Anda di halaman 1dari 13

Alat penilaian dapat berarti teknik evaluasi.

Teknik evaluasi non-tes berarti melaksanakan


penilaian dengan tidak mengunakan tes. Teknik penilaian ini umumnya untuk menilai
kepribadian anak secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial, ucapan,
riwayat hidup dan lain-lain. Yang berhubungan dengan kegiatan belajar dalam pendidikan, baik
secara individu maupun secara kelompok.
Alat penilaian yang non-test, yang biasanya menyertai atau inheren dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar sangat banyak macamnya. Di antaranya bisa disebutkan adalah observasi (baik
dengan cara langsung, tak langsung, maupun partisipasi), wawancara (terstruktur atau bebas),
angket (tertutup atau terbuka), sosiometri, checklist, concept map, portfolio, student journal,
pertanyaan-pertanyaan, dan sebagainya.
Keberhasilan siswa dalam proses belajar-mengajar tidak dapat diukur dengan alat tes. Sebab
masih banyak aspek-aspek kemampuan siswa yang sulit diukur secara kuantitatif dan mencakup
objektifitas misalnya aspek efektif psikomotor.
Penggolongan Teknik Non-tes
1.
Observasi
Observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan
tingkah lakuya. Secara umum observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data)
yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.
Dalam menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan
format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item
tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi.
Dari penelitian berpengalaman diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat data observasi
bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan
penilaian ke dalam suatu skala bertingkat. Misalnya kita memperhatikan reaksi penonton
televise, bukan hanya mencatat bagaimana reaksi itu, dan berapa kali muncul, tetapi juga menilai
reaksi tersebut, sangat, kurang, atau tidak sesuai dengan yang kita kehendaki.
Observasi dapat dilakukan pada berbagi tempat misalnya kelas pada waktu pelajaran, dihalaman
sekolah pada waktu bermain, dilapangan pada waktu murid olah raga, upacara dan lain-lain.
Cara dan Tujuan Observasi
Menurut cara dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam:
1.
Observasi partisipatif dan nonpartisipatif
Observasi partisipatif adalah observasi dimana orang yang mengobservasi (observer) ikut
ambil bagian alam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diamatinya. Sedangkan observasi
nonpartisipatif, observasi tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh
objeknya. Atau evaluator berada diluar garis seolah-olah sebagai penonton belaka.
Contoh observasi partisipatif : Misalnya guru mengamati setiap anak. Kalau observasi
nonpartisipatif, guru hanya sebagai pengamat, dan tidak ikut bermain.

2.

Observasi sistematis dan observasi nonsitematis


Observasi sistematis adalah observasi yang sebelum dilakukan, observer sudah mengatur
sruktur yang berisi kategori atau kriteria, masalah yang akan diamati.
Sedangkan observasi nonsistematis yaitu apabila dalam pengamatan tidak terdapat stuktur
ketegori yang akan diamati.
Contoh observasi sistematis misalnya guru yang sedang mngamati anak-anak menanam
bunga. Disini sebelum guru melaksanakan observasi sudah membuat kategori-kategori yang
akan diamati, misalnya tentang: kerajinan, kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan, kerjasama dan
kebersihan. Kemudian ketegori-kategori itu dicocokkan dengan tingkah laku murid dalam
menanam bunga.
Observasi nonsistematis maka guru tidak membuat kategori-kategori diatas, tetapi langsung
mengamati anak yang sedang menanam bunga.
3.
Observasi Eksperimental
Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara nonpartisipatif tetapi
sistematis. Tujuannya untuk mengetahui atau melihat perubahan, gejala-gejala sebagai akibat
dari situasi yang sengaja diadakan.
Sebagai alat evaluasi , observasi digunakan untuk:
1.
Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam diri siswa.
2.
Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun kelompok.
3.
Suatu tes essay / obyektif tidak dapat menunjukan seberapa kemampuan siswa dapat
menjelaskan pendapatnya secara lisan, dalam bekerja kelompok dan juga kemampuan siswa
dalam mengumpulkan data

1.
2.
3.
4.

Sifat Observasi
Observasi yang baik dan tepat harus memilki sifat-sifat tertentu yaitu:
Hanya dilakukan sesuai dengan tujuan pengajaran
Direncanakan secara sistematis
Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan
Dapat diperika validitas, rehabilitas dan ketelitiaanya.
Kelebihan dan Kelemahan Observasi
Observasi sebagai alat penilai non-tes, mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:
a. Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak.
b. Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatu gejala
atau kejadian yang penting
c. Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mencek data yang diperoleh dari teknik lain,
misalnya wawancara atau angket

d. Observer tidak perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang diamati,
kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak langsung memegang peran.
Selain keuntungan diatas, observer juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:
a. Observer tidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorag yang sangat dirahasiakan.
Apabila seseorang yang diamati sengaja merahasiakan kehidupannya maka tidak dapat
diketahui dengan observasi. Misalnya mengamati anak yang menyayi, dia kelihatan gembira,
lincah. Tetapi belum tentu hatinya gembira, dan bahagia. Mungkin sebaliknya, dia sedih dan
duka tetapi dirahasiakan.
b. Apabila si objek yang diobservasikan mengetahui kalau sedang diobservasi maka tidak
mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer merasa senang.
c. Observer banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dapat dikontrol sebelumya.

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Langkah-langkah menyusun observasi :


Merumuskan tujuan
Merumuskan kegiatan
Menyusun langkah-langkah
Menyusun kisi-kisi
Menyusun panduan observasi
Menyusun alat penilaian
2. Wawancara (Interview)
Wawancara, suatu cara yang dilakukan secara lisan yang berisikan pertanyaan-pertanyaan
yang sesuai dengan tujuan informsi yang hendak digali. wawancara dibagi dalam 2 kategori,
yaitu pertama, wawancara bebas yaitu si penjawab (responden) diperkenankan untuk
memberikan jawaban secara bebas sesuai dengan yang ia diketahui tanpa diberikan batasan oleh
pewawancara. Kedua adalah wawancara terpimpin dimana pewawancara telah menyusun
pertanyaan pertanyaan terlebih dahulu yang bertujuan untuk menggiring penjawab pada
informasi-informasi yang diperlukan saja.
Wawancara adalah suatu teknik penilain yang dilakukan dengan jalan percakapan (dialog)
baik secara langsung (face to pace relition) secara langsung apabila wawancara itu dilakukan
kepada orang lain misalnya kepada orang tuannya atau kepada temanya. Keberhasilan
wawancara sebagai alat penilaian sangat dipengaruhi oleh beberapa hal :
Hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai. Dalam hal ini hendaknya
pewawancara dapat menyesuikan diri dengan orang yang diwawancarai
Keterampilan pewawancara. Keterampilan pewawancara sangat besar pengaruhnya terhadap
hasil wawancara yang dilakukan, karena guru perlu melatih diri agar meiliki keterampilan
dalam melaksanakan wawancara.

a.
b.
c.
d.
e.

Pedoman wawancara. Keberhasilan wawancara juga sangat dipengaruhi oleh pedoman yang
dibuat oleh guru sebelum guru melaksanakan wawancara harus membuat pedoman-pedoman
secara terperinci, tentang pertanyaan yang akan diajukan.

Langkah-langkah penyusunan wawancara :


Perumusan tujuan
Perumusan kegiatan atau aspek-aspek yang dinilai
Penyusunan kisi-kisi
Penyusunan pedoman wawancara
Lembaran penilaian
Kelebihan dan kelemahan wawancara
Kelebihan wawancara yaitu :
a. Wawancara dapat memberikan keterangan keadaan pribadi hal ini tergantung pada hubungan
baik antara pewawancara dengan objek.
b. Wawancara dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam pelaksaannya
c. Wawancara dapat dilaksanakan serempak dengan observasi.
d. Data tentang keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat dibandingkan dengan
observasi dan angket.
e. Wawancara dapat menimbulkan hubungan yang baik antara si pewawancara dengan objek.
Sedangkan kelemahan wawancara:
a. Keberhasilan wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan, kemampuan individu yang
diwawancarai.
b. Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar pelaksanaan wawancara.
c. Wawancara menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna dari pewawancara.
d. Adanya pengaruh subjektif dari pewawancara dapat mempengaruhi hasil wawancara
Jenis-jenis wawancara
Ada dua jenis wawancara yang dapat pergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu:
a. Wawancara terpimpin (Guided Interview) yang juga sering dikenal dengan istilah wawancara
berstruktur (Structured Interview) atau wawancara sistematis (Systematic Interview).
b. Wawancara tidak terpimpin (Un-Guided Interview) yang sering dikenal dengan istilah
wawancata sederhana (Simple Interview) atau wawancara tidak sistematis (Non-Systematic
Interview), atau wawancara bebas.
3. Angket (Questionaire)
Pada dasarnya angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan
diukur (responden). Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses

pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik
sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka.
Angket sebagai alat penilaian non-tes dapat dilaksanakan secara langsung maupun secara tidak
langsung. Dilaksanakan secara langsung apabila angket itu diberikan kepada anak yang dinilai
atau dimintai keterangan sedangkan dilaksanakan secara tidak langsung apabila nagket itu
diberikan kepada orang untuk dimintai keterangan tentang keadaan orang lain. Misalnya
diberikan kepada orangtuanya, atau diberikan kepada temannya.
Angket adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa kategori. Pembagiannya
dibedakan menjadi dua, yaitu pembagian kuesioner berdasarkan siapa yang menjawab, dan
pembagian berdasarkan cara menjawab.
Jenis-jenis angket
Ditinjau dari segi siapa yang menjawab, kuesioner/angket dibagi menjadi dua yaitu:
a. Kuesioner langsung
Suatu kuesioner dikatakan sebagai kuesioner langsung adalah apabila kuesioner tersebut
dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawabann tentang dirinya
b. Kuesioner tidak langsung
Kuesioner tidak langsung adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi bukan oleh orang yang
diminta keterangannya. Kuesioner jenis ini biasanya digunakan untuk mencari data tentang
bawahan, anak, saudara, tetangga, dan sebagainya.
Ditinjau dari segi cara menjawab atau strukturnya, kuesioner dibagi menjadi dua yaitu:
a. Kuesioner tertutup (berstruktur)
Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban
lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda centang pada jawaban yang dipilih.
b. Kuesioner terbuka (tidak berstruktur)
Kuesioner terbuka adalahKuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi
bebas mengemukakan pendapatnya. Kuesioner terbuka disusunapabila macam jawaban
pengisi belum terperinci dengan jelas sehingga jawabannya akan beraneka ragam. Dengan
kata lain, kuesioner ini adalah angket/kuesioner yang membutuhkan jawaban uraian panjang,
dari anak, dan bebas. Yang biasanya anak dituntut untuk memberi penjelasan-penjelasan,
alasan-alasan terbuka.
Kelebihan dan kelemahan angket
Angket sebagai alat penilaian terhadap sikap tingkah laku, bakat, kemampuan, minat anak,
mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan angket antara lain:
a. Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang hanya
membutuhkan waktu yang sigkat.
b. Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama
c. Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan

Sedangkan kelemahan angket, antara lain:


a. Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal-hal yang
kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali
b. Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau mungkin
dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas
menjawab dan tidak diawasi secara mendetail.
c. Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab banyak anak
yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak memberikan
kembali angketnya

a.
b.
c.
d.
e.
f.

Langkah-langkah menyusun angket :


Merumuskan tujuan
Merumuskan kegiatan
Menyusun langkah-langkah
Menyusun kisi-kisi
Menyusun panduan angket
Menyusun alat penilaian
4. Pemeriksaan Dokumen (Ducumentary Analisis)
Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa
menguji (teknik non-tes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan
pemerikasaan terhadap dokumen-dokumen; misalnya dokumen yang memuat infomasi mengenai
riwayat hidup (auto biography).
Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa
kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan dapat menarik
suatu kesimpulan tentang kepribadian kebiasaan atau sikap dari obyek yang dinilai.
Berbagai informasi, baik mengenai peserta didik, orangtua dan lingkungannya itu bukan tidak
mungkin pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam
melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didik.
5. Sosiometri
Sosiometri adalah suatu penilaian untuk menentukan pola pertalian dan kedudukan seseorang
dalam suatu kelompok. Sehnggga sosiometri merupakan alat yag tepat untuk menilai hubungan
sosial dan tingkah laku sosial dari murid-murid dalam suatu kelas, yang meliputi stuktur
hubungan individu, susunan antar individu dan arah ubungan sosial. Sehingga dengan demikian
seorang guru dapat mengetahui bagaimana keadaan hubungan social dari tiap-tiap anak dalam
suatu kelompok atau kelas.
Langkah langkah dalam sosiometri

Adapun langkah-langkah yang dilakukan guru dalam sosiometri adalah:


a. Langkah pemilihan teman
Disini guru menyuruh semua murid untuk memilih teman-temannya yang disenangi secara
berurutan sebanyak satu atau dua anak. Dalam memilih anak perlu disebutkan alasan mengapa
harus memilih teman itu.
b. Langkah Pembuatan Gambar (Sosiogram)
Dari data yang telah kita buat dalam metrik sosiometri, dapat pula kita buat sebuah peta atau
sosiogram. Dalam pembuatan sosiogram usahakan anak yang paling banyak dipilih diletakan
ditengah-tengah, agar dapat mudah diketahui siapa yang paling banyak dipilih.
Dengan melihat hasil sosiometri kita dapat mengetahui bagaimana kedudukan dan relasi sosial
dari masing-masing anak dalam kelompok. Sehingga hasil dari sosiogram ini dapat dibuat
pertimbangan untuk menilai sikap sosial anak dan kepribadiannya dalam kelompok.
Manfaat sosiometri
Sosiometri sebagai alat penilaian non-tes sangat berguna bagi guru dalam beberapa hal, antara
lain:
a. Untuk pembentukan kelompok dalam menentukan kelompok kerja (pembagian tugas)
b. Untuk pengarahan dinamika kelompok
c. Untuk memperbaiki hubungan individu dalam kelompok dan memberi bimbingan kepada
setiap anak.
Dari uraian tersebut diatas dapatlah dipahami, bahwa dalam rangka hasil evaluasi hasil belajar
peserta didik, evaluasi tidak harus semata-mata dilakukan denan mengunakan alat berupa tes-tes
hasil belajar. Teknik-teknik non-tes juga menempati kedudukan yang penting dalam rangka
evaluasi hasil belajar, lebih-lebih evaluasi yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan peserta
didik, seperti persepsinya terhadap guru, minatnya, bakatnya, tingkah laku atau sikapnya, dan
sebagainya, yang kesemuannya itu tidak mungkin dievaluasi dengan mengunakan tes sebagai
alat pengukurnya.
6. Rating scale atau skala bertingkat
Rating scale adalah instrument pengukuran non tes yang menggunakan suatu prosedur
terstruktur untuk memperoleh informasi tentang sesuatu yang diobservasi yang menyatakan
posisi tertentu dalam hubungannya dengan yang lain (Asmawi Zaenul dan Noehi Nasution.
2005: 112).
Rating scale atau skala bertingkat menggambarkan suatu nilai dalam bentuk angka. Angka-angka
diberikan secara bertingkat dari angka terendah hingga angka paling tinggi. Angka-angka
tersebut kemudian dapat dipergunakan untuk melakukan perbandingan terhadap angka yang lain.
Rating scale terdiri dari dua bagian, yaitu:

a. Pernyataan tentang kualitas keberadaan sesuatu.


b. Petunjuk penilaian tentang pernyataan tersebut.
Tipe-tipe rating scale
Rating scale terdiri dari empat tipe, yaitu numerical rating scale, descriptive graphic rating
scale, ranking method rating scale, dan paired comparisons rating scale. Dari keempat tipe
tersebut, yang paling banyak digunakan adalah numerical rating scale, descriptive graphic
rating scale.
7. Daftar cocok
Daftar cocok adalah sebuah daftar yang berisikan pernyataan beserta dengan kolom pilihan
jawaban. Si penjawab diminta untuk memberikan tanda silang (X) atau cek () pada jawaban
yang ia anggap sesuai.
8. Riwayat hidup
Evaluasi ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan informasi mengenai objek evaluasi
sepanjang riwayat hidup objek evaluasi tersebut.
9. Bagan partisipasi
Salah satu tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran adalah keikutsertaan peserta
didik secara sukarela dalam kegiatan pembelajaran. Partisipasi peserta didik dalam proses
pembelajaran harus diukur, karena ia memiliki informasi yang sangat kaya tentang hasil belajar
yang bersifat nonkognitif. Keterlibatan dalam siswa dalam pembelajaran merupakan salah satu
indikasi tentang kemampuan peserta didik untuk menyesuaikan diri dengan kelompoknya atau
penerimaan peserta didik terrentu dalam kelompok tertentu. Participation charts ini terutama
berguna untuk mengamati keiatan diskusi di kelas.
10. Skala sikap
Sikap adalah tendensi mental yang diwujudkan dalam bentuk pengetahuan atau pemahaman,
perasaan dan tindakan atau tingkah laku kearah positif maupun negative terhadap suatu obyek.
Definisi tersebut memuat tiga komponen sikap, yaitu kognisi (pengetahuan, pemahaman,
keyakinan terhadap suatu obyek), afeksi (perasaan dalam menghadapi obyek), dan konasi
(kecenderungan berbuat atau bertingkah laku sehubungan dengan obyek).
Bentuk-bentuk skala sikap
a. Skala Likert
Prinsip pokok skala Likert adalah kedudukan seseorang dalam suatu kontinum sikap terhadap
obyek sikap, mulai dari yang sangat negative sampai dengan yang sangat positif. Penentuan
lokasi tersebut dilakukan dengan kuatifikasi pernyataan seseorang terhadap butir pernyataan
yang disediakan. Untuk skala Likert digunakan lima angka, 1-5. Skala 1 berarti sangat

negative dan skala 5 berarti sangat positif. Skala ini disusun dalam bentuk suatu pernyataan
dan diikuti oleh pilihan respon yang menunjukkan tingkatan.
b. Skala Thrustone
Skala ini mirip dengan descriptive graphic rating scale, hanya saja pada descriptive graphic
rating, skala terdiri dari 5 tingkatan sedangkan pada skala Thurstone jumlah sdkala yang
digunakan berkisar antara 7 sampai 11.
c. Skala Guttman
Skala Guttman merupakan sederetan pernyataan opini tentang sesuatu obyek secara berurutan.
Responden diminta untuk menyatakan pendapatnya tentang pernyataan itu (setuju atau tidak
setuju). Bila ia setuju dengan pernyataan dengan nomor urut tertentu, maka berarti ia setuju
dengan pernyatan sebelumnya dan tidak setuju dengan pernyataan sesudahnya.
d. Semantic differensial
Instrumen ini mengukur konsep-konsep untuk tiga dimensi. Dimensi-dimensi yang ada diukur
dalam kategori menyenangkan-membosankan, sulit-mudah, baik-tidak baik, dan sebagainya.
Skala ini digunakan untuk mengukur minat atau pendapat siswa mengenai suatu kegiatan atau
topic suatu pelajaran maupun mata pelajaran itu sendiri.
11.

Penilaian Berbasis Portofolio


Portofolio merupakan folder atau dokumen yang berisi contoh hasil karya siswa yang
menuru siswa, sangat berarti, merupakan karya terbaik, merupakan karya favorit, sangat sulit
dikerjakan tetapi berhasil, dan sangat menyentuh perasaan ataumemiliki nilai kenangan.
Portofolio seorang siswa biasanya memuat:
Hasil ulangan harian atau tes formatif, hasil ulangan umum atau tes sumatif, yang biasanya
ditulis dalam buku nilai siswa.
Tugas-tugas terstruktur

Catatan perilaku haarian siswa.

Laporan kegiatan siswa diluar sekolah yang menunjang kegiatan belajar.

Prinsip dasar penilaian berbasis portofolio


a. Prinsip penilaian proses dan akhir
Penilaian berbasis portofolio menerapkan prinsip penilaian proses dan hasil sekaligus. Proses
belajar yang dinilai misalnya diperoleh dari catatan perilaku harian atau catatan anekdot
mengenai sikap-sikap siswa dalam belajar, antusias dalam mengikuti pelajaran, dan
sebagainya.
b. Prinsip penilaian berkala dan berkelanjutan
Penilaian berbasis portofolio menerapkan prinsip penilaian berkala. Misalnya dalam menilai
hasil, secara berkala setiap selesai satu satuan pelajaran ataupun satu kompetensi dasar,
diadakan ulangan atau tes.Penilaian berbasis portofolio menerapkan prinsip penilaian

berkelanjutan. Hal ini terlihat dari adanya kontinuitas penilaian, baik penilaian hasil maupun
proses tidak ada yang boleh tertutup.
c. Prinsip penilaian yang adil
Penilaian yang baik hendaknya memerhatikan kondisi dan perbedaan-perbedaan individual,
karena kedua hal tersebut berkaitan dengan masalah keadilan.
Jenis-jenis portofolio
a. Portofolio untuk beberapa atau semua pelajaran
Jenis ini menggambarkan profil kemampuan siswa yang memuat berbagai hasil karya siswa
siswa dari berbagai mata pelajaran. Jenis ini dapat dibuat dengan bimbingan wali kelas atau
guru di kelas.
b. Portofolio untuk satu mata pelajaran
Isi portofolio terdiri dari hasil karya siswa yang menggambarkan ketercapaian kompetensi
dasar dari mata pelajaran tertentu. Hasil pengukuran portofolio dijadikan dasar untuk
menentukan apakah siswa terseburt masuk program akselerasi, pengayaan, atau remidiasi.
Kelebihan dan kekurangan portofolio
Kelebihan dari portofolio
a. Perubahan paradigma penilaian
b. Akuntabilitas (dapat dipertanggungjawabkan)
c. Keterlibatan orang tua
d. Penilaian diri sendiri
e. Penilaian yang fleksibel

a.
b.
c.
d.
e.

Kekurangan dari fortofolio


Membutuhkan waktu yang relative lama
Reliabilitas rendah
Guru berorientasi pada pencapaian hasil akhir
Belum tersedianya criteria penilaian yang baku
Memerlukan tempat penyimpanan yang memadai
Langkah-Langkah Dalam Pengembangan Instrumen Non Tes
Menurut Hadjar, dalam suatu penelitian tertentu, peneliti harus mengikuti langkah-langkah
pengembangan instrumen, yaitu:
a. Mendefinisikan variable
b. Menjabarkan variabel ke dalam indikator yang lebih rinci
c. Menyusun butir-butir
d. Melakukan uji coba
e. Menganalisis kesahihan (validity) dan keterandalan (reliability).

Suryabrata berpendapat bahwa langkah-langkah pengembangan alat ukur khususnya atribut nonkognitif adalah: 1). Pengembangan spesifikasi alat ukur; 2). Penulisan pernyataan atau
pertanyaan; 3). Penelaahan pernyataan atau pertanyaan; 4). Perakitan instrumen (untuk keperluan
uji-coba); 5). Uji-coba; 6). Analisis hasil uji-coba; 7). Seleksi dan perakitan instrumen; 8).
Administrasi instrumen; 9). Penyusunan skala dan norma.
Secara lebih rinci, Djaali dan Muljono menjelaskan langkah-langkah penyusunan dan
pengembangan instrumen yaitu:
1) Sintesa teori-teori yang sesuai dengan konsep variabel yang akan diukur dan buat konstruk
variabel
2) Kembangkan dimensi dan indikator variabel sesuai dengan rumusan konstruk variabel
3) Buat kisi-kisi instrumen dalam bentuk tabel spesifikasi yang memuat dimensi, indikator,
nomor butir dan jumlah butir untuk setiap dimensi dan indikator
4) Tetapkan besaran atau parameter yang bergerak dalam suatu rentangan kontinum dari suatu
kutub ke kutub lain yang berlawanan
5) Tulis butir-butir instrumen baik dalam bentuk pertanyaan maupun pernyataan. Biasanya
butir instrumen digolongkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok pernyataan atau
pertanyaan positif dan kelompok pernyataan atau pertanyaan negatif
6) Butir yang ditulis divalidasi secara teoritik dan empirik
7) Validasi pertama yaitu validasi teoritik ditempuh melalui pemeriksaan pakar atau panelis
yang menilai seberapa jauh ketepatan dimensi sebagai jabaran dari konstruk, indikator
sebagai jabaran dimensi dan butir sebagai jabaran indikator
8) Revisi instrumen berdasarkan saran pakar atau penilaian panelis
9) Setelah konsep instrumen dianggap valid secara teoritik dilanjutkan penggandaan instrumen
secara terbatas untuk keperluan uji coba
10) Validasi kedua adalah uji coba instrumen di lapangan yang merupakan bagian dari proses
validasi empirik. Instrumen diberikan kepada sejumlah responden sebagai sampel yang
mempunyai karakteritik sama dengan populasi yang ingin diukur. Jawaban responden adalah
data empiris yang kemudian dianalisis untuk menguji validitas empiris atau validitas kriteria
dari instrumen yang dikembangkan
11) Pengujian validitas krtieria atau validitas empiris dapat dilakukan dengan menggunakan
kriteria internal maupun kriteria eksternal
12) Berdasarakn kriteria tersebut dapat diperoleh butir mana yang valid dan butir yang tidak
valid
13) Untuk validitas kriteria internal, berdasarkan hasil analisis butir yang tidak valid
dikeluarkan atau direvisi untuk diujicobakan kembali sehingga menghasilkan semua butir
valid.
14) Dihitung koefisien reliabilitas yang memiliki rentangan 0-1, makin tinggi koefisien
reliabilitas instrumen berarti semakin baik kualitas instrumen
15) Rakit semua butir yang telah dibuat menjadi instrumen yang final

Terkait
dengan
penilaian
kinerja,
Gronlund
penyusunan performance assessmentyaitu :
1) Spesifikasi kinerja yang ingin dicapai
2) Tentukan fokus penilaian (proses atau hasil)
3) Tentukan derajat (tingkat) kesesuaian dengan kenyataan
4) Tentukan situasi performance
5) Tentukan metode observasi, menyimpan dan menskor

menjelaskan

langkah-langkah

Dari beberapa teori langkah-langkah pengembangan instrumen di atas, dapat disimpulkan bahwa
secara garis besar langkah-langkah pengembangan instrumen penilaian kinerja adalah sebagai
berikut:
a. Merumuskan definisi konseptual dan operasional
Langkah yang pertama kali harus dilakukan dalam pengembangan instrumen adalah
merumuskan konstruk variabel yang akan diukur sesuai dengan landasan teoritik yang
dikembangkan secara menyeluruh dan operasionalkan definisi konseptual tersebut sesuai
dengan sifat instrumen yang akan dikembangkan kemudian rumuskan dan jabarkan indikator
dari variabel yang akan diukur.
b. Pengembangan spesifikasi dan penulisan pernyataan
Pengembangan spesifikasi yaitu menempatkan dimensi dan indikator dalam bentuk tabel
spesifikasi pada kisi-kisi instrumen yang kemudian dilanjutkan dengan penulisan pernyataan.
Rumusan pernyataan sangat tergantung kepada model skala yang digunakan. Dari setiap
pernyataan dicantumkan nomor butir dan jumlah butir sesuai dengan dimensi dan indikator
yang akan diukur. Format yang telah dirumuskan dalam spesifikasi perlu diikuti secara tertib.
c. Penelaahan pernyataan
Butir-butir pernyataan yang telah ditulis merupakan konsep instrumen yang harus melalui
proses validasi, baik validasi teoritik maupun validasi empirik.
d. Tahap validasi pertama yang ditempuh adalah validasi teoritik, yaitu melalui pemeriksaan
pakar atau melalui panel yang pada dasarnya menelaah seberapa jauh dimensi merupakan
jabaran yang tepat untuk konstruk, seberapa jauh indikator merupakan jabaran yang tepat dari
dimensi, dan seberapa jauh butir-butir instrumen yang dibuat secara tepat dapat mengukur
indikator. Selanjutnya jika semua butir pernyataan sudah valid secara teoritk atau konseptual
maka dilakukan validasi empirik melaui uji coba.
e. Uji coba
Uji coba di lapangan merupakan bagian dari proses validasi empirik. Melalui uji coba
tersebut, instrumen diberikan kepada sejumlah responden sebagai sampel uji coba yang
mempunyai karakteristik sama atau ekivalen dengan karakteristik populasi penelitian.
Jawaban atau respon dari sampel uji coba merupakan data empiris yang akan dianalisis untuk
menguji validitas empiris atau validitas kriteria yang dikembangkan.
f. Analisis
Berdasarkan data hasil uji coba selanjutnya dilakukan analisis untuk mengetahui koefisien
validitas butir dan reliabilitas instrumen.

g. Revisi Instrumen
Revisi instrumen dilakukan jika setelah melalui analisis terdapat butir-butir yang tidak valid
atau memiliki reliabilitas yang rendah. Butir-butir yang sudah direvisi dirakit kembali dan
dihitung kembali validitas dan reliabilitasnya.
h. Perakitan instrumen menjadi Instrumen final
Terkait langkah-langkah pengembangan instrumen di atas, terdapat dua hal yang harus
diperhatikan dan dipenuhi untuk memperoleh instrumen yang berkualitas yaitu instrumen
tersebut harus valid dan reliabel. Untuk itu, perlu pemahaman yang mendalam tentang
validitas dan reliabilitas instrumen.

Anda mungkin juga menyukai