2.
1.
2.
3.
4.
Sifat Observasi
Observasi yang baik dan tepat harus memilki sifat-sifat tertentu yaitu:
Hanya dilakukan sesuai dengan tujuan pengajaran
Direncanakan secara sistematis
Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan
Dapat diperika validitas, rehabilitas dan ketelitiaanya.
Kelebihan dan Kelemahan Observasi
Observasi sebagai alat penilai non-tes, mempunyai beberapa kelebihan, antara lain:
a. Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak.
b. Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatu gejala
atau kejadian yang penting
c. Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mencek data yang diperoleh dari teknik lain,
misalnya wawancara atau angket
d. Observer tidak perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang diamati,
kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak langsung memegang peran.
Selain keuntungan diatas, observer juga mempunyai beberapa kelemahan, antara lain:
a. Observer tidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorag yang sangat dirahasiakan.
Apabila seseorang yang diamati sengaja merahasiakan kehidupannya maka tidak dapat
diketahui dengan observasi. Misalnya mengamati anak yang menyayi, dia kelihatan gembira,
lincah. Tetapi belum tentu hatinya gembira, dan bahagia. Mungkin sebaliknya, dia sedih dan
duka tetapi dirahasiakan.
b. Apabila si objek yang diobservasikan mengetahui kalau sedang diobservasi maka tidak
mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer merasa senang.
c. Observer banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dapat dikontrol sebelumya.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
a.
b.
c.
d.
e.
Pedoman wawancara. Keberhasilan wawancara juga sangat dipengaruhi oleh pedoman yang
dibuat oleh guru sebelum guru melaksanakan wawancara harus membuat pedoman-pedoman
secara terperinci, tentang pertanyaan yang akan diajukan.
pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik
sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka.
Angket sebagai alat penilaian non-tes dapat dilaksanakan secara langsung maupun secara tidak
langsung. Dilaksanakan secara langsung apabila angket itu diberikan kepada anak yang dinilai
atau dimintai keterangan sedangkan dilaksanakan secara tidak langsung apabila nagket itu
diberikan kepada orang untuk dimintai keterangan tentang keadaan orang lain. Misalnya
diberikan kepada orangtuanya, atau diberikan kepada temannya.
Angket adalah daftar pertanyaan yang terbagi dalam beberapa kategori. Pembagiannya
dibedakan menjadi dua, yaitu pembagian kuesioner berdasarkan siapa yang menjawab, dan
pembagian berdasarkan cara menjawab.
Jenis-jenis angket
Ditinjau dari segi siapa yang menjawab, kuesioner/angket dibagi menjadi dua yaitu:
a. Kuesioner langsung
Suatu kuesioner dikatakan sebagai kuesioner langsung adalah apabila kuesioner tersebut
dikirimkan dan diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawabann tentang dirinya
b. Kuesioner tidak langsung
Kuesioner tidak langsung adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi bukan oleh orang yang
diminta keterangannya. Kuesioner jenis ini biasanya digunakan untuk mencari data tentang
bawahan, anak, saudara, tetangga, dan sebagainya.
Ditinjau dari segi cara menjawab atau strukturnya, kuesioner dibagi menjadi dua yaitu:
a. Kuesioner tertutup (berstruktur)
Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban
lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda centang pada jawaban yang dipilih.
b. Kuesioner terbuka (tidak berstruktur)
Kuesioner terbuka adalahKuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi
bebas mengemukakan pendapatnya. Kuesioner terbuka disusunapabila macam jawaban
pengisi belum terperinci dengan jelas sehingga jawabannya akan beraneka ragam. Dengan
kata lain, kuesioner ini adalah angket/kuesioner yang membutuhkan jawaban uraian panjang,
dari anak, dan bebas. Yang biasanya anak dituntut untuk memberi penjelasan-penjelasan,
alasan-alasan terbuka.
Kelebihan dan kelemahan angket
Angket sebagai alat penilaian terhadap sikap tingkah laku, bakat, kemampuan, minat anak,
mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan angket antara lain:
a. Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang hanya
membutuhkan waktu yang sigkat.
b. Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama
c. Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
negative dan skala 5 berarti sangat positif. Skala ini disusun dalam bentuk suatu pernyataan
dan diikuti oleh pilihan respon yang menunjukkan tingkatan.
b. Skala Thrustone
Skala ini mirip dengan descriptive graphic rating scale, hanya saja pada descriptive graphic
rating, skala terdiri dari 5 tingkatan sedangkan pada skala Thurstone jumlah sdkala yang
digunakan berkisar antara 7 sampai 11.
c. Skala Guttman
Skala Guttman merupakan sederetan pernyataan opini tentang sesuatu obyek secara berurutan.
Responden diminta untuk menyatakan pendapatnya tentang pernyataan itu (setuju atau tidak
setuju). Bila ia setuju dengan pernyataan dengan nomor urut tertentu, maka berarti ia setuju
dengan pernyatan sebelumnya dan tidak setuju dengan pernyataan sesudahnya.
d. Semantic differensial
Instrumen ini mengukur konsep-konsep untuk tiga dimensi. Dimensi-dimensi yang ada diukur
dalam kategori menyenangkan-membosankan, sulit-mudah, baik-tidak baik, dan sebagainya.
Skala ini digunakan untuk mengukur minat atau pendapat siswa mengenai suatu kegiatan atau
topic suatu pelajaran maupun mata pelajaran itu sendiri.
11.
berkelanjutan. Hal ini terlihat dari adanya kontinuitas penilaian, baik penilaian hasil maupun
proses tidak ada yang boleh tertutup.
c. Prinsip penilaian yang adil
Penilaian yang baik hendaknya memerhatikan kondisi dan perbedaan-perbedaan individual,
karena kedua hal tersebut berkaitan dengan masalah keadilan.
Jenis-jenis portofolio
a. Portofolio untuk beberapa atau semua pelajaran
Jenis ini menggambarkan profil kemampuan siswa yang memuat berbagai hasil karya siswa
siswa dari berbagai mata pelajaran. Jenis ini dapat dibuat dengan bimbingan wali kelas atau
guru di kelas.
b. Portofolio untuk satu mata pelajaran
Isi portofolio terdiri dari hasil karya siswa yang menggambarkan ketercapaian kompetensi
dasar dari mata pelajaran tertentu. Hasil pengukuran portofolio dijadikan dasar untuk
menentukan apakah siswa terseburt masuk program akselerasi, pengayaan, atau remidiasi.
Kelebihan dan kekurangan portofolio
Kelebihan dari portofolio
a. Perubahan paradigma penilaian
b. Akuntabilitas (dapat dipertanggungjawabkan)
c. Keterlibatan orang tua
d. Penilaian diri sendiri
e. Penilaian yang fleksibel
a.
b.
c.
d.
e.
Suryabrata berpendapat bahwa langkah-langkah pengembangan alat ukur khususnya atribut nonkognitif adalah: 1). Pengembangan spesifikasi alat ukur; 2). Penulisan pernyataan atau
pertanyaan; 3). Penelaahan pernyataan atau pertanyaan; 4). Perakitan instrumen (untuk keperluan
uji-coba); 5). Uji-coba; 6). Analisis hasil uji-coba; 7). Seleksi dan perakitan instrumen; 8).
Administrasi instrumen; 9). Penyusunan skala dan norma.
Secara lebih rinci, Djaali dan Muljono menjelaskan langkah-langkah penyusunan dan
pengembangan instrumen yaitu:
1) Sintesa teori-teori yang sesuai dengan konsep variabel yang akan diukur dan buat konstruk
variabel
2) Kembangkan dimensi dan indikator variabel sesuai dengan rumusan konstruk variabel
3) Buat kisi-kisi instrumen dalam bentuk tabel spesifikasi yang memuat dimensi, indikator,
nomor butir dan jumlah butir untuk setiap dimensi dan indikator
4) Tetapkan besaran atau parameter yang bergerak dalam suatu rentangan kontinum dari suatu
kutub ke kutub lain yang berlawanan
5) Tulis butir-butir instrumen baik dalam bentuk pertanyaan maupun pernyataan. Biasanya
butir instrumen digolongkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok pernyataan atau
pertanyaan positif dan kelompok pernyataan atau pertanyaan negatif
6) Butir yang ditulis divalidasi secara teoritik dan empirik
7) Validasi pertama yaitu validasi teoritik ditempuh melalui pemeriksaan pakar atau panelis
yang menilai seberapa jauh ketepatan dimensi sebagai jabaran dari konstruk, indikator
sebagai jabaran dimensi dan butir sebagai jabaran indikator
8) Revisi instrumen berdasarkan saran pakar atau penilaian panelis
9) Setelah konsep instrumen dianggap valid secara teoritik dilanjutkan penggandaan instrumen
secara terbatas untuk keperluan uji coba
10) Validasi kedua adalah uji coba instrumen di lapangan yang merupakan bagian dari proses
validasi empirik. Instrumen diberikan kepada sejumlah responden sebagai sampel yang
mempunyai karakteritik sama dengan populasi yang ingin diukur. Jawaban responden adalah
data empiris yang kemudian dianalisis untuk menguji validitas empiris atau validitas kriteria
dari instrumen yang dikembangkan
11) Pengujian validitas krtieria atau validitas empiris dapat dilakukan dengan menggunakan
kriteria internal maupun kriteria eksternal
12) Berdasarakn kriteria tersebut dapat diperoleh butir mana yang valid dan butir yang tidak
valid
13) Untuk validitas kriteria internal, berdasarkan hasil analisis butir yang tidak valid
dikeluarkan atau direvisi untuk diujicobakan kembali sehingga menghasilkan semua butir
valid.
14) Dihitung koefisien reliabilitas yang memiliki rentangan 0-1, makin tinggi koefisien
reliabilitas instrumen berarti semakin baik kualitas instrumen
15) Rakit semua butir yang telah dibuat menjadi instrumen yang final
Terkait
dengan
penilaian
kinerja,
Gronlund
penyusunan performance assessmentyaitu :
1) Spesifikasi kinerja yang ingin dicapai
2) Tentukan fokus penilaian (proses atau hasil)
3) Tentukan derajat (tingkat) kesesuaian dengan kenyataan
4) Tentukan situasi performance
5) Tentukan metode observasi, menyimpan dan menskor
menjelaskan
langkah-langkah
Dari beberapa teori langkah-langkah pengembangan instrumen di atas, dapat disimpulkan bahwa
secara garis besar langkah-langkah pengembangan instrumen penilaian kinerja adalah sebagai
berikut:
a. Merumuskan definisi konseptual dan operasional
Langkah yang pertama kali harus dilakukan dalam pengembangan instrumen adalah
merumuskan konstruk variabel yang akan diukur sesuai dengan landasan teoritik yang
dikembangkan secara menyeluruh dan operasionalkan definisi konseptual tersebut sesuai
dengan sifat instrumen yang akan dikembangkan kemudian rumuskan dan jabarkan indikator
dari variabel yang akan diukur.
b. Pengembangan spesifikasi dan penulisan pernyataan
Pengembangan spesifikasi yaitu menempatkan dimensi dan indikator dalam bentuk tabel
spesifikasi pada kisi-kisi instrumen yang kemudian dilanjutkan dengan penulisan pernyataan.
Rumusan pernyataan sangat tergantung kepada model skala yang digunakan. Dari setiap
pernyataan dicantumkan nomor butir dan jumlah butir sesuai dengan dimensi dan indikator
yang akan diukur. Format yang telah dirumuskan dalam spesifikasi perlu diikuti secara tertib.
c. Penelaahan pernyataan
Butir-butir pernyataan yang telah ditulis merupakan konsep instrumen yang harus melalui
proses validasi, baik validasi teoritik maupun validasi empirik.
d. Tahap validasi pertama yang ditempuh adalah validasi teoritik, yaitu melalui pemeriksaan
pakar atau melalui panel yang pada dasarnya menelaah seberapa jauh dimensi merupakan
jabaran yang tepat untuk konstruk, seberapa jauh indikator merupakan jabaran yang tepat dari
dimensi, dan seberapa jauh butir-butir instrumen yang dibuat secara tepat dapat mengukur
indikator. Selanjutnya jika semua butir pernyataan sudah valid secara teoritk atau konseptual
maka dilakukan validasi empirik melaui uji coba.
e. Uji coba
Uji coba di lapangan merupakan bagian dari proses validasi empirik. Melalui uji coba
tersebut, instrumen diberikan kepada sejumlah responden sebagai sampel uji coba yang
mempunyai karakteristik sama atau ekivalen dengan karakteristik populasi penelitian.
Jawaban atau respon dari sampel uji coba merupakan data empiris yang akan dianalisis untuk
menguji validitas empiris atau validitas kriteria yang dikembangkan.
f. Analisis
Berdasarkan data hasil uji coba selanjutnya dilakukan analisis untuk mengetahui koefisien
validitas butir dan reliabilitas instrumen.
g. Revisi Instrumen
Revisi instrumen dilakukan jika setelah melalui analisis terdapat butir-butir yang tidak valid
atau memiliki reliabilitas yang rendah. Butir-butir yang sudah direvisi dirakit kembali dan
dihitung kembali validitas dan reliabilitasnya.
h. Perakitan instrumen menjadi Instrumen final
Terkait langkah-langkah pengembangan instrumen di atas, terdapat dua hal yang harus
diperhatikan dan dipenuhi untuk memperoleh instrumen yang berkualitas yaitu instrumen
tersebut harus valid dan reliabel. Untuk itu, perlu pemahaman yang mendalam tentang
validitas dan reliabilitas instrumen.