukan
penggalian berat karena letak batubara yang dekat dengan permukaan bumi.
Penambangan Dalam
Jenis penambangan ini dilakukan dengan teknik khusus dimana nantinya perlu dibuat
terowongan tegak hingga mencapai lapisan batubara. Ketika telah mencapa lapisan tersebut,
selanjutnya diperlukan lagi terowongan mendatar untuk mendapatkan batubara tersebut.
Penambangan jauh
Penambangan ini dilakukan ketika area batubara berada di bawah bukit dimana dibuat
terowongan miring hingga mencapai lapisan batubara.
Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batubara disebut dengan istilah
pembatubaraan (coalification). Secara ringakas proses ini dibagi menjadi dua tahap proses
yang terjadi, antara lain:
Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman terdeposisi hingga lignit
terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini adalah kadar air, tingkat
oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan proses pembusukan (dekomposisi)
dan kompaksi material organik serta membentuk gambut.
Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi bituminus dan
akhirnya antrasit.
2.2 Batubara Di Indonesia
Di Indonesia, endapan batu bara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier,
yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan),
pada umumnya endapan batu bara ekonomis tersebut dapat dikelompokkan sebagai batu bara
berumur Eosen atau sekitar Tersier Bawah, kira-kira 45 juta tahun yang lalu dan Miosen atau
sekitar Tersier Atas, kira-kira 20 juta tahun yang lalu menurut Skala waktu geologi.
Batu bara ini terbentuk dari endapan gambut pada iklim purba sekitar khatulistiwa yang
mirip dengan kondisi kini. Beberapa diantaranya tegolong kubah gambut yang terbentuk di
atas muka air tanah rata-rata pada iklim basah sepanjang tahun. Dengan kata lain, kubah
gambut ini terbentuk pada kondisi dimana mineral-mineral anorganik yang terbawa air dapat
masuk ke dalam sistem dan membentuk lapisan batu bara yang berkadar abu dan sulfur
rendah dan menebal secara lokal. Hal ini sangat umum dijumpai pada batu bara Miosen.
Sebaliknya, endapan batu bara Eosen umumnya lebih tipis, berkadar abu dan sulfur tinggi.
Kedua umur endapan batu bara ini terbentuk pada lingkungan lakustrin, dataran pantai atau
delta, mirip dengan daerah pembentukan gambut yang terjadi saat ini di daerah timur
Sumatera dan sebagian besar Kalimantan.
2.2.1 Endapan Batu Bara Eosen
Endapan ini terbentuk pada tatanan tektonik ekstensional yang dimulai sekitar Tersier
Bawah atau Paleogen pada cekungan-cekungan sedimen di Sumatera dan Kalimantan.
Ekstensi berumur Eosen ini terjadi sepanjang tepian Paparan Sunda, dari sebelah barat
Sulawesi, Kalimantan bagian timur, Laut Jawa hingga Sumatera. Dari batuan sedimen yang
pernah ditemukan dapat diketahui bahwa pengendapan berlangsung mulai terjadi pada Eosen
Tengah. Pemekaran Tersier Bawah yang terjadi pada Paparan Sunda ini ditafsirkan berada
pada tatanan busur dalam, yang disebabkan terutama oleh gerak penunjaman Lempeng IndoAustralia.[3] Lingkungan pengendapan mula-mula pada saat Paleogen itu non-marin,
terutama fluviatil, kipas aluvial dan endapan danau yang dangkal.
Di Kalimantan bagian tenggara, pengendapan batu bara terjadi sekitar Eosen Tengah - Atas
namun di Sumatera umurnya lebih muda, yakni Eosen Atas hingga Oligosen Bawah. Di
Sumatera bagian tengah, endapan fluvial yang terjadi pada fase awal kemudian ditutupi oleh
endapan danau (non-marin).[3] Berbeda dengan yang terjadi di Kalimantan bagian tenggara
dimana endapan fluvial kemudian ditutupi oleh lapisan batu bara yang terjadi pada dataran
pantai yang kemudian ditutupi di atasnya secara transgresif oleh sedimen marin berumur
Eosen Atas.[4]
Endapan batu bara Eosen yang telah umum dikenal terjadi pada cekungan berikut: Pasir
dan Asam-asam (Kalimantan Selatan dan Timur), Barito (Kalimantan Selatan), Kutai Atas
(Kalimantan Tengah dan Timur), Melawi dan Ketungau (Kalimantan Barat), Tarakan
(Kalimantan Timur), Ombilin (Sumatera Barat) dan Sumatera Tengah (Riau).
2.2.2 Endapan Batubara Miosen
Pada Miosen Awal, pemekaran regional Tersier Bawah - Tengah pada Paparan Sunda telah
berakhir. Pada Kala Oligosen hingga Awal Miosen ini terjadi transgresi marin pada kawasan
yang luas dimana terendapkan sedimen marin klastik yang tebal dan perselingan sekuen
batugamping. Pengangkatan dan kompresi adalah kenampakan yang umum pada tektonik
Neogen di Kalimantan maupun Sumatera. Endapan batu bara Miosen yang ekonomis
terutama terdapat di Cekungan Kutai bagian bawah (Kalimantan Timur), Cekungan Barito
(Kalimantan Selatan) dan Cekungan Sumatera bagian selatan. Batu bara Miosen juga secara
ekonomis ditambang di Cekungan Bengkulu.
Batu bara ini umumnya terdeposisi pada lingkungan fluvial, delta dan dataran pantai yang
mirip dengan daerah pembentukan gambut saat ini di Sumatera bagian timur. Ciri utama
lainnya adalah kadar abu dan belerang yang rendah. Namun kebanyakan sumberdaya batu
bara Miosen ini tergolong sub-bituminus atau lignit sehingga kurang ekonomis kecuali jika
sangat tebal (PT Adaro) atau lokasi geografisnya menguntungkan. Namun batu bara Miosen
di beberapa lokasi juga tergolong kelas yang tinggi seperti pada Cebakan Pinang dan Prima
(PT KPC), endapan batu bara di sekitar hilir Sungai Mahakam, Kalimantan Timur dan
beberapa lokasi di dekat Tanjungenim, Cekungan Sumatera bagian selatan.
2.3 Gasifikasi Batubara
Coal gasification adalah sebuah proses untuk mengubah batu bara padat menjadi gas batu
bara yang mudah terbakar (combustible gases), setelah proses pemurnian gas-gas ini karbon
monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), hidrogen (H), metan (CH4), dan nitrogen (N2)
dapat digunakan sebagai bahan bakar. hanya menggunakan udara dan uap air sebagai
reacting-gas kemudian menghasilkan water gas atau coal gas, gasifikasi secara nyata
mempunyai tingkat emisi udara, kotoran padat dan limbah terendah.
Tetapi, batu bara bukanlah bahan bakar yang sempurna. Terikat di dalamnya adalah sulfur
dan nitrogen, bila batu bara ini terbakar kotoran-kotoran ini akan dilepaskan ke udara, bila
mengapung di udara zat kimia ini dapat menggabung dengan uap air (seperti contoh kabut)
dan tetesan yang jatuh ke tanah seburuk bentuk asam sulfurik dan nitrit, disebut sebagai
"hujan asam" acid rain. Disini juga ada noda mineral kecil, termasuk kotoran yang umum
tercampur dengan batu bara, partikel kecil ini tidak terbakar dan membuat debu yang
tertinggal di coal combustor, beberapa partikel kecil ini juga tertangkap di putaran
combustion gases bersama dengan uap air, dari asap yang keluar dari cerobong beberapa
partikel kecil ini adalah sangat kecil setara dengan rambut manusia.
2.4 Pembersihan Batu Bara
Batubara ini dibersihan untuk mengurai bahan2 yang mnempel pada batu bara yang
membuat batu bara tersebut menjadi kurang baik dipakai sebagai bahan bakar. Dengan
pembersihan ini, juga bertujuan agar dampak yang ditimbulkan dari pemakaian batubara
sebagai bahan bakar menjadi lebih terkendali. Bahan-bahan yang hendak dibersihkan dari
batubara antara lain:
2.4.1 Sulfur
sulfur adalah zat kimia kekuningan yang ada sedikit di batu bara, pada beberapa batu bara
yang ditemukan di Ohio, Pennsylvania, West Virginia dan Eastern States lainnya, sulfur
terdiri dari 3 sampai 10 % dari berat batu bara, beberapa batu bara yang ditemukan di
Wyoming, Montana dan negara-negara bagian sebelah barat lainnya sulfur hanya sekitar
1/100ths (lebih kecil dari 1%) dari berat batu bara. Penting bahwa sebagian besar sulfur ini
dibuang sbelum mencapai cerobong asap.
Satu cara untuk membersihkan batu bara adalah dengan cara mudah memecah batu bara ke
bongkahan yang lebih kecil dan mencucinya. Beberapa sulfur yang ada sebagai bintik kecil di
batu bara disebut sebagai "pyritic sulfur " karena ini dikombinasikan dengan besi menjadi
bentuk iron pyrite, selain itu dikenal sebagai "fool's gold dapat dipisahkan dari batu bara.
Secara khusus pada proses satu kali, bongkahan batu bara dimasukkan ke dalam tangki besar
yang terisi air , batu bara mengambang ke permukaan ketika kotoran sulfur tenggelam.
Fasilitas pencucian ini dinamakan "coal preparation plants" yang membersihkan batu bara
dari pengotor-pengotornya.
Tidak semua sulfur bisa dibersihkan dengan cara ini, bagaimanapun sulfur pada batu bara
adalah secara kimia benar-benar terikat dengan molekul karbonnya, tipe sulfur ini disebut
"organic sulfur," dan pencucian tak akan menghilangkannya. Beberapa proses telah dicoba
untuk mencampur batu bara dengan bahan kimia yang membebaskan sulfur pergi dari
molekul batu bara, tetapi kebanyakan proses ini sudah terbukti terlalu mahal, ilmuan masih
bekerja untuk mengurangi biaya dari prose pencucian kimia ini.
Kebanyakan pembangkit tenaga listrik modern dan semua fasilitas yang dibangun setelah
1978 telah diwajibkan untuk mempunyai alat khusus yang dipasang untuk membuang
sulfur dari gas hasil pembakaran batu bara sebelum gas ini naik menuju cerobong asap. Alat
ini sebenarnya adalah "flue gas desulfurization units," tetapi banyak orang menyebutnya
"scrubbers" karena mereka men-scrub (menggosok) sulfur keluar dari asap yang
dikeluarkan oleh tungku pembakar batu bara.
2.4.2 NOx (Nitrogen Oxida)
Nitrogen secara umum adalah bagian yang besar dari pada udara yang dihirup, pada
kenyataannya 80% dari udara adalah nitrogen, secara normal atom-atom nitrogen
mengambang terikat satu sama lainnya seperti pasangan kimia, tetapi ketika udara dipanaskan
seperti pada nyala api boiler (3000 F=1648 C), atom nitrogen ini terpecah dan terikat dengan
oksigen, bentuk ini sebagai nitrogen oksida atau kadang kala itu disebut sebagai NOx. NOx
juga dapat dibentuk dari atom nitrogen yang terjebak di dalam batu bara.
Di udara, NOx adalah polutan yang dapat menyebabkan kabut coklat yang kabur yang
kadang kala terlihat di seputar kota besar, juga sebagai polusi yang membentuk acid rain
(hujan asam), dan dapat membantu terbentuknya sesuatu yang disebut ground level ozone,
tipe lain dari pada polusi yang dapat membuat kotornya udara.
Salah satu cara terbaik untuk mengurangi NOx adalah menghindari dari bentukan asalnya,
beberapa cara telah ditemukan untuk membakar batu bara di pemabakar dimana ada lebih
banyak bahan bakar dari pada udara di ruang pembakaran yang terpanas. Di bawah kondisi
ini kebanyakan oksigen terkombinasikan dengan bahan bakar daripada dengan nitrogen.
Campuran pembakaran kemudian dikirim ke ruang pembakaran yang kedua dimana terdapat
proses yang mirip berulang-ulang sampai semua bahan bakar habis terbakar. Konsep ini
disebut "staged combustion" karena batu bara dibakar secara bertahap. Kadang disebut juga
sebagai "low-NOx burners" dan telah dikembangkan sehingga dapat mengurangi kangdungan
Nox yang terlepas di uadara lebih dari separuh. Ada juga teknologi baru yang bekerja seperti
"scubbers" yang membersihkan NOX dari flue gases (asap) dari boiler batu bara. Beberapa
dari alat ini menggunakan bahan kimia khusus yang disebut katalis yang mengurai bagian
NOx menjadi gas yang tidak berpolusi, walaupun alat ini lebih mahal dari "low-NOx
burners," namun dapat menekan lebih dari 90% polusi Nox.
2.5 Cadangan Batu Bara Dunia
Pada tahun 1996 diestimasikan terdapat sekitar satu exagram (1 1015 kg atau 1 trilyun
ton) total batu bara yang dapat ditambang menggunakan teknologi tambang saat ini,
diperkirakan setengahnya merupakan batu bara keras. Nilai energi dari semua batu bara dunia
adalah 290 zettajoules. Dengan konsumsi global saat ini adalah 15 terawatt,[7] terdapat cukup
batu bara untuk menyediakan energi bagi seluruh dunia untuk 600 tahun.
British Petroleum, pada Laporan Tahunan 2006, memperkirakan pada akhir 2005, terdapat
909.064 juta ton cadangan batu bara dunia yang terbukti (9,236 1014 kg), atau cukup untuk
155 tahun (cadangan ke rasio produksi). Angka ini hanya cadangan yang diklasifikasikan
terbukti, program bor eksplorasi oleh perusahaan tambang, terutama sekali daerah yang di
bawah eksplorasi, terus memberikan cadangan baru.
Departemen Energi Amerika Serikat memperkirakan cadangan batu bara di Amerika
Serikat sekitar 1.081.279 juta ton (9,81 1014 kg), yang setara dengan 4.786 BBOE (billion
barrels of oil equivalent).
Cadangan batu bara dunia pada akhir 2005 (dalam juta ton)
Negara
Bituminus
Sub-bituminus
Lignit
TOTAL
115.891
101.021
33.082 249.994
Rusia
49.088
97.472
10.450 157.010
Tiongkok
62.200
33.700
18.600 114.500
India
82.396
Australia
42.550
Jerman
23.000
43.000 66.000
Afrika
49.520
49.520
(termasuk antrasit)
Amerika
Serikat
2.000
1.840
84.396
37.700 82.090
Selatan
Ukraina
16.274
Kazakhstan 31.000
15.946
1.933
34.153
3.000
34.000
Polandia
20.300
Serbia dan
64
1.860
1.460
22.160
14.732 16.256
Montenegro
Brasil
11.929
11.929
6.648
Kolombia
6.267
381
Kanada
3.471
871
2.236
6.578
Ceko
2.114
3.414
150
5.678
Indonesia
790
1.430
3.150
5.370
Botswana
4.300
Uzbekistan
1.000
Turki
278
4.300
761
Yunani
Bulgaria
13
Pakistan
233
3.000
4.000
2.650
3.689
2.874
2.874
2.465
2.711
2.265
Iran
1.710
Britania
1.000
2.265
1.710
500
1.500
1.421
1.457
1.268
1.268
51
1.211
Raya
Rumania
35
Thailand
Meksiko
860
300
Chili
31
1.150
Hongaria
Peru
80
960
Kirgizstan
Jepang
773
Spanyol
200
400
Korea
300
300
33
206
1.181
1.017
1.097
100
1060
812
812
773
60
660
600
Utara
333
572
Zimbabwe
502
502
Belanda
497
497
Venezuela
479
479
Argentina
430
430
Filipina
232
100
332
Slovenia
40
235
275
Mozambik
212
212
Swaziland
208
208
Tanzania
200
200
Nigeria
21
Greenland
169
190
183
183
Slowakia
172
172
Vietnam
150
150
Republik
88
88
78
78
Niger
70
70
Afganistan
66
66
Aljazair
40
40
Kroasia
33
39
Portugal
33
36
Perancis
22
14
36
34
Austria
25
25
Ekuador
24
24
Kongo
Korea
Selatan
Italia
27
Mesir
Irlandia
22
14
22
14
Zambia
10
10
Malaysia
Republik
Afrika
Tengah
Myanmar
Malawi
Kaledonia
Nepal
Bolivia
Baru
Norwegia
Taiwan
1
1
Swedia
2003
2004
Australia
238,1
247,6
Amerika
43,0
48,0
Serikat
Afrika
78,7
74,9
Uni Soviet
41,0
55,7
Polandia
16,4
16,3
Kanada
27,7
28,8
Tiongkok
103,4
95,5
Amerika
57,8
65,9
Indonesia
200,8
131,4
Total
713,9
764,0
Selatan
Selatan
jumlah banyak bersifat racun bagi tanaman yang mengakibatkan tanaman tidak dapat
berkembang dengan baik. SO4 berpengaruh pada tingkat kesuburan tanah dan PH tanah,
akibat pencemaran tanah tersebut maka tumbuhan yang ada diatasnya akan mati.
2.7.3 Udara
Penambangan batubara menyebabkan polusi udara, hal ini diakibatkan dari pembakaran
batubara. Menghasilkan gas nitrogen oksida yang terlihat cokelat dan juga sebagai polusi
yang membentuk acid rain (hujan asam) dan ground level ozone, yaitu tipe lain dari polusi
yang
dapat
membuat
kotor
udara.
Selain itu debu-debu hasil pengangkatan batubara juga sangat berbahaya bagi kesehatan,
yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit infeksi saluran pernafasan (ISPA), dan dalam
jangka panjang jika udara tersebut terus dihirup akan menyebabkan kanker, dan kemungkinan
bayi lahir cacat.
2.7.4 Hutan
Penambangan batubara dapat menghancurkan sumber-sumber kehidupan rakyat karena
lahan pertanian yaitu hutan dan lahan-lahan sudah dibebaskan oleh perusahaan. Hal ini
disebabkan adanya perluasan tambang sehingga mempersempit lahan usaha masyarakat,
akibat perluasan ini juga bisa menyebabkan terjadinya banjir karena hutan di wilayah hulu
yang semestinya menjadi daerah resapan aitr telah dibabat habis. Hal ini diperparah oleh
buruknya tata drainase dan rusaknya kawan hilir seperti hutan rawa.
2.7.5 Laut
Pencemaran air laut akibat penambangan batubara terjadi pada saat aktivitas bongkar muat
dan tongkang angkut batubara. Selain itu, pencemaran juga dapat mengganggu kehidupan
hutan mangrove dan biota yang ada di sekitar laut tersebut.
pertambangan ilegal yang selama ini semakin menjamur dan penurunan terhadap dampak
kerusakan lingkungan dan sosial yang ditimbulkannya.
2.8.2 Tidak mengeluarkan perizinan baru agar tidak menambah semrawutnya pengelolaan sumber
daya alam tambang batubara, saat ini hal yang paling mudah dan sangat mungkin untuk
dilakukan adalah dengan tidak mengeluarkan izin baru lagi. Sehingga memudahkan untuk
melakukan monitoring terhadap pertambangan batubara yang ada.
2.8.3 Penghentian pertambangan batubara ilegal secara total, pemerintah harus melakukan
penghentian pertambangan batubara ilegal secara tegas tanpa padang bulu dan transparan.
2.8.4 Penghentian bisnis yayasan dan koperasinya TNI POLRI
2.8.5 Evaluasi perizinan yang telah diberikan, dan lakukan audit lingkungan semua usaha
pertambangan batubara.
2.8.6 Meninggikan standar kualitas pengelolaan lingkungan hidup dan komitmen untuk kelestarian
lingkungan hidup.
2.8.7 Pelembagaan konflik untuk menyelesaikan persengketaan rakyat dengan perusahaan
pertambangan agar tercapai solusi yang memuaskan berbagai pihak.
2.8.8 Menyusun kebijakan strategi pengelolaan sumber daya alam tambang.
2.8.9 Setiap perusahaan diwajibkan mereklamasi bekas-bekas penambangan dan menjamin serta
memastikan hasil reklamasi tersebut sesuai AMDAL. Dan pihak pemerintah harus
mengawasi jalannya proses reklamasi tersebut, sehingga benar-benar yakin kalau proses
reklamasi berjalan dengan baik dan menampakkan hasil.
2.8.10 Menggunakan alat-alat penambangan dengan berteknologi tinggi sehingga meminimalisasi
dampak lingkungan serta memperkecil angka kecelakaan dalam pertambangan batubara
tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Batubara adalah bahan galian yang terbentuk dari sisa tumbuhan sebagai bahan bakar. Materi
pembentuk Batubara adalah Alga, Silofita, Pteridofita, Gimnospermae, dan Angiospermae.
Kelas dan Jenis batubara yaitu :
1. Antrasit
2. Bituminus
3. Sub bituminus
4. Lignit
5. Gambut
Pembentukan batubara dapat terjadi secara diagnetik atau biokimia dan tahap malihan atau
geokimia. Sumber daya batubara di Indonesia jumlahnya sangat melimpah seperti di
Kalimantan Selatan yang cukup untuk pasokan energi beberapa tahun kedepan.
Gasifikasi Batubara adalah sebuah proses untuk merubah batubara padat menjadi gas
batubara yang mudah terbakar. Pembersihan batubara dapat dilakukan dengan memcahnya
menjadi bongkahan-bongkahan kecil dan dicuci dengan air didalam sbuah tangki besar.
Membuang Nox dari batubara dapat dilakukan dengan cara staged Combustion. Dampak
penambangan batubara adalah kerusakan terhadap lingkungan yaitu air, udara, tanah, hutan
dan laut. Usaha mengurangi dampak pertambangan bisa di upayakan oleh pemerintah
maupun pihak perusahaan.
3.2 SARAN
Agar pemerintah lebih mengoptimalkan dan mensosialisasikan tentang AMDAL, sehingga
para penambang lebih memperhatikan dampak lingkungan dari pada keuntungan semata.
Diharap juga pemerintah lebih tegas menindak para penambang yang terbukti melanggar
peraturan penambangan agar para penambang terutama perusahaan-perusahaan menggunakan
teknologi yang ramah lingkungan sehingga dapat meminimalkan dampak lingkungan dan
resiko kecelakaan. Diharap dengan penambang yang bertanggung jawab terhadap reklamasi
lahan bekas penambangan, sehingga pada akhirnya tidak mengganggu keseimbangan
lingkungan.