HARITA GROUP
BAB 1
GENESA BAUKSIT
Dengan kondisi air tanah yang cukup, di mana hal ini banyak terjadi di daerah tropis yang
bercurah hujan tinggi, maka terjadi proses pelapukan yang efektif pada batuan asal yang
mengakibatkan terjadinya proses leaching sebagai tahapan genesa terkonsentrasinya
bauksit.
Dalam pembicaraan masalah genesa bauksit, maka perlu diketahui susunan batuan mulai
dari permukaan sampai kepada batuan asal yang belum lapuk. Untuk keperluan ini,
Nederlands Indische Bauxite Exploitatie Maatschappij (NIBEM) telah membuat sumur uji
(test pit) di Sungai Kolak dengan kedalaman 54 meter. Rekonstruksi proses pelapukan
diterangkan dari profil batuan dalam zona-zona di sumuran tersebut di mana terdapat 4
zona sebagai berikut (lihat gambar 1) :
Zona I 07m Endapan bauksit (konkresi Al dan
konkresi Fe) dengan
sedikit lempung
Zona II 7 27 m Tanah liat yang tidak mengandung batuan asal
Zona III 27 52 m Tanah liat yang disertai potongan batuan asal yang
belum lapuk
Zona IV 52 dst Batuan asal yang belum lapuk sama sekali
Dari penampang sumuran tersebut, maka dapat direkonstruksi bahwa proses pelapukannya
telah terjadi dalam 3 fase, yaitu (1) leaching alkali dan alkali tanah dalam bentuk ion
disertai sedikit SiO2 dalam bentuk ion juga, (2) leaching SiO2 bebas, (3) leaching kaolin.
1. Leaching Alkali
Fase pertama dari proses leaching terdapat di bagian bawah Zona III, yaitu di daerah
peralihan antara batuan asal dengan tanah liat. Proses leaching berlangsung baik sekali
berhubung struktur batuannya adalah aphanitik hingga felsitik. Dengan
ditransportasinya alkali dan alkali tanah itu, maka yang tertinggal adalah hanya SiO 2
bebas, kaolin, hidroksida besi dan hidroksida aluminium.
1
Eksplorasi Bauksit
Training Center
HARITA GROUP
Gambar 1
Penampung Sumuran di Sungai Kolak
dan Distribusi Unsur Berdasarkan Kedalamannya
2
Eksplorasi Bauksit
Training Center
HARITA GROUP
Proses leaching juga membuat adanya penyusutan pada volume batuan asal menjadi
2/3 bagian saja dari semula. Air tanah di sini bersifat basa (pH = 8,03).
Di bagian atas Zona III, tidak terjadi leaching berhubung tidak terdapat aliran air
tanah. Bagian ini telah mengalami leaching fase pertama, sedangkan leaching SiO 2
bebas masih terus berlanjut.
3. Leaching Kaolin
Leaching kaolin terjadi di batas Zona I dan II, sebab di sini aliran air tanah terdapat
paling efektif dengan pH antara 6 -7 (bersifat asam). Bersamaan dengan hilangnya
kaolin, maka terdapat juga hidroksida Fe dan Al yang hilang.
Dalam pase ini penyusutan volume dari batuan asal, sudah sedemikian besarnya,
sehingga untuk menghasilkan konkresi bauksit yang tebalnya 7 meter itu, boleh jadi
memerlukan batuan asal dengan tebal beratus-ratus meter.
Di bagian atas dari Zone I terdapat derajat asam yang berubah-ubah dari air tanah
yang dipengaruhi oleh waktu dan tempat. pH air tanah dapat menjadi lebih rendah dari
5 sehingga air bersifat sangat asam. Dalam kondisi demikian, terjadi pelarutan konkresi
besi dan aluminium. Tetapi karena besi lebih mudah larut dibandingkan aluminium,
maka terjadi penurunan pada konsentrasi besi dan kenaikan pada konsentrasi
aluminium. Ditinjau dari segi kecepatan prosesnya, maka proses leaching menjadi
berkurang dari tahap pertama, kedua dan ketiga.
3
Eksplorasi Bauksit
Training Center
HARITA GROUP
3. Air Tanah
Berperan pada dekomposisi pada terjadinya proses leaching. Proses dekomposisi akan
berjalan baik jika sirkulasi air tanahnya juga baik. Baik tidaknya sirkulasi air tanah,
sangat bergantung kepada porositas batuan. Di samping kondisi sirkulasi air tanah, pH
pun berpengaruh pada proses dekomposisi. Air dalam kategori asam atau basa
cenderung lebih bersifat melapukkan dibandingkan air yang netral. Dalam sumuran
yang dibuat oleh NIBEM, diketahui airnya mempunyai pH antara 5 - 8.
4. Pelapukan Kimia
Besar juga peranannya dalam proses pembentukan bauksit. Air hujan yang
mengandung O2 dan CO2 akan membentuk reaksi :
Setelah menembus ke dalam tanah, kadar O2 dan CO2 akan bertambah dengan kadar
O2 dan CO2 yang terkandaung dalam tanah dan yang dikeluarkan oleh tumbuhan. Hal
ini akan menambah daya melarutkan bagi air tersebut. Proses dekomposisi akan
berlangsung secara intensif. Peninjauan mengenai pelapukan kimiawi yang ada
hubungannya dengan pembentukan bauksit, maka terdapat 2 (dua) proses penting,
yaitu :
5. Waktu
Untuk terjadinya pelapukan dan leaching yang efektif, maka diperlukan tempat serta
waktu yang sesuai dan cukup. Pembentukannya jelas harus terdapat di suatu peneplain
dengan waktu pembentukan yang lama (berjuta tahun). Bila pada saat ini ditemukan
endapat bauksit yang tidak terdapat di peneplain, hal itu mungkin saja sebab proses
yang lama, bisa saja telah menyebabkan terangkatnya peneplain tersebut oleh suatu
proses geologi.
Untuk lebih jelasnya, lihat Gambar 1 Penampang Sumuran Sungai Kolak dan
Distribusi Unsur Berdasarkan Kedalamannya, Tabel 1, dan Gambar 2 Sketsa
Penampang Pulau Bintan dan Sekitarnya.
4
Eksplorasi Bauksit
Training Center
HARITA GROUP
Gambar 2
Sketsa Penampang Pulau Bintan dan Sekitarnya
Tabel 1
Prosentase Al2O3, Fe2O3, TiO2 dan SiO2
Setelah Terjadinya Proses Leaching
Kandungan Unsur-unsur
Zone
Al2O3 (%) Fe2O3 (%) TiO2 (%) SiO2 (%)
13 % s.d. kedalaman
I 54 % 1,35 % 1%-2%
2 meter
17 % daerah Rata-rata 2 %
39,28 % s.d. peralihan Zone I dan daerah
II 37 %
kedalaman 8 meter Zone II kedalaman 6 peralihan Zone I
- 8 meter = 23 % dan II = 2,75 %
9%
22 % pada 44 - 45
III 45 46 m = 7,25 % 0,75 % 61 %
meter = 23,96 %
32 -33 m = 10,23 %
64,65 %
1,28 %
IV 15,57 % 0,75 % dalam vein =
FeO = 4,06 %
77,82 %
5
Eksplorasi Bauksit
Training Center
HARITA GROUP
BAB 2
EKSPLORASI DAN PENGAMBILAN CONTOH BAUKSIT
1. Tahap Eksplorasi
a. Perencanaan Eksplorasi
Perencanaan eksplorasi akan dilakukan pada daerah indikasi atau yang telah ada
data-data sebelumnya, sebagai contoh misalnya yang pernah dilakukan oleh team
terdahulu (Alcomin dan Antam).
b. Metode Eksplorasi
Metode eksplorasi yang digunakan dengan membuat sumur uji (test pit), yang
disesuaikan dengan genesa yang mempengaruhi kondisi endapan bijih, di mana
bijih mempunyai penyebaran yang luas pada daerah yang relatif datar hingga sedikit
bergelombang, homogenitas tinggi serta distribusi kadar yang tidak jauh berbeda.
Metode sumur uji ini dianggap paling rendah biayanya, mudah dan sederhana
cara pengerjaannya dan masih representatif hasilnya untuk perhitungan cadangan.
2) Pemetaan Geologi
Sebagaimana telah diuraikan pada pembahasan genesa bauksit bahwa
konsentrasi bijih bauksit terdapat pada daerah yang relatif datar hingga sedikit
bergelombang, maka pemetaan geologi dilakukan menggunakan GPS dan
kompas diarahkan untuk menentukan lokasi-lokasi perbukitan lemah-sedang
yang diperkirakan terdapat indikasi konsentrasi bijih bauksit.
Untuk penentuan lokasi di lapangan berdasarkan data-data yang telah ada
sebelumnya dan berdasarkan pengalaman dalam hal pengenalan batuan yang
diperkirakan mengandung kadar bauksit tinggi dengan memperhatikan indikasi-
indikasi sebagai berikut :
Warna batuan
6
Eksplorasi Bauksit
Training Center
HARITA GROUP
7
Eksplorasi Bauksit
Training Center
HARITA GROUP
5) Pengambilan Contoh
Pengambilan contoh dapat dilakukan pada lubang test pit baru maupun bekas
test pit peneliti terdahulu. Apabila pada test pit bekas, maka :
1. Dinding lubang lama harus dikupas terlebih dahulu kurang lebih 20 cm ke
dalam dinding untuk mendapatkan dinding baru yang fresh
2. Pastikan dinding yang akan di-sampling adalah dinding yang masih fresh
3. Diskripsi terlebih dahulu sebelum pengambilan contoh (sample)
4. Prosedur pengambilan contoh sesuai aturan yang berlaku
5. Bila galian tertimbun dangkal dan tidak bisa dilakukan sampling, diusahakan
untuk mendapatkan handspecimen (HS) pada bibir lubang sisa dari material
galian
Selanjutnya dilakukan pengambilan contoh dengan cara channel sampling
(paritan) ialah mengambil contoh bauksit dari permukaan ke arah bawah dengan
ukuran 0.20 x 0.10 meter persegi, memanjang di dinding sumur uji yang
terpendek (0.80 meter) (lihat gambar 4).
Pernah dilakukan pengambilan contoh pada 2 sisi, tetapi hasilnya sama.
Karena itu dengan mempertimbangkan segi kepraktisan, kecepatan kerja serta
9
Eksplorasi Bauksit
Training Center
HARITA GROUP
biaya, maka sekarang pengambilan hanya dilakukan pada sisi 0.80 meter saja.
Pengambilan contoh dilakukan setiap pergantian lapisan yang biasanya dikenali
dari adanya perbedaan warna, sifat keuraian (looseability) dan kekerasannya.
Apabila bersifat homogen (sulit dikenali pergantian lapisannya), maka contoh
diambil setiap 2 meter.
Dengan catatan setiap kelebihan ketebalan bauksit dari interval 2,00 m, maka
harus dilihat berapa kelebihannya. Apabila kelebihan ketebalan kurang dari 0,50
m, maka kelebihan ketebalan tersebut diambil contohnya digabung dengan
lapisan atasnya secara komposit. Tetapi apabila kelebihan ketebalannya lebih
dari 0,50 m atau sama dengan 0,50 m, maka kelebihan ketebalan ini diambil
contoh tersendiri sebagai 1 contoh. Jadi konkresi bauksit dengan ketebalan 2,45
m hanya diambil 1 contoh, dan lapisan bauksit dengan ketebalan 2,50 4,00 m
diambil 2 contoh, dan seterusnya.
Contoh kemudian dimasukkan ke dalam tong yang berukuran panjang 20 cm,
lebar 20 cm, tinggi 36 cm. Setiap sumur uji rata-rata diambil 3 contoh. Tong ini
kemudian dimasukkan ke dalam karung contoh/plastik yang telah diberi nomor
urut sesuai dengan nomor sumur uji serta catatan mengenai kedalaman lapisan
di mana contoh tersebut diambil.
Gambar 3
Pola Pembuatan Titik-titik Sumur Uji
10
Eksplorasi Bauksit
Training Center
HARITA GROUP
Gambar 4
Sumur Uji dan Cara Pengambilan Contoh
Berat contoh yang didapat untuk setiap sumur uji rata-rata 64 kg,
pengambilan beberapa contoh dari satu sumur uji dimaksudkan agar diketahui
lebih detail kadar tiap lapisannya.
Untuk menentukan faktor konkresi, contoh asli dari lapangan tersebut
ditimbang (W1), kemudian contoh tersebut dicuci dengan saringan kawat yang
berukuran lubang 0.2 x 1.0 cm persegi, sehingga butiran bijih yang berukuran
lebih kecil dari 0.2 cm, yang biasanya terdiri dari lempung dan butiran silica akan
lolos lewat lubang saringan tersebut. Bila ada bijih yang berukuran lebih besar
sehingga tidak lolos, maka bijih tersebut dihancurkan agar dapat lolos
semuanya. Setelah itu contoh tersebut didiamkan selama 24 jam dengan
maksud agar contoh tersebut tidak mengandung air dan ditimbang (W2).
Faktor konkresi dihitung dari :
Faktor Konkresi = W2/W1 x 100%
Contoh kemudian dibagi menjadi 2 bagian dengan cara conning &
quartering, setengah bagian disimpan sebagai arsip di Bagian Eksplorasi dan
setengah bagian lagi di Preparasi.
Analisa kadar dilakukan di laboratorium, sebelum contoh dianalisa kimia, lebih
dahulu dilakukan preparasi contoh untuk mempersiapkan agar siap dianalisa.
Pekerjaan preparasi contoh dilakukan di laboratorium. Contoh di preparasi
sampai mesh 200.
Adapun unsur-unsur yang dianalisa dalam bentuk oksida-oksida yang
meliputi: SiO2 total, Fe2O3, TiO2, dan Al2O3. Perlu diketahui bahwa kandungan
silika (SiO2 total) dalam bauksit terdapat 2 (dua) bentuk silika, sebagai berikut :
Silika sebagai Gugus Anion SiO2
Silika sebagai gugus anion SiO 2 yang terikat membentuk mineral kaolinite
(Al2O3 . 2SiO2 . 2H2O). Silika ini dikenal dengan sebutan Reactive Silica. Sifat
kimiawi dari silika ini sangat mudah larut dalam konsentrasi rendah soda api
pada temperatur rendah. Tiap 1 % berat reactive silica akan menyebabkan
11
Eksplorasi Bauksit
Training Center
HARITA GROUP
berkurangnya soda api kira-kira sebanyak 0,8 % berat, dan Al 2O3 akan
berkurang kira-kira 1 % berat.
Sehingga apabila hasil analisa didapat kandungan SiO 2 total cukup tinggi, di
mana silika reaktif-nya rendah dan mineral quartz-nya tinggi, hal ini
dimungkinkan karena komposisi kimia batuan asal pembentuk konkresi bauksit
bersifat asam dengan dicirikan melimpahnya kandungan mineral quartz. Kondisi
ini menyebabkan butiran mineral quartz yang tidak bisa dihilangkan dengan
metoda pencucian, akan ikut tergerus pada saat preparasi contoh menjadi
ukuran mesh 200.
2. Perhitungan Cadangan
a. Metode Perhitungan Cadangan
Dalam perhitungan cadangan bijih bauksit digunakan cara yang paling
sederhana dengan mempertimbangkan kondisi mineralisasi bauksitnya yang rata-
rata menerus dengan ketebalan yang hampir sama ke segala arah, yaitu dengan
metode Daerah Pengaruh (Area of Influence).
Pada metode ini tahap pertama yang harus ditentukan adalah luas daerah
pengaruh dari suatu sumur uji terhadap sumur uji yang berada di sekitarnya. Luas
dari daerah pengaruh suatu sumur uji adalah daerah yang dibentuk oleh garis yang
tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan sumur uji tersebut dengan sumur
uji yang berada paling dekat dengannya.
Berhubung jarak antara sumur uji satu dengan yang lainnya yang terdekat
adalah dibuat beraturan sepanjang 25 meter yang mana antara sumur uji akan
membentuk pola bujur sangkar, maka daerah pengaruh dari suatu sumur uji adalah
berbentuk bujur sangkar juga dengan panjang sisinya 25 meter. Untuk daerah yang
tidak memungkinkan untuk dibuat sumur uji dengan jarak antara 25 meter, daerah
pengaruh sumur ujinya, bentuknya tidak beraturan. Luas dari daerah pengaruh yang
tidak beraturan bentuknya dapat ditentukan dengan menggunakan planimeter.
Dalam menentukan besarnya cadangan bauksit, variabel yang diperlukan adalah
luas, ketebalan konkresi bauksit dan faktor konkresinya serta berat jenis (BJ)
bauksit. Sebagai contoh bauksit yang ada di P. Kijang (Antam) menurut data yang
diperoleh dari Biro I Produksi dan Eksplorasi = 1.6. Luas didapatkan dari luas daerah
pengaruh suatu sumur uji, ketebalan konkresi didapatkan dengan mengukur
ketebalan konkresi bauksit di dinding sumur uji.
Berat bauksit kotor dapat dihitung sebagai berikut :
Wk = A x t x 1.6 ton
12
Eksplorasi Bauksit
Training Center
HARITA GROUP
Untuk mendapatkan berat bauksit bersih, maka harus diketahui besarnya faktor
konkresi untuk masing-masing sumur uji yang telah ditentukan sebelumnya.
Jadi, berat bijih bauksit bersih dapat dihitung sebagai berikut :
Wk = A x t x 1.6 x f.k.
Besarnya cadangan dihitung untuk setiap kelompok daerah, kemudian hasil dari
masing-masing daerah tersebut dijumlahkan untuk mendapatkan total cadangan
keseluruhan.
b. Klasifikasi Cadangan
Untuk menghitung cadangan bahan galian bauksit yang terdapat pada daerah
penyelidikan, didasarkan pada 2 macam paramater klasifikasi cadangan, yaitu :
1) Grid Test Pit
Berdasarkan pengalaman eksplorasi dengan metode penggalian test pit yang
dilakukan selama ini, penghitungan cadangan bauksit didasarkan pada
parameter grid test pit. Dalam hal ini klasifikasi cadangan dapat dibagi menjadi
3 klasifikasi sebagai berikut :
(1) Inferred Deposit (Cadangan Terkira)
Klasifikasi cadangan ini dihitung bilamana penggalian lubang test pit
dilakukan dengan grid 400 x 400 m s.d. > 400 x 400 m
(2) Indicated Deposit (Cadangan Terindikasi)
Klasifikasi cadangan ini dihitung bilamana penggalian lubang test pit
dilakukan dengan grid 100 x 100 m s.d. grid 200 x 200 m
(3) Measured Deposit (Cadangan Terukur)
Klasifikasi cadangan ini dihitung bilamana penggalian lubang test pit
dilakukan dengan grid 25 x 25 m s.d. grid 50 x 50 m
2) Kualitas Bauksit
13
Eksplorasi Bauksit
Training Center
HARITA GROUP
Jepang
Hydro
Mixing
Dasar dari pengklasifikasian cadangan cara ini adalah besar kadar Al 2O3 dan
SiO2 karena adanya permintaan kadar minimum dan maksimum dari suatu unsur
tertentu dalam bijih oleh pihak pembeli. Pengklasifikasian cadangan ini selain untuk
mengetahui kualitas cadangan secara lebih detail, juga dimaksudkan memudahkan
dalam proses perencanaan penambangan karena sudah diketahui daerah mana yang
mempunyai kandungan unsur tertentu dengan kadar tinggi dan sebaliknya yang
kadarnya rendah.
Selain pengklasifikasian cadangan menurut permintaan pihak pembeli,
cadangan dikelompokkan juga menurut besarnya kadar SiO 2. SiO2 menyulitkan
pengolahan bijih selanjutnya meskipun kadar Al2O3-nya cukup tinggi. Oleh karena
itu, dipandang penting untuk membuat pengelompokkan cadangan menurut kadar
SiO2-nya.
Berikut ini kadar minimum dan maksimum unsur-unsur :
No. Kelas SiO2 Fe2O3 TiO2 Al2O3 SiO2 Fe2O3 TiO2 Al2O3
1. Jepang - - - 50,00 7,90 - 1,20 -
2. Hydro 7,90 - - 48,00 13,00 - 1,20 50,00
3. Mixing <7,90 - - >49,00 7,9-13,00 - 1,20 -
14
Eksplorasi Bauksit
Training Center
HARITA GROUP
BAB 3
STUDI KASUS
15
Eksplorasi Bauksit
Training Center
HARITA GROUP
Sebagai gambaran agar lebih dapat memahami bauksit, di bawah ini diberikan contoh
daerah penyebaran bauksit di Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat.
1. Geomorfologi
Secara morfologi daerah penyebaran bauksit Kabupaten Ketapang terdiri dari perbukitan
bergelombang lemah-sedang dan perbukitan tinggi.
b. Perbukitan Tinggi
Satuan morfologi ini mempunyai ketinggian mencapai 300 m di atas permukaan
laut. Kelerengan satuan morfologi ini lebih dari 10 derajat. Pada umumnya disusun
oleh batuan instrusi yang relatif masih segar.
2. Stratigrafi Regional
a. Stratigrafi Regional Daerah Sandai
1) Jkke (Kompleks Ketapang)
Terdiri dari batulanau, batupasir halus sampai kasar (setempat lanauan), arenit,
serpih, batusabak, tufaan
16
Eksplorasi Bauksit
Training Center
HARITA GROUP
2) Granit
Yang termasuk batuan beku asam dengan kandungan silikanya banyak,
umumnya warna batuan abu-abu cerah, tekstur porfiri, ikuran fanerik kasar
dengan komposisi mineralnya alkali-feldspar, pada satuan ini jarang dijumpai
kuarsa. Penyebarannya meliputi daerah Tontang ke arah Balai Berkuak. Satuan
ini diduga berumur Kapur Akhir sebagai Satuan Granit Sukadana (Kus).
17
Eksplorasi Bauksit
Training Center
HARITA GROUP
3) Basalt
Dengan komposisi plagioklas basa, biasanya dijumpai mineral-mineral yang
mengisi lubang vesikuler, antara lain adalah kalsit. Warna abu-abu kehitaman,
tekstur porfiritik, ukuran butir equigranular komposisi mineral kuarsa, biotit,
plagioklas. Sebagian juga dijumpai batuan piroklastik dengan adanya lava
basalt, breksi dan batuan terobosan, penyebaran satuan ini setempat-setempat
di daerah Bukit Naung, Simpang Dua ke arah Gerai 3 km dari jalan provinsi.
Penyebaran satuan batuan ini umumnya setempat-setempat, sebagai satuan
Batuan Gunung Api Kerabai (Kuk).
4) Alluvial
Umumnya endapan yang dihasilkan biasanya hasil dari sungai (fluviatil),
umumnya batuan yang sering dijumpai adalah batu lempung, dengan warna
coklat terang, dengan ukuran butir lempung, pemilahan baik, batupasir dengan
warna putih kecoklatan ukuran butir kasar-sedang sebagian juga dijumpai
sisipan lanau dengan warna putih keabu-abuan, pemilahan baik penyebaran
umumnya dekat dengan sungai; daerah Banjur dengan kenampakan di
lapangan warna batuan putih dengan ukuran butir kasar-halus, pemilahan
sangat baik penamaan batuan napal, sepanjang sungai Engkolok ke utara,
sungai Semandang. Satuan ini merupakan Satuan Endapan Alluvium (Qa) yang
diendapkan secara tidak selaras di atas batuan yang lebih tua.
Endapan Rawa
Terdiri dari : lempung, lumpur dan pasir halus mengandung organik, berumur
resen, menutupi secara tidak selaras batuan di bawahnya.
18
Eksplorasi Bauksit
Training Center
HARITA GROUP
Secara lokal daerah eksplorasi tertutup oleh tanah pelapukan yang tebal dan dari
hasil deskripsi test pit dan orientasi batuan di lapangan ditemukan :
Coluvial
Terdiri dari lanau lempungan, dan pasiran berwarna kuning kecoklatan lunak,
tebal 0 - 0.5 m sebagai lapisan penutup (overburden); bauksit (interest layer)
berwarna coklat-kekuningan-kemerahan, berukuran pebble-boulder, menyudut-
menyudut tanggung, mengadung oksida besi, mineral silika, sering dijumpai
nodul mineral besi, ketebalan lapisan bauksit berkisar antara 0,5 - 4 m (rata-
rata ketebalan mencapai 2,5 m); lempung, berwarna abu-abu kecoklatan,
lunak. Berumur resen. Didasari tes pit kadang dijumpai granodiorit, berwarna
abu-abu kecoklatan, masif, mengandung orthoklas, plagioklas, silika,
hornblende lunak, pasir halus-sedang.
19
Eksplorasi Bauksit