Anda di halaman 1dari 26

BAB V

Pengukuran MBT (METHYLENE BLUE TEST)

5.1 Tujuan Percobaan


1. Mengetahui fungsi dari dilakukannya Methylene Blue Test.
2. Mengetahui hasil titrasi dengan menggunakan Methylene Blue.
3. Mengetahui masalah pemboran yang dapat diakibatkan karena kapasitas
tukar kation yang tinggi.
4. Mengetahui kapasitas tukar kation dari berbagai jenis mineral clay.
5. Mengetahui proses untuk melakukan Methylene Blue Test.

5.2 Dasar Teori


Seperti pada kebanyakan metode pertukaran kation, tes dengan
menggunakan Methylene Blue. Digunakan untuk mengukur total kapasitas
pertukaran kation pada suatu sistem Clay. Dimana pertukaran kation
tersebut bergantung pada jenis dan kristalinitas mineral, pH larutan, jenis
kation yang dipertukarkan serta konsentrasi mineral yang terdapat dalam
Clay.
Kemampuan pertukaran kation didasarkan atas urutan dari kekuatan
Ion-Ion berikut ini:
+
Li + < Na + < H+ < K < Li + NH 4 + <
Nilai pertukaran kation yang paling besar dimiliki oleh mineral
Allogenic (Pecahan batuan Induk), sedangkan yang paling kecil dimiliki
oleh Authogenic (Proses Kimiawi).
70

71

Sedangkan Laju Reaksi pergantian kation bergantung pada jenis


kation yang dipertukarkan dan jenis kadar mineral Clay (Konsentrasi
kation).
Adapun hal hal yang dapat menyebabkan mineral clay memiliki
Kapasitas Tukar Kation adalah adanya ikatan yang putus disekeliling sisi
unit Silika Alumina, akan menimbulkan muatan yang tidak seimbang
sehingga agar seimbang lagi (harus bervalensi rendah) diperlukan
penyerapan kation. Adanya substitusi Alumina bervalensi tiga didalam
Kristal untuk Silika Equivalent, serta ion-ion bervalensi rendah terutama
Magnesium yang terdapat pada struktur Tetrahedral. Proses penggantian
hidrogen yang muncul dari gugusan hidroksil yang muncul oleh kationkation yang dapat dipertukarkan (Exchangeable). Untuk faktor ini masih
disangsikan kemungkinannya karena tidak mungkin untuk bisa terjadi
pertukaran hidrogen secara normal.

Tabel 5.1
Kapasitas Tukar Kation dan Beberapa Jenis Mineral Clay

Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran

72

Jenis Mineral Clay

Kapasitas Tukar Kation


meq/100 gr

Kaolinite
Halloysite 2H2O
Halloysite 4H2O
Montmorillonite
Lllite
Vermiculite
Chlorite
Spiolite-Attapulgite

3-15
5-10
10-40
80-150
10-40
100-150
10-40
20-30

Reaksi pertukaran kation kadang kala terjadi bersamaan dengan


Swelling. Jika permukaan Clay mengalami kontak langsung dengan air dan
menganggap bahwa satu Plat Clay terpisah dari matriksnya, maka ion-ion
bermuatan positif (kation) akan meninggalkan Plat Clay tersebut. Karena
molekul air termasuk molekul yang polar maka molekul air akan ditarik
balik oleh kation yang terlepas maupun oleh Plat Clay dan molekul air yang
bermuatan positif akan ditarik oleh plat claynya sendiri, sehingga
keseluruhan Clay akan mengembang (Swelling).
Kapasitas tukar kation dari sebagian jenis mineral Clay adalah
sebagai berikut, untuk mineral Kaolinite kapasitas tukar kationnya berada
dikisaran antara 3 sampai 15 meq/100 gr, Halloysite 2H2O kapasitas tukar
kation berada dikisaran antara 5 sampai 10 meq/100 gr, untuk mineral
Halloysite 4H2O kapasitas tukar kationnya berada dikisaran antara 10
sampai 40 meq/100 gr, untuk mineral Illite kapasitas tukar kationnya berada
dikisaran antara 10 sampai 40 meq/100 gr, untuk mineral Vermicurite berada
dikisaran antara 100 150 meq/100 gr, untuk mineral Chlonte berada
dikisaran antara 10 sampai 40 meq/100 gr dan untuk mineral Spiolite

Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran

73

Attapulgite berada dikisaran antara 20 sampai 30 meq/100 gr. Reaksi


pertukaran kation kadang kala bersamaan dengan terjadinya Swelling.
Lempung atau Clay merupakan material yang terdiri dari mineral kaya
Alumina, Silika dan air. Clay bukan merupakan mineral tunggal, tetapi
sejumlah mineral. Mineral lempung merupakan silikat yang berlapis lapis
dan struktur kristal dari mineral-mineral tersebut tersusun dari lapisan
tetrahedron SiO4. Di tengah Tetrahedron SiO4 yang bergelang -6 biasanya
terkandung ion hidroksil (OH).
Mineral lempung mempunyai ukuran sangat kecil (kurang dari 2
mikron) dan merupakan partikel yang aktif secara elektrokimiawi dan hanya
dapat dilihat sdengan cara mikroskop elektron. Mineral yang membentuk
suatu lempung begitu sangat halus sehingga sampai penemuan analisis
difraksi, mineral ini tidak secara khusus dapat dikenal. Pembesaran yang
sangat tinggi dapat melihat mineral lempung dapat berbentuk seperti serpih,
serat atau bahkan tabung hampa. Lempung dapat juga mengandung bahan
bahan lain seperti oksida besi (karat), silika dan fragmen batuan. Kotoran ini
dapat mengubah karakteristik dari lempung tersebut.
Sumber utama dari mineral lempung adalah pelapukan kimiawi atau
dapat juga disebut sebagai silikat aluminium komples. Mineral lempung
dapat terbentuk dari hampir semua jenis batuan selama terdapat cukup
banyak alkali dan alkali tanah untuk dapat memungkinkan terjadinya reaksi
kimia (dekomposisi).
Lempung digunakan terutama untuk pembuatan tembikar, ubin
lantai, keramik. membuat Sanitary Ware, menyerap cairan, bahan bangunan
seperti batu bata, semen, dan agregat ringan. Lempung digunakan sebagai

Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran

74

lumpur di dalam operasi pengeboran juga digunakan dalam industri industri


lainnya seperti "Pelletizing" bijih besi, selain itu juga digunakan untuk
membuat berbagai jenis barang tahan terhadap panas yang ekstrim.
Penyebab masalah shale ini dapat dikelompokkan dari segi lumpur
maupun dari segi drilling practice atau mekanis. Beberapa penyebab dari
kelompok mekanis antara lain : Erosi, karena kecepatan lumpur di annulus
yang terlalu tinggi. Gesekan pipa bor terhadap dinding lubang bor. Adanya
penekanan (pressure surge) atau penyedotan (swabbing) pada waktu cabut
dan masuk pahat (tripping). Adanya tekanan dari dalam formasi. Adanya air
filtrasi atau lumpur yang masuk ke dalam formasi.
Secara umum dapat dikatakan bahwa pembesaran lubang bor dan
masalah shale berkaitan dengan dua masalah pokok, ialah tekanan formasi
dan kepekaan terhadap lumpur atau air filtrasi.
Lapisan shale tufa mempunyai sifat sangat komplek dam mudah
runtuh jika keseimbangan (konsentrasinya) terganggu oleh air tapisan
lumpur bor yang masuk ke dalam lapisan shale tersebut, sehingga hal ini
menyebabkan yield strengthnya (gaya tarik menarik) menjadi berkurang.
Kecenderungan lapisan shale untuk runtuh tergantung pada
beberapa faktor, antara lain : Kadar clay dalam lapisan shale cukup tinggi
(clay mudah mengembang bila kena air tapisan). Kemiringan lapisan shale,
semakin besar kemiringan maka kecenderungan untuk runtuh semakin
besar. Tekanan kompaksi shale, dimana tekanan kompaksi shale lebih besar

Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran

75

daripada tekanan hidrostatik lumpur pemboran. Pola aliran turbulen di


annulus dapat membantu mengerosi lapisan shale.
Reaksi clay pada cairan terutama tergantung dari jenis clay, ion-ion
yang ada dan keadaan fisisk yang bersangkutan. Karena clay merupakan
material yang reaktif, maka ion-ion yang ditambahkan pada reaksi kimia
clay dan air sangat berpengaruh terhadap sifat reaktifnya. Ion yang berubah
dapat berupa ion positif maupun negatif. Dalam hal ini dispertion clay
karena thinner, adalah tambahan anion pada permukaan clay (partikel clay).
Misal Na+ dan Ca2+, kedua ion ini saling tukar tempat dan penukarannya
tergantung dari jenis kation yang ada dan konsentrasi kation yang ada dan
konsentrasi relatif kationnya.
Muatan listrik pada permukaan clay sangat penting. Suatu sistem
dispersi adalah dimana permukaan-permukaan clay menjadi muatan-muatan
negatif yang dominan, sehingga masing-masing partikel saling tolakmenolak. Sebaliknya pada flukolasi, gaya tolak-menolak ini dinetralisir dan
clay akan menggumpal dan menjebak air bebas di dalamnya sebagai
tambahan dari mengikat air sehingga sistem kekurangan air dan
viscositasnya naik, demikian pula gel strengthnya.

Tendensi dari mineral

clay untuk terbentuk kembali jika gaya tolak-menolak telah dinetralkan


merupakan sifat clay dan terutama terjadi karena pecahnya valensi pengikat,
atau

muatan-muatan

permukaan

yang

terbentuk

karena

(penghancuran) dan sirkulasi.

Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran

grinding

76

5.3 Alat dan Bahan


5.3.1 Alat yang digunakan
Tabel 5.2
Nama Alat-alat Laboratorium yang Digunakan Pada Percobaan
Pengukuran MBT (Methylene Blue Test)
No
.

Nama dan Gambar Alat

Fungsi

1.

Digunakan

bersama

dengan Pipet volumetrik


sebagai penghisap cairan

Gambar 5.1
Balp

2.

Digunakan untuk wadah


pada saat mencampurkan
bahan lumpur pemboran

Gambar 5.2
Cup Mixer

3.

Digunakan untuk tempat


melarutkan suatu zat.

Gambar 5.3
Gelas Kimia

Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran

77

4.

Digunakan

untuk

menghitung

volume

suatu fluida

Gambar 5.4
Gelas Ukur

5.

Digunakan

untuk

meneteskan

larutan

Methylene Blue

Gambar 5.5
Pengaduk Gelas

6.

Digunakan

untuk

memanaskan
larutan

pada

larutan
suhu

tertentu.

Gambar 5.6
Hot Plate
7.

Digunakan untuk wadah


mencampurkan
larutan.

Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran

suatu

78

Gambar 5.7
Labu Erlenmeyer

8.

Digunakan
pengaduk

sebagai
otomatis,

putarannya meliputi low,


medium, high tergantung
setiap

material lumpur.

Gambar 5.8
Multi Mixer

9.

komponen

Digunakan

untuk

mengambil

larutan

dengan volume tertentu.

Gambar 5.9
Pipet Mohr

10.

Digunakan

untuk

mengambil sampel dalam


jumlah kecil.

Gambar 5.10
Siring
11.

Digunakan

untuk

mengaduk

larutan

Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran

79

dengan

bantuan

magnetik.

Gambar 5.11
Stirrer Magnetic

12.

Digunakan

untuk

menghitung waktu dalam


satuan detik.

Gambar 5.12
Stopwatch

13.

Digunakan

untuk

menimbang
material

materialyang

akan

dipakai untuk membuat


lumpur,
Gambar 5.13
Timbangan
5.3.2 Bahan yang digunakan
a. Aquadest 327.5 mL
b. Bentonite 22.5 gr
c. Filter Paper
d. H2O2 15 mL
e. H2SO4 5N 0.5 mL
f. Methylene Blue
5.3.3 Gambar Rangkaian Alat

dinyatakan

dalam gram.

Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran


MBT (Methylene Blue Test)

80

5.4 Prosedur Percobaan


5.4.1 Membuat Lumpur Dasar

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran

81

Mengambil aquadest subanyak 350 mL dengan


menggunakan gelas ukur.

Menimbang bentonite sebanyak 22,5 gram


menggunakan timbangan.

Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran

82

Mencampurkan aquadest dan bentonite yang telah disiapkan ke


dalam cup mixer, lalu memixingnya dengan menggunakan multi
mixer selama 15 menit dengan kecepatan low.

Membersihkan dan merapihkan alat dan bahan


yang telah digunakan.

5.4.2

Pengujian MBT (Methylene Blue Test)

Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran

83

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

Memasukkan lumpur sebanyak 1 ml ke dalam Labu Erlenmeyer


dengan menggunakan Siring.

Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran

84

Memasukkan Aquadest sebanyak 10 ml ke dalam Labu


Erlenmeyer dengan menggunakan gelas ukur

Memasukkan H2O2 sebanyak 15 ml ke dalam Labu Erlenmeyer


dengan menggunakan Gelas Ukur

Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran

85

Memasukkan H2SO4 5M sebanyak 0,5 ml ke dalam Labu


Erlenmeyer dengan menggunakan Pipet Mohr

Meletakkan Stirrer Magnetik ke dalam Labu Erlenmeyer,


kemudian meletakkan Labu Erlenmeyer di atas Hot Plate dan
dipanaskan hingga mendidih.

Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran

86

Mengambil Labu Erlenmeyer yang telah mendidih dari Hot


Plate, lalu didiamkan selama 10 menit dan menambahkan
Aquadest sebanyak 23,5 ml

Memasukkan larutan Methyl Blue sebanyak 0,5 ml kemudian


menitrasi ke dalam Labu Erlenmeyer dalam keadaan heater mati
dan stirring menyala

Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran

87

Mengambil sampel yang berada didalam Labu Erlenmeyer


dengan menggunakan Spatula, kemudian meneteskan di Filter
Paper

Melihat Filter Paper apakah terdapat warna biru tua dengan


gradasi biru muda. Jika belum, tambahkan Methylene Blue per
skala 0,5 ml sampai didapat warna biru tua dengan gradasi biru
muda

Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran

88

Mencatat hasil pengamatan dalam satuan ml.

Membersihkan dan merapihkan alat dan bahan yang telah


digunakan.
5.5 Hasil Pengamatan
Tabel 5.3
Bahan-Bahan untuk pengujian MBT (Methyl Blue Test)
Bahan Pengujian MBT

Komposisi
(mL)

Aquadest

10

Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran

89

H2O2 3%

15

H2SO4 5 M

0,5

Lumpur Dasar

Tabel 5.4
Hasil Pengamatan Penggunaan MBT (Methyl Blue Test)
Titran

Hasil Pengamatan (mL)

Methylene Blue

1,5 x 5 = 7,5

5.6 Pembahasan
Pada percobaan ini berjudul Pengukuran MBT (Methylene Blue
Test).

Bertujuan

agar

praktikan

mampu

Mengetahui

fungsi

dari

dilakukannya Methylene Blue Test. Mengetahui hasil titrasi dengan


menggunakan Methylene Blue. Mengetahui bahan bahan dasar yang
digunakan pada saat melakukan Methylene Blue Test. Mengetahui kapasitas
tukar kation dari berbagai jenis mineral clay. Mengetahui proses untuk
melakukan Methylene Blue Test.
Seperti pada kebanyakan metode pertukaran kation, tes dengan
menggunakan Methylene Blue. Digunakan untuk mengukur total kapasitas
pertukaran kation pada suatu sistem Clay. Dimana pertukaran kation
tersebut bergantung pada jenis dan kristalinitas mineral, pH larutan, jenis
kation yang dipertukarkan serta konsentrasi mineral yang terdapat dalam
Clay. Kapasitas tukar kation dari sebagian jenis mineral Clay adalah sebagai

Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran

90

berikut, untuk mineral Kaolinite kapasitas tukar kationnya berada dikisaran


antara 3 sampai 15 meq/100 gr, Halloysite 2H2O kapasitas tukar kation
berada dikisaran antara 5 sampai 10 meq/100 gr, untuk mineral Halloysite
4H2O kapasitas tukar kationnya berada dikisaran antara 10 sampai 40
meq/100 gr, untuk mineral Illite kapasitas tukar kationnya berada dikisaran
antara 10 sampai 40 meq/100 gr, untuk mineral Vermicurite berada dikisaran
antara 100 150 meq/100 gr, untuk mineral Chlonte berada dikisaran antara
10 sampai 40 meq/100 gr dan untuk mineral Spiolite Attapulgite berada
dikisaran antara 20 sampai 30 meq/100 gr. Reaksi pertukaran kation kadang
kala bersamaan dengan terjadinya Swelling. Lempung atau Clay merupakan
material yang terdiri dari mineral kaya Alumina, Silika dan air. Clay bukan
merupakan mineral tunggal, tetapi sejumlah mineral. Mineral lempung
merupakan silikat yang berlapis lapis dan struktur kristal dari mineralmineral tersebut tersusun dari lapisan tetrahedron SiO 4. Di tengah
Tetrahedron SiO4 yang bergelang -6 biasanya terkandung ion hidroksil
(OH).
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah Balp digunakan
untuk menghisap larutan H2O2 dan H2SO4, Cup Mixer digunakan sebagai
wadah untuk mencampurkan Aquadest dan Bentonite untuk membuat
lumpur dasar, Gelas Kimia digunakan untuk menampung lumpur pemboran
yang akan diuji, Gelas Ukur digunakan untuk mengambil Aquadest
sebanyak 350 ml, Hot Plate digunakan untuk memanaskan larutan, Labu
Erlenmeyer digunakan sebagai wadah larutan lumpur yang akan diuji, Multi
Mixer digunakan untuk mencampurkan Aquadest dan Bentonite, Pipet Mohr

Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran

91

digunakan untuk menghisap larutan H2O2 dan H2SO4, Siring digunakan


untuk mengambil lumpur sebanyak 1 ml, Stirrer Magnetik digunakan untuk
mengaduk larutan lumpur secara magnetik, Stopwatch digunakan untuk
menghitung waktu dalam satuan detik, dan Timbangan digunakan untuk
mengambil bentonite sebanyak 22,5 gram. Bahan yang digunakan adalah
Aquadest digunakan untuk pembuatan lumpur dasar, Bentonite digunakan
untuk pembuatan lumpur dasar, H2O2 digunakan untuk katalis pada sistem
lumpur. H2SO4 digunakan sebagai katalis pada sistem lumpur, Methylene
Blue digunakan untuk mengukur nilai kapasitas tukar kation dari mineral
Clay, dan Filter Paper digunakan untuk mengetahui gradasi warna yang
terbentuk.
Prosedur percobaan yang dilakukan adalah pertama tama membuat
lumpur dasar dengan cara menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Mengambil aquadest subanyak 350 mL dengan menggunakan gelas ukur.
Menimbang bentonite sebanyak 22,5 gram menggunakan timbangan.
Mencampurkan aquadest dan bentonite yang telah disiapkan ke dalam cup
mixer, lalu memixingnya dengan menggunakan multi mixer selama 15 menit
dengan kecepatan low. Membersihkan dan merapihkan alat dan bahan yang
telah digunakan. Selanjutnya melakukan pengujian MBT dengan cara
menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Memasukkan lumpur
sebanyak 1 ml ke dalam Labu Erlenmeyer dengan menggunakan Siring.
Memasukkan Aquadest sebanyak 10 ml ke dalam Labu Erlenmeyer dengan
menggunakan gelas ukur. Memasukkan H2O2 sebanyak 15 ml ke dalam
Labu Erlenmeyer dengan menggunakan Gelas Ukur. Memasukkan H 2SO4

Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran

92

5M sebanyak 0,5 ml ke dalam Labu Erlenmeyer dengan menggunakan Pipet


Mohr. Meletakkan Stirrer Magnetik ke dalam Labu Erlenmeyer, kemudian
meletakkan Labu Erlenmeyer di atas Hot Plate dan dipanaskan hingga
mendidih. Mengambil Labu Erlenmeyer yang telah mendidih dari Hot
Plate, lalu didiamkan selama 10 menit dan menambahkan Aquadest
sebanyak 23,5 ml. Memasukkan larutan Methyl Blue sebanyak 0,5 ml
kemudian menitrasi ke dalam Labu Erlenmeyer dalam keadaan heater mati
dan stirring menyala. Mengambil sampel yang berada didalam Labu
Erlenmeyer dengan menggunakan Spatula, kemudian meneteskan di Filter
Paper. Melihat Filter Paper apakah terdapat warna biru tua dengan gradasi
biru muda. Jika belum, tambahkan Methylene Blue per skala 0,5 ml sampai
didapat warna biru tua dengan gradasi biru muda. Mencatat hasil
pengamatan dalam satuan ml. Membersihkan dan merapihkan alat dan
bahan yang telah digunakan.
Hasil pengamatan pada bahan-bahan untuk pengujian MBT (Metyl
Blue Test) pertama bahan Aquadest 10 mL, H2O2 3% 15 mL, H2SO4 5M 0,5
mL dan Lumpur dasar 1 mL didapatkan titran Methylene Blue yaitu 1,5 dan
dikalikan 5 hasilnya adalah 7,5 mL.
Perbedaan teori dengan hasil pengamatan yaitu pada saat
meneteskan larutan Methylene blue ke filter paper pada saat tetesan pertama
seharusnya langsung terjadi gradasi warna biru tua di dalam dan biru muda
di luar, tetapi pada saat praktikum, itu diperlukan beberapa tetes agar
mendapatkan gradasi warna pada Filter paper.

Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran

93

5.7 Analisa Kesalahan


Pada percobaan mengenai MBT (Methylene Blue Test) memiliki
beberapa kesalahan yaitu:
a. Kelebihan dalam memberi methylene blue.
b. Kelebihan dalam mengambil larutan H2O2.
5.8 Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan Pengujian MBT (Methylene Blue Test)
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Fungsi dari Methylene Blue Test digunakan untuk mengukur total
kapasitas pertukaran kation pada suatu sistem Clay.
2. Hasil titrasi dengan menggunakan Methylene Blue adalah sebesar 1,5 ml.
3. Masalah pemboran yang dapat terjadi akibat pengaruh kapasitas tukar
kation yang besar adalah terjadinya Swelling karena jika permukaan Clay
mengalami kontak langsung dengan air dan menganggap bahwa satu Plat
Clay terpisah dari matriksnya, maka ion-ion bermuatan positif (kation)
akan meninggalkan Plat Clay tersebut. Karena molekul air termasuk
molekul yang polar maka molekul air akan ditarik balik oleh kation yang
terlepas maupun oleh Plat Clay dan molekul air yang bermuatan positif
akan ditarik oleh plat claynya sendiri, sehingga keseluruhan Clay akan
mengembang (Swelling).
4. Nilai kapasitas tukar kation dari sebagian jenis mineral Clay adalah
sebagai berikut, untuk mineral Kaolinite kapasitas tukar kationnya berada

Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran

94

dikisaran antara 3 sampai 15 meq/100 gr, Halloysite 2H2O kapasitas tukar


kation berada dikisaran antara 5 sampai 10 meq/100 gr, untuk mineral
Halloysite 4H2O kapasitas tukar kationnya berada dikisaran antara 10
sampai 40 meq/100 gr, untuk mineral Illite kapasitas tukar kationnya
berada dikisaran antara 10 sampai 40 meq/100 gr, untuk mineral
Vermicurite berada dikisaran antara 100 150 meq/100 gr, untuk mineral
Chlonte berada dikisaran antara 10 sampai 40 meq/100 gr dan untuk
mineral Spiolite Attapulgite berada dikisaran antara 20 sampai 30
meq/100 gr. Reaksi pertukaran kation kadang kala bersamaan dengan
terjadinya Swelling. Lempung atau Clay merupakan material yang terdiri
dari mineral kaya Alumina, Silika dan air. Clay bukan merupakan mineral
tunggal, tetapi sejumlah mineral. Mineral lempung merupakan silikat
yang berlapis lapis dan struktur kristal dari mineral-mineral tersebut
tersusun dari lapisan tetrahedron SiO4. Di tengah Tetrahedron SiO4 yang
bergelang -6 biasanya terkandung ion hidroksil (OH).
5. Proses yang dilakukan untuk pengukuran MBT dengan cara menyiapkan

alat dan bahan yang akan digunakan. Memasukkan lumpur sebanyak 1


ml

ke

dalam

Labu

Erlenmeyer

dengan

menggunakan

Siring.

Memasukkan Aquadest sebanyak 10 ml ke dalam Labu Erlenmeyer


dengan menggunakan gelas ukur. Memasukkan H2O2 sebanyak 15 ml ke
dalam Labu Erlenmeyer dengan menggunakan Gelas Ukur. Memasukkan
H2SO4 5M sebanyak 0,5 ml ke dalam Labu Erlenmeyer dengan
menggunakan Pipet Mohr. Meletakkan Stirrer Magnetik ke dalam Labu

Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran

95

Erlenmeyer, kemudian meletakkan Labu Erlenmeyer di atas Hot Plate


dan dipanaskan hingga mendidih. Mengambil Labu Erlenmeyer yang
telah mendidih dari Hot Plate, lalu didiamkan selama 10 menit dan
menambahkan Aquadest sebanyak 23,5 ml. Memasukkan larutan Methyl
Blue sebanyak 0,5 ml kemudian menitrasi ke dalam Labu Erlenmeyer
dalam keadaan heater mati dan stirring menyala. Mengambil sampel
yang berada didalam Labu Erlenmeyer dengan menggunakan Spatula,
kemudian meneteskan di Filter Paper. Melihat Filter Paper apakah
terdapat warna biru tua dengan gradasi biru muda. Jika belum,
tambahkan Methylene Blue per skala 0,5 ml sampai didapat warna biru
tua dengan gradasi biru muda. Mencatat hasil pengamatan dalam satuan
ml. Membersihkan dan merapihkan alat dan bahan yang telah digunakan.

Laporan Resmi Praktikum Analisa Lumpur Pemboran

Anda mungkin juga menyukai