Anda di halaman 1dari 14

Tugas Kelompok

VALUE FOR MONEY AUDIT


Disusun Oleh:

Scania Evana Putri

1202112679

Gita Mustika
1202112753
RMK Materi 6 (PENGANGGARAN SEKTOR PUBLIK)
Novi Fitriyani
14 April 2014

1202112830

Monalisa

1202154438

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS RIAU
2014

30 MEI
RMK
15 (VALUE FOR MONEY AUDIT)

BAB 15
VALUE FOR MONEY AUDIT

A. Pendahuluan
Untuk menjamin dilakukannya pertanggungjawaban publik oleh lembaga-lemabga
pemerintah maka diperlukan perluasabn sistem pemeriksaan, tidak sekedar convensional
audit, namun perlu juga dilakukan value for money audit (VFM audit). Dalam pemeriksaan
yang konvensional, lingkup pemeriksaan hanya sebatas audit terhadap keuangan dan
kepatuhan (financial and compliance audit), sedangkan dalam pendekatan baru ini selain
audit keuangan dan kepatuhan juga perlu dilakukan audit kinerja (performance audit). Istilah
audit untuk performance audit adalah VFM audit atau disingkat 3Es audit (economy,
efficiency, dan effectiveness audit).
B. Karakteristik VFM Audit
Pengertian audit dalam audit keuangan adalah suatu proses yang sistematis untuk
memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif mengenai asersi atas tindakan dan
kejadian ekonomi., kesesuaiannya dengan kriteria/standar yang telah ditetapkan dan
kemudian mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak [engguna laporan tersebut
(Malan, 1984).
Audit kinerja adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi
bukti secara obyektif, agar dapat melakukan penilaian secara independen atas ekonomi dan
efisien operasi, efektvitas dalam pencapaian hasil yang diinginkan, dan kepatuhan terhadap
kebijakan, peraturan dan hokum yang berlaku, menentukan kesesuaian antar knerja yang
telah dicapai dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, serta mengkomunikasikan

hasilnya kepada pihak-pihak pengguna laporan tersebut (Malan,1984). Secara teknis, kinerja
yang baik bagi suatu organisasi dicapai ketika administrasi dan penyediaan jasa oleh
organisasi yang bersangkutan dilakukan pada tingakt yang ekonomis, efektif, dan efisisen.
Salah satu hal yang membedakan VFM audit dengan convensional audit adalah dalam
laooran audit. Dalam laporan convensional, hasil audit adalah berupa pendapat auditor secra
independen dan obyektif tentang kewajaran laporan keuangan sesuai dengan kriteria standar
yang telah ditetapkan, tanpa pemberian rekomendasi perbaikan. Sedangkan VFM audit tidak
sekedar menyampaikan kesimpulan berdasarkan tahapan audit yang telah dilaksanakan, akan
tetapi juga dilengkapi dengan rekomendasi untuk perbaikan di masa mendatang.
C. Audit Ekonomi dan Efisiensi.
Audit ekonomi dan efisiensi bertujuan untuk menetukan:
1. Apakah suatu entitas telah memperoleh, melindungi, dan menggunakan sumber
daya secara ekonomis dan efisien.
2. Penyebab terjadinya praktik-praktik yang tidak ekonomis dan efisien, termasuk
ketidakmampuan organisasi dalam mengelola sistem informasi, prosedur
administrasi, dan struktur organisasi.
Untuk dapat mengetahui apakah organisasi telah menghasilkan output yang optimal
dengan sumber daya yang dimilikinya, auditor dapat membandingkan output yang telah
dicapai pada perode yang bersangkutan dengan :
1. Standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Kinerja tahun-tahun sebelumnya
3. Unit lain pada organisasi yang sama atau pada organisasi yang berbeda.
Prosedur untuk melakukan audit ekonomi dan efisiensi sama dengan jenis audit yang
lainnya. Seacra umum, tahapan-tahapan audit yang dilakukan meliputi :
1. Perencanaan audit
2. Me review sistem akuntansi dan pengendalian interen
3. Menguji sistem akuntansi dam pengendalian interen

4. Melaksanakan audit
5. Menyampaikan laporan.
D. Audit Efektivitas
Audit efektivitas bertujuan untuk menentukan :
1. Tingkat pencapaian hasil atau manfaat yang diinginkan
2. Kesesuain hasil dengan tujuan yang ditetakan sebelumnya
3. Apakah entitas yang diaudit telah mempertimbangkan alternative lain yang
memeberikan hasil yang sama dengan biaya yang paling rendah.
Meskipun efektifitas suatu program tidak dapat diukur secara langsung, ada beberapa
alternatif yang digunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan suatu program yaitu :
1. Proksi untuk mengukur dampak/ pengaruh
2. Evaluasi oleh konsumen
3. Evaluasi yang menitikberatkan pada proses bukan pada hasil.
Evaluasi terhadap pelaksanaan suatu program hendaknya mempertimbangkan hal-hal
berikut :
1.
2.
3.
4.

Apakah program tersebut relevan atau realistic


Apakah pengaruh dari program tersebut
Apakah program telah mencapai tujuan yang telah ditetapkan
Apakah ada cara-cara yang lebih baik dalam mencapai hasil.

Penekanan kehiatan audit pada ekonomi, efisiensi, efektifitas suatu organisasi


memberikan cirri khusus yang membedakan audit kinerha dengan jenis audit yang lainnya.
Bagan berikut menjelaskan karakteristik audit kinerja yang merupakan gabungan antara audit
manajemen dan audit program :
Ekonomi

3E

Audit
Manajemen

Efisiensi

Efektivitas

Audit
Program

Value for money audit secara umum mempunyai tiga kategori kegiatan yaitu :

Audit
Kinerja/
value for
money audit

1. By-product VFM work


Pekerjaan value money audit yaitu merupakan tujuan sekunder disamping
pekerjaan-pekerjaan utama yang lebih penting, pekerjaan ini biasanya kurang
terstuktur dibandingkan dengan kegiatan/tugas yang lainnya. Tipe pekerjaan ini
biasanya berupaya untuk mencari penghematan-penghematan dengan jalan
melakukan sedikit perubahan dalam praktik kerja. Perubahan yang dilakukan
mungkin hanya sebagian kecil tapi seringkali memiliki manfaat yang substansial.
2. An arrangement review
Pekerjaan value for mney audit yang dilakukan untuk menjamin/ memastikan
bahwa klien telah melakukan tugas administrasi ysng diperlukan untuk mencapai
value for money. Dalam organisasi yang memberikan jasa kompleks, operasi yang
ekonomis, efisien, dan efektif hanya dapat dilakukan jika terdapat serangkaian
peraturan formal untuk mengontrol penggunaan sumber daya.
3. Performance review
Pekerjaan yang dilakukan untuk menilai secara obyektif value for money yang
telah dicapai oleh klien dan membandingkannya dengan kriteria (pembanding)
yang valid. Penilaian terhadap kinerja klien dapat dilakukan dengan
membandingkan hasil yang telah dicapai dengan kinerja masa lalu, target yang
telah ditetapkan sebelumnya atau kinerja organisasi sejenis lainnya.
Untuk melaksanakan proses audit kinerja pada organisasi sektor publik
(pemerintahan) diperlukan beberapa prasyarat. Prasyarat-prasyarat yang harus
dipenuhi dalam audit kinerja yaitu :
1. Auditor (orang/ lembaga yang melakukan audit), auditee (pihak yang diaudit),
recipent (pihak yang menerima hasil audit)
2. Hubungan akuntabilitas antara auditee dan audit recipent (otoritas yang lebih
tinggi)
3. Independensi antara auditor dan auditee
4. Pengujian dan evaluasi tertentu atas aktivitas yang menjadi tanggung jawab
auditee oleh auditor untuk audit recipent

Auditor seringkali disebut sebagai pihak pertama, dan memegang peran untama dalam
pelaksanaan audit kinerja karena auditor dapat mengakses informasi keuangan dan informasi
manajemen dari organisasi yang diaudit, memiliki kemampuan profesional dan bersifat
independen. Pihak auditee biasanya terdiri dari manajemen atau pekerja suatu organisasi yang
bertanggungjawab kepada recipent dan biasas disebut pihak kedua. Recipent merupakan
pihak-pihak yang menerima laporan dan biasa disebut pihak ketiga yang terdiri dari dari
beberapa kelompok antara lain : tingkatan yang lebih tinggi dalam organisasi yang sama,
dewan komisaris, stickholder, masyarakat, dan investor baik secara individual maupun
kelompok.
Sebagaimana profesi di bidang lainnya, untuk menjadi seorang auditor sektor publik
diperlukan beberapa syarat, yaitu :
1. Seorang auditor harus telah diakui dapat melakukan pemeriksaan (audit);
a. Mempunyai pemahaman tentang akun-akun yang ada, sesuai dengan peraturan
yang berlaku serta menaati undang-undang yang ada.
b. Auditor telah diakui kemampuannya dalam melakukan praktik audit.
c. Auditor harus memahami apakah klien telah memanfaatkan sumber daya yang
dimiliki secara ekonomis, efisien, dan efektif.
2. Seorang auditor harus mematuhi kode etik yang berlaku.
3. Seorang auditor harus dapat melakukan audit dengan bertanggungjawab, karena
terdorong oleh kesadaran bahwa audit yang akan dilaksanakannya pada organisasiorganisasi sektor publik, terutama untuk memenuhi kepentingan masyarakat.
Management and technical review
Telaah fungsi manajemen secara umum mengenai perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengendalian dan metide yang digunakan oleh entitas untuk menentukan
apakah
1. Rencana yang matang telah dikembangkan untuk mencapai hasil yang diinginkan

2. Terdapat struktur yang memadai tentang wewenang dan tanggungjawab manajemen


3. Manajemen telah secara jelas mengkomunikasikan ekspektasinya kepada pihak-pihak
yang bertanggungjawab atas operasi
4. Pelaksanaan diawasi dan dievaluasi secara reguler dengan menggunakan kriteria yang
memadai sehingga varian dari rencana dapat dideteksi dan dikoreksi tepat pada
waktunya.
Special studies
Telaah yang diarahkanuntuk mencapai kesesuaian terhadap spesifikasi tertentu sesuai
dengan permintaan.
E. STANDAR AUDIT PEMERINTAHAN (SAP) TAHUN 1995
Audit kinerja terhadap lembaga-lembaga pemerintah Indonesia dilakukan dengan
berpedoman pada Standar Audit Pemerintah (SAP) yang dikeluarkan Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) tahun1995. SAP tersebut merupakan buku standa untuk melakukan audit
atas semua kegiatan pemerintah meliputi : pelaksanaan APBN, APBD, pelaksanaan anggaran
tahunan BUMN dan BUMD, serta kegiatan yayasan yang didirikan oleh pemerintah, BUMN,
dan BUMD atau badan hukum lain yang mempunyai kepentingan keuangan negara atau yang
menerima bantuan pemerintah.
Standar-standar yang menjadi pedoman dalam audit kinerja terhadap lembaga
pemerintah menurut SAP meliputi :
1. Standar umum
a) Staf yang bertugas untuk melaksanakan audit bersikap kolektif dan profesional
b) Organisasi/ lembaga audit dan auditor harus Bersikap independen

c) Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan pelaporannya, auditor wajib menggunakan


kemahiran profesionalnya secara cermat dan seksama
d) Memiliki sistem pengendalian intern yang memadai, dan sistem pengendalian mutu
tersebut harus di review oleh pihak lain yang kompeten (pengendalian mutu ekstern).
2. Standar pekerjaan lapangan audit kinerja, yang terdiri dari :
a) Perencanaan harus direncanakan secara memadai
b) Supervisi (pengawasan) supervisi staf dengan baik
c) Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan waspada terhadap situasi yang
dapat berupa indikasi perbuatan melanggar hukum maupun penyalahgunaan
wewenang.
d) Pengendalian manajemen auditor harus memahami pengendalian manajemen yang
relevan dengan audit.
3. Standar Pelaporan Audit Kinerja, Terdiri atas 5 hal meliputi:
a) Bentuk : Auditor harus membuat laporan audit secara tertulis untuk dapat
mengkomunikasikan hasil setiap audit.
b)

Ketepatan waktu : Menerbitkan laporan untuk kesediaan informasi yang dapat


digunakan secara tepat waktu oleh manajemen dan pihak lain yang
berkepentingan.

c) Isi laporan, meliputi :


1) Tujuan, Lingkup, Metodologi Audit Melaporkan tujuan, lingkup, dan
metodologi audit

2) Hasil Audit Melaporkan temuan audit yang signifikan, dan jika mungkin
melaporkan kesimpulan auditor.
3) Rekomendasi Auditor harus menyampaikan Rekomendasi untuk
melakukan tindakan perbaikan atas bidang yang bermasalah dan untuk
meningkatkan pelaksanaan kegiatan entitas audit
4) Pernyataan Standar Audit auditor harus melaporkan bahwa audit
melaksanakan berdasarkan SAP
5) Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan
6) Ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan penyalahgunaan
wewenang
7) Pelaporan secara langsung tentang unsur perbuatan melanggar
8) Pengendalian manajemen
9) Tanggapan pejabat yang bertanggungjawab
10) Hasil/prestasi kerja yang patut dihargai
11) Hal yang memerlukan penelaahan lebih lanjut
12) Informasi istimewa dan rahasia
d) Penyajian pelaporan Laporan harus lengkap, akurat, objektif, meyakinkan,
serta jelas dan ringkas.
e) Distribusi pelaporan Laporan tertulis audit diserahkan olej organisasi/ lembaga
audit kepada : (1) Pejabat yang berwenang dalam organisasi pihak yang diaudit,
(2) Kepada pejabat yang berwenang dalam organisasi pihak yang meminta audit,

(3) Pejabat lain yang mempunyai tanggungjawab atas pengawasan secara hokum
atau pihak yang bertanggungjawab untuk melakukan tindak lanjut berdasarkan
temuan dan rekomendasi audit, dan (4) Kepada pihak lain yang diberi wewenang
oleh entitas yang diaudit untuk menerima laporan tersebut.
F. AUDIT KINERJA PEMERINTAHAN DAERAH DALAM KONTEKS OTONOMI
DAERAH
Terdapat tiga aspek utema yang mendukung terjadinya peemerintahan yang baik
(good governance) yaitu pengawasan, pengendalian dan pemeriksaan yang pada dasarnya
berbeda pada konsepsi maupun aplikasi. Pengawasan mengacu pada tindakan atau kegiatan
yang dilakukan oleh pihak diluar eksekutif untuk turut mengawasi kinerja pemerintahan.
Pengendalian adalah mekanisme yang dilakukan oleh eksekutif untuk menjamin
terlaksananya sistem dan kebijakan manajemen sehingga tujuan organisasi tercapai.
Sedangkan, pemeriksaan (audit) merupakan kegiatan yang dilakukan pihak independensi dan
berkompetensi profesional untuk memeriksa apakah hasil kerja pemerintah telah sesuai
dengan standar kinerja yang ditetapkan.
G. PERMASALAHAN AUDIT KINERJA LEMBAGA PEMERINTAH DIINDONESIA
Otonomi yang luas,nyata dan bertanggung jawab akan membawa perubahan pada
pola dan sistem pengawasan dan pemeriksaan. Perubahan pola pengawasan yang mendasar
adalah dengan diberinya keleluasaan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri.
Pemberiaan kepercayaan kepada auditor untuk memeriksa lembaga pemerintahan,
telah menjadi bagian terpenting bagi terciptanya kuntabilitas publik. Bagi auditor, dituntut

untuk menjaga dan meningkatkan profesionalisme, kompetensi dan indenpensi atas perannya
yang besar tersebut.
Untuk mengawasi jalannya pemerintahan saat ini terdapat lembaga lembaga
pengawas dan pemeriksa yang sifatnya indenpenden yang memiliki tugas yang berbeda
diantaranya terdapat badan ombudsmen, KPKPN, dan BPK. Disamping itu masyarakat
diharapkan juga berperan aktif dalam proses pengawasan penyelenggaraan negara
(watchdog) dengan cara memberikan informasi, dan menyampaikan saran dan pendapat nya
secara bertanggung-jawab.
Reposisi Lembaga Pemeriksa
Penyelewengan dan KKN dari pemerintah pusat ke daerah harus diantisipasi dan
salah satu caranya adalah dengan mengoptimalkan fungsi pengawasan oleh DPRD.
Beberapa kelemahan audit pemerintahan di indonesia adalah sebagai berikut :
1. Kelemahan yang bersifat Inherent
Tidak tersedianya indikator kinerja yang memadai sebagai dasar untuk
mengukur

kinerja

pemerintah

daerah.

Pengauditan

terhadap

kinerja

pemerintah daerah akan lebih mudah bila telah ditetapkan kriteria kinerja yang
harus dicapai pemerintah daerah.
Belum adanya standar akuntansi keuangan pemerintahan yang baku. Pada
dasarnya, pengauditan terhadap pemerintah daerah adalah membandingkan
hasil yang dicapai dengan standar dan kriteria yang ditetapkan.
2. Kelemahan yang bersifat Struktural

Terkait dengan masalah struktur lembaga pemeriksa pemerintah pusat dan


daerah diindonesia.
Banyaknya lembaga pemeriksa fungsional yang overlapping satu dengan
lainnya yang menyebabkan pelaksanaan pengauditan tidak efisien dan tidak
efektif. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka diperlukan Reposisi yaitu
berupa pemisahan tugas dan fungsi yang jelas dari lembaga lembaga
pemeriksa pemerintah tersebut, apakah auditor internal atau auditor eksternal.
Audit internal adalah audit yang dilakukan oleh unit pemeriksa yang merupakan
bagian dari organisasi yang diawasi seperti Oleh Inspektorat Jenderal Departemen, Satuan
Pengawasan Intern Dilingkungan Bumn/Bumd, Inspektorat Wilayah Provinsi, Inspektorat
Wilayah Kabupaten/Kota, Dan Badan Pengawas Keuangan Dan Pembangunan.
Sedangkan, audit eksternal adalah audit yang dilakukan oleh unit pemeriksa yang
berada diluar organisasi yang diperiksa dan merupakan lembaga pemeriksa yang independen.
Dalam hal ini, yang bertindak sebagai auditor ekstenal adalah BPK.
Reposisi lembaga pemeriksa tersebut akan efektif apabila semua lembaga pemeriksa
yang ada melaksanakan fungsi dan kewenangannya secara baik. Reposisi lembaga pemeriksa
merupakan salah satu cara untuk memberdayakan lembaga pemeriksaan negara yang
beberapa waktu lalu mengalami distorsi. Jika lembaga pemeriksa telah ditata ulang, maka
diharapkan dapat diikuti dengan standar akuntansi keuangan sektor publik dan standar
auditing pemerintahan secara lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta : Penerbit Andi

Anda mungkin juga menyukai