Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu daerah penghasil tambang
batubara terbesar di dunia. Salah satu daerah berpotensi adalah Kalimantan
Tengah. Pertumbuhan tambang di Kalimantan Tengah sendiri semakin
pesat karena semakin banyak lahan tambang baru yang ditemukan.
Buntok adalah ibukota dari kabupaten Barito Selatan, Provinsi
Kalimantan Tengah. Daerah ini memiliki sumber daya mineral non logam
yang cukup berpotensi, salah satunya yaitu batubara
Namun pertumbuhan yang pesat tidak diseimbangi dengan
pengelolaan yang baik oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Kurangnya sosialisasi tentang pengelolaan tambang dengan baik,
menyebabkan banyak dampak buruk yang dihasilkan. Walaupun sekarang
tidak terlalu terasa, namun beberapa tahun lagi dampak pengelolaan
tambang yang salah bisa mengganggu stabilitas ekosistem.
Perlunya usaha-usaha yang dilakukan dari sekarang untuk
mengatasi pengelolaan tambang yang salah. Mulai dari sosialisasi sampai
tindakan nyata. Sehingga diharap keseimbangan alam akan terjaga.
Dari sumber daya mineral dan batubara yang diketahui di Buntok,
dan didapatnya endapan batubara, dilakukan tahap-tahap eksplorasi,
ekploitasi, dan produksi. Dalam memproduksinya di dalamnya ada
pengolahan bahan galian, yaitu tahap di mana mengolah bahan galian yang
mentah menjadi bahan galian yang memiliki kualitas tinggi. Untuk
mendapatkan hasil yang berkualitas berpengaruh dari proses pengolahan
bahan galiannya.
Bahan galian yang berkualitas tinggi berpotensi untuk direkayasa
dalam industri untuk menjadi suatu produk yang memiliki nilai ekonomis
yang berguna bagi kepentingan komersial. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan bahan galian yang memiliki kualitas tinggi dan mengetahui
apa saja rekayasa-rekayasa dari bahan galian batubara maka perlu di kaji

1
dan dipelajari perencanaan dan proses pengolahan bahan galian batubara
dan kegunaannya.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian tersebut di atas, tulisan ini secara khusus akan
membahas permasalahan :

1. Bagaimana rencana kerja pengolahan batubara untuk meningkatkan


kualitasnya beserta bagannya?

2. Bagaiamana rencana industri bahan galian batubara?

3. Apa saja pengaplikasian produk rekayasa batubara dibidang militer,


rumah tangga, industri elektronik & teknologi?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu untuk dapat
memahami proses-proses yang dilakukan untuk memperoleh bahan galian
batubara yang berkualitas tinggi, juga bagaimana merencanakan
pengrekayasaan bahan galian batubara supaya menjadi produk yang
memiliki nilai jual di berbagai bidang.

BAB II

2
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Batubara

Bahan Galian Batubara adalah bahan galian yang terbentuk dari sisa
tumbuhan yang terperangkap dalam sedimen dan dapat dipergunakan
sebagai bahan baker, Jenis sedimen ini terperangkap dan mengalami
perubahan material organik akibat timbunan (burial) dan diagenesa.
Batubara awalnya merupakan bahan organik yang terakumulasi dalam
rawa-rawa yang dinamakan peat. Pembentukan batubara memerlukan
kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada era-era tertentu sepanjang
sejarah geologi. Zaman karbon kira-kira 340 juta tahun yang lalu (Jtl)
adalah masa pembentukan Batubara yang paling produktif.

2.1.1 Materi Pembentuk Batubara

Hampir seluruh pembentuk batubara berasal dari tumbuhan. Jenis-


jenis tumbuhan pembentuk batubara dan umurnya menurut Diessel (1981)
adalah sebagai berikut:

Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel


tunggal. Hasil endapan batubara dari periode ini sangat sedikit.
Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan
dari alga. Sedikit endapan batubara dari periode ini.
Pteridofita, umur Devon Atas hingga KArbon Atas. Materi utama
pembentuk batubara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara.
Tumbuh-tumbuhan tanpa bunga dan biji, berkembang biak dengan
spora dan tumbuh di iklim hangat.
Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga
Kapur Tengah. Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah,
semisal pinus, mengandung kadar getah (resin) tinggi. Jenis
Pteridospermae seperti gangamopteris dan glossopteris adalah

3
penyusun utama batubara Permian seperti di Australia, India dan
Afrika.
Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan
modern, buah yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga,
kurang bergetah dibanding gimnospermae sehingga, secara umum,
kurang dapat terawetkan.

Potensi batubara di Indonesia masih memungkinkan untuk lebih


ditingkatkan lagi dengan memberikan prioritas yang lebih besar pada
pengembangan dan pemanfaatannya untuk meningkatkan peranan
batubara menjelang tinggal landas pada awal Pelita VI. Salah satu
dukungan yang disarankan adalah pemantapan perencanaan dan
pelaksanaan produksi secara terpadu, sehingga kapasitas produksi selalu
dapat memenuhi peningkatan permintaan batubara baik dari dalam negeri
maupun luar negeri.
Batubara terbentuk dengan cara yang sangat kompleks dan
memerlukan waktu yang lama (puluhan sampai ratusan juta tahun) di
bawah pengaruh fisika, kimia ataupun keadaan geologi. Untuk memahami
bagaimana batubara terbentuk dari tumbuh-tumbuhan perlu diketahui di
mana batubara terbentuk dan factor-faktor yang akan mempengaruhinya,
serta bentuk lapisan batubara.

Karakteristik Batubara

Ada banyak jenis batubara. Batubara dapat dibedakan berdasarkan


karakteristik fisik dan kimia yang menentukan kecocokan penggunaannya.
Batubara terutama terdiri dari karbon. Batubara juga menghasilkan
zat terbang/asiri (volatile matter) ketika dipanaskan pada suhu
dekomposisinya (penguraiannya). Selain itu, batubara mengandung kadar
air dan bahan mineral pembentuk abu. Karbon, hidrogen, nitrogen, sulfur
dan oksigen juga terdapat dalam batubara. Kombinasi dari unsur-unsur
tersebut serta pangsa dari zat terbangnya, air, dan abu sangat bervariasi
diantara berbagai jenis batubara.

4
Kandungan karbon tetap dan zat terbang yang dihasilkannya
menentukan nilai energi batubara dan sifat pengokasannya dan
menjadikannya mineral yang berharga di pasar dunia. Kandungan karbon
tetap umumnya mempengaruhi kandungan energi dari batubara. Semakin
tinggi kandungan karbon tetapnya, semakin tinggi kandungan energi
dalam batubara tersebut.

Zat Terbang (Volatile Matter) adalah bagian sampel batubara yang


kering udara (air dried) yang dikeluarkan dalam bentuk gas selama tes
pemanasan standar. Zat terbang merupakan unsur positif untuk
batubara termal tapi dapat menjadi sesuatu yang negatif untuk batubara
kokas.

Abu adalah ampas yang tersisa setelah pembakaran sempurna semua


bahan batubara organik dan dekomposisi bahan mineral yang terdapat
dalam batubara. Semakin tinggi kandungan abu, maka semakin rendah
kualitas batubara. Kandungan abu yang tinggi berarti nilai kalorinya
lebih rendah (kandungan energi per ton batubara) dan peningkatan
biaya transportasi.

Sebagian besar batubara yang diekspor dicuci terlebih untuk


mengurangi kandungan abu (beneficiation) dan memastikan kualitas yang
konsisten.

Kandungan (kadar) air menunjukan jumlah air yang ada dalam


batubara. Biaya transportasi meningkat dengan meningkatnya kadar
air. Kelebihan kadar air dapat dibuang setelah beneficiation pada
fasilitas preparasi, namun hal ini akan meningkatkan biaya
pengolahan.

Adanya kandungan sulfur meningkatkan biaya operasi dan


pemeliharaan bagi pengguna akhir (end-user). Jumlah sulfur yang

5
tinggi menyebabkan korosi dan emisi dari sulfur dioksida pada
produsen baja dan pembangkit tenaga listrik. Kadar sulfur yang rendah
pada batubara tidak memerlukan instalasi alat desulfurisasi untuk
memenuhi peraturan emisi yang ada.

Batubara di belahan bumi selatan umumnya memiliki kandungan


sulfur yang rendah dibandingkan dengan batubara di belahan bumi utara.
Dalam sistem peringkat, batubara berperingkat tinggi mempunyai
tingkat kelembapan dan penguapan lebih rendah. Batubara peringkat
tinggi juga cenderung memiliki kandungan karbon lebih tinggi dan
kandungan energi yang tetap.
Sifat batubara lainnya seperti grindability (ketergerusan), vitrinite
reflectance (pemantulan vitrinit) dan crucible swelling number (indeks
muai bebas) merupakan faktor penting ketika kita akan melakukan
penilaian kualitas batubara. Umumnya, batubara berperingkat tinggi
memiliki kualitas kokas yang tinggi. Batubara kokas tidak banyak tersedia
dibandingkan batubara termal, sehingga harganya lebih mahal.

Tempat Terbentuknya Batubara

Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar, terbentuk


dari sisa tumbuhan purba yang mengendap yang selanjutnya berubah
bentuk akibat proses fisika dan kimia yang berlangsung selama jutaan
tahun. Oleh karena itu, batubara termasuk dalam kategori bahan bakar
fosil. Adapun proses yang mengubah tumbuhan menjadi batubara tadi
disebut dengan pembatubaraan (coalification).Faktor tumbuhan purba
yang jenisnya berbeda-beda sesuai dengan jaman geologi dan lokasi
tempat tumbuh dan berkembangnya, ditambah dengan lokasi pengendapan
(sedimentasi) tumbuhan, pengaruh tekanan batuan dan panas bumi serta
perubahan geologi yang berlangsung kemudian, akan menyebabkan
terbentuknya batubara yang jenisnya bermacam-macam. Oleh karena itu,

6
karakteristik batubara berbeda-beda sesuai dengan lapangan batubara (coal
field) dan lapisannya (coal seam).

Gambar Proses Terbentuknya Batubara

Pembentukan batubara dimulai sejak periode pembentukan Karbon


(Carboniferous Period) --dikenal sebagai zaman batu bara pertama-- yang
berlangsung antara 360 juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Kualitas dari
setiap endapan batu bara ditentukan oleh suhu dan tekanan serta lama
waktu pembentukan, yang disebut sebagai 'maturitas organik'. Proses
awalnya, endapan tumbuhan berubah menjadi gambut (peat), yang
selanjutnya berubah menjadi batu bara muda (lignite) atau disebut pula
batu bara coklat (brown coal). Batubara muda adalah batu bara dengan
jenis maturitas organik rendah.
Setelah mendapat pengaruh suhu dan tekanan yang terus menerus
selama jutaan tahun, maka batu bara muda akan mengalami perubahan
yang secara bertahap menambah maturitas organiknya dan mengubah
batubara muda menjadi batu bara sub-bituminus (sub-bituminous).
Perubahan kimiawi dan fisika terus berlangsung hingga batu bara menjadi
lebih keras dan warnanya lebih hitam sehingga membentuk bituminus
(bituminous) atau antrasit (anthracite). Dalam kondisi yang tepat,
peningkatan maturitas organik yang semakin tinggi terus berlangsung
hingga membentuk antrasit.

7
Dalam proses pembatubaraan, maturitas organik sebenarnya
menggambarkan perubahan konsentrasi dari setiap unsur utama
pembentuk batubara. Berikut ini ditunjukkan contoh analisis dari masing
--masing unsur yang terdapat dalam setiap tahapan pembatubaraan.

Contoh Analisis Batubara (daf based)


Dalam pembentukan batubara, semakin tinggi tingkat
pembatubaraan,maka kadar karbon akan meningkat, sedangkan hidrogen
dan oksigen akan berkurang. Karena tingkat pembatubaraan secara umum
dapat diasosiasikan dengan mutu atau kualitas batubara, maka batubara
dengan tingkat pembatubaraan rendah disebut pula batubara bermutu
rendah-- seperti lignite dan sub-bituminus biasanya lebih lembut dengan
materi yang rapuh dan berwarna suram seperti tanah, memiliki tingkat
kelembaban (moisture) yang tinggi dan kadar karbon yang rendah,
sehingga kandungan energinya juga rendah. Semakin tinggi mutu
batubara, umumnya akan semakin keras dan kompak, serta warnanya akan
semakin hitam mengkilat. Selain itu, kelembabannya pun akan berkurang
sedangkan kadar karbonnya akan meningkat, sehingga kandungan
energinya juga semakin besar.

2.1.2. Pemanfaatan Batubara

Kebutuhan batubara sebagai sumber energi global, setiap tahun


senantiasa meningkat. Jika tahun 1997, kebutuhan batubara dunia

8
mencapai 2,29 miliar ton, tahun 2002 lalu meningkat menjadi 2,96 miliar
ton. Berdasarakan kajian The Institut of Energy Economics Japan,
kebutuhan batubara dunia tahun 2020 diprediksikan sekitar 6,9 miliar ton.

Dari kebutuhan batubara dunia yang terus meningkat ini, ternyata


kemampuan Indonesia memanfaatkan peluang yang ada masih relatif
kecil. Republik Rakyat Cina (RRC), justru mampu memanfaatkan peluang
yang tersedia dengan kemampuan produksi lebih dari 1,2 miliar ton,
disusul Amerika Serikat, India, Australia, Afrika Selatan, dan Rusia,
sedangkan Indonesia berada di urutan ke delapan sebagai negara pemasok
kebutuhan batubara dunia. Padahal, cadangan batubara Indonesia sangat
melimpah dan tersebar di sejumlah wilayah. Berdasarkan kajian tahun
2001, cadangan batubara yang terukur dan terindikasi di seluruh Idnonesia
sekitar 44,2 miliar ton. Pengkajian yang lebih saksama tahun 2002 ternyata
cadangan batubara Indonesia yang terukur dan terindikasi sekitar 52 miliar
ton. Adapun batubara yang bisa diproduksi pada tahun yang sama, cuma
sebagian kecilnya saja, hanya 103 miliar ton.

Alih-alih memanfaatkan potensi yang ada, kegiatan pertambangan


batubara di Indonesia justru tak lepas dari polemik yang tak berkesudahan.
Ini antara lain disebabkan ulah sebagian perusahaan pertambangan yang
dituding tidak memperhatikan kelestarian lingkungan, mulai dari
penebangan hutan untuk kegiatan pertambangan, limbah kegiatan
pertambangan yang mencemari lingkungan hingga areal bekas
penambangan yang dibiarkan menganga sehingga membahayakan
masyarakat sekitar.

Kondisi ini masih ditambah lagi dengan sengketa lahan


pertambangan dengan masyarakat sekitar, serta kontribusi bagi masyarakat
sekitar yang dirasakan masih kurang. Begitupun hubungan dan
keterlibatan pemerintah daerah dalam kegiatan pertambangan masih
kurang.

9
2.2. Proses Pengolahan Batubara

Beberapa proses yang akan diterapkan dalam pengolahan batubara:

1. Pencucian Batubara (Coal Washing Plant)

2. Melakukan reduksi ukuran (size reduction) melalui


penggerusan (crushing)

3. Melakukan pemisahan (clasfication) melalui pengayakan


(screening)

4. Melakukan penimbunan/penumpukan batubara


berkualitas (stockpiling)

10
Bagan Pengolahan Bahan Galian Batubara.

2.2.1. Coal Washing Plant

Pencucian ialah usaha yang dilkakukan untuk


memperbaiki kualitas batubara, agar batubara tersebut
memenuhi syarat penggunaan tertentu. Termasuk
didalamnya pembersihan untuk mengurangi impurities
anorganik.

Karakteristik batubara dan impurities yang utama


ditinjau dari segi pencucian secara mekanis ialah komposisi

11
ukuran yang disebut size consist, perbedaan berat jenis
dari material yang dipisahkan, kimia permukaan, friability
relatif dari batubara dan impuritiesnya serta kekuatan dan
kekerasan.

Ada beberapa cara. Contoh sulfur, sulfur adalah zat


kimia kekuningan yang ada sedikit di batubara, pada
beberapa batubara yang ditemukan di Ohio, Pennsylvania,
West Virginia dan eastern states lainnya, sulfur terdiri dari
3 sampai 10 % dari berat batu bara, beberapa batu bara
yang ditemukan di Wyoming, Montana dan negara-negara
bagian sebelah barat lainnya sulfur hanya sekitar 1/100ths
(lebih kecil dari 1%) dari berat batubara.

Penting bahwa sebagian besar sulfur ini dibuang


sebelum mencapai cerobong asap. Satu cara untuk
membersihkan batubara adalah dengan cara mudah
memecah batubara ke bongkahan yang lebih kecil dan
mencucinya. Beberapa sulfur yang ada sebagai bintik kecil
di batu bara disebut sebagai "pyritic sulfur " karena ini
dikombinasikan dengan besi menjadi bentuk iron pyrite,
selain itu dikenal sebagai "fool's gold dapat dipisahkan
dari batubara. Secara khusus pada proses satu kali,
bongkahan batubara dimasukkan ke dalam tangki besar
yang terisi air , batubara mengambang ke permukaan
ketika kotoran sulfur tenggelam. Fasilitas pencucian ini
dinamakan "coal preparation plants" yang membersihkan
batubara dari pengotor- pengotornya.

Tidak semua sulfur bisa dibersihkan dengan cara ini,


bagaimanapun sulfur pada batubara adalah secara kimia

12
benar-benar terikat dengan molekul karbonnya, tipe sulfur
ini disebut "organic sulfur," dan pencucian tak akan
menghilangkannya. Beberapa proses telah dicoba untuk
mencampur batubara dengan bahan kimia yang
membebaskan sulfur pergi dari molekul batubara, tetapi
kebanyakan proses ini sudah terbukti terlalu mahal, ilmuan
masih bekerja untuk mengurangi biaya dari proses
pencucian kimia ini.

2.2.2. Tahap Kominusi

Tahap kominusi terdiri dari operasi peremukan dan penggerusan.


Tujuan proses peremukan dan penggerusan adalah untuk membebaskan
atau meliberasi mineral-mineral batubara dari ikatan mineral-mineral
pengotornya.
Target ukuran dari tahap kominusi adalah ukuran partikelyang
dapat menghasilkan tingkat recovery batubarayang maksimal saat proses
konsentrasi flotasi.
Tahap konsentrasi batubara dengan metode flotasi dapat
meningkatkan kadar tembaga di konsentrat menjadi sekitar 30 %.
Gasifikasi Secara sederhana, gasifikasia dalah proses
konversimateriorganik (batubara, biomass atau natural gas) biasanya padat
menjadi CO dan H2 dengan bantuan uap air dan oksigen padat ekanan
atmosphere atau tinggi. Proses Fisher Tropsch Fisher Tropsch adalah
sintesis CO/H2 menjadi produk hidrokarbon atau disebut senyawa
hidrokarbon sintetik / sintetik oil. Sintetik oil banyak digunakan sebagai
bahan bakar mesin industri/ transportasi atau kebutuhan produk .
Hidrogenasi adalah proses reaksi batubara dengan gas hydrogen
bertekanan tinggi. Reaks ini mengasilakan senyawa hidrokarbon sesuai
yang diinginkan, dengan spesifikasi mendekati minyak mentah.

13
2.2.3. Pemisahan berdasarkan berat jenis (Clasification)

Proses pengolahan/ pemisahan batubara halus dilakukan dengan


bantuan siklon media berat (heavy medium cyclone) atau jig dengan
memanfaatkan perbedaan berat jenis.
Jig melakukan proses pemisahan berat jenis secara kontinu dengan
bantuan denyutan air. Untuk memisahkan lapisan partikel berberat jenis
tinggi dan rendah, bagus tidaknya struktur alat pemisahan yang dimiliki
akan langsung berpengaruh terhadap kualitas batubara bersih yang
dihasilkan. Untuk mendeteksi ketinggian lapisan batu (bed), dilakukan
dengan bantuan float atau tekanan air di ruang pemisahan jig. Penelitian
tentang penggunaan isotop radio dan sebagainya untuk keperluan sejenis
telah dilakukan, akan tetapi masih ditemui hambatan di sana-sini. Yang
banyak dipakai adalah float, namun secara struktur dapat menjadi terlalu
besar tergantung kepada ukuran partikel yang diproses, sehingga posisi
kesetimbangannya mudah bergeser. Untuk menghindari adanya ketidak
stabilan ini, telah dibuat berbagai macam bentuk float dengan
mempertimbangkan bentuk (kondisi) batubara mentah. Bila bentuk
batubara berubah, misalnya menjadi bentuk serbuk, maka posisi
stabil/kesetimbangan dari float akan ikut berubah, sehingga walaupun
terbentuk pelapisan yang normal berdasarkan berat jenis, adakalanya
float terdorong ke atas. Dengan semakin berkembangnya teknologi
komputer dan juga kemudahan dalam melakukan berbagai macam analisis
yang populer, maka pendeteksian terhadap kondisi abnormal juga semakin
mudah. Jala-jala pada jig juga bukan hanya sekedar jaring (net) berlubang,
akan tetapi bentuk lubangnya dibuat sedemikian rupa dengan bagian
bawah melebar, sehingga dapat terjadi proses pemisahan yang mulus

14
(smooth). Selain itu, bermacam-macam cara digunakan untuk mendukung
proses pemisahan, misalnya saja dengan membuat lubang jala-jala secara
miring, sehingga batu dapat bergerak lebih mudah. Di Jepang, biasanya
setelah jig dioperasikan secara penuh selama seminggu, maka batuan yang
menumpuk di atas jala-jala diambil, logam yang terkumpul juga diambil,
dan lubang yang tersumbat dibersihkan. Dengan cara itu, performa proses
pemisahan jig dapat dipertahankan.
Pada siklon media berat, serbuk halus magnetit dicampur air menjadi
cairan suspensi media berat yang digunakan dan di-resirkulasi dalam
proses pemisahan. Karena siklon menggunakan gaya sentrifugal untuk
melakukan pemisahan, dan bila seandainya ukuran partikel magnetit
terlalu besar, maka perbedaan berat jenis di dalam siklon akan terlalu besar
sehingga proses pemisahan menjadi tidak stabil. Secara ekstrim,
pengeluaran produk yang berberat jenis tinggi (berat) akan tersendat-
sendat. Kualitas produk batubara bersih, ditentukan pula oleh sistem
peralatan pengambil serbuk halus magnetit yang melekat pada produk.

2.2.4. Screening/ Sieving

Pengayakan (sieving) merupakan salah satu metode pemisahan


sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Pengecilan ukuran dimaksudkan
untuk memperluas permukaan bahan sehingga kontak antara bahan dan
pelarut bisa berlangsung optimum. Pengayakan biasanya dilakukan
terhadap material yang telah mengalami proses penghancuran (grinding).
Partikel yang lolos melalui ukuran saringan tertentu disebut sebagai
undersize dan partikel yang tertahan diatas saringan disebut oversize.
Bahan yang lolos melewati sederet ayakan dengan bermacam-macam
ukuran akan terpisahkan menjadi beberapa fraksi berukuran (size fraction)
yaitu fraksi-fraksi yang ukuran maksimum dan minimumnya diketahui.

15
2.3. Rencana Industri Bahan Galian Batubara

2.3.1. Industri PLTU

Batubara dapat dimanfaatkan untuk pembangunan dan


pengembangan industri seperti ; Industri Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU), Industri Semen, Industri Textile, Industri Logam, Industri Rumah
Tangga , dsb.

Batubara yang diproses secara gasifikasi akan dapat dimanfaatkan


untuk industri Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)

Pembangkit Listrik Tenaga Uap batubara adalah salah satu jenis


instalasi pembangkit tenaga listrik dimana tenaga listrik didapat dari
mesin turbin yang diputar oleh uap yang dihasilkan melalui
pembakaran batubara.

Pembagian beban pada PLTU Batubara dilakukan setiap hari, karena


fungsi dari PLTU Batubara adalah sebagai pemikul beban dasar. Dalam
proses pembangkitannya, PLTU Batubara memerlukan biaya yang tidak
sedikit.

Komponen komponen utama dalam PLTU adalah ketel uap, turbin


uap,kondenser dan generator sinkron. Siklus rankine digunakan untuk
PLTU secara teoritis. PLTU biasanya digunakan untuk menangani beban
dasar, karena waktu penyalaan yang lama sekitar 6 8 jam. Dalam
pembangkitan, biaya operasi terbesar adalah biaya konsumsi bahan
bakar. Harga bahan bakar minyak yang mahal mengakibatkan biaya
produksi energi listrik juga mahal. Konsumsi spesifik bahan bakar sering
digunakan untuk mendapatkan gambaran mengenai efisiensi unit

16
pembangkit. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui konsumsi
spesifik bahan bakar. Pada tugas akhit ini, pemodelan sistem menggunakan
metode least square untuk analisa.Salah satu usaha yang dilakukan adalah
dengan pergantian bahan bakar utama pembangkit. Hasil analisis
menunjukkan bahwa pengaruh penambahan daya yang dibangkitkan
(beban) mengakibatkan kenaikan laju aliran massa, penurunan konsumsi
spesifik bahan bakar, penurunan tara kalor, dan kenaikan efisiensi termal.
Laju aliran massa HSD adalah yang terkecil, sedangkan batubara adalah
yang terbesar. Selain itu, penambahan daya yang dibangkitkan
menyebabkan besarnya biaya penghematan semakin besar.

Ketika kapasitas PLTU sudah mencapai 400 MW maka bahan


bakarnya sudah tidak menggunakan minyak bumi lagi melainkan batu
bara. Batu bara yang dipakai secara garis besar dibagi menjadi dua bagian
yaitu batu bara berkualitas tinggi dan batu bara berkualitas rendah. Bila
batu bara yang dipakai kualitasnya baik maka akan sedikit sekali
menghasilkan unsur berbahaya, sehingga tidak begitu mencemari
lingkungan. Sedang bila batu bara yang dipakai mutunya rendah maka
akan banyak menghasilkan unsur berbahaya seperti Sulfur, Nitrogen dan
Sodium. Apalagi bila pembakarannya tidak sempurna maka akan
dihasilkan pula unsur beracun seperti CO, akibatnya daya guna menjadi
rendah.

Banyaknya pemakaian batu bara tentunya akan menentukan


besarnya biaya pembangunan PLTU. Harga batu bara itu sendiri ditentukan
oleh nilai panasnya (Kcal/Kg), artinya bila nilai panas tetap maka harga
akan turun 1 persen pertahun. Sedang nilai panas ditentukan oleh
kandungan zat SOx yaitu suatu zat yang beracun, jadi pada pembangkit
harus dilengkapi alat penghisap SOx. Hal inilah yang menyebabkan biaya
PLTU Batu bara lebih tinggi sampai 20 persen dari pada PLTU minyak
bumi. Bila batu bara yang digunakan rendah kandungan SOx-nya maka

17
pembangkit tidak perlu dilengkapi oleh alat penghisap SOx dengan
demikian harga PLTU batu bara bisa lebih murah.

a. Sistem Kerja PLTU Batu bara

1. Sistem pembakaran batu bara bersih

Adapun prinsip kerja PLTU itu adalah batu bara yang akan
digunakan/dipakai dibakar di dalam boiler secara bertingkat. Hal ini
dimaksudkan untuk memperoleh laju pembakaran yang rendah dan
tanpa mengurangi suhu yang diperlukan sehingga diperoleh
pembentukan NOx yang rendah. Batu bara sebelum dibakar digiling
hingga menyerupai butir-butir beras, kemudian dimasukkan ke
wadah (boiler) dengan cara disemprot, di mana dasar wadah itu
berbentuk rangka panggangan yang berlubang. Pembakaran bisa
terjadi dengan bantuan udara dari dasar yang ditiupkan ke atas dan
kecepatan tiup udara diatur sedemikian rupa, akibatnya butir bata
bara agak terangkat sedikit tanpa terbawa sehingga terbentuklah
lapisan butir-butir batu bara yang mengambang. Selain mengambang
butir batu bara itu juga bergerak berarti hal ini menandakan
terjadinya sirkulasi udara yang akan memberikan efek yang baik
sehingga butir itu habis terbakar. Karena butir batu bara relatif
mempunyai ukuran yang sama dan dengan jarak yang berdekatan
akibatnya lapisan mengambang itu menjadi penghantar panas yang
baik. Karena proses pembakaran suhunya rendah sehingga NOx
yang dihasilkan kadarnya menjadi rendah, dengan demikian sistim
pembakaran ini bisa mengurangi polutan. Bila ke dalam tungku
boiler dimasukkan kapur (Ca) dan dari dasar tungku yang bersuhu
750 - 950 C dimasukkan udara akibatnya terbentuk lapisan
mengambang yang membakar. Pada lapisan itu terjadi reaksi kimia
yang menyebabkan sulfur terikat dengan kapur sehingga dihasilkan
CaSO4 yang berupa debu sehingga mudah jatuh bersama abu sisa

18
pembakaran. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya pengurangan
emisi sampai 98 persen dan abu CaSO4-nya bisa dimanfaatkan.
Keuntungan sistim pembakaran ini adalah bisa menggunakan batu
bara bermutu rendah dengan kadar belerang yang tinggi.

2. Proses terjadinya energi listrik

Pembakaran batu bara ini akan menghasilkan uap dan gas


buang yang panas. Gas buang itu berfungsi juga untuk memanaskan
pipa boiler yang berada di atas lapisan mengambang. Gas buang
selanjutnya dialiri ke pembersih yang di dalamnya terdapat alat
pengendap abu setelah gas itu bersih lalu dibuang ke udara melalui
cerobong. Sedangkan uap dialiri ke turbin yang akan menyebabkan
turbin bergerak, tapi karena poros turbin digandeng/dikopel dengan
poros generator akibatnya gerakan turbin itu akan menyebabkan pula
gerakan generator sehingga dihasilkan energi listrik. Uap itu
kemudian dialiri ke kondensor sehingga berubah menjadi air dan
dengan bantuan pompa air itu dialiri ke boiler sebagai air pengisi.

Generator biasanya berukuran besar dengan jumlah lebih dari


satu unit dan dioperasikan secara berlainan. Sedangkan generator
ukuran menengah didisain berdasarkan asumsi bahwa selama masa
manfaatnya akan terjadi 10.000 kali star-stop. Berarti selama setahun
dilakukan 250 x star-stop maka umur pembangkit bisa mencapai 40
tahun. Bila daya generator meningkat maka kecepatannya meningkat
pula dan bila kecepatan kritikan dilalui maka perlu dilakukan
pengendalian poros generator supaya tidak terjadi getaran. Untuk itu
konstruksi rotor dan stator serta mutu instalasi perlu ditingkatkan.
Boilernya menggunakan sirkulasi alam dan menghasilkan uap
dengan tekanan 196,9 kg/cm2 dan suhu 554C. PLTU ini dilengkapi
dengan presipitator elektro static yaitu suatu alat untuk
mengendalikan partikel yang akan keluar cerobong dan alat

19
pengolahan abu batu bara. Sedang uap yang sudah dipakai kemudian
didinginkan dalam kondensor sehingga dihasilkan air yang dialirkan
ke dalam boiler. Pada waktu PLTU batubara beroperasi suhu pada
kondensor naiknya begitu cepat, sehingga mengakibatkan kondensor
menjadi panas. Sedang untuk mendinginkan kondensor bisa
digunakan air, tapi harus dalam jumlah besar, hal inilah yang
menyebabkan PLTU dibangun dekat dengan sumber air yang banyak
seperti di tepi sungai atau tepi pantai.

b. Efisiensi

Bila pada PLTU batu bara tekanan kondensornya turun, maka


daya gunanya meningkat. Biasanya tekanan kondensor berhubungan
langsung atau berbanding lurus dengan besarnya suhu air pendingin
yang berasal dari uap pada kondensor. Jadi bila suhu itu rendah,
maka tahanannya juga rendah dan pada suhu terendah akan
dihasilkan/terjadi tekanan jenuh. Karena air pendingin itu biasanya
terdiri dari air yang berasal dari uap turbin dan air berasal dari laut
dan sungai. Akibatnya suhu terendah besarnya sesuai dengan air
yang digunakan sehingga tekanan jenuh sulit diperoleh. Peningkatan
daya guna bisa dilakukan dengan pemanasan ulang dan pembakaran
batu bara yang kurang bermutu.

1. Pemanasan Ulang

Hal ini bisa dilakukan dengan membagi turbin menjadi dua


bagian yaitu bagian tekanan tinggi (TT) dan bagian tekanan rendah
(TR) yang berada pada satu poros. Dengan demikian pembangkit ini
mempunyai susunan sebagai berikut : Boiler - TT - TR - Generator.

Cara kerjanya :

20
Uap dari boiler dimasukan/dialirkan ke bagian TT, setela h uap
itu dipakai dialirkan kembali ke boiler untuk pemanasan ulang.
Kemudian uap dari boiler itu dialirkan lagi ke turbin TR untuk
dipakai sebagai penggerak generator. Dengan demikian jumlah
energi yang bisa dimanfaatkan menjadi besar akibatnya daya guna
atau efiseinsi menjadi besar pula. Dari sini bisa disimpulkan bila
turbin dibagi menjadi tiga bagian yaitu TT, TM, dan TR maka energi
yang diperoleh juga besar, hal ini biasanya digunakan pada mesin
dengan ukuran besar.

Meningkatnya suhu (hingga mencapai 560 C) dan tekanan


(hingga mancapai 250 kg/cm2) uap tentunya menyebabkan
pertumbuhan PLTU menjadi lebih pesat. Hal ini ditunjukkan dengan
meningkatnya efisiensi dan keandalan. Dengan meningkatnya daya
berarti desain boiler juga harus diperbaiki yaitu dilengkapi dengan
peralatan pengendalian NOx, peralatan untuk mengeluarkan sulfur
dari gas buang dan peralatan untuk mencegah berbagai partikel
keluar dari cerobong. Peningkatan efisiensi pada PLTU bisa juga
dilakukan dengan cara menambah panjang sudu. Hal ini karena
dengan sudu-sudu yang panjang berarti rugi-ruginya akan berkurang.

2. Pembakaran Lapisan Mengambang Bertekanan

Proses pembakarannya menggunakan udara bertekanan atau


dikompres berarti perpindahan panasnya meningkat akibatnya suhu
uap dan gas buang juga meningkat. Gas buang yang panas ini setelah
dibersihkan bisa dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin gas yang
digandeng dengan generator sehingga dihasilkan energi listrik. Jadi
energi listrik pada proses pembakaran ini dihasilkan oleh uap dan gas
buang, hal inilah yang menyebabkan efisiensi pada pembakaran
seperti ini meningkat. Selain dari itu turbin gas juga menghasilkan
gas buang yang cukup panas yang bisa digunakan untuk

21
memanaskan air yang keluar dari kondensor turbin uap yang
selanjutnya dimasukkan ke boiler sedang gas yang sudah dingin di
buang ke udara melalui cerobong. Dengan menggunakan
pembakaran lapisan mengambang bertekanan, maka batu bara yang
bermutu rendah bisa dimanfaatkan untuk menjadi energi listrik yang
ramah lingkungan.

2.3.2. Industri Kimia

Industri kimia batubara mengacu pada batubara sebagai bahan baku,


pengolahan kimia batu bara menjadi gas, bahan bakar dan bahan kimia
dalam proses cair dan padat. Terutama meliputi gasifikasi batubara,
pencairan, pirolisis, dan pengolahan tar dan kalsium karbida asetilena
kimia.

Batubara sebagai bahan baku, melalui pengolahan kimia batubara


menjadi gas, produk cair dan padat atau semi-produk, dan kemudian
diproses lebih lanjut menjadi bahan kimia, produk-produk energi dalam
proses.

Tersedia dalam teknologi produksi kimia batubara, proses coking


adalah aplikasi yang pertama, dan masih merupakan bagian penting dari
industri kimia.

1. Pengolahan

Bahan organik dalam struktur kimia batubara merupakan


cincin aromatik kental sebagai inti berbasis unit, jembatan obligasi
yang dihubungkan satu sama lain dan dengan berbagai kelompok
fungsional dari struktur makromolekul (lihat kimia batubara), dan
pengolahan katalitik oleh pengerjaan panas. Coking adalah aplikasi
pertama dan masih merupakan metode yang paling penting, tujuan
utamanya adalah penyusunan kokas metalurgi, sedangkan produksi
gas dan benzena, toluena, xilena, hidrokarbon aromatik seperti

22
naftalena; gas dari industri kimia batubara juga menempati posisi
yang sangat penting, untuk produksi gas kota dan berbagai bahan
bakar gas (luas digunakan dalam mesin, bahan dan industri lainnya
membangun), tetapi juga untuk produksi gas sintetis (seperti amonia,
sintesis metanol dan bahan baku lainnya); karbonisasi suhu rendah
batubara, pencairan batubara langsung dan proses pencairan batu
bara tidak langsung terutama produksi bahan bakar cair.

2. Peralatan Terkait
Peralatan yang digunakan di antaranya adalah reaktor
hidrogenasi, tungku reduksi, penukar panas, Shengyun Rong pipa,
katup, pompa, kipas angin, kompresor, peralatan pemisahan udara,
memindahkan peralatan.

Secara garis besar, lokasi suatu pabrik ditentukan oleh faktor-


faktor berikut ini:

1. Ketersediaan bahan baku

2. Ketersediaan sumber energi

3. Lokasi pasar

4. Sarana transportasi

5. Pembuangan limbah

6. Ketersediaan tenaga kerja

7. Komunitas

8. Pajak dan regulasi

3. Ketersediaan Bahan Baku

23
Jarak antara tempat produksi dan lokasi pengambilan bahan
baku dapat mempengaruhi kemampuan bersaing dari produk-produk
yang dibuat, terutama bila produk tersebut merupakan produk missal
yang tidak melalui proses yang rumit. Sebagai contoh, untuk
penghematan biaya transportasi pada industri aluminium Swiss,
pabrik-pabrik pengolahan tanah liat diletakkan berdekatan dengan
tambang bauksit di belahan bumi yang lain dan aluminium oksida
yang dihasilkan di sana diimpor untuk proses pengolahan
selanjutnya. Selain itu kebutuhan tempat penyimpanan bahan baku
juga perlu diperhitungkan.

4. Ketersediaan Sumber Energi

Kebutuhan tenaga dan steam sangatlah tinggi pada sebagian


besar pabrik kimia, dan biasanya dibutuhkan ketersediaan bahan
bakar untuk memenuhi kebutuhan ini. Tenaga dan bahan bakar
merupakan kombinasi yang sangat krusial dalam pemilihan lokasi
dari suatu pabrik. Apabila suatu pabrik membutuhkan batu bara atau
minyak dalam jumlah jumlah besar, maka sebaiknya dipilih lokasi
yang dekat dengan sumber bahan bakar untuk operasi yang
ekonomis. Biaya tenaga lokal dapat membantu menentukan apakah
tenaga sebaiknya tenaga dibeli atau dibangkitkan sendiri.

5. Lokasi Pasar

Lokasi pasar atau pusat distribusi mempengaruhi biaya


distribusi produk dan waktu yang dibutuhkan untuk pengiriman.
Kedekatan dengan pasar merupakan salah satu pertimbangan yang
penting karena bagi konsumen lebih menguntungkan untuk membeli
produk dari sumber yang dekat. Harus diingat bahwa pasar yang
dibutuhkan bukan hanya untuk produk akhir utama, akan tetapi juga
untuk produk samping dari proses.

24
6. Sarana Transportasi

Saran transportasi yang baik dapat menunjang keberhasilan


suatu pabrik kimia. Saran transportasi yang dimaksud adalah jalan
yang nyaman untuk pekerja, transportasi bahan-bahan dan peralatan
yang efisien, serta pengiriman secara cepat dan ekonomis. Untuk
produk-produk missal, penggunaan transportasi air dan kereta api
lebih cocok, sedangkan untuk produk khusus yang lebih mahal
digunakan transportasi dan jalan biasa.

7. Produk Utama

Industri kimia batubara baru untuk produksi energi


alternatif dan produk petrokimia bersih, seperti diesel, bensin,
minyak tanah penerbangan, bahan bakar gas cair. Bahan baku
Ethylene, bahan baku polypropylene, metanol, dimetil eter dan
batubara kimia dengan produk kimia yang unik seperti produk
hidrokarbon aromatik.

8. Produksi Metanol Bahan Kimia

Batubara pertama kali dibuat terutama metanol, kemudian


metanol dibuat dari produk kimia lainnya

a. Metanol untuk olefin

MTO (Methanol Untuk Olefin, MTO) batubara ke proses


olefin rute adalah teknologi inti adalah konversi metanol untuk
etilena, propilena kerajinan. Proses MTO dibuka oleh batubara atau
gas alam produksi bahan kimia dasar organik baku.

b. Glikol batubara

Ethylene glycol adalah bahan baku kimia yang penting dan bahan

25
strategis yang digunakan dalam pembuatan poliester (produksi lebih
lanjut dari poliester, botol minuman, film), bahan peledak, glioksal,
dan bisa membuat antibeku, plastik, cairan hidrolik dan pelarut .
Syngas Ethylene glycol adalah etilena glikol batubara routings
teknologi inti, adalah gas sintesis melalui oksalat hidrogenasi proses
etilena glikol.

26
2.4. Proses Gasifikasi Bahan Galian Batubara

Bagan Gasifikasi Bahan Galian Batu Bara

1. Reaksi Drying/Moisture Release:

Drying merupakan proses pemanasan batubara pada temperatur


antara 100 250 celcius. Pemanasan ini akan menghilangkan atau
menguapkan air yang terkandung dalam batubara. Adapun mekanismenya
mengikuti reaksi berikut:

Batubara + panas > batubara + air (H2O, uap air)

Panas yang diperlukan untuk Penghilangan kandungan air ini


diperoleh dari panas hasil reaksi pembakaran char atau reaksi oksidasi

27
karbon dalam char dengan oksigen. Air dalam fasa uap ini dapat berreaksi
dengan gas lain yang terjadi selama proses gasifikasi.

2. Reaksi Decomposition/Pyrolysis/Devolatilization:

Setelah mengalami proses penghilangan air, Batubara akan


mengalami proses pyrolysis yaitu penguraian batubara pada temperatur
tinggi menjadi char, tar, dan volatile mater. Proses ini berlangsung pada
temperatur antara 200 500 celcius. Mekanisme reaksi pyrolysi dapat
dijelaskan sebagai berikut:

Batubara + panas > char + tar + gas

Pyrolysis merupakan proses yang sifatnya endothermik. Panas yang


diperlukan untuk terjadinya proses ini diperoleh dari reaksi oksidasi
karbon dalam char dengan oksigen dari udara. Proses ini biasa juga disebut
dengan devolatilisasi.

3. Reaksi Reduction/Gasification:

Proses reduksi merupakan tahap utama dari gasifikasi. Pada tahap


ini gas mampu bakar dihasilkan. Gas hasil reaksi reduksi ini biasa disebut
sebagai gas produser atau syntetic gas atau syngas. Reaksi-reaksi yang
terjadi pada tahap ini sifatnya endothermik. Panas yang dibutuhkan
dipasok dari panas hasil reaksi oksidasi. Reaksi-reaksi reduksi pada tahap
ini secara stoikiometrik adalah:

1. Reaksi uap air atau steam reaction yaitu reaksi reduksi antara
karbon dalam char dengan uap air sesuai dengan reaksi berikut:

C (char) + H2O + panas > CO (gas) + H2 (gas)

Reaksi ini menghasilkan produk gas yang mampu bakar (syngas). Secara
stoikiometrik karbon yang berreaksi dengan uap air akan menjadi gas

28
karbon monoksida dan gas hidrogen. Kedua gas ini merupakan komponen
utama dari hasil gasifikasi.

2. Reaksi karbon dengan gas karbon dioksida pada tahap ini akan
mengikuti reaksi berikut:

C (char) + CO2 + panas > 2 CO

Reaksi ini menghasilkan produk gas yang mampu bakar yaitu gas karbon
monoksida. Karbon dalam char yang berreaksi dengan gas karbon dioksida
akan dikonversi menjadi gas mampu bakar karbon monoksida. Reaksi ini
biasa disebut sebagai Boudouard reaction.

3. Reaksi Geser atau Shift Reaction

Uap air yang ditambahkan akan berreaksi dengan gas CO2 membentuk gas
CO sesuai dengan reaksi berikut:

CO2 (gas) + H2O (uap) + panas > CO (gas) + H2 (gas)

Kedua Produk gas yang dihasilkan ini merupakan gas yang memiliki nilai
mampu bakar.

4. Reaksi Oxidation/Combustion:

Proses oksidasi merupakan reaksi yang melibatkan reaktan oksigen


sebagai oksidatornya. Karbon dalam char akan dioksidasi menjadi gas
karbon dioksida atau karbon monoksida. Produk gas yang dihasilkan
tergantung pada jumlah oksigen yang ditambahkan. Reaksi oksidasi yang
terjadi antara karbon dengan gas oksigen sesuai reaksi berikut:

29
1. Pembakaran sempurna:

Pembakaran sempurna dari karbon dengan oksigen akan sesuai dengan


reaksi berikut:

C (char) + O2 (udara) > CO2 (gas) + panas

Gas karbon dioksida dihasilkan ketika reaksi oksidasi berjalan sesuai


dengan stoikiometrik pembakaran sempurna. Reaksi pembakaran
sempurna berjalan ketika satu mol karbon dibakar dengan satu mol
oksigen dan menghasilkan satu mol gas karbon dioksida. Artinya, karbon
dalam char yang bereaksi dengan oksigen hanya akan membentuk gas
karbon dioksida.

Gas hasil pembakaran sempurna tidak memiliki nilai bakar atau tidak
mampu bakar, sehingga reaksi ini tidak diharapkan terjadi.

2. Pembakaran tidak sempurna:

Pembakaran tidak sempurna terjadi ketika jumlah oksigen kurang dari nilai
stoikiometri pembakaran sempurna. Reaksi oksidasi karbon dalam
batubara menjadi tidak sempurna ketika satu mol karbon direaksikan
dengan oksigen kurang daripada satu mol.

Reaksi pembakaran satu mol karbon dengan oksigen yang hanya


memenuhi separuh dari kebutuhan stoikiometrinya akan menghasilkan
produk berupa satu mol gas karbon monoksida sesuai reaksi berikut:

C (char) + 0,5 O2 (udara) > CO (gas) + panas

Persamaan reaksi ini merupakan reaksi yang secara stoikiometrik merubah


seluruh karbon yang berreaksi dengan oksigen menjadi produk yang hanya
terdiri dari gas karbon monoksida. Setiap kelebihan oksigen dari 0,5 mol
dapat merubah reaksi dan membentuk gas karbon dioksida. Sebaliknya,

30
jika oksigen kurang daripada 0,5 mol, maka akan menyebabkan sebagian
karbon tidak bereaksi. Ada sisa karbon char. Gas hasil reaksi pembakaran
tidak sempurna menghasilkan gas yang memiliki nilai bakar atau mampu
bakar.

Reaksi oksidasi atau pembakaran adalah reaksi yang menghasilkan sumber


panas yang dibutuhkan bagi proses gasifikasi secara keseluruhan. Reaksi-
reaksi lainnya merupakan reaksi yang dapat diatur untuk mendapatkan gas
sesuai dengan komposisi gas yang diinginkan.

Operasi Utama Gasifikasi Batubara.

Gasifikasi dilakukan dalam sebuah tungku atau reaktor yang disebut


gasifier. Secara skematik gasifier untuk batubara tipe updraft dapat dilihat
pada gambar di bawah. Unit Gasifier ini dilengkapi dengan steam drum
yang menghasilkan uap air.

Batubara dimasukan dari bagian atas, dan bergerak ke bawah secara


gravity. Reaktan oksigen dalam udara dan uap air ditiup dari bagian bawah
reaktor. Reaktan berserta gas hasil reaksi lainnya akan bergerak ke bagian
atas gasifier.

1. Batubara secara gravity masuk ke dalam tungku/gasifier dari


bagian atas. pengumpanan menggunakan feeder otomatis.

2. Udara dan steam dimasukkan dari bagian bawah tungku yang


dilengkapi dengan pengatur laju pengumpanan.

3. Steam dan udara panas bergerak dari bagian bawah tungku


melewati tumpukan batubara yang bergerak dari bagian atas.

4. Terjadi reaksi antara batubara yang bergerak ke bawah dengan


udara dan steam yang bergerak ke arah atas sesuai dengan lokasi dan
temperaturnya.

31
Proses gasifikasi umumnya menggunakan 20 sampai 40 persen
oksigen dari nilai stoikiometri proses pembakaran sempurna. Jadi proses
pembakarannya akan mengikuti reaksi berikut:

C (arang) + (0,2 0,4) O2 (udara) > (0,4 0,8) CO (gas) + (0,2


0,6) C (arang)

Reaksi ini menghasilkan karbon tersisa. Sisa karbon ini dapat


direaksikan dengan uap air. Secara stoikimetrik prosesnya akan memenuhi
reaksi berikut:

C (arang) + H2O (uap air) > CO (gas) + H2 (gas)

Reaksi sisa karbon dengan uap air ini dapat menghasilkan gas
karbon monoksida dan gas hidrogen. Gas hidrogen merupakan gas yang
memiliki nilai pembakaran.

Namun demikian, uap air yang ditambahkan dapat pula berreaksi


dengan gas hasil proses reaksi sebelumnya. Uap air dapat berreaksi dengan
gas karbon dioksida menghasilkan gas karbon monoksida dan gas
hidrogen sesuai reaksi stoikiometrik berikut:

CO2 + H2O > CO + H2

Reaksi ini biasa disebut dengan shift reaction atau reaksi geser.
Reaksi yang dapat menggeser karbon dioksida dan uap air menjadi gas
karbon monoksida dan hidrogen.

Selain dengan uap air, karbon sisa dapat juga berreaksi dengan gas
karbon dioksida sesuai reaksi stoikiometrik berikut:

C (arang) + CO2 > 2CO

32
Pada Reaksi ini, karbon dikonversi oleh gas CO2 menjadi gas yang
memiliki nilai mampu bakar yaitu gas CO.

2.5 Penggunaan Batubara

Batubara memiliki berbagai penggunaan yang penting di seluruh


dunia. Penggunan yang paling penting adalah untuk membangkitkan
tenaga listrik, produksi baja, pembuatan semen dan proses industry lainnya
serta sebagai bahan bakar cair.
Batubara memiliki riwayat yang panjang dan beragam. Beberapa ahli
sejarah yakin bahwa batubara pertama kali digunakan secara komersial di
Cina. Ada laporan yang menyatakan bahwa suatu tambang di timur laut
Cina menyediakan batubara untuk mencairkan tembaga dan untuk
mencetak uang logam sekitar tahun 1000 Sebelum Masehi. Salah satu dari
rujukan batubara yang pertama kali diketahui dibuat oleh seorang filsuf
dan ilmuwanYunani Aristoteles, yang menyebutkan arang seperti batu.
Abu batubara yang ditemukan di reruntuhan bangsa Romawi di Inggris
menunjukkan bahwa bangsa Romawi menggunakan batubara sebagai
sumber energy pada tahun 400 Sebelum Masehi. Catatan sejarah dari Abad
Pertengahan memberikan bukti pertama penambangan batubara di Eropa
bahkan suatu perdagangan internasional batubara laut dari lapisan batubara
yang terpapar di pantai Inggris dikumpulkan dan diekspor ke Belgia.
Selama Revolusi Industri pada abad 18 dan 19, kebutuhan akan batubara
amat mendesak. Penemuan besar mesin uap oleh James Watt, yang
dipatenkan pada tahun 1769, sangat berperan dalam pertumbuhan
penggunaan batubara. Riwayat penambangan dan penggunaan batubara
tidak dapat dipungkiri berkaitan dengan Revolusi Industri produksi besi
dan baja, transportasi kereta api dan kapal uap. Batubara juga digunakan
untuk menghasilkan gas untuk lampu gas di banyak kota, yang disebut
kota gas. Proses pembentukan gas dengan menggunakan batubara ini
menunjukkan pertumbuhan lampu gas di sepanjang daerah metropolitan

33
pada awal abad 19, terutama di London. Penggunaan gas yang dihasilkan
batubara untuk penerangan jalan akhirnya digantikan oleh munculnya
zaman listrik modern.
Dengan perkembangan tenaga listrik pada abad 19, masa depan batubara
sangat terkait dengan pembangkit listrik tenaga uap. Pusat pembangkit
listrik tenaga uap yang pertama yang dikembangkan oleh Thomas
Edison,mulai dioperasikan di Kota New York pada tahun 1882, yang
mencatudaya untuk lampu-lampu rumah.
Akhirnya pada tahun 1960-an, minyak akhirnya mengambil alih posisi
batubara sebagai sumber energy utama dengan pertumbuhan yang pesat
disektor transportasi. Batubara masih memainkan peran yang penting
dalam kombinasi energy utama dunia, dimana memberikan kontribusi
sebesar 23.5% dari kebutuhan energy utama dunia pada tahun 2002, 39%
dari kebutuhan listrik dunia, lebih dari dua kali lipat sumber daya terbesar
berikutnya, dan masukan penting sebesar 64% dari produksi baja dunia.

Produk bahan galian galian batubara yang dibutuhan konsumen diberbagai


bidang, antara lain :

a. Militer
Bubuk Mesiu
Senjata api berawal dari ditemukannya bubuk mesiu di Cina pada
abad ke-9. Mereka menggunakan senjata dengan bubuk mesiu
untukmelawan tentara Mongol yang menyerang Cina di utara.
Setelah bangsa Mongol menguasai Cina dan membangun Dinasti
Yuan, mereka menggunakan teknologi bubuk mesiu Cina untuk
keperluan invasi mereka ke Jepang. Sejarah mengatakan, Hassan
Al-Rahmah menggunakan meriam yang disebutnya sebagai
meriam pertama dalam sejarah, yang komposisinya sangat identik
dengan komposisi ideal untuk meriam pada Pertempuran Ain Jalut
melawan bangsa Mongol pada tahun 1260. Tetapi, Khan

34
mengatakan bahwa bangsa Mongollah yang mengenalkan senjata
api ke dunia Islam.
Bubuk mesiu sendiri adalah benda yang dibuat dari campuran
sulfur, batubara, dan potassium nitrat. Untuk membuat bubuk
mesiu, bisa tanpa salah satu dari ketiga bahan tersebut, tetapi
kekuatannya tidak terlalu besar.

b. Medis
Karbon teraktivasi, sering kali dimanfaatkan dalam pembersih
udara, mesin pencuci darah, dan saringan air.

c. RumahTangga
Serat karbon, berfungsi sebagai bahan pengeras yang ringan dan
kuat. Biasanya digunakan pada sepeda gunung, raket tenis, dan
bahan konstruksi.
Metal silikon, berfungsi untuk membuat silan dan silikon. Jika
diolah lebih jauh lagi, ini digunakan untuk membuat bahan kedap
air, pelumas, kosmetik, pasta gigi, resin, dan shampo.

BAB III

35
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Bahan Galian Batubara adalah bahan galian yang terbentuk dari sisa
tumbuhan yang terperangkap dalam sedimen dan dapat dipergunakan
sebagai bahan baker, Jenis sedimen ini terperangkap dan mengalami
perubahan material organik akibat timbunan (burial) dan diagenesa.

Beberapa proses yang akanditerapkandalampengolahanbatubara:


1). Pencucian Batubara (Coal Washing Plant).

2). Tahap Kominisi.

3). Melakukanreduksiukuran (size reduction) melaluipenggerusan


(crushing).
4). Melakukanpemisahan (clasfication) melaluipengayakan
(screening).
5). Melakukanpenimbunan/penumpukanbatubara (stockpiling).

Kegunaan Batubara
1. Untuk batubara yang di proses secara Gasifikasi dapat di
manfaatkan untuk industri PLTU dan batubara yang di
proses secara Liquefaksi dapat dimanfaatkan sebagai
Industri kimia
2. Dalam militer batubara bisa di jadikan sebagai bubuk
misiu.
3. Dalam Medis batubara di manfaatkan sebagai pembersih
udara, mesin pencuci darah, dan saringan air.
4. Dalam rumah tangga serat karbon, di manfaatkan sebagai
bahan pengeras yang ringan dan kuat. Biasanya
digunakan pada sepeda, raket tenis, metal silikon
berfungsi untuk membuat bahan kedap air, pelumas,
kosmetik, pasta gigi, resin, dan shampo.

36
DAFTAR PUSTAKA

http://eyesbeam.wordpress.com/2009/03/11/pengetahuan-umum-tentang-batubara/

http://labsky2012.blogspot.com/2012/09/perkembangan-senjata-api-peluru-dan.html

37

Anda mungkin juga menyukai