Anda di halaman 1dari 19

Training Center

HARITA GROUP

BAB 1
GENESA BAUKSIT

Dengan kondisi air tanah yang cukup, di mana hal ini banyak terjadi di daerah tropis yang
bercurah hujan tinggi, maka terjadi proses pelapukan yang efektif pada batuan asal yang
mengakibatkan terjadinya proses leaching sebagai tahapan genesa terkonsentrasinya
bauksit.

Dalam pembicaraan masalah genesa bauksit, maka perlu diketahui susunan batuan mulai
dari permukaan sampai kepada batuan asal yang belum lapuk. Untuk keperluan ini,
Nederlands Indische Bauxite Exploitatie Maatschappij (NIBEM) telah membuat sumur uji
(test pit) di Sungai Kolak dengan kedalaman 54 meter. Rekonstruksi proses pelapukan
diterangkan dari profil batuan dalam zona-zona di sumuran tersebut di mana terdapat 4
zona sebagai berikut (lihat gambar 1) :
Zona I 07m Endapan bauksit (konkresi Al dan
konkresi Fe) dengan
sedikit lempung
Zona II 7 27 m Tanah liat yang tidak mengandung batuan asal
Zona III 27 52 m Tanah liat yang disertai potongan batuan asal yang
belum lapuk
Zona IV 52 dst Batuan asal yang belum lapuk sama sekali

Dari penampang sumuran tersebut, maka dapat direkonstruksi bahwa proses pelapukannya
telah terjadi dalam 3 fase, yaitu (1) leaching alkali dan alkali tanah dalam bentuk ion
disertai sedikit SiO2 dalam bentuk ion juga, (2) leaching SiO2 bebas, (3) leaching kaolin.

1. Leaching Alkali
Fase pertama dari proses leaching terdapat di bagian bawah Zona III, yaitu di daerah
peralihan antara batuan asal dengan tanah liat. Proses leaching berlangsung baik sekali
berhubung struktur batuannya adalah aphanitik hingga felsitik. Dengan
ditransportasinya alkali dan alkali tanah itu, maka yang tertinggal adalah hanya SiO 2
bebas, kaolin, hidroksida besi dan hidroksida aluminium.

1
Eksplorasi Bauksit
Training Center
HARITA GROUP

Gambar 1
Penampung Sumuran di Sungai Kolak
dan Distribusi Unsur Berdasarkan Kedalamannya

2
Eksplorasi Bauksit
Training Center
HARITA GROUP

Proses leaching juga membuat adanya penyusutan pada volume batuan asal menjadi
2/3 bagian saja dari semula. Air tanah di sini bersifat basa (pH = 8,03).
Di bagian atas Zona III, tidak terjadi leaching berhubung tidak terdapat aliran air
tanah. Bagian ini telah mengalami leaching fase pertama, sedangkan leaching SiO 2
bebas masih terus berlanjut.

2. Leaching SiO2 Bebas


Dalam fase ini terjadi leaching SiO2 bebas dalam bentuk sol, sebagian SiO2 bebas
dapat mengendap lagi di bagian atas Zona III, tetapi sebagian besar tetap terbawa air
tanah. Leaching SiO2 terjadi efektif di Zona II, sebab struktur kristalnya mikrokristalin.
Hanya kristal kwarsa yang berukuran besar saja yang masih dapat bertahan.
Selain penyusutan SiO2 terdapat juga penyusutan kaolin di Zona II ini. Hasil
pelapukan dari fase pertama tadi, sekarang hanya tinggal setengahnya saja. Volume
tanah liat tinggal hanya 1/4 - 1/3 volume batuan asal sesudah leaching fase kedua di
Zona II.

3. Leaching Kaolin
Leaching kaolin terjadi di batas Zona I dan II, sebab di sini aliran air tanah terdapat
paling efektif dengan pH antara 6 -7 (bersifat asam). Bersamaan dengan hilangnya
kaolin, maka terdapat juga hidroksida Fe dan Al yang hilang.
Dalam pase ini penyusutan volume dari batuan asal, sudah sedemikian besarnya,
sehingga untuk menghasilkan konkresi bauksit yang tebalnya 7 meter itu, boleh jadi
memerlukan batuan asal dengan tebal beratus-ratus meter.
Di bagian atas dari Zone I terdapat derajat asam yang berubah-ubah dari air tanah
yang dipengaruhi oleh waktu dan tempat. pH air tanah dapat menjadi lebih rendah dari
5 sehingga air bersifat sangat asam. Dalam kondisi demikian, terjadi pelarutan konkresi
besi dan aluminium. Tetapi karena besi lebih mudah larut dibandingkan aluminium,
maka terjadi penurunan pada konsentrasi besi dan kenaikan pada konsentrasi
aluminium. Ditinjau dari segi kecepatan prosesnya, maka proses leaching menjadi
berkurang dari tahap pertama, kedua dan ketiga.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES LEACHING


Faktor-faktor yang mempengaruhi proses leaching adalah :
1. Iklim
Iklim tropis banyak hujan/curah hujan tinggi adalah kondisi yang baik untuk
pembentukan bauksit. Oleh Dittler telah dibuktikan bahwa SiO 2 akan larut pada
temperatur lebih dari 200 C. Oleh karena itu, pada musim hujan di mana temperatur
biasanya lebih rendah dari 200 C, maka akan terbentuk Al2O3 dan Fe2O3, karena pada
musim kemarau sebelumnya telah terjadi leaching dari SiO2.

2. Batuan Asal (Mother Rock)

3
Eksplorasi Bauksit
Training Center
HARITA GROUP

Sangat berpengaruh pada pembentukan bijih bauksit. Meskipun konkresi Fe dan Al


terakumulasi karena adanya proses leaching, tetapi bagaimana pun batuan asalnya
harus sudah mempunyai kadar Al yang cukup tinggi serta kadar Fe dan SiO 2 yang
relatif rendah.

3. Air Tanah
Berperan pada dekomposisi pada terjadinya proses leaching. Proses dekomposisi akan
berjalan baik jika sirkulasi air tanahnya juga baik. Baik tidaknya sirkulasi air tanah,
sangat bergantung kepada porositas batuan. Di samping kondisi sirkulasi air tanah, pH
pun berpengaruh pada proses dekomposisi. Air dalam kategori asam atau basa
cenderung lebih bersifat melapukkan dibandingkan air yang netral. Dalam sumuran
yang dibuat oleh NIBEM, diketahui airnya mempunyai pH antara 5 - 8.

4. Pelapukan Kimia
Besar juga peranannya dalam proses pembentukan bauksit. Air hujan yang
mengandung O2 dan CO2 akan membentuk reaksi :

CO2 + H2O H2CO


H2CO3 H+ + HCO3-

Dengan demikian air tadi telah mempunyai daya melarutkan.

Setelah menembus ke dalam tanah, kadar O2 dan CO2 akan bertambah dengan kadar
O2 dan CO2 yang terkandaung dalam tanah dan yang dikeluarkan oleh tumbuhan. Hal
ini akan menambah daya melarutkan bagi air tersebut. Proses dekomposisi akan
berlangsung secara intensif. Peninjauan mengenai pelapukan kimiawi yang ada
hubungannya dengan pembentukan bauksit, maka terdapat 2 (dua) proses penting,
yaitu :

a. Desilikasi (desilication), yaitu terjadinya leaching kandungan silika


b. Hidrasi (hydration), yaitu terjadinya pengikatan molekul air

5. Waktu
Untuk terjadinya pelapukan dan leaching yang efektif, maka diperlukan tempat serta
waktu yang sesuai dan cukup. Pembentukannya jelas harus terdapat di suatu peneplain
dengan waktu pembentukan yang lama (berjuta tahun). Bila pada saat ini ditemukan
endapat bauksit yang tidak terdapat di peneplain, hal itu mungkin saja sebab proses
yang lama, bisa saja telah menyebabkan terangkatnya peneplain tersebut oleh suatu
proses geologi.
Untuk lebih jelasnya, lihat Gambar 1 Penampang Sumuran Sungai Kolak dan
Distribusi Unsur Berdasarkan Kedalamannya, Tabel 1, dan Gambar 2 Sketsa
Penampang Pulau Bintan dan Sekitarnya.

4
Eksplorasi Bauksit
Training Center
HARITA GROUP

Gambar 2
Sketsa Penampang Pulau Bintan dan Sekitarnya

Tabel 1
Prosentase Al2O3, Fe2O3, TiO2 dan SiO2
Setelah Terjadinya Proses Leaching

Kandungan Unsur-unsur
Zone
Al2O3 (%) Fe2O3 (%) TiO2 (%) SiO2 (%)
13 % s.d. kedalaman
I 54 % 1,35 % 1%-2%
2 meter
17 % daerah Rata-rata 2 %
39,28 % s.d. peralihan Zone I dan daerah
II 37 %
kedalaman 8 meter Zone II kedalaman 6 peralihan Zone I
- 8 meter = 23 % dan II = 2,75 %
9%
22 % pada 44 - 45
III 45 46 m = 7,25 % 0,75 % 61 %
meter = 23,96 %
32 -33 m = 10,23 %
64,65 %
1,28 %
IV 15,57 % 0,75 % dalam vein =
FeO = 4,06 %
77,82 %

5
Eksplorasi Bauksit
Training Center
HARITA GROUP

BAB 2
EKSPLORASI DAN PENGAMBILAN CONTOH BAUKSIT

Eksplorasi endapan bauksit dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui letak


penyebaran, jumlah, kadar bijih, dan faktor-faktor lain yang berpengaruh pada pekerjaan
penambangan selanjutnya antara lain menyangkut kemudahan pengangkutan, tebal lapisan
penutup, kondisi batuan dan lain sebagainya.
Data hasil eksplorasi ini digunakan sebagai dasar untuk menentukan lokasi bijih yang
layak tambang, cara penambangan, proses pengolahan, dan kemudahan cara trasportasi.

1. Tahap Eksplorasi
a. Perencanaan Eksplorasi
Perencanaan eksplorasi akan dilakukan pada daerah indikasi atau yang telah ada
data-data sebelumnya, sebagai contoh misalnya yang pernah dilakukan oleh team
terdahulu (Alcomin dan Antam).

b. Metode Eksplorasi
Metode eksplorasi yang digunakan dengan membuat sumur uji (test pit), yang
disesuaikan dengan genesa yang mempengaruhi kondisi endapan bijih, di mana
bijih mempunyai penyebaran yang luas pada daerah yang relatif datar hingga sedikit
bergelombang, homogenitas tinggi serta distribusi kadar yang tidak jauh berbeda.
Metode sumur uji ini dianggap paling rendah biayanya, mudah dan sederhana
cara pengerjaannya dan masih representatif hasilnya untuk perhitungan cadangan.

c. Pekerjaan yang Dilakukan


1) Studi Literatur
Meliputi penyediaan dan penelitian peta-peta geologi, topografi, hidrogeologi,
dan peta lainnya guna mengetahui secara garis besar penyebaran batuan,
keadaan topografi dan morfologi, kemudahan pengangkutan dan kondisi
perkampungan serta air tanah.

2) Pemetaan Geologi
Sebagaimana telah diuraikan pada pembahasan genesa bauksit bahwa
konsentrasi bijih bauksit terdapat pada daerah yang relatif datar hingga sedikit
bergelombang, maka pemetaan geologi dilakukan menggunakan GPS dan
kompas diarahkan untuk menentukan lokasi-lokasi perbukitan lemah-sedang
yang diperkirakan terdapat indikasi konsentrasi bijih bauksit.
Untuk penentuan lokasi di lapangan berdasarkan data-data yang telah ada
sebelumnya dan berdasarkan pengalaman dalam hal pengenalan batuan yang
diperkirakan mengandung kadar bauksit tinggi dengan memperhatikan indikasi-
indikasi sebagai berikut :
Warna batuan

6
Eksplorasi Bauksit
Training Center
HARITA GROUP

Biasanya bauksit berwarna merah sampai coklat yang disebabkan oleh


banyaknya kandungan mineral/oksida besi
Kekerasan batuan
Bauksit relatif lebih keras dibandingkan tanah penutupnya (OB), tetapi
lebih lunak dibandingkan batu yang biasanya terdapat bersama bauksit, yaitu
konkresi besi.
Tekstur dan struktur batuan
Bauksit bersifat loose (sifat keuraiannya tinggi). Ini disebabkan karena
bauksit terdiri atas kumpulan mineral yang heterogen sehingga ikatan antar
butirnya tidak terlalu kuat. Hal ini mudah dibedakan dengan tanah ataupun
lempung yang umumnya mempunyai tingkat keuraian rendah (liat dan
lengket)
Keadaan topografi
Biasanya terdapat di lereng-lereng bukit yang relatif landai dengan puncak
yang luas. Hal ini sesuai dengan genesa terbentuknya bauksit yang
merupakan proses lateritisasi sehingga terbentuk lapisan konkresi
Kemudahan pengangkutan
Merupakan faktor yang sangat diperhatikan di dalam eksplorasi, berhubung
nantinya erat kaitannya dengan penambangan. Daerah dengan pengang-
kutan mudah harus diberikan prioritas utama.
Petunjuk-petunjuk lain
Biasanya menunjang didapatkannya bauksit, antara lain yang sering
digunakan ialah tumbuhnya pohon Karamunting dan Resam dengan subur.

3) Penggalian Test Pit


Menentukan daerah/areal yang akan dieksplorasi, yaitu pada bukit-bukit yang
relatif landai dengan puncak yang luas
Pengukuran topografi dengan skala 1 : 2500 sampai dengan 1 : 1000,
dengan pemasangan patok-patok batas sekaligus nantinya digunakan sebagai
titik ikat
Penentuan titik sumur uji ada 2 cara, yaitu :
- Cara Indonesia
Menggunakan Grid System, dari titik awal dibuat dengan arah utara
selatan, pada jarak tertentu dibuat arah timur barat, sehingga didapat
pola tertentu.
- Cara Jepang
Titik awal ditempatkan di puncak bukit, dari titik ini ditarik garis
menyelusuri lereng-lereng bukit terus ke bawah, dan pada ketinggian
atau jarak tertentu dari puncak tersebut, ditentukan titik-titik sumur uji
lainnya.
Pemasangan patok-patok di titik/tempat di mana akan digali sumur uji (test
pit). Jarak antara sumur uji diambil 200 meter, bila analisa menunjukkan
kadar yang ekonomis, maka jaraknya diperkecil menjadi 100 m, 50 m, dan

7
Eksplorasi Bauksit
Training Center
HARITA GROUP

25 m, untuk mendapatkan data cadangan dengan kualifikasi possible,


probable dan prove. Karena lapisan bauksit adalah horizontal dengan
ketebalan rata-rata sama, maka pola penempatan patok tersebut
membentuk bujur sangkar. Setiap patok diberi nomor sesuai dengan nomor
sumur uji yang akan digali dan digambar di peta (lihat gambar 3).
Penggalian sumur uji sesuai dengan patok yang telah dibuat, dengan alat
seperti : cangkul papan, blencong, linggis, pungkis, tali dengan pengait untuk
menarik pungkis dari dalam lubang ke permukaan, pita ukur untuk mengukur
kedalaman sumur uji dan ketebalan lapisan korelasi bauksit.

Tenaga kerja 2 atau 3 orang bergantung keadaan, seorang sebagai penggali


di dalam sumur dan yang lainnya mengangkat bahan galian dari dalam sumur.
Bentuk sumur uji tersebut adalah empat persegi panjang dengan ukuran 1.20 x
0.80 meter persegi dengan arah panjangnya dibuat arah utara selatan.
Penggalian dihentikan bila mencapai :
Batuan dasar ialah batu lempung
Bertemu bongkah batuan keras, yang biasanya adalah lensa hidroksida
besi. Penggalian biasanya dipindahkan ke tempat lain di dekat sumur uji
tersebut
Bila penggalian telah mencapai kedalaman 1.5 meter tetapi belum juga
STANDAR DISKRIPSI BAUKSIT
ditemukan indikasi (CHANNEL
akan adanyaSAMPLING)
bauksit
Bila penggalian mencapai air tanah sehingga akan menyulitkan pada
1. Warna pekerjaan pembuatan sumur uji tersebut dan juga pada saat
Warrna secara umum pada bidang channel dan luasan test pit terukur
2. Komposisi penambangannya nanti.
a. Fragmen Konkresi
> 20 cm, berapa %, dominasi
4) Pemerian/Diskripsi ukuran ?
Bauksit
20 cm, berapa %, dominasi ukuran ?
b. Pemerian bauksit dilakukan sebelum pengambilan contoh. Pada awalnya di
Matrik
- dalam pemerian bauksit
Ukuran ada penggunaan istilah nodule dan konkresi. Namun
lempung/lanau/pasir
- Jenis mineral
dengan pertimbangan bahwa genesa bauksit berasal dari proses pelapukan
- Prosentase
kimiawi, maka penggunaan istilah konkresi adalah yang lebih tepat daripada
(Jumlah prosentase fragmen dan matrik = 100%)
c. instilah pengotor
Mineral nodule. pada
Oleh HS karena itu, dalam pemerian
(Handspecimen = conto selanjutnya
setangan) hanyasecara
megaskopis :
menggunakan istilah konkresi dan mengingat bentuk fisik dari konkresi ini
- mempunyai % mineral
variasi terlihat
ukuran, (Quartz,
maka dalamOksida besi, Mmuscovite,
pemeriannya Hornblende,
perlu dibuatkan dll)
standar
- Dominiasi ukuran mineral (mm)
- pemerian sebagai berikutmineral
Prosentase : pengotor dalam satu unit volume matrik dan
dicantumkan terpisah dengan prosentase fragmen dan matrik
3. Hubungan Antar Fragmen
a. Rapat
- Rapat merata
- Rapat tidak merata
b. Tidak Rapat
4. Derajat Kebundaran
a. Membundar (rounded)
b. Membundar tanggung (sub rounded)
c. Menyudut tanggung (sub angular)
d. Menyudut (angular)
5. Sample Recovery
Dicatat berkaitan dengan :
a. Jumlah sample yang telah terambil 8
Eksplorasi Bauksit
b. Penyebabnya (contoh karena ukuran yang besar, susah dipecah, dsb)
c. Prosentase yang tidak terambil (dari 20 x 10 dan tebal 2 meter atau ketentuan yang
berlaku)
Training Center
HARITA GROUP

5) Pengambilan Contoh
Pengambilan contoh dapat dilakukan pada lubang test pit baru maupun bekas
test pit peneliti terdahulu. Apabila pada test pit bekas, maka :
1. Dinding lubang lama harus dikupas terlebih dahulu kurang lebih 20 cm ke
dalam dinding untuk mendapatkan dinding baru yang fresh
2. Pastikan dinding yang akan di-sampling adalah dinding yang masih fresh
3. Diskripsi terlebih dahulu sebelum pengambilan contoh (sample)
4. Prosedur pengambilan contoh sesuai aturan yang berlaku
5. Bila galian tertimbun dangkal dan tidak bisa dilakukan sampling, diusahakan
untuk mendapatkan handspecimen (HS) pada bibir lubang sisa dari material
galian
Selanjutnya dilakukan pengambilan contoh dengan cara channel sampling
(paritan) ialah mengambil contoh bauksit dari permukaan ke arah bawah dengan
ukuran 0.20 x 0.10 meter persegi, memanjang di dinding sumur uji yang
terpendek (0.80 meter) (lihat gambar 4).
Pernah dilakukan pengambilan contoh pada 2 sisi, tetapi hasilnya sama.
Karena itu dengan mempertimbangkan segi kepraktisan, kecepatan kerja serta

9
Eksplorasi Bauksit
Training Center
HARITA GROUP

biaya, maka sekarang pengambilan hanya dilakukan pada sisi 0.80 meter saja.
Pengambilan contoh dilakukan setiap pergantian lapisan yang biasanya dikenali
dari adanya perbedaan warna, sifat keuraian (looseability) dan kekerasannya.
Apabila bersifat homogen (sulit dikenali pergantian lapisannya), maka contoh
diambil setiap 2 meter.
Dengan catatan setiap kelebihan ketebalan bauksit dari interval 2,00 m, maka
harus dilihat berapa kelebihannya. Apabila kelebihan ketebalan kurang dari 0,50
m, maka kelebihan ketebalan tersebut diambil contohnya digabung dengan
lapisan atasnya secara komposit. Tetapi apabila kelebihan ketebalannya lebih
dari 0,50 m atau sama dengan 0,50 m, maka kelebihan ketebalan ini diambil
contoh tersendiri sebagai 1 contoh. Jadi konkresi bauksit dengan ketebalan 2,45
m hanya diambil 1 contoh, dan lapisan bauksit dengan ketebalan 2,50 4,00 m
diambil 2 contoh, dan seterusnya.
Contoh kemudian dimasukkan ke dalam tong yang berukuran panjang 20 cm,
lebar 20 cm, tinggi 36 cm. Setiap sumur uji rata-rata diambil 3 contoh. Tong ini
kemudian dimasukkan ke dalam karung contoh/plastik yang telah diberi nomor
urut sesuai dengan nomor sumur uji serta catatan mengenai kedalaman lapisan
di mana contoh tersebut diambil.

Gambar 3
Pola Pembuatan Titik-titik Sumur Uji

10
Eksplorasi Bauksit
Training Center
HARITA GROUP

Gambar 4
Sumur Uji dan Cara Pengambilan Contoh

Berat contoh yang didapat untuk setiap sumur uji rata-rata 64 kg,
pengambilan beberapa contoh dari satu sumur uji dimaksudkan agar diketahui
lebih detail kadar tiap lapisannya.
Untuk menentukan faktor konkresi, contoh asli dari lapangan tersebut
ditimbang (W1), kemudian contoh tersebut dicuci dengan saringan kawat yang
berukuran lubang 0.2 x 1.0 cm persegi, sehingga butiran bijih yang berukuran
lebih kecil dari 0.2 cm, yang biasanya terdiri dari lempung dan butiran silica akan
lolos lewat lubang saringan tersebut. Bila ada bijih yang berukuran lebih besar
sehingga tidak lolos, maka bijih tersebut dihancurkan agar dapat lolos
semuanya. Setelah itu contoh tersebut didiamkan selama 24 jam dengan
maksud agar contoh tersebut tidak mengandung air dan ditimbang (W2).
Faktor konkresi dihitung dari :
Faktor Konkresi = W2/W1 x 100%
Contoh kemudian dibagi menjadi 2 bagian dengan cara conning &
quartering, setengah bagian disimpan sebagai arsip di Bagian Eksplorasi dan
setengah bagian lagi di Preparasi.
Analisa kadar dilakukan di laboratorium, sebelum contoh dianalisa kimia, lebih
dahulu dilakukan preparasi contoh untuk mempersiapkan agar siap dianalisa.
Pekerjaan preparasi contoh dilakukan di laboratorium. Contoh di preparasi
sampai mesh 200.
Adapun unsur-unsur yang dianalisa dalam bentuk oksida-oksida yang
meliputi: SiO2 total, Fe2O3, TiO2, dan Al2O3. Perlu diketahui bahwa kandungan
silika (SiO2 total) dalam bauksit terdapat 2 (dua) bentuk silika, sebagai berikut :
Silika sebagai Gugus Anion SiO2
Silika sebagai gugus anion SiO 2 yang terikat membentuk mineral kaolinite
(Al2O3 . 2SiO2 . 2H2O). Silika ini dikenal dengan sebutan Reactive Silica. Sifat
kimiawi dari silika ini sangat mudah larut dalam konsentrasi rendah soda api
pada temperatur rendah. Tiap 1 % berat reactive silica akan menyebabkan

11
Eksplorasi Bauksit
Training Center
HARITA GROUP

berkurangnya soda api kira-kira sebanyak 0,8 % berat, dan Al 2O3 akan
berkurang kira-kira 1 % berat.

Silika sebagai Mineral Quartz


Sifat kimiawi dari silika ini akan terlarut dalam konsentrasi soda api hanya
pada temperatur tinggi. Sehingga apabila proses pengambilan Al 2O3 dilakukan
pada temperatur rendah, maka mineral quartz ini tidak menjadi masalah.

Sehingga apabila hasil analisa didapat kandungan SiO 2 total cukup tinggi, di
mana silika reaktif-nya rendah dan mineral quartz-nya tinggi, hal ini
dimungkinkan karena komposisi kimia batuan asal pembentuk konkresi bauksit
bersifat asam dengan dicirikan melimpahnya kandungan mineral quartz. Kondisi
ini menyebabkan butiran mineral quartz yang tidak bisa dihilangkan dengan
metoda pencucian, akan ikut tergerus pada saat preparasi contoh menjadi
ukuran mesh 200.

2. Perhitungan Cadangan
a. Metode Perhitungan Cadangan
Dalam perhitungan cadangan bijih bauksit digunakan cara yang paling
sederhana dengan mempertimbangkan kondisi mineralisasi bauksitnya yang rata-
rata menerus dengan ketebalan yang hampir sama ke segala arah, yaitu dengan
metode Daerah Pengaruh (Area of Influence).
Pada metode ini tahap pertama yang harus ditentukan adalah luas daerah
pengaruh dari suatu sumur uji terhadap sumur uji yang berada di sekitarnya. Luas
dari daerah pengaruh suatu sumur uji adalah daerah yang dibentuk oleh garis yang
tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan sumur uji tersebut dengan sumur
uji yang berada paling dekat dengannya.
Berhubung jarak antara sumur uji satu dengan yang lainnya yang terdekat
adalah dibuat beraturan sepanjang 25 meter yang mana antara sumur uji akan
membentuk pola bujur sangkar, maka daerah pengaruh dari suatu sumur uji adalah
berbentuk bujur sangkar juga dengan panjang sisinya 25 meter. Untuk daerah yang
tidak memungkinkan untuk dibuat sumur uji dengan jarak antara 25 meter, daerah
pengaruh sumur ujinya, bentuknya tidak beraturan. Luas dari daerah pengaruh yang
tidak beraturan bentuknya dapat ditentukan dengan menggunakan planimeter.
Dalam menentukan besarnya cadangan bauksit, variabel yang diperlukan adalah
luas, ketebalan konkresi bauksit dan faktor konkresinya serta berat jenis (BJ)
bauksit. Sebagai contoh bauksit yang ada di P. Kijang (Antam) menurut data yang
diperoleh dari Biro I Produksi dan Eksplorasi = 1.6. Luas didapatkan dari luas daerah
pengaruh suatu sumur uji, ketebalan konkresi didapatkan dengan mengukur
ketebalan konkresi bauksit di dinding sumur uji.
Berat bauksit kotor dapat dihitung sebagai berikut :

Wk = A x t x 1.6 ton

12
Eksplorasi Bauksit
Training Center
HARITA GROUP

Di mana : A = luas daerah pengaruh sumur uji


t = ketebalan lapisan konkresi bauksit

Untuk mendapatkan berat bauksit bersih, maka harus diketahui besarnya faktor
konkresi untuk masing-masing sumur uji yang telah ditentukan sebelumnya.
Jadi, berat bijih bauksit bersih dapat dihitung sebagai berikut :

Wk = A x t x 1.6 x f.k.

Di mana : f.k. = faktor konkresi

Perhitungan cadangan dilakukan untuk tiap daerah/wilayah penambangan.


Dalam setiap perhitungan cadangan ditentukan juga kadar rata-rata dari SiO 2, Fe2O3,
TiO2 dan Al2O3.
Kadar rata-rata dapat ditentukan sebagai berikut :

Kadar rata-rata = Jumlah (ton bauksit x kadar)


Jumlah ton bauksit

Besarnya cadangan dihitung untuk setiap kelompok daerah, kemudian hasil dari
masing-masing daerah tersebut dijumlahkan untuk mendapatkan total cadangan
keseluruhan.

b. Klasifikasi Cadangan
Untuk menghitung cadangan bahan galian bauksit yang terdapat pada daerah
penyelidikan, didasarkan pada 2 macam paramater klasifikasi cadangan, yaitu :
1) Grid Test Pit
Berdasarkan pengalaman eksplorasi dengan metode penggalian test pit yang
dilakukan selama ini, penghitungan cadangan bauksit didasarkan pada
parameter grid test pit. Dalam hal ini klasifikasi cadangan dapat dibagi menjadi
3 klasifikasi sebagai berikut :
(1) Inferred Deposit (Cadangan Terkira)
Klasifikasi cadangan ini dihitung bilamana penggalian lubang test pit
dilakukan dengan grid 400 x 400 m s.d. > 400 x 400 m
(2) Indicated Deposit (Cadangan Terindikasi)
Klasifikasi cadangan ini dihitung bilamana penggalian lubang test pit
dilakukan dengan grid 100 x 100 m s.d. grid 200 x 200 m
(3) Measured Deposit (Cadangan Terukur)
Klasifikasi cadangan ini dihitung bilamana penggalian lubang test pit
dilakukan dengan grid 25 x 25 m s.d. grid 50 x 50 m

2) Kualitas Bauksit

13
Eksplorasi Bauksit
Training Center
HARITA GROUP

Selama ini setiap perusahaan asing yang mengimpor bijih bauksit/pihak


pembeli, mempunyai standar kadar untuk setiap unsur yang terkandung dalam bijih,
berbeda besarnya. Oleh karena itu, cadangan bijih yang saat ini diklasifikasikan
disesuaikan dengan pembeli, seperti :

Jepang
Hydro
Mixing

Contoh basis kontrak :

UEA (BAHRAIN) TIPE CINA


No. Unsur Min % Mak %
1. Al2O3 50,00 54,00 48,12
2. SiO2 5,00 7,00 6,54
3. Fe2O3 11,00 14,00 18,24
4. TiO2 0,90 1,20 0,37
5. H2O 9,00 12,00
6. L.O.I. 27,00 29,00
7. CaO - 0,01
8. MgO - 0,10
9. F.M. - -

Catatan : L.O.I Loss on Ignition


F.M. Free Moistrure

Dasar dari pengklasifikasian cadangan cara ini adalah besar kadar Al 2O3 dan
SiO2 karena adanya permintaan kadar minimum dan maksimum dari suatu unsur
tertentu dalam bijih oleh pihak pembeli. Pengklasifikasian cadangan ini selain untuk
mengetahui kualitas cadangan secara lebih detail, juga dimaksudkan memudahkan
dalam proses perencanaan penambangan karena sudah diketahui daerah mana yang
mempunyai kandungan unsur tertentu dengan kadar tinggi dan sebaliknya yang
kadarnya rendah.
Selain pengklasifikasian cadangan menurut permintaan pihak pembeli,
cadangan dikelompokkan juga menurut besarnya kadar SiO 2. SiO2 menyulitkan
pengolahan bijih selanjutnya meskipun kadar Al2O3-nya cukup tinggi. Oleh karena
itu, dipandang penting untuk membuat pengelompokkan cadangan menurut kadar
SiO2-nya.
Berikut ini kadar minimum dan maksimum unsur-unsur :

No. Kelas SiO2 Fe2O3 TiO2 Al2O3 SiO2 Fe2O3 TiO2 Al2O3
1. Jepang - - - 50,00 7,90 - 1,20 -
2. Hydro 7,90 - - 48,00 13,00 - 1,20 50,00
3. Mixing <7,90 - - >49,00 7,9-13,00 - 1,20 -

14
Eksplorasi Bauksit
Training Center
HARITA GROUP

c. Hasil Perhitungan Cadangan


Dalam perhitungan cadangan, cara daerah pengaruh seperti tersebut di atas,
dapat dihitung cadangan bijih bauksit yang layak ditambang (mineable).

d. Macam Pengambilan Contoh


Pengambilan contoh bijih bauksit dimaksudkan untuk berbagai keperluan dan
dilakukan di beberapa tempat pengambilan. Ditinjau dari segi keperluannya,
pengambilan sample bauksit dapat dibagi menjadi :
Untuk keperluan kegiatan eksplorasi dan re-eksplorasi
Untuk mengetahui kadar masing-masing unsur (Al2O3, Fe2O3, TiO2, SiO2)
sebelum dimasukkan ke dalam bunker (stock pile)
Untuk mengontrol kadar bauksit setiap saat yang sudah dimuat di kapal dan
untuk mengetahui kadar bauksit keseluruhan yang termuat dalam kapal
Pengambilan contoh bauksit kadar rendah (low grade) dan untuk
percobaan/penelitian

Pada keempat hal di atas, kegiatan pengamblan contoh memegang peranan


penting, terutama yang berkaitan dengan penentuan kadar bijih untuk ekspor.

BAB 3
STUDI KASUS

15
Eksplorasi Bauksit
Training Center
HARITA GROUP

Sebagai gambaran agar lebih dapat memahami bauksit, di bawah ini diberikan contoh
daerah penyebaran bauksit di Kabupaten Ketapang Kalimantan Barat.

1. Geomorfologi
Secara morfologi daerah penyebaran bauksit Kabupaten Ketapang terdiri dari perbukitan
bergelombang lemah-sedang dan perbukitan tinggi.

a. Perbukitan Bergelombang Lemah-Sedang


Satuan morfologi ini ditempati oleh bukit-bukit dengan kemiringan lereng 5 - 10
derajat dengan ketinggian bukit bervariasi antara 30 - 100 m di atas permukaan
laut. Perbukitan ini dikelilingi oleh rawa-rawa pada kaki bukitnya, di mana rawa-
rawa tersebut apabila mengering ditanami jenis tanaman musiman seperti ketela
pohon.

b. Perbukitan Tinggi
Satuan morfologi ini mempunyai ketinggian mencapai 300 m di atas permukaan
laut. Kelerengan satuan morfologi ini lebih dari 10 derajat. Pada umumnya disusun
oleh batuan instrusi yang relatif masih segar.

2. Stratigrafi Regional
a. Stratigrafi Regional Daerah Sandai
1) Jkke (Kompleks Ketapang)
Terdiri dari batulanau, batupasir halus sampai kasar (setempat lanauan), arenit,
serpih, batusabak, tufaan

2) Kuk (Gunungapi Kerabai)


Terdiri dari lava andesit, dasit, basal dan breksi lava

3) Kus (Granit Sukadana)


Terdiri dari monzonit kuarsa, monzogranit, syenogranit dan granit alkali-
feldspar; satuan batuan Basal Bunga terdiri dari dasit, tufa dan lava kemudian
secara tidak selaras di atasnya diendapkan satuan alluvium.

b. Stratigrafi Regional Daerah Air Upas


1) Kus (Granit Sukadana)
Formasi ini mayoritas berupa batuan granit yang berwarna abu-abu kemerahan
dengan ukuran kristal kasar yang terdiri dari kuarsa, orthoklas, plagioklas,
hornblende, biotit dan sedikit batuan diorit, diorit porfiri yang berwarna abu-
abu kehitaman. Formasi ini tersebar di sebelah utara bagian blok dari barat ke
timur, kemudian di bagian tengah blok dan selatan.

2) Kuk (Gunungapi Kerabai)

16
Eksplorasi Bauksit
Training Center
HARITA GROUP

Formasi ini berupa perselingan vulkanik tuff, batunapal, batupasir tufaan,


batupasir kuarsa, metasedimen. Litologi ini tersebar di sebelah utara di antara
formasi Kus kemudian di sebelah selatan dari arah barat laut dan tersingkap
luas ke tenggara.

Secara umum di seluruh daerah penyebaran bauksit Kabupaten Ketapang pada


bukit-bukit tinggi merupakan intrusi granit dari formasi Kus yang masih segar
dan banyak boulder granit di daerah yang relatif datar. Sedangkan formasi Kuk
rata-rata perbukitan sedang dan daerah yang datar.

c. Stratigrafi Regional Daerah Simpang Dua (Kp. Eksploitasi)


1) Kls (Tonalit Sepauk)
Terdiri dari Granodiorit dan Tonalit-hornblenda, diorite kuarsa, sedikit diorite
dan monzogranit

2) Kll (Granit Laur)


Terdiri dari monzogranit biotit-homblenda, sedikit syenogranit biotit dan
granodiorit hornblende-biotit

3) Kuk (Gunungapi Kerabai)


Terdiri dari lava andesit, dasit, basal dan breksi lava; kemudian secara tidak
selaras di atasnya diendapkan satuan alluvium

d. Stratigrafi Regional Daerah Balai Berkuak (Kp. Eksplorasi)


Dari hasil pengamatan lapangan, litologi daerah Simpang Dua tersusun oleh batuan
andesit, granit, basalt dan alluvial. Umumnya satuan batuan tersebut tersingkap
baik di daerah penelitian terutama di sepanjang sungai.
1) Batuan Andesit
Umumnya berwarna hitam keabu-abuan, tekstur hipokristalin dengan masa
dasar afanitik atau masa gelas, ukuran butir granular-inequigranular, kadang
mineral oksida besi hadir sebagai mineral tambahan komposisi mineral kuarsa,
sebagian kecil biotit. Penyebaran satuan batuan ini umumnya ke arah barat.
Penyebarannya meliputi Simpang Dua, Banjur di utara sungai Engkolok daerah
Sungai Dua. Satuan ini diduga berumur kapur Awal sebagai Satuan Granit Laur
(KII).

2) Granit
Yang termasuk batuan beku asam dengan kandungan silikanya banyak,
umumnya warna batuan abu-abu cerah, tekstur porfiri, ikuran fanerik kasar
dengan komposisi mineralnya alkali-feldspar, pada satuan ini jarang dijumpai
kuarsa. Penyebarannya meliputi daerah Tontang ke arah Balai Berkuak. Satuan
ini diduga berumur Kapur Akhir sebagai Satuan Granit Sukadana (Kus).

17
Eksplorasi Bauksit
Training Center
HARITA GROUP

3) Basalt
Dengan komposisi plagioklas basa, biasanya dijumpai mineral-mineral yang
mengisi lubang vesikuler, antara lain adalah kalsit. Warna abu-abu kehitaman,
tekstur porfiritik, ukuran butir equigranular komposisi mineral kuarsa, biotit,
plagioklas. Sebagian juga dijumpai batuan piroklastik dengan adanya lava
basalt, breksi dan batuan terobosan, penyebaran satuan ini setempat-setempat
di daerah Bukit Naung, Simpang Dua ke arah Gerai 3 km dari jalan provinsi.
Penyebaran satuan batuan ini umumnya setempat-setempat, sebagai satuan
Batuan Gunung Api Kerabai (Kuk).

4) Alluvial
Umumnya endapan yang dihasilkan biasanya hasil dari sungai (fluviatil),
umumnya batuan yang sering dijumpai adalah batu lempung, dengan warna
coklat terang, dengan ukuran butir lempung, pemilahan baik, batupasir dengan
warna putih kecoklatan ukuran butir kasar-sedang sebagian juga dijumpai
sisipan lanau dengan warna putih keabu-abuan, pemilahan baik penyebaran
umumnya dekat dengan sungai; daerah Banjur dengan kenampakan di
lapangan warna batuan putih dengan ukuran butir kasar-halus, pemilahan
sangat baik penamaan batuan napal, sepanjang sungai Engkolok ke utara,
sungai Semandang. Satuan ini merupakan Satuan Endapan Alluvium (Qa) yang
diendapkan secara tidak selaras di atas batuan yang lebih tua.

e. Stratigrafi Regional Daerah Kendawangan


Menurut peta geologi regional yang dibuat oleh D. Sudana, B. Djamal dan Sukido
tahun 1984 dan dikeluarkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
menjelaskan bahwa secara regional, batuan yang dijumpai di daerah eksplorasi
adalah :
Alluvium
Terdiri dari : lempung, kerikil dan kerakal, berumur resen, tidak selaras dengan
batuan di bawahnya dan menjari dengan endapan rawa.

Endapan Rawa
Terdiri dari : lempung, lumpur dan pasir halus mengandung organik, berumur
resen, menutupi secara tidak selaras batuan di bawahnya.

Batuan Gunung Api Kerabal


Terdiri dari : Tuf sela (lithic tuff), tuf hablur (vitric tuff) dan lava berselingan
batupasir, batulanau dan batulempung yang termalihkan. Berumur Kapur Awal-
Akhir, lingkungan pengendapan darat, tebal lebih dari 1.000 m.
Komplek Ketapang
Terdiri dari : Batupasir kuarsa, batulanau dan serpih, lingkungan pengendapan
darat-laut dangkal, berumur Kapur Akhir, tebal 300 m.

18
Eksplorasi Bauksit
Training Center
HARITA GROUP

Secara lokal daerah eksplorasi tertutup oleh tanah pelapukan yang tebal dan dari
hasil deskripsi test pit dan orientasi batuan di lapangan ditemukan :
Coluvial
Terdiri dari lanau lempungan, dan pasiran berwarna kuning kecoklatan lunak,
tebal 0 - 0.5 m sebagai lapisan penutup (overburden); bauksit (interest layer)
berwarna coklat-kekuningan-kemerahan, berukuran pebble-boulder, menyudut-
menyudut tanggung, mengadung oksida besi, mineral silika, sering dijumpai
nodul mineral besi, ketebalan lapisan bauksit berkisar antara 0,5 - 4 m (rata-
rata ketebalan mencapai 2,5 m); lempung, berwarna abu-abu kecoklatan,
lunak. Berumur resen. Didasari tes pit kadang dijumpai granodiorit, berwarna
abu-abu kecoklatan, masif, mengandung orthoklas, plagioklas, silika,
hornblende lunak, pasir halus-sedang.

Tufa (hablur dasitan)


Perselingan batupasir (kwarsa, gelas vulkanik) yang berumur kapur dan batuan
granodiorit berupa batholit yang mengandung xenolit basalt umur Akhir Kapur.

19
Eksplorasi Bauksit

Anda mungkin juga menyukai