Anda di halaman 1dari 148

HORMON AUKSIN

LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN II
PERCOBAAN X
HORMON AUKSIN
NAMA
: HARMIN ADIJAYA PUTRI
NIM
: H41110251
KELOMPOK
: II (DUA)
HARI/TGL PERC. : SELASA/20 MARET 2012
ASISTEN
: JANNY JOVITA

LABORATORIUM BOTANI JURUSAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang


Istilah auksin berasal dari bahasa Yunani yaitu auxien yang berarti meningkatkan.
Auksin ini pertama kali digunakan Frits Went, seorang mahasiswa pascasarjana di negeri
belanda pada tahun 1962, yang menemukan bahwa suatu senyawa yang belum dapat
dicirikan mungkin menyebabkan pembengkokan koleoptil oat kearah cahaya. Fenomena
pembengkokan ini dikenal dengan istilah fototropisme. Senyawa ini banyak ditemukan Went
didaerah koleoptil. Aktifitas auksin dilacak melalui pembengkokan koleoptil yang terjadi
akibat terpacunya pemanjangan pada sisi yang tidak terkena cahaya matahari (Salisbury dan
Ross, 1995).
Auksin merupakan hormon terhadap tumbuhan yang mempunyai peranan luas
terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Konsentrasi auksin tertinggi dijumpai

pada meristem (akar, batang) yang aktif tumbuh dan daun muda. Auksin diangkut dari daerah
meristem konsentrasinya semakin rendah, demikian juga pada jaringan yang telah dewasa
dan telah berhenti memanjang. Sifat penting auksin adalah berdasarkan konsentrasinya, dapat
merangsang dan menghambat pertumbuhan. Auksin berperan penting dalam perubahan dan
pemanjangan sel. Pada permukaan akar, auksin akan mempengaruhi jaringan meristem
primordial akar dalam jaringan batang (Latunra dkk., 2012).
Oleh karena itu, untuk melihat dan memahami lebih lanjut mengenai pengaruh
hormon tumbuh (auksin) terhadap tumbuhan, maka percobaan ini perlu dilakukan.
I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan Hormon Auksin ini adalah untuk melihat pengaruh cahaya
matahari terhadap aktivitas hormon auksin pada jagung Zea mays.
I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan

Hormon

20 Maret 2012,pukul 14.30

Auksin

ini

dilaksanakan

pada

17.00 WITA, bertempat di Laboratorium

hari

Selasa,

Botani,

Jurusan

Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin,


Makassar, dan pengamatan dilakukan selama satu minggu di Laboratorium Botani, Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin,
Makassar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Hormon dari bahasa Yunani hormoenin artinya menggiatkan. Hormon selain


ditemukan pada hewan juga terdapat pada tanaman. Hormon pada tanaman disebut
fitohormon atau hormone tumbuhan didefinisikan sebagai senyawa organik yang disintesis
secara endogen dalam tanaman yang dalam konsentrasi sangat kecil (mikromolar) dapat
menginduksi serangkaian reaksi fisiologis menuju kesuatu pola pertumbuhan yang spesifik.
Hormon bekerja dalam menginduksi pertumbuhan dalam konsentrasi yang tepat, jika
konsentrasi berlebih atau kurang maka hormon akan menghambat pertumbuhan (Latunra
dkk., 2012).
Istilah auksin berasal dari bahasa yunani yaitu auxien yang berarti meningkatkan.
Auksin ini pertama kali digunakan Frits Went, seorang mahasiswa pascasarjana di negeri
belanda pada tahun 1962, yang menemukan bahwa suatu senyawa yang belum dapat
dicirikan mungkin menyebabkan pembengkokan koleoptil oat kearah cahaya. Fenomena
pembengkokan ini dikenal dengan istilah fototropisme. Senyawa ini banyak ditemukan Went
didaerah koleoptil. Aktifitas auksin dilacak melalui pembengkokan koleoptil yang terjadi
akibat terpacunya pemanjangan pada sisi yang tidak terkena cahaya matahari (Salisbury dan
Ross, 1995).
Auksin merupakan hormon terhadap tumbuhan yang mempunyai peranan luas
terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Konsentrasi auksin tertinggi dijumpai
pada meristem (akar, batang) yang aktif tumbuh dan daun muda. Auksin diangkut dari daerah
meristem konsentrasinya semakin rendah, demikian juga pada jaringan yang telah dewasa
dan telah berhenti memanjang. Sifat penting auksin adalah berdasarkan konsentrasinya, dapat
merangsang dan menghambat pertumbuhan. Auksin berperan penting dalam perubahan dan
pemanjangan sel. Pada permukaan akar, auksin akan mempengaruhi jaringan meristem
primordial akar dalam jaringan batang (Latunra dkk., 2012).
Auksin yang ditemukan Went, yang kini diketahui sebagai Indol Asetat Acid(IAA) atau
Asam Indole Asetat dan beberapa ahli fisiologi masih menyamakannya dengan auksin.
Namun tumbuhan mengandung 3 senyawa lain yang struktrurnya mirip dengan IAA dan
menyebabkan banyak respon yang sama dengan IAA. Ketiga senyawa tersebut dapat

dianggap sebagai auksin. Senyawa-senyawa tersebut adalah asam 4-kloroindol asetat, asam
fenilasetat (PAA) dan asam Indolbutirat (IBA) (Dwidjoseputro, 1990).
Asam 4 kloroindol asetat ditemukan pada biji muda berbagai jenis kacang-kacangan.
Asam fenilasetat (PAA) ditemukan pada berbagai jenis tumbuhan dan sering lebih banyak
jumlahnya dari pada IAA, walaupun kurang aktif dalam menimbulkan respon IAA. Asam
indol butirat merupakan senyawa yang ditemukan belakangan. Senyawa ini ditemukan pada
daun jagung dan berbagai jenis tumbuhan dikotil, sehingga kemungkinan besar zat tersebut
tersebar luas pada dunia tumbuhan (Tjitrosoma, 1984).
Selain senyawa-senyawa tersebut diatas, ada tiga senyawa lainnya yang ditemukan
pada banyak tumbuhan dan mempunyai aktivitas auksin yang tinggi. Ketiganya mudah
teroksidasi menjadi IAA invivo dan barangkali hanya aktif setelah peralihan tersebut. Ketiga
senyawa tersebut belum dikelompokkan sebagai auksin. Mereka adalah indolasetaldehid,
indolsetonitril dan indoletanol. Masing-masing memiliki struktur serupa dengan auksin,
hanya saja mereka tidak memiliki gugus karbonil (Salisbury dan Ross, 1995).
Pengangkutan IAA sebagai hormon dari jaringan ke jaringan yang lain berbeda
dengan pengangkutan atau pergerakan gula, ion, dan linarut tertentu lainnya. IAA biasanya
tidak dipindahkan melalui tabung tapis floem atau melalui xilem, tetapi terutama melaui sel
parenkim yang bersinggungan dengan berkas pembuluh. IAA akan bergerak melalui tabung
tapis jika diberikan dipermukaan daun yang cukup matang untuk mengangkut gula kelur,
tetapi biasanya pengangkutan pada batang dan tangkai daun berasal dari daun muda menuju
arah bawah sepanjang berkas pembuluh (Kimball, 1999).
Cara pengangkutan auksin atau IAA ini memiliki beberapa keistimewaan yang
berbeda dengan pengangkutan floem. Beberapa keistimewaan tersebut antara lain
(Goldsworhty dan Fisher, 1992) :
1. Pergerakan auksin itu lambat
Pergerakan auksin hanya sekitar 1 cm/jam di akar dan di batang tumbuhan.
2. Pengangkutan berlangsung secara polar
Pada batang arahnya lebih sering batipetal (mencari dasar), tanpa menghiraukan dasar
tersebut berada dalam posisi normal ataupun terbalik. Pengangkutan diakar juga berlangsung
secara polar, tetapi arahnya akropetal (mencari apex atau ujung).
3. Pengangkutan memerlukan energi hasil metabolisme

Pergerakan auksin ini memerlukan energi metabolisme berupa adenosine triphospat (ATP).
Hal ini ditunjukkan dengan terhambatnya pergerakan auksin apabila ditemukan zat-zat
penghambat sintesa ATP. Zat-zat penghambat tersebut antara lain adalah asam 2,3,5triodobenzoat (TIBA) dan asam alfa naftilamat (NPA). Meskipun kedua senyawa tersebut
tidak terlibat langsung dalam penghambatan pergerakan senyawa auksin, namun senyawasenyawa tersebut sering disebut senyawa antiauksin.
IAA terdapat pada akar, pada konsentrasi yang hamper sama dengan konsentrasi
dibagian tumbuhan yang lain. Diperkirakan, sel akar umumnya mengandung cukup atau
hampir cukup auksin untuk memanjang secara normal. Banyak potongan kar tumbuh selama
beberapa minggu atau beberapa hari secara invitro tanpa penambhan auksin. Hal ini
menandakan bahwa kebutuhan auksin pada akar tersebut sudah terpenuhi dari hasil sintesis
sendiri (Lakitan, 1993).
Setelah mencoba menginduksi pembungaan dengan cara membuat variasi suhu,
kelembapan, dan nutrisi mineral, Garner dan Allard mempelajari bahwa pemendekan siang
hari pada musim dinginlah yang merangsang tumbuhan Maryland berbunga. Jika tumbuhan
itu dpelihara dalam kotak yang kedap cahaya sehingga lampu dapat digunakan untuk
memanipulasi durasi siang dan malam, pembungaan akan terjadi jika panjang siang hari
adalah 14 jam atau lebih pendek. Tumbuhan ini tidak berbunga selama musim panas, karena
posisi garir lintang di Maryland, sehingga siang hari terlalu panjang selama musim itu
(Lakitan, 1993).
Peranan auksin (Latunra dkk., 2012):
a. Pembentukan dan perkembangan buah
Pada tumbuhan angiospermae, pembentukan biji diawali oleh penyerbukan. Saat biji
mulai berkembang, biji mengeluarkan auksin ke bagian-bagian bunga sekitarnya, dengan
demikian merangsang pembentukan buah.

b. Dominasi apikal
Pada umumnya pertumbuhan ujung pucuk suatu tumbuhan menghambat perkembangan
kuncup lateral di batang sebelah bawah, Pada pohon yang membentuk batang tunggal dan
lurus, misalnya pinus, dominasi apikalnya sangat jelas terlihat.
c.

Absisi

Baibach Cs (1933_) menemukan peranan auksin dalam mencegah gugurnya daun dan
buah. Daun dan buah muda membentuk auksin, dan selama itu tetap kuat menempel pada
batang.
d. Permulaan akar
Auksin juga merangsang pembentukan akar liar pada banyak spesies. Akar liar
tumbuhan dari batang atau daun dan bukan dari sistem akar tumbuhan yang biasa.
Para ahli fisiologi telah meneliti pengaruh auksin dalam proses pembentukan akar
lazim, yang membantu mengimbangkan pertumbuhan sistem akar dan system tajuk. Terdapat
bukti kuat yang menunjukkan bahwa auksin dari batang sangat berpengaruh pada awal
pertumbuhan kar. Bila daun muda dan kuncup, yang mengandung banyak auksin, dipangkas
maka jumlah pembentukan akar sampling akan berkurang. Bila hilangnya organ tersebut
diganti dengan auksin, maka kemampan membentuk akar sering terjadi kembali
(Salisbury dan Ross, 1995).
Auksin juga memacu perkembangan akar liar pada batang. Banyak spesies berkayu,
misalnya tanaman apel (Pyrus malus), telah membentuk primordia akar liar terlebih dahulu
pada batangnya yang tetap tersembunyi selama beberapa waktu lamanya, dan akan tumbuh
apabila dipacu dengan auksin. Primordia ini sering terdapat di nodus atau bagian bawah
cabang diantara nodus. Pada daerah tersebut, pada batang apel, masing-masing mengandung
sampai 100 primordia akar. Bahkan, batang tanpa primordia sebelumnya kan mampu
menghasilkan akar liar dari pembelahan lapisan floem bagian luar (Salisbury dan Ross,
1995).
Pentingnya proses pembungaan menyebabkan banyak ahli fisiologi tumbuhan
mencoba mencari apa yang memulainya. Dalam beberpa kasus, rangsangan semata-mata
tampaknya dari dalam, seperti pada varietas tomat tertentu secar otomasis membentuk
primodial bunga setelah terbentuk 13 ruas pada batang yang tumbuh (Lakitan, 1993).

BAB III
METODE PERCOBAAN

III.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu gunting, ember dan bambu.
III.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu bibit jagung Zea mays, tanah gembur,
kardus, selotip, dan air.
III.3 Prosedur Kerja
Prosedur kerja dari percobaan ini yaitu:
1.

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

2.

Memasukkan tanah gembur secukupnya ke dalam enam buah polybag.

3.

Menanam bibit jagung sebanyak tiga biji ke masing-masing polybag.

4.

Meletakkan tiga polybag di tempat yang terkena sinar matahari.

5.

Memasukkan tiga polybag lainnya ke dalam kardus dan ditempatkan di tempat gelap.

6.

Menutup rapat kardus dengan selotip.

7.

Melakukan pengamatan setiap lima hari sekali selama 15 hari.

8.

Mengamati warna daun, tinggi batang, serta bentuk batang.

9.

Pada pengamatan terakhir, mencabut akar tumbuhan lalu mengamati bgain akarnya.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil
A. Tempat Terang
Polyba

Kondisi Akar (Tanaman)

Kondisi Batang

Kondisi Daun

(Tanaman)

(Tanaman)

Banyak Banyak Banyak Kokoh Kokoh Kokoh Hijau Hijau Hijau

II

Banyak Banyak Banyak Kokoh Kokoh Kokoh Hijau Hijau Hijau

II

Banyak Banyak Banyak Kokoh Kokoh Kokoh Hijau Hijau Hijau

B. Tempat Terang
Polyba
g
I
II
II

Kondisi Akar

Kondisi Batang

Kondisi Daun

(Tanaman)

(Tanaman)

(Tanaman)

2
3
Sedikit Sedikit

Sedikit
Layu
Sedikit Sedikit Sedikit Layu

Layu
Layu

Sedikit Sedikit Sedikit Layu

Layu

3
Layu

2
3
Kuning Kuning

Layu

Kuning
Kuning Kuning Kuning

Layu

Kuning Kuning Kuning

IV.2 Pembahasan
Pada percobaan ini digunakan biji jagung Zea mays sebagai biji yang akan
ditumbuhkan pada enam buah polybag yang telah diisikan dengan tanah yang gembur, yang
masing-masing polybag ditumbuhkan tiga biji jagung, kemudian tiga buah polybag
ditempatkan di tempat yang terkena sinar matahari atau tempat terang dan tiga polybag
lainnya ditempatkan dalam kardus kemudian disimpan pada tempat yang terkena cahaya
matahari langsung, hal ini dilakukan agar nantinya dapat diketahui aktivitas hormon auksin
pada saat mengalami pertumbuhan.
Hasil yang didapatkan pada percobaan ini yaitu untuk hasil pengamatan pada hari ke5 dan ke-10 tidak dilakukan pengamatan karena adanya suatu faktor internal dari praktikan
sehingga pengamatan hanya dilaksanakan pada hari ke-15 dengan hasil pada tumbuhan pada
tempat terang; kondisi batang ketiga polybag yaitu kesemuanya kokoh, hijau dan tingginya

lebih pendek dari tanaman pada tempat gelap. Untuk kondisi akar rata-rata untuk kesemua
polybag yaitu pada akar batang akarnya yang serabut terbentuk cabang-cabang akar dan
rambut-rambut akar, juga akarnya berwarna putih kecokelatan dan nampak kuat. Kondisi
daunnya yaitu hijau karena mengandung banyak klorofil yang digunakan untuk proses
fotosintesisnya, sehingga proses pembentukan dan keaktifan klorofil lebih baik sehingga
tanaman lebih hijau dengan terbentuknya zat hijau daun. Pada tanaman ini proses
pertumbuhannya lambat tapi baik karena terjadi proses pembentukan energi dan bahan
makanan melalui proses fotosintesis yang dilakukan oleh klorofil dan dengan bantuan cahaya
matahari. Hormon auksin tidak bekerja secara optimal karena dihambat oleh cahaya matahari
sehingga auksin akan terurai atau menjauhi sinar matahari.
Untuk tanaman pada daerah gelap; kondisi batang ketiga polybag yaitu kesemuanya
lemah dan kelihatan layu karena kurangnya energi yang dihasilkan karena tidak terjadinya
proses fotosintesis sehingga warnanya juga kelihatan kuning. Untuk kondisi rata-rata akar
yaitu berwarna putih tanpa pembentukan cabang dan rambut-rambut akar. Kondisi daunnya
yaitu kuning dan lemah karena tidak mengandung klorofil atau zat hijau daun yang akan
digunakan dalam proses fotosintesis. Pertumbuhan tanaman pada kondisi ini yaitu cepat
tetapi tanaman yang tumbuh tidak sesehat dengan tanaman yang terdapat pada tempat terang
karena tidak terbentuknya proses pembentukan energi dan sumber makanan hanya berasal
dari nutrisi-nutrisi yang terdapat di dalam medium tumbuhnya. Aktivitas hormon auksin
bekerja secara optimal karena tidak adanya cahaya matahari yang kaan menghambat aktivitas
hormon auksin. Hormon auksin akan bekerja secara optimal tanpa adanya cahaya
matahari.
Terjadinya pertambahan panjang pada akar dan batang menunjukkan bahwa auksin
merupakan hormon pertumbuhan yang dapat memacu pertumbuhan akar dan batang karena
mengandung IAA (Asam Indole Asetat) yang dapat memacu pembelahan meristematik
bagian apical (ujung).

BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan pada percobaan ini yaitu cahaya sangat berpengaruh
dalam aktivitas hormon auksin. Auksin akan bekerja secara optimal tanpa adanya cahaya dan
bekerja secara pasif jika ada cahaya.
V.2 Saran
Sebaiknya dalam praktikum alat-alat yang digunakan diperlengkap dan waktu dalam
pengerjaan juga dimaksimalkan.

DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D., 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Goldsworthy, F.R., dan Fisher, 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik, UGM Press, Yogyakarta.
Kimball, J.W., 1999. Biologi Jilid 2, Erlangga, Jakarta.
Lakitan, B., 1993. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.
Latunra, A.I., Eddyman W. F., Elis T., 2012. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Salisbury, F.B. dan Cleon W. Ross, 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2, ITB Press, Bandung.
Tjitrosoma, S.S., 1984. Botani Umum 3, Angkasa, Bandung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Ketanggapan pada organisme multiseluler memerlukan koordinasi bagian-bagian


yang sesuai. Beberapa respon dapat terlaksana baik jika setiap sel organisme itu bereaksi
dengan cara yang sama terhadap stimulus (rangsangan) tersebut. Kemampuan sel, jaringan,
organ dan sistem untuk berespon secara harmonis terhadap kegiatan bagian-bagian lain
memerlukan suatu bentuk komunikasi diantara mereka (Tim Dosen, 2007).
Sistem komunikasi yang berlaku pada tumbuhan adalah sistem endokrin. Sisterm
endokrin ini biasanya agak lamban dalam aksinya. Setiap endokrin pada tumbuhan
menghasilkan berbagai macam hormon. Hormon merupakan bahan kimia yang dibawa sistem
peredaran kesetiap sel tubuh tumbuhan (Tim Dosen, 2007).
Auksin merupakan salah satu hormon pertumbuhan yang dihasilkan oleh tumbuhan.
Auksin mempunyai peranan luas terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Konsentrasi berbeda pada setiap bagian tumbuhan. Konsentrasi auksin tertinggi dapat
dijumpai pada sel moristematik pada akar dan batang yang aktif tumbuh serta pada daun
muda (Tim Dosen, 2007).
Istilah auksin berasal dari bahasa yunani yaitu auxien yang berarti meningkatkan.
Auksin ini pertama kali digunakan Frits Went, seorang mahasiswa pascasarjana di negeri
belanda pada tahun 1962, yang menemukan bahwa suatu senyawa yang belum dapat

dicirikan mungkin menyebabkan pembengkokan koleoptil oat kerah cahaya. Fenomena


pembengkokan ini dikenal dengan istilah fototropisme. Senyawa ini banyak ditemukan Went
didaerah koleoptil. Aktifitas auksin dilacak melalui pembengkokan koleoptil yang terjadi
akibat terpacunya pemanjangan pada sisi yang tidak terkena cahaya matahari (Salisbury dan
Ross, 1995).
Auksin yang ditemukan Went, kini diketahui sebagai Asam Indole Asetat (IAA) dan
beberapa ahli fisiologi masih menyamakannya dengan auksin. Namun tumbuhan
mengandung 3 senyawa lain yang struktrurnya mirip dengan IAA dan menyebabkan banyak
respon yang sama dengan IAA. Ketiga senyawa tersebut dapat dianggap sebagai auksin.
Senyawa-senyawa tersebut adalah asam 4-kloroindol asetat, asam fenilasetat (PAA) dan asam
Indolbutirat (IBA) (Dwidjoseputro, 1990).
Asam 4 kloroindol asetat ditemukan pada biji muda berbagai jenis kacang-kacangan.
Asam fenilasetat (PAA) ditemukan pada berbagai jenis tumbuhan dan sering lebih banyak
jumlahnya dari pada IAA, walaupun kurang aktif dalam menimbulkan respon IAA. Asam
indol butirat merupakan senyawa yang ditemukan belakangan. Senyawa ini ditemukan pada
daun jagung dan berbagai jenis tumbuhan dikotil, sehingga kemungkinan besar zat tersebut
tersebar luas pada dunia tumbuhan (Tjitrosoma, 1984).
Selain senyawa-senyawa tersebut diatas, ada tiga senyawa lainnya yang ditemukan
pada banyak tumbuhan dan mempunyai aktivitas auksin yang tinggi. Ketiganya mudah
teroksidasi menjadi IAA invivo dan barangkali hanya aktif setelah peralihan tersebut. Ketiga
senyawa tersebut belum dikelompokkan sebagai auksin. Mereka adalah indolasetaldehid,
indolsetonitril dan indoletanol. Masing-masing memiliki struktur serupa dengan auksin,
hanya saja mereka tidak memiliki gugus karbonil (Salisbury dan Ross, 1995).
Pengangkutan IAA sebagai hormon dari jaringan ke jaringan yang lain berbeda
dengan pengangkutan atau pergerakan gula, ion, dan linarut tertentu lainnya. IAA biasanya
tidak dipindahkan melalui tabung tapis floem atau melalui xilem, tetapi terutama melaui sel
parenkim yang bersinggungan dengan berkas pembuluh. IAA akan bergerak melalui tabung
tapis jika diberikan dipermukaan daun yang cukup matang untuk mengangkut gula kelur,
tetapi biasanya pengangkutan pada batang dan tangkai daun berasal dari daun muda menuju
arah bawah sepanjang berkas pembuluh (Kimball, 1999).

Cara pengangkutan auksin atau IAA ini memiliki beberapa keistimewaan yang
berbeda dengan pengangkutan floem. Beberapa keistimewaan tersebut antara lain
(Goldsworhty dan Fisher, 1992) :
1. Pergerakan auksin itu lambat
Pergerakan auksin hanya sekitar 1 cm/jam di akar dan di batang tumbuhan.
2. Pengangkutan berlangsung secara polar
Pada batang arahnya lebih sering batipetal (mencari dasar), tanpa menghiraukan dasar
tersebut berada dalam posisi normal ataupun terbalik. Pengangkutan diakar juga berlangsung
secara polar, tetapi arahnya akropetal (mencari apex atau ujung).
3. Pengangkutan memerlukan energi hasil metabolisme
Pergerakan auksin ini memerlukan energi metabolisme berupa adenosine triphospat (ATP).
Hal ini ditunjukkan dengan terhambatnya pergerakan auksin apabila ditemukan zat-zat
penghambat sintesa ATP. Zat-zat penghambat tersebut antara lain adalah asam 2,3,5triodobenzoat (TIBA) dan asam alfa naftilamat (NPA). Meskipun kedua senyawa tersebut
tidak terlibat langsung dalam penghambatan pergerakan senyawa auksin, namun senyawasenyawa tersebut sering disebut senyawa antiauksin.
IAA terdapat pada akar, pada konsentrasi yang hamper sama dengan konsentrasi
dibagian tumbuhan yang lain. Diperkirakan, sel akar umumnya mengandung cukup atau
hampir cukup auksin untuk memanjang secara normal. Banyak potongan kar tumbuh selama
beberapa minggu atau beberapa hari secara invitro tanpa penambhan auksin. Hal ini
menandakan bahwa kebutuhan auksin pada akar tersebut sudah terpenuhi dari hasil sintesis
sendiri (Kimball, 1999).
Setelah mencoba menginduksi pembungaan dengan cara membuat variasi suhu,
kelembapan, dan nutrisi mineral, Garner dan Allard mempelajari bahwa pemendekan siang
hari pada musim dinginlah yang merangsang tumbuhan Maryland berbunga. Jika tumbuhan
itu dpelihara dalam kotak yang kedap cahaya sehingga lampu dapat digunakan untuk
memanipulasi durasi siang dan malam, pembungaan akan terjadi jika panjang siang hari
adalah 14 jam atau lebih pendek. Tumbuhan ini tidak berbunga selama musim panas, karena
posisi garir lintang di Maryland, sehingga siang hari terlalu panjang selama musim itu
(Campbell dkk., 2000).
Para ahli fisiologi telah meneliti pengaruh auksin dalam prosespembentukan akar
lazim, yang membantu mengimbangkan pertumbuhan sistem akar dan system tajuk. Terdapat

bukti kuat yang menunjukkan bahwa auksin dari batang sangat berpengaruh pada awal
pertumbuhan kar. Bila daun muda dan kuncup, yang mengandung banyak auksin, dipangkas
maka jumlah pembentukan akar sampling akan berkurang. Bila hilangnya organ tersebut
diganti dengan auksin, maka kemampan membentuk akar sering terjadi kembali (Salisbury
dan Ross, 1995).
Auksin juga memacu perkembangan akar liar pada batang. Banyak spesies berkayu,
misalnya tanaman apel (Pyrus malus), telah membentuk primordia akar liar terlebih dahulu
pada batangnya yang tetap tersembunyi selama beberapa waktu lamanya, dan akan tumbuh
apabila dipacu dengan auksin. Primordia ini sering terdapat di nodus atau bagian bawah
cabang diantara nodus. Pada daerah tersebut, pada batang apel, masing-masing mengandung
sampai 100 primordia akar. Bahkan, batang tanpa primordia sebelumnya kan mampu
menghasilkan akar liar dari pembelahan lapisan floem bagian luar (Salisbury dan Ross,
1995).
Pentingnya proses pembungaan menyebabkan banyak ahli fisiologi tumbuhan
mencoba mencari apa yang memulainya. Dalam beberpa kasus, rangsangan semata-mata
tampaknya dari dalam, seperti pada varietas tomat tertentu secar otomasis membentuk
primodial bunga setelah terbentuk 13 ruas pada batang yang tumbuh (Kimball, 1992).

DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D., 1992, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Goldsworthy, F.R., dan Fisher, 1992, Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik, UGM Press, Yogyakarta.
Latunra, A.I., Eddyman, W,F., 2007, Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan II, Universitas
Hasanuddin, Makassar
Salisbury, F.B. dan Cleon W. Ross, 1995, Fisiologi Tumbuhan Jilid 2, ITB Press, Bandung.
Tjitrosoma, S.S., 1984, Botani Umum 3, Angkasa, Bandung.
IV.1 Hasil
IV.1.1 Tempat Terang
Polyba
g

Kondisi Akar (Tanaman)


1

Kondisi Batang

Kondisi Daun

(Tanaman)

(Tanaman)

Banyak Banyak Banyak Kokoh Kokoh Kokoh Hijau Hijau Hijau

II

Banyak Banyak Banyak Kokoh Kokoh Kokoh Hijau Hijau Hijau

II

Banyak Banyak Banyak Kokoh Kokoh Kokoh Hijau Hijau Hijau

IV.1.1.2 Tempat Gelap


Polyba
g

Kondisi Akar

Kondisi Batang

Kondisi Daun

(Tanaman)

(Tanaman)

(Tanaman)

II

2
3
1
Sedikit Sedikit Sedikit Layu
Sedikit Sedikit Sedikit Layu

Layu
Layu

II

Sedikit Sedikit Sedikit Layu

Layu

3
Layu

Layu

2
3
Kuning Kuning Kuning
Kuning Kuning Kuning

Layu

Kuning Kuning Kuning

IV.2 Pembahasan
Pada percobaan ini digunakan biji jagung Zea mays sebagai biji yang akan
ditumbuhkan pada enam buah polybag yang telah diisikan dengan tanah yang gembur, yang
masing-masing polybag ditumbuhkan tiga biji jagung, kemudian tiga buah polybag
ditempatkan di tempat yang terkena sinar matahari atau tempat terang dan tiga polybag

lainnya ditempatkan dalam kardus kemudian disimpan pada tempat yang terkena cahaya
matahari langsung, hal ini dilakukan agar nantinya dapat diketahui aktivitas hormon auksin
pada saat mengalami pertumbuhan.
Hasil yang didapatkan pada percobaan ini yaitu untuk hasil pengamatan pada hari ke5 dan ke-10 tidak dilakukan pengamatan karena adanya suatu faktor internal dari praktikan
sehingga pengamatan hanya dilaksanakan pada hari ke-15 dengan hasil pada tumbuhan pada
tempat terang; kondisi batang ketiga polybag yaitu kesemuanya kokoh, hijau dan tingginya
lebih pendek dari tanaman pada tempat gelap. Untuk kondisi akar rata-rata untuk kesemua
polybag yaitu pada akar batang akarnya yang serabut terbentuk cabang-cabang akar dan
rambut-rambut akar, juga akarnya berwarna putih kecokelatan dan nampak kuat. Kondisi
daunnya yaitu hijau karena mengandung banyak klorofil yang digunakan untuk proses
fotosintesisnya, sehingga proses pembentukan dan keaktifan klorofil lebih baik sehingga
tanaman lebih hijau dengan terbentuknya zat hijau daun. Pada tanaman ini proses
pertumbuhannya lambat tapi baik karena terjadi proses pembentukan energi dan bahan
makanan melalui proses fotosintesis yang dilakukan oleh klorofil dan dengan bantuan cahaya
matahari. Hormon auksin tidak bekerja secara optimal karena dihambat oleh cahaya matahari
sehingga auksin akan terurai atau menjauhi sinar matahari.
Untuk tanaman pada daerah gelap; kondisi batang ketiga polybag yaitu kesemuanya
lemah dan kelihatan layu karena kurangnya energi yang dihasilkan karena tidak terjadinya
proses fotosintesis sehingga warnanya juga kelihatan kuning. Untuk kondisi rata-rata akar
yaitu berwarna putih tanpa pembentukan cabang dan rambut-rambut akar. Kondisi daunnya
yaitu kuning dan lemah karena tidak mengandung klorofil atau zat hijau daun yang akan
digunakan dalam proses fotosintesis. Pertumbuhan tanaman pada kondisi ini yaitu cepat
tetapi tanaman yang tumbuh tidak sesehat dengan tanaman yang terdapat pada tempat terang
karena tidak terbentuknya proses pembentukan energi dan sumber makanan hanya berasal
dari nutrisi-nutrisi yang terdapat di dalam medium tumbuhnya. Aktivitas hormon auksin
bekerja secara optimal karena tidak adanya cahaya matahari yang kaan menghambat aktivitas
hormon auksin. Hormon auksin akan bekerja secara optimal tanpa adanya cahaya
matahari.
Terjadinya pertambahan panjang pada akar dan batang menunjukkan bahwa auksin
merupakan hormon pertumbuhan yang dapat memacu pertumbuhan akar dan batang karena

mengandung IAA (Asam Indole Asetat) yang dapat memacu pembelahan meristematik
bagian apical (ujung).

Sahabat Pustakers, pada kesempatan kali ini Pustaka Sekolah akan share artikel mengenai namanama Jenis Hormon yang terdapat pada tumbuhan. Penggunaan istilah hormon sendiri
menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan; dan, sebagaimana pada hewan,hormon juga
dihasilkan dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam sel.
Beberapa ahli berkeberatan dengan istilah ini karena fungsi beberapa hormon tertentu tumbuhan (
hormone endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan) dapat diganti dengan
pemberian zat-zat tertentu dari luar, misalnya dengan penyemprotan ( hormo neksogen, diberikan
dari luar sistem individu). Mereka lebih suka menggunakan istilah zat pengatur tumbuh (bahasa
Inggris plant growth regulator). Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik
dan berfungsi sebagai prekursor.

Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah
mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai ekspresi. Dari sudut
pandang evolusi, Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri
tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya. Pemahaman terhadap
fitohormon pada masa kini telah membantu peningkatan hasil pertanian dengan ditemukannya
berbagai macam zat sintetis yang memiliki pengaruh yang sama dengan fitohormon alami. Aplikasi
zat pengatur tumbuh dalam pertanian modern mencakup pengamanan hasil (seperti penggunaan
cycocel untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap lingkungan yang kurang mendukung),
memperbesar ukuran dan meningkatkan kualitas produk (misalnya dalam teknologi semangka
tanpa biji), atau menyeragamkan waktu berbunga (misalnya dalam aplikasi etilena untuk
penyeragaman pembungaan tanaman buah musiman.
Macam-macam Hormon Tumbuhan

Sitokinin. Kinetin merupakan sitokinin sintetik yang pertama ditemukan oleh Carlos Miller
pada ikan kering. Setelah itu ditemukan senyawa sitokinin yang lain dalam endosperma cair

jagung, yaitu zeatin. Sitokinin sintetik lainnya adalah BAP (6-benzilaminopurin) dan 2-ip.
Sitokinin mempunyai beberapa fungsi, antara lain: 1) Memacu pembelahan sel dalam
jaringan meristematik. 2) Merangsang diferensiasi sel-sel yang dihasilkan dalam meristem. 3)
Mendorong pertumbuhan tunas samping dan perluasan daun. 4) Menunda penuaan daun. 5)
Merangsang pembentukan pucuk dan mampu memecah masa istirahat biji (breaking
dormancy). Bentuk dasar dari cytokinin adalah adenin (6-amino purine). Adenin merupakan
bentuk dasar yang menentukan terhadap aktifitas cytokinin. Di dalam senyawa cytokinin,
panjang rantai dan hadirnya suatu double bond dalam rantai tersebut akan meningkatkan

aktifitas zat pengatur tumbuh ini. NH2 N NH Adenine (6-amino purine).


Etilen. Buah-buahan terutama yang sudah tua melepaskan gas yang disebut etilen. Etilen
disintesis oleh tumbuhan dan menyebabkan proses pemasakan yang lebih cepat. Selain etilen
yang

dihasilkan

oleh

tumbuhan,

terdapat

etilen

sintetik,

yaitu

etepon

(asam

2-

kloroetifosfonat). Etilen sintetik ini sering digunakan para pedagang untuk mempercepat
pemasakan buah. Selain memacu pematangan, etilen juga memacu perkecambahan biji,
menebalkan batang, mendorong gugurnya daun, dan menghambat pemanjangan batang
kecambah. Selain itu, etilen menunda pembungaan, menurunkan dominansi apikal dan
inisiasi akar, dan menghambat pemanjangan batang kecambah. Hormon tumbuh yang secara
umum berlainan dengan Auxin, Gibberellin, dan Cytokinin. Dalam keadaan normal ethylene
akan berbentuk gas dan struktur kimianya sangat sederhana sekali. Di alam ethilene akan
berperan apabila terjadi perubahan secara fisiologis pada suatu tanaman. hormon ini akan
berperan pada proses pematangan buah dalam fase climacteric. Penelitian terhadap ethylene,
pertama kali dilakukan oleh Neljubow (1901) dan Kriedermann (1975), hasilnya menunjukan
gas ethylene dapat membuat perubahan pada akar tanaman. Hasil penelitian Zimmerman et
al (1931) menunjukan bahwa ethylene dapat mendukung terjadinya abscission pada daun,
namun menurut Rodriquez (1932), zat tersebut dapat mendukung proses pembungaan pada
tanaman nanas. Penelitian lain telah membuktikan tentang adanya kerja sama antara auxin
dan ethylene dalam pembengkakan (swelling) dan perakaran dengan cara mengaplikasikan

auxin pada jaringan setelah ethylene berperan.


Asam absisat (ABA). Asam absisat (ABA) merupakan penghambat (inhibitor) dalam
kegiatan tumbuhan. Hormon Asam Absisat (ABA). Asal kata: Bahasa Latin Penemu: P.F.
Wareing dan F.T. Addicott. Objek penelitian: buah kapas. Hasil penelitian : Mendorong
terjadinya perontokkan (absisi) pada tumbuhan. Jenis : Kinetin, Zeatin (pada jagung) benzil
amino

purin. Kesimpulan

buah. Fungsi

Hormon

hormon

Asam

yang

Absisat

menyebabkan

(ABA). Mengurangi

kerontokan
kecepatan

saun

dan

pembelahan

ada

dan

pemanjangan di daerah titik tumbuh. Memacu pengguguran daun pada saat kemarau untuk
mengurangi

penguapan

penguapan. Mengurangi

air. Membantu
kecepatan

menghentikannya. Memicu

berbagai

menutup

pembelahan
jenis

sel

stomata
dan

tumbuhan

daun

untuk

pemanjangan
untuk

mengurangi
sel

bahkan

menghasilkan

gas

etilen. Memacu dormansi biji agar tidak berkecambah. Hormon ini dibentuk pada daundaun
dewasa. Asam absisat mempunyai peran fisiologis diantaranya adalah: 1) Mempercepat absisi
bagian tumbuhan yang menua, seperti daun, buah dan dormansi tunas. 2) Menginduksi
pengangkutan fotosintesis ke biji yang sedang berkembang dan mendorong sintesis protein

simpanan. 3) Mengatur penutupan dan pembukaan stomata terutama pada saat cekaman air.
Hormon Luka/Kambium luka/Asam traumalin. Hormon yang merangsang sel-sel
daerah luka menjadi bersifat meristematik sehingga mampu mengadakan penutupan bagian
yang luka. Vitamin B12 9riboflavin), piridoksin (vit. B6) asam ascorbat (vit. C), thiamin
(vitamin

B1),

asam

nikotinat

merupakan

jenis

vitamin

yang

dapat

mempengaruhi

pertumbuhan dan pertumbuhan dan perkembangan Vitamin berperan sebagai kofaktor

Poliamina. Mempunyai peranan besar dalam proses genetis yang paling mendasar seperti
sintesis DNA dan ekspresi genetika. Spermine dan spermidine berikatan dengan rantai
phosphate dari asam nukleat. Interaksi ini kebanyakkan didasarkan pada interaksi ion
elektrostatik antara muatan positif kelompok ammonium dari polyamine dan muatan negatif
dari phosphat.Polyamine adalah kunci dari migrasi sel, perkembangbiakan dan diferensiasi
pada tanaman dan hewan. Level metabolis dari polyamine dan prekursor asam amino adalah
sangat penting untuk dijaga, oleh karena itu biosynthesis dan degradasinya harus diatur
secara ketat.Polyamine mewakili kelompok hormon pertumbuhan tanaman, namun merekan
juga memberikan efek pada kulit, pertumbuhan rambut, kesuburan, depot lemak, integritas
pankreatis dan pertumbuhan regenerasi dalam mamalia. Sebagai tambahan, spermine
merupakan senyawa penting yang banyak digunakan untuk mengendapkan DNA dalam
biologi molekuler. Spermidine menstimulasi aktivitas dari T4 polynucleotida kinase and T7

RNA polymerase dan ini kemudian digunakan sebagai protokol dalam pemanfaatan enzim.
Hormon Kalin. Dihasilkan pada jaringan meristem. Memacu pertumbuhan organ tubuh
tumbuhan Jenisnyaadalah: a. Fitokalin: memacu pertumbuhan daun; b. Kaulokalin: memacu
pertumbuhan batang; c. Rhizokalin: memacu pertumbuhan akar; d. Anthokalin: memacu
pertumbuhan bunga dan buah Florigen hormon tumbuhan yang khusus merangsang
pembentukan bunga.

Auksin. Auksin adalah senyawa asam indol asetat (IAA) yang dihasilkan di ujung
meristem apikal (ujung akar dan batang). F.W. Went (1928) pertama kali menemukan auksin
pada ujung koleoptil kecambah gandum Avena sativa. Istilah auksin pertama kali digunakan
oleh Frits Went yang menemukan bahwa suatu senyawa menyebabkan pembengkokan
koleoptil

ke

arah

cahaya.

Pembengkokan

koleoptil

yang

terjadi

akibat

terpacunya

pemanjangan sel pada sisi yang ditempeli potongan agar yang mengandung auksin. Auksin
yang ditemukan Went kini diketahui sebagai asam indol asetat (IAA). Selain IAA, tumbuhan
mengandung tiga senyawa lain yang dianggap sebagai hormon auksin, yaitu 4-kloro
indolasetat (4 kloro IAA) yang ditemukan pada biji muda jenis kacang-kacangan, asam fenil
asetat (PAA) yang ditemui pada banyak jenis tumbuhan, dan asam indolbutirat (IBA) yang
ditemukan pada daun jagung dan berbagai jenis tumbuhan dikotil. Auksin berperan dalam
berbagai macam kegiatan tumbuhan di antaranya adalah: Perkembangan buah, Dominansi
apikal (pertumbuhan ujung pucuk suatu tumbuhan yang menghambat perkembangan kuncup
lateral di batang sebelah bawah), Absisi dan Pembentukan akar adventif. Kejadian di dalam
alam

stimulasi

auxin

pada

pertumbuhan

celeoptile

ataupun

pucuk

suatu

tanaman,

merupakan suatu hal yang dapat dibuktikan.


Giberelin. Giberelin adalah jenis Hormon tumbuh yang mula-mula diketemukan di Jepang
oleh Kurosawa (1926). Penelitian lanjutan dilakukan oleh Yabuta dan Hayashi (1939). Ia
dapat mengisolasi crystalline material yang dapat menstimulasi pertumbuhan pada akar
kecambah. Dalam tahun (1951) Stodola dkk melakukan penelitian terhadap substansi ini dan
menghasilkan Gibberelline A dan Gibberelline X. adapun hasil penelitian lanjutannya
menghasilkan GA1, GA2, dan GA3 . Pada saat yang sama dilakukan pula penelitian di
Laboratory of the Imperial Chemical Industries di Inggris sehingga menghasilkan GA3 (Cross,
1954 dalam Weaver 1972). Giberelin disintesis di hampir semua bagian tanaman, seperti biji,
daun muda, dan akar. [ps]

Hak Cipta 2015 - Pustaka Sekolah : Belajar Tanpa Mengenal Usia

Support to: Webhosting Indonesia

Jumat, 30 Desember 2011


LAPORAN FISTUM sem III

LAPORAN PRAKTIKUM
FISIOLOGI TUMBUHAN

PERCOBAAN II
PENGARUH AUKSIN TERHADAP PEMANJANGAN JARINGAN

NAMA
NIM
KELOMPOK
HARI/TGL
ASISTEN

: HASPIATI SOFIAN
: H411 10 010
: III (TIGA)
: SELASA, 06 DESEMBER 2011
: IIN KUSMAWATI

Ayam Katai

ST. HATIJAH

LABORATORIUM BOTANI JURUSAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR

2011
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan tumbuhan dikendalikan beberapa
golongan zat yang secara umum dikenal sebagai hormon tumbuhan atau
fitohormon. Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik
dan berfungsi sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya
hormon tumbuhan, bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu,
sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai ekspresi, dari sudut pandang
evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi dan
pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup
jenisnya, umumnya suatu fitohormon bertindak secara sinergis dengan hormonhormon lainnya dalam menggalakkan suatu respon (Dwidjoseputro, 1994).
Auksin merupakan salah satu hormon pertumbuhan yang dihasilkan oleh
tumbuhan. Auksin mempunyai peranan luas terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Konsentrasi berbeda pada setiap bagian tumbuhan.
Konsentrasi auksin tertinggi dapat dijumpai pada sel moristematik pada akar dan
batang yang aktif tumbuh serta pada daun muda (Indoskripsi, 2011).
Oleh karena itu, untuk melihat dan memahami lebih lanjut mengenai pengaruh
hormon tumbuh (auksin) terhadap pemanjangan jaringan akar dan batang, maka
percobaan ini perlu dilakukan.

I.2 Tujuan Percobaan


Melihat pengaruh hormon tumbuh (auksin) terhadap pemanjangan
jaringan akar dan batang pada kecambah.
I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan pada hari Selasa, 06 Desember 2011, pada
pukul 14.00-17.30 WITA, bertempat di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin,
Makassar, dan pengamatan dilakukan setelah 2 hari.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Auksin adalah hormon pertumbuhan yang pada umumnya berfungsi menambah


panjang pada tanaman. Auksin merupakan hormon tumbuhan yang mempunyai
peranan luas terhadap. Pertumbuhan dan perkembangan jaringan tumbuhan.
Konsentrasi auksin tertinggi dijumpai pada meristem akar, batang yang aktif
tumbuh dan daun muda. Auksin diangkut dari tempat produksinya, semakin jauh
auksin diangkut dari daerah meristem konsentrasinya maka semakin rendah,
demikian juga terhadap jaringan yang telah dewasa dan telah berhenti
memanjang (Dwidjoseputro, 1994).
Sifat penting dari auksin adalah berdasarkan konsentrasinya, dapat merangsang
maupun menghambat pertumbuhan. Auksin berperan penting dalam
pembelahan sel dan pemanjangan sel. Pada pembentukan akar, auksin akan
mempengaruhi jaringan meristem menjadi primordia akar dalam jaringan batang
(Dwidjoseputro, 1994).
Auksin digunakan secara luas dalam kultur jaringan untuk merangsang kalus,
suspensi sel dan organ. Pemilihan jenis auksin dan konsentrasi, tergantung dari
(Indoskripsi, 2011) :
1.

Tipe pertumbuhan yang dikehendaki.

2.

Level auksin endogen.

3.

Kemampuan jaringan mensintesa auksin.

4.

Golongan zat tumbuh lain yang ditambahkan

Suatu pendapat menyatakan bahwa konsentrasi auksin jika semakin jauh dari
ujung meristematik semakin menyusut dan hal ini terbukti pada Avena sp dan
beberapa spesies lain (Dwidjoseputro, 1994).
Istilah auksin dari bahasa Yunani auxein yang artinya meningkatkan, pertama
kali digunakan oleh Frits Went, yang menemukan bahwa suatu senyawa yang
belum dapat dicirikan mungkin menyebabkan pembengkokan koleoptil oat
kearah cahaya. Fenomena pembengkokan ini yang disebut fototropisme.
Senyawa yang ditemukan Went didapati cukup banyak di ujung koleoptil. Auksin
yang ditemukan Went kini diketahui sebagai asam indolasetat (IAA) dan
beberapa ahli fisiologi masih menyamakan IAA dengan auksin. Namun tumbuhan
mengandung tiga senyawa lain yang strukturnya mirip dengan IAA dan
menyebabkan banyak respon yang sama dengan IAA, ketiga senyawa tersebut
dapat dianggap sebagai hormon auksin. Penyelidikan lebih lanjut menunjukkan
bahwa urine manusia maupun hewan yang terutama habis makan zat-zat
makanan yang berasal dari tumbuhan pun mengandung auksin, bahkan tiga
macam yaitu auksin-a, auksin-b, dan suatu zat yang disebut hetero-auksin yang
ternyata tak lain dan tak bukan adalah asam indolasetat (Salisbury dan Ross,
1995).
Auksin yang ditemukan Went, kini diketahui sebagai Asam Indole Asetat (IAA)
dan beberapa ahli fisiologi masih menyamakannya dengan auksin. Namun
tumbuhan mengandung 3 senyawa lain yang struktrurnya mirip dengan IAA dan
menyebabkan banyak respon yang sama dengan IAA. Ketiga senyawa tersebut
dapat dianggap sebagai auksin. Senyawa-senyawa tersebut adalah asam 4kloroindol asetat, asam fenilasetat (PAA) dan asam Indolbutirat (IBA)
(Dwidjoseputro, 1994).
Pengangkutan IAA sebagai hormon dari jaringan ke jaringan yang lain berbeda
dengan pengangkutan atau pergerakan gula, ion, dan linarut tertentu lainnya.
IAA biasanya tidak dipindahkan melalui tabung tapis floem atau melalui xilem,
tetapi terutama melaui sel parenkim yang bersinggungan dengan berkas
pembuluh. IAA akan bergerak melalui tabung tapis jika diberikan dipermukaan
daun yang cukup matang untuk mengangkut gula kelur, tetapi biasanya
pengangkutan pada batang dan tangkai daun berasal dari daun muda menuju
arah bawah sepanjang berkas pembuluh (Lakitan, 1995).
Cara pengangkutan auksin atau IAA ini memiliki beberapa keistimewaan
yang berbeda dengan pengangkutan floem. Beberapa keistimewaan tersebut
antara lain (Goldsworhty dan Fisher, 1992) :
1. Pergerakan auksin itu lambat
Pergerakan auksin hanya sekitar 1 cm/jam di akar dan di batang tumbuhan
2. Pengangkutan berlangsung secara polar

Pada batang arahnya lebih sering batipetal (mencari dasar), tanpa menghiraukan
dasar tersebut berada dalam posisi normal ataupun terbalik. Pengangkutan
diakar juga berlangsung secara polar, tetapi arahnya akropetal (mencari apex
atau ujung).
3. Pengangkutan memerlukan energi hasil metabolisme
Pergerakan auksin ini memerlukan energi metabolisme berupa adenosine
triphospat (ATP). Hal ini ditunjukkan dengan terhambatnya pergerakan auksin
apabila ditemukan zat-zat penghambat sintesa ATP. Zat-zat penghambat
tersebut antara lain adalah asam 2,3,5-triodobenzoat (TIBA) dan asam alfa
naftilamat (NPA), meskipun kedua senyawa tersebut tidak terlibat langsung
dalam penghambatan pergerakan senyawa auksin, namun senyawa-senyawa
tersebut sering disebut senyawa antiauksin.
Auksin memiliki suatu peranan dalam berbagai macam kegiatan tumbuhan,
misalnya untuk pembentukan dan perkembangan buah, dormansi apikal yang
merupakan akibat dari transpor auksin ke bagian bawah yang dibuat dalam
meristem apikal dan juga untuk mencegah gugurnya daun dan buah sebelum
waktunya (Lakitan, 1995).
Auksin mempengaruhi pemanjangan sel-sel tumbuhan. Pengaruh auksin
terhadap pemanjangan sel melibatkan perubahan tekanan osmosis sel. Terdapat
beberapa pengandaian yang menerangkan pengaruh auksin terhadap
pemanjangan sel (Lakitan, 1995) :
a. Meningkatkan kepekatan osmosis sel
Auksin dapat meningkatkan kepekatan bahan larut pada bagian sel.
Kenaikan kepekatan bahan larut akan turut meningkatkan tekanan osmosis sel.
b. Meningkatkan ketebalan dinding sel
Auksin menyebabkan keliatan sitoplasma berkurang, ini disebabkan
karena berlakunya penguraian protein sitoplasma yang akan meningkatkan
tekanan osmosis sel.
c. Mengurangi tekanan dinding sel
Auksin dapat mengubah sifat dinding sel, ia dapat melonggarkan
komponen selulosa dinding sel yang menyebabkan berlakunya pemanjangan sel.
d. Meningkatkan sintesis dinding sel
Kita tahu bahwa ujung batang itu tumbuhnya menuju ke cahaya, kejadian
ini kita sebut fototropisme. Jika penyinaran ujung itu hanya dari satu pihak saja,
maka ujung batang itu akan membengkok kearah sinar (Lakitan, 1995).
Auksin juga memacu perkembangan akar liar pada batang. Banyak spesies
berkayu, misalnya tanaman apel Pyrus malus, telah membentuk primordia akar
liar terlebih dahulu pada batangnya yang tetap tersembunyi selama beberapa

waktu lamanya, dan akan tumbuh apabila dipacu dengan auksin. Primordia ini
sering terdapat di nodus atau bagian bawah cabang diantara nodus. Pada daerah
tersebut, pada batang apel, masing-masing mengandung sampai 100 primordia
akar. Bahkan, batang tanpa primordia sebelumnya kan mampu menghasilkan
akar liar dari pembelahan lapisan floem bagian luar (Salisbury dan Ross, 1995).

BAB III
METODE PERCOBAAN

III.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi, rak tabung,
pipet skala, silet, dan mistar.
III.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah kecambah kacang
hijau (Phaseolus radiatus), auksin, aquades, tinta dan kertas label.
III.3 Cara Kerja
Cara kerja pada percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.

Disiapkan bahan yakni kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus).

2.
Dipisahkan akar dan batang dengan menggunakan silet dengan cara
dipotong masing-masing akar dan batang kecambah kacang hijau (Phaseolus
radiatus) sepanjang 5 mm dimulai dari 2 mm di bawah kotiledon dan 5 mm
dimulai dari 2 mm dari akar.
3.
Dibuat larutan auksin dengan memakai aquades dengan konsentrasi yang
berbeda-beda, mulai dari 6 ppm, 8 ppm, sampai 10 ppm lalu dimasukkan pada
tabung reaksi I, II, dan II.
4.
Direndam potongan-potongan kecambah dalam larutan auksin pada
konsentrasi yang berbeda selama 48 jam dan juga pada kontrol.
5.

Dilakukan pengukuran pada hari ke-2.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Tabel Hasil Pengamatan


Tabel Hasil Pengamatan pada Perpanjangan Batang
Konsentrasi (M)
6 ppm
8 ppm
10 ppm
kontrol
Perpanjangan Batang (mm)

5 mm

5 mm

5 mm

6 mm

Tabel Hasil Pengamatan pada Perpanjangan Akar


Konsentrasi (M)
6 ppm
8 ppm
10 ppm
kontrol
Perpanjangan Akar (mm)

6 mm

5 mm

5 mm

5 mm

IV.2 Pembahasan
Pada percobaan mengenai Pengaruh Auksin terhadap Pemanjangan
Jaringan ini, diperoleh data tentang perubahan yang terjadi pada panjang akar
dan batang yang disimpan di dalam tabung reaksi yang memiliki konsentrasi
auksin berbeda-beda selama 2 hari (48 jam).
Tabel I, pengamatan panjang batang, diperoleh perubahan data pemanjangan
batang pada potongan batang yang dimasukkan ke dalam tabung yang memiliki
konsentrasi auksin 6 ppm tidak mengalami pertambahan panjang, begitu pula
pada konsentrasi auksin 8 ppm dan 10 ppm. Berbeda halnya dengan
perpanjangan batang pada media kontrol yang mengalami pertambahan panjang
sebanyak 1 mm, sehingga panjang batang menjadi 6 mm, pada kontrol hanya
terdapat aquades yang berfungsi sebagai media enzimatis yang juga
berpengaruh pada pemanjangan sel, walaupun pengaruhnya sangat kecil,
sedangkan pada konsentrasi auksin tidak terjadi pertambahan panjang, yang
mana seharusnya fungsi dari hormon auksin yaitu merangsang pemanjangan
jaringan dan sebaliknya pada konsentrasi yang lebih rendah terjadi pemanjangan
batang, hal ini menunjukkan bahwa pada proses pemanjangan batang,
konsentrasi auksin yang dibutuhkan hanya sedikit saja, karena apabila terlalu
banyak, maka auksin hanya akan menjadi penghambat pertumbuhan.

Tabel II, pertambahan panjang pada akar, diperoleh pertambahan


panjang pada konsentrasi auksin 6 ppm sebanyak 1 mm, sehingga panjang akar
menjadi 6 mm, pada konsentrasi auksin 8 ppm tidak terjadi pemanjangan batang
,demikian pula pada konsentrasi 10 ppm dan kontrol tidak terjadi pertambahan
panjang. Pertumbuhan akar sangat baik pada konsentrasi 6 ppm karena pada
konsentrasi tersebut merupakan konsentrasi yang dibutuhkan oleh akar dalam
pertumbuhannya, sedangkan pada konsentrasi 8 ppm, 10 ppm dan kontrol tidak
terjadi pemanjangan karena konsentrasi tersebut mulai menghambat
pertumbuhan dari akar itu sendiri. Sesuai dengan teori yang menyebutkan
bahwa konsentrasi hormon yang berlebih maupun kurang akan mengakibatkan
penghambatan pertumbuhan.
Perlakuan pada akar dan batang memberikan hasil yang berbeda, pada batang
sendiri terjadi pertambahan panjang pada media kontrol sedangkan pada akar
lebih maksimal pada pengaruh auksin dengan konsentrsasi 6 ppm. Hal ini
dikarenakan setiap bagian tumbuhan memiliki tingkat sensitivitas yang berbeda
pada kadar auksin yang berbeda pula, pada akar sensitivitas terhadap hormon
auksin lebih tinggi dibandingkan bagian batang. Berdasarkan penelitian para
ahli, diketahui bahwa auksin lebih banyak disusun pada jaringan meristem di
dalam ujung-ujung tanaman seperti tunas, kuncup bunga, pucuk daun dan lainlain. Daerah di dekat ujung-ujung akar, memiliki konsentrasi auksin yang lebih
banyak dibandingkan bagian lain.

BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Pengaruh hormone auksin pada akar lebih baik dibandingkan pada batang.
2. Variasi pertambahan panjang ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu
cahaya, suhu, sensitivitas, dan kadar konsentrasi. Cahaya dapat menghambat
kerja hormon auksin.
3. Penggunaan larutan auksin harus berada pada kadar atau konsentrasi yang
tepat agar hormon auksin bekerja optimum.
V.2 Saran
Sebaiknya dalam melakukan percobaan ini digunakan 2 atu lebih jenis kecambah
untuk melihat perbandingan pengaruh konsentrasi auksin pada beberapa jenis
tumbuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D., 1994, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, PT Gramedia Pustaka


Utama, Jakarta.

Goldsworthy, F. R. dan Fisher, 1992, Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik, UGM


Press, Yogyakarta.

Indoskripsi, 2011, Fitohormon, www.indoskripsi.com, diakses pada tanggal 07


Desember 2011 pukul 21.00 WITA.

Lakitan, B., 1995, Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan, PT Raja Grafindo


Persada, Jakarta.

Salisbury, F. B. dan C. W. Ross, 1995, Fisiologi Tumbuhan Jilid III, ITB Press,
Bandung.

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Hampir semua tumbuhan darat, baik tumbuhan rendah maupun tumbuhan
tingkat tinggi dalam siklus hidupnya akan dijumpai adanya fase dormansi.
Dormansi ini dapat terjadi baik pada seluruh tumbuhan atau organ tertentu yang
disebabkan oleh faktor eksternal maupun faktor internal, yang bertujuan untuk
mempertahankan diri pada kondisi yang kurang menguntungkan. Gejala
dormansi dapat dijumpai pada biji dan organ tumbuhan lainnya, seperti tunas,
rhizoma dan umbi lapis (bulb) (Evy, 2011).
Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda
perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk
melangsungkan proses perkecambahan tersebut (Latunra, 2011).
Dormansi kuncup di wilayah beriklim sedang, dormansi biji dan kuncup
mempunyai banyak persamaan. Pada kuncup, induksi dormansi sama
pentingnya dengan berakhirnya dormansi. Dormansi kuncup hampir selalu
berkembang sebelum terbentuknya warna pada musim gugur dan mengeringnya
daun. Kuncup berbagai pohon berhenti di tengah musim panas dan
memperlihatkan sedikit pertumbuhan kembali di akhir musim panas sebelum
memasuk dormansi penuh di musim gugur (Salisbury dan Ross, 1995).

Pada banyak spesies, dormansi kuncup diinduksi oleh suhu rendah, tetapi ada
juga respon terhadap panjang hari, khususnya jika suhu tetap tinggi. Perlakuan
hari pendek menyebabkan terjadinya pembentukan kuncup akhir yang dorman
dan terlambatnya pemanjangan ruas dan pemanjangan daun, tetapi sering daun
tidak gugur (Salisbury dan Ross, 1995).
I.2 Tujuan percobaan
Mematahkan dormansi pada biji karena kulit biji yang keras, dengan perlakuan
secara fisik yaitu dikikir dan secara kimia dengan menggunakan HCl.
I.3 Waktu dan Tempat
Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Botani Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin Makassar. Dan
dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 22 November 2011, pukul 14.00 - 17.00
WITA. Dan dilakukan pengamatan selama 4 minggu atau 28 hari.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Dormansi merupakan kondisi fisik dan fisiologis pada biji yang mencegah
perkecambahan pada waktu yang tidak tepat atau tidak sesuai. Dormansi
membantu biji mempertahankan diri terhadap kondisi yang tidak sesuai seperti
kondisi lingkungan yang panas, dingin, kekeringan dan lain-lain. Sehingga dapat
dikatakan bahwa dormansi merupakan mekanisme biologis untuk menjamin
perkecambahan biji berlangsung pada kondisi dan waktu yang tepat untuk

mendukung pertumbuhan yang tepat. Dormansi bisa diakibatkan karena


ketidakmampuan sumbu embrio untuk mengatasi hambatan (Evy, 2011).
Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda
perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk
melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun
pada embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan
kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan
dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi
digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi
digunakan untuk mengatasi dormansi embryo (Elisa, 2011).
Faktor-faktor yang menyebabkan dormansi pada biji dapat dikelompokkan dalam:
(a) faktor lingkungan eksternal, seperti cahaya, temperatur, dan air; (b) faktor
internal, seperti kulit biji, kematangan embrio, adanya inhibitor, dan rendahnya
zat perangsang tumbuh; (c) faktor waktu, yaitu waktu setelah pematangan,
hilangnya inhibitor, dan sintesis zat perangsang tumbuh. Dormansi pada biji
dapat dipatahkan dengan perlakuan mekanis, cahaya, temperatur, dan bahan
kimia. Proses perkecambahan dalam biji dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu proses perkecambahan fisiologis dan proses perkecambahan morfologis.
Sedangkan dormansi yang terjadi pada tunas-tunas lateral merupakan pengaruh
korelatif dimana ujung batang akan mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan bagian tumbuhan lainnya yang dikenal dengan dominansi apikal.
Derajat dominansi apikal ditentukan oleh umur fisiologis tumbuhan tersebut
(Salisbury dan Ross, 1995).
1.Benih yang mengalami dormansi biasanya disebabkan oleh (Elisa, 2011) :
Rendahnya / tidak adanya proses imbibisi air yang disebabkan oleh struktur
benih (kulit benih) yang keras, sehingga mempersulit keluar masuknya air ke
dalam benih. Kurangnya air pada biji menyebabkan terjadinya dormansi agar
cadangan makanan dalam biji tetap bertahan dan tidak mengalami kerusakan.
2.Respirasi yang tertukar, karena adanya membran atau pericarp dalam kulit
benih yang terlalu keras, sehingga pertukaran udara dalam benih menjadi
terhambat dan menyebabkan rendahnya proses metabolisme dan mobilisasi
cadangan makanan dalam benih.
3.Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio, karena kulit biji
yang cukup kuat sehingga menghalangi pertumbuhan embrio. Pada tanaman
pangan, dormansi sering dijumpai pada benih padi, sedangan pada sayuran
dormansi sering dijumpai pada benih timun putih, pare dan semangka non biji.
Resistensi ini ditemukan pada biji tersebut karena pada biji tersebut
mengandung cadangan makanan yang penting sehingga terjadi peristiwa
dormansi.
Dormansi diklasifikasikan menjadi bermacam-macam kategori
berdasarkan faktor penyebab, mekanisme dan bentuknya (Marufah, 2006) yaitu :
a. Berdasarkan faktor penyebab dormansi

1. Imposed dormancy (quiscence): terhalangnya pertumbuhan aktif karena


keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan.
2. Imnate dormancy (rest): dormancy yang disebabkan oleh keadaan atau
kondisi di dalam organ-organ biji itu sendiri.
b. Berdasarkan mekanisme dormansi di dalam biji Mekanisme fisik Merupakan
dormansi yang mekanisme penghambatannya disebabkan oleh organ biji itu
sendiri terbagi menjadi (Marufah, 2006):
1. mekanis : embrio tidak berkembang karena dibatasi secara fisik.
2. fisik: penyerapan air terganggu karena kulit biji yang impermeable.
3. kimia: bagian biji/buah mengandung zat kimia penghambat
Mekanisme fisiologis Merupakan dormansi yang disebabkan oleh
terjadinya hambatan dalam proses fisiologis terbagi menjadi (Marufah, 2006) :
1. photodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh keberadaan
cahaya
2. immature embryo: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh kondisi embrio
yang tidak/belum matang
3. thermodormancy: proses fisiologis dalam biji terhambat oleh suhu
c. Berdasarkan bentuk dormansi
Kulit biji impermeabel terhadap air/O2
1. Bagian biji yang impermeabel: membran biji, kulit biji, nucellus, pericarp,
endocarp.
2. Impermeabilitas dapat disebabkan oleh deposisi bermacam-macam substansi
(misalnya cutin, suberin, lignin) pada membran.
3. Kulit biji yang keras dapat disebabkan oleh pengaruh genetik maupun
lingkungan. Pematahan dormansi kulit biji ini dapat dilakukan dengan skarifikasi
mekanik.
4. Bagian biji yang mengatur masuknya air ke dalam biji: mikrofil, kulit biji,
raphe/hilum, strophiole; adapun mekanisme higroskopiknya diatur oleh hilum.
5. Keluar masuknya O2 pada biji disebabkan oleh mekanisme dalam kulit biji.
Dormansi karena hambatan keluar masuknya O2 melalui kulit biji ini dapat
dipatahkan dengan perlakuan temperatur tinggi dan pemberian larutan kuat.
Embrio belum masak (immature embryo)
1. Ketika terjadi abscission (gugurnya buah dari tangkainya), embrio masih
belum menyelesaikan tahap perkembangannya. Misal: Gnetum gnemon (melinjo)

2. Embrio belum terdiferensiasi


3. Embrio secara morfologis sudah berkembang, namun masih butuh waktu
untuk mencapai bentuk dan ukuran yang sempurna.
Dormansi karena immature embryo ini dapat dipatahkan dengan perlakuan
temperatur rendah dan zat kimia. Biji membutuhkan pemasakan pascapanen
(afterripening) dalam penyimpanan kering. Dormansi karena kebutuhan akan
afterripening ini dapat dipatahkan dengan perlakuan temperatur tinggi dan
pengupasan kulit. Biji membutuhkan suhu rendah. Biasa terjadi pada spesies
daerah temperate, seperti apel dan Familia Rosaceae. Dormansi ini secara alami
terjadi dengan cara: biji dorman selama musim gugur, melampaui satu musim
dingin, dan baru berkecambah pada musim semi berikutnya. Dormansi karena
kebutuhan biji akan suhu rendah ini dapat dipatahkan dengan perlakuan
pemberian suhu rendah, dengan pemberian aerasi dan imbibisi.
Ciri-ciri biji yang mempunyai dormansi ini adalah (Marufah,2006):
1. jika kulit dikupas, embrio tumbuh
2. embrio mengalami dormansi yang hanya dapat dipatahkan dengan suhu
rendah
3. embrio tidak dorman pada suhu rendah, namun proses perkecambahan biji
masih membutuhkan suhu yang lebih rendah lagi
4. perkecambahan terjadi tanpa pemberian suhu rendah, namun semai tumbuh
kerdil
5. akar keluar pada musim semi, namun epicotyl baru keluar pada musim semi
berikutnya (setelah melampaui satu musim dingin).
Biji bersifat light sensitive, cahaya mempengaruhi perkecambahan dengan tiga
cara, yaitu dengan intensitas (kuantitas) cahaya, kualitas cahaya (panjang
gelombang) dan fotoperiodisitas (panjang hari).
Dormansi karena zat penghambat. Perkecambahan biji adalah kulminasi
dari serangkaian kompleks proses-proses metabolik, yang masing-masing harus
berlangsung tanpa gangguan. Tiap substansi yang menghambat salah satu
proses akan berakibat pada terhambatnya seluruh rangkaian proses
perkecambahan. Beberapa zat penghambat dalam biji yang telah berhasil diisolir
adalah soumarin dan lacton tidak jenuh; namun lokasi penghambatannya sukar
ditentukan karena daerah kerjanya berbeda dengan tempat di mana zat tersebut
diisolir. Zat penghambat dapat berada dalam embrio, endosperm, kulit biji
maupun daging buah (Salisbury dan Ross, 1995).

DAFTAR PUSTAKA

Elisa, 2011, Dormansi dan Perkecambahan Biji, http://elisa.ugm.ac.id/, diakses,


pada
tanggal 23 November 2011 pukul 21.15 WITA.

Evy, 2011, Dormansi Benih dan Pemecahannya, http://www.evykultur.com/tipe


dormansi benih, diakses pada tanggal 23 November 2011 pukul 21.00 WITA.

Latunra, A.I., 2010, Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan II, Universitas


Hasanuddin, Makassar

Marufah, 2006. Dormansi Benih. http://Marufah.blog.uns.ac.id. Diakses pada


tanggal 23 November 2011 pukul 21.30 WITA .

Salisbury, dkk., 1995. Fisiologi Tumbuhan jilid 3, ITB, Bandung.

BAB III
METODE PERCOBAAN

III. 1 Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah botol sampel, amplas,
pinset, petridish dan pipet tetes.
III. 2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah biji flamboyan
Delonix regia, air panas, air dingin, air biasa, larutan HCl, aquadest, dan polybag.
III. 3 Cara Kerja
Prosedur kerja dari percobaan ini adalah :
1. Membagi kelompok biji kacang mete menjadi 5 kelompok dengan masingmasing kelompok 3 biji.
2. kelompok I, menghilangkan sebagian kulit bijinya pada bagian yang tidak ada
lembaganya dengan mengikir pada dinding tembok.
3. kelompok II, merendam dalam HCl pekat selama 10 menit, kemudian
mencucinya.
4. Kelompok III, merendam dalam air panas selama 10 menit.
5. Kelompok IV, merendam dengan air dingin selama 10 menit.
6. Kelompok V, merendam dengan air biasa selama 10 menit.
7. Kemudian masing-masing kelompok tersebut ditanam dalam polybag yang
telah berisi tanah.
8. Melakukan pengamatan selama 4 minggu dengan mengukur tinggi tanaman
dan jumlah daun.

Hormon Pada Tumbuhan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Makhluk hidup selalu mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Pertumbuhan adalah proses kenaikan volume yang bersifat irreversible (tidak
dapat balik) karena adanya penambahan substansi termasuk di dalamnya ada
perubahan bentuk yang menyertai penambahan volume tersebut. Sedangkan
perkembangan adalah proses menuju kedewasaan pada makhluk hidup yang

bersifat kualitatif yaitu makhluk hidup dikatakan dewasa apabila alat


perkembangbiakannya telah berfungsi. Seperti pada tumbuhan apabila telah
berbunga maka tumbuhan itu sudah dikatakan dewasa.
Tumbuhan juga mengalami pertumbuhan dan perkembangan seperti
memanjangnya batang, akar dan sebagainya. Pemekaran bunga, pemasakan
buah adalah slaah satu perkembangan yang dialami oleh tumbuhan. Pemekaran
bunga dan pemasakan buah kalau kita teliti lebih lanjut sangatlah bervariasi
sesuai dengan lingkungan dan jenis pohon itu sendiri. Kalau kita amati, pada
saat musim-musim tertentu pertumbuhan bunga sangat pesat dan begitu juga
dengan pematangan buahnya. Sebenarnya apa yang mengatur semua
pemekaran bunga, pemanjangan atau pertumbuhan tunas-tunas baru pada
tumbuhan tersebut.

Oleh sebab itu kita harus tahu hal-hal yang menyebabkan semua kejadian
yang terjadi pada tumbuhan tersebut. Hormon merupakan hasil sekresi dalam
tubuh yang dapat memacu pertumbuhan, tetapi ada pula yang dapat
menghambat pertumbuhan.

B.

Rumusan masalah

1.

Apa yang dimaksud dengan Hormon pada Tumbuhan ?

2.

Apa saja jenis-jenis Hormon pada tumbuhan ?

3.

Bagaimana pengaruh hormon terhadap pertumbuhan dan perkembangan ?

C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:
1.

Apa yang dimaksud dengan Hormon pada Tumbuhan ?

2.

Apa saja jenis-jenis Hormon pada tumbuhan ?

3.

Bagaimana pengaruh hormon terhadap pertumbuhan dan perkembangan ?

D. Manfaat
Agar mahasiswa dapat memahami segala proses aktivitas yang terjadi pada
tumbuhan salah satunya ialah adanya faktor Hormon yang mengatur
pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan tersebut.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hormon Tumbuhan

Hormon tumbuhan, atau pernah dikenal juga dengan fitohormon, adalah


sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien), baik yang terbentuk secara
alami maupun dibuat oleh manusia, yang dalam kadar sangat kecil (di bawah
satu milimol per liter, bahkan dapat hanya satu mikromol per liter) dapat
mendorong, menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan
pergerakan (taksis) tumbuhan. Penggunaan istilah hormon sendiri
menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan. Namun demikian, berbeda
dari hewan, hormon tumbuhan dapat bersifat endogen, dihasilkan sendiri oleh
individu yang bersangkutan, maupun eksogen, diberikan dari luar sistem
individu.
Hormon eksogen dapat juga merupakan bahan non-alami (sintetik, tidak
dibuat dari ekstraksi tumbuhan). Oleh karena itu, untuk mengakomodasi
perbedaan ini dipakai pula istilah zat pengatur tumbuh. Hormon tumbuhan
merupakan bagian dari sistem pengaturan pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan. Kehadirannya di dalam sel pada kadar yang sangat rendah menjadi
prekursor (pemicu) proses transkripsi RNA. Hormon tumbuhan sendiri
dirangsang pembentukannya melalui signal berupa aktivitas senyawa-senyawa
reseptor sebagai tanggapan atas perubahan lingkungan yang terjadi di luar sel.
Kehadiran reseptor akan mendorong reaksi pembentukan hormon tertentu.
Apabila konsentrasi suatu hormon di dalam sel telah mencapai tingkat tertentu,
atau mencapai suatu nisbah tertentu dengan hormon lainnya, sejumlah gen
yang semula tidak aktif akan mulai berekspresi. Dari sudut pandang evolusi,

hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri
tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.
Hormon tumbuhan tidak dihasilkan oleh suatu kelenjar sebagaimana pada
hewan, melainkan dibentuk oleh sel-sel yang terletak di titik-titik tertentu pada
tumbuhan, terutama titik tumbuh di bagian pucuk tunas maupun ujung akar.
Selanjutnya, hormon akan bekerja pada jaringan di sekitarnya atau, lebih umum,
ditranslokasi ke bagian tumbuhan yang lain untuk aktif bekerja di sana.
Pergerakan hormon dapat terjadi melalui pembuluh tapis, pembuluh kayu,
maupun ruang-ruang antarsel.
Dalam menjalankan perannya, hormon dapat berperan secara tunggal
maupun dalam koordinasi dengan kelompok hormon lainnya. Contoh koordinasi
antar hormon ditunjukkan oleh proses perkecambahan. Embrio biji tidak tumbuh
karena salah satunya dihambat oleh produksi asam absisat dalam jaringan
embrio biji. Pada saat biji berada pada kondisi yang sesuai bagi proses
perkecambahan, giberelin dihasilkan. Apabila nisbah giberelin: asam absisat
tidak mencapai titik tertentu, perkecambahan gagal. Apabila nisbah ini melebihi
nilai tertentu, terjadi perkecambahan. Apabila nisbah giberelin: asam absisat
masih berada di sekitar ambang, konsentrasi sitokinin menjadi penentu
perkecambahan. Terdapat ratusan hormon tumbuhan atau zat pengatur tumbuh
(ZPT) yang dikenal orang, baik yang endogen maupun yang eksogen.
Pengelompokan dilakukan untuk memudahkan identifikasi, dan didasarkan
terutama berdasarkan perilaku fisiologi yang sama, bukan kemiripan struktur
kimia.
Pada saat ini dikenal lima kelompok utama hormon tumbuhan, yaitu
auksin (auxins), sitokinin (cytokinins), giberelin (gibberellins, GAs), asam absisat
(abscisic acid, ABA), dan etilena (etena, ETH). Selain itu, dikenal pula kelompokkelompok lain yang berfungsi sebagai hormon tumbuhan namun diketahui
bekerja untuk beberapa kelompok tumbuhan atau merupakan hormon sintetik,
seperti Oligosakarin dan Brasinosteroid,.
Beberapa senyawa sintetik berperan sebagai inhibitor (penghambat
perkembangan). Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah
membantu peningkatan hasil pertanian dengan ditemukannya berbagai macam
zat sintetik yang memiliki pengaruh yang sama dengan fitohormon alami.
Aplikasi zat pengatur tumbuh dalam pertanian modern mencakup pengamanan
hasil, memperbesar ukuran dan meningkatkan kualitas produk (misalnya dalam
teknologi semangka tanpa biji), atau menyeragamkan waktu berbunga (misalnya
dalam aplikasi etilena untuk penyeragaman pembungaan tanaman buah
musiman).

B.

Macam-macam Hormon pada Tumbuhan


Macam hormon yang terdapat pada tumbuhan, antara lain auksin, sitokinin,
giberelin, etilen, dan asam absisat

a)

Auksin
Auksin merupakan hormon yang dapat memacu pemanjangan sel yang
berpengaruh pada proses pertumbuhan dan perkembangan. Konsentrasi auksin

lebih banyak terdapat pada daerah yang tidak terkena cahaya. Bagi tanaman
(batang) yang tidak terkena cahaya akan mengalami pertumbuhan yang lebih
cepat dibandingkan bagian lain yang terkena cahaya matahari akibat adanya
auksin ini. Pada tumbuhan, auksin dapat ditemukan di embrio biji, meristem
tunas apical, dan daun-daun muda. Fungsi auksin pada umumnya adalah:
1.

Merangsang pertumbuhan akar dan mempertahankan sifat geotropisme dari


batang.

2.

Merangsang pertumbuhan akar lateral


meningkatkan penyerapan air dan mineral.

dari

serabut

akar

sehingga

3.

Merangsang pembelahan sel cambium vaskuler

4.

Berpengaruh pada pemanjangan sel, pembelahan sel, dan diferensiasi sel.

b)

Giberelin
Giberelin merupakan hormon yang mirip dengan auksin. Hormon ini
ditemukan Oleh P. kurosawa (tahun 1926, di Jepang) pada jamur Giberella
fujikuroi. Giberelin di produksi oleh tumbuhan di meristem tunas apical, akar,
daun muda, dan embrio.
Fungsi giberelin :

1)

Memacu pertumbuhan buah tanpa biji (partenokarpi)

2)

Menyebabkan tanaman mengalami pertumbuhan raksasa

3)

Meyebabkan tanaman berbunga sebelum waktunya (tidak pada musimnya)

4)

Memacu pembentukan cambium pada tanaman dikotil

5)

Mematahkan dormansi buah dan biji

c)

Sitokinin
Sitokinin ditemukan pada batang tembakau Oleh Skoog dan Miller. Struktur
kimia sitokinin mirip dengan adenine (basa nitrogen yang terdapat pada DNA
dan ATP). Selain dapat ditemukan di batang, sitokinin juga dapat di hasilkan di
dalam akar dan akan diangkut ke organ yang lain.
Fungsi Sitokinin, antara lain :

1)

Memacau pembelahan sel

2)

Mempercepat pelebaran daun

3)

Mempercepat tumbuhnya akar

4)

Memacu pertunasan lateral pada pucuk batang

5)

Menunda pengguguran daun, Bungan, dan buah.

d)

Etilen
Etilen merupakan satu-satunya hormone tumbuhan yang berbentuk gas. Gas
etilen mempercepat pemasakan buah, contohnya pada buah tomat, pisang, apel,
dan jeruk. Buah-buah tersebut dipetik dalam keadaan masih mentah dan
berwarna hijau. Selanjutnya, buah-buah tersebut dikemas dalam bentuk kotak
berventilasi dan diberi gas etilen untuk mempercepat pemasakan buah sehingga
buah sampai ditempat tujuan dalam keadaan masak. Selain itu, gas etilen juga
menyebabkan penebalan batang dan memacu pembungaan. Oleh karena itu,
etilen dapat ditemukan pada jaringan buah yang sedang matang, buku batang,
daun, dan bunga yang menua.
Fungsi gas etilen, yaitu:

1.

Membantu memecahkan dormansi pada tanaman, misalnya pada ubi dan


kentang.

2.

Mendukung pematangan buah.

3.

Mendukung terjadinya abscission (pelapukan) pada daun.

4.

Mendukung proses pembungaan.

5.

Menghambat pemanjangan akar pada beberapa spesies tanaman dan dapat


menstimulasi pemanjangan batang.

6.

Menstimulasi perkecambahan.

7.

Mendukung terbentuknya bulu-bulu akar.

e)

Asam traumalin
Asam traumalin sebenarnya merupakan hormon hipotetik yaitu merupakan
gabungan beberapa aktivitas hormone yang ada (auksin, giberelin, sitokinin,
etilen, dan asam absisat). Apabila tumbuhan mengalami luka atau perlukaan
karena gangguan fisik maka akan segera terbentuk cambium gabus.
Pembentukan cambium gabus itu terjadi karena adanya pengaruh hormone luka
(asam traumalin). Sebenarnya, peristiwa ini merupakan hasil kerja sama antar
hormone pada tumbuhan yang di sebut restitusi (regenerasi). Awalnya luka pada
tumbuhan akan memacu pengeluaran hormone luka yang kemudian
merangsang pembentukan cambium gabus. Pembentukan cambium gabus
dilakukan oleh hormone giberelin, selanjutnya, karena pengaruh hormone
sitokinin, terbentuklah sel-sel baru yang akan membentuk jaringan penutup luka
yang disebut kalus. Asam traumalin ini dapat ditemukan pada dinding sel
tumbuhan.

f)

Asam absisat

Asam absisat merupakan hormon yang dapat menghambat pertumbuhan


tanaman (inhibitor) yaitu bekerja berlawanan dengan hormon auksin dan
giberelin dengan jalan mengurangi atau memperlambat kecepatan pembelahan
dan pembesaran sel. Asam absisat dapat ditemukan pada daun, batang, akar ,
dan buah biji.

Fungsi dari asam absisat adalah sebagai berikut:


1.

Menghambat perkecambahan biji.

2.

Mempengaruhi pembungaan tanaman.

3.

Memperpanjang masa dormansi umbi-umbian.

4.

Mempengaruhi pucuk tumbuhan untuk melakukan dormansi.

Fungsi lain asam absisat adalah membantu tumbuhan mengatasi dan


bertahan pada kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan (masa dormansi).
Dalam keadaan dorman, tumbuhan terlihat seperti mati, tetapi setelah kondisi
lingkungan menguntungkan, ia akan tumbuh lagi dan mucul tunas-tunas baru.
Contohnya adalah pohon jati yang meranggas pada musim kemarau.

g)

Kalin
Kalin merupakan hormon yang berperan dalam proses organogenesis
tumbuhan. Berdasarkan organ yang dibentuk, kalin dikelompokkan sebagai
berikut:

Rizokalin, yaitu hormon yang mempengaruhi pembentukan akar.

Kaulokalin, yaitu hormon yang mempengaruhi pembentukan batang.

Filokalin, yaitu hormon yang mempengaruhi pembentukan daun.

Antokalin, yaitu hormon yang mempengaruhi pembentukan bunga.

h)

Asam Jasmonat
Fungsi asam jasmonat adalah mengahambat pertumbuhan beberapa bagian
tumbuhan tertentu dan sangat kuat mendorong terjadinya penuaan daun.

i)

Poliamina
Fungsi poliamina adalah sebagai re- gulator bagi pertumbuhan tanaman.

j)

Salisilat

Fungsi salisilat adalah untuk memperpanjang daya keawetan. Biasanya


digunakan pada buah untuk mencegah jamur dan pada sayuran untuk mencegah
hama.

k)

Steroid (Brasinosteroid)
Hormon
steroid
berasal
dari
kolesterol
dan
berstruktur
inti
perhidrosiklopentanolfenantren yang terbagi atas tiga cincin sikloheksana.
Senyawa steroid terdapat pada hewan, tanaman tingkat tinggi bahkan terdapat
pula pada beberapa tanaman tingkat rendah seperti jamur (fungi).

l)

Oligosakarin
Oligosakarin (oligossaccaharin) adalah gula berantai pendek yang dilepaskan
dari dinding sel melalui kerja enzim hidrolitik pada selulosa dan pektin. Hormon
ini memicu respon pertahanan tumbuhan akibat masuknya pathogen.
Oligosakarin juga membantu mengatur pertumbuhan ,diferensiasi seluler dan
perkembangan bunga.

C. Pengaruh Hormon Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan


Faktor intersel yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
adalah hormon. Istilah hormon pertama kali dikemukakan oleh seorang ahli
botani dari Belanda bernamaFriedrich Agust Ferdinand Went (1863
1935). Went berpendapat bahwa hormon tumbuh merupakan zat yang penting
dalam pertumbuhan tanaman. Hormon tumbuh tersebut juga disebut zat tumbuh
yang komponennya terdiri atas senyawa protein dengan substansi kimia yang
aktif.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan Pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :

1.

Hormon tumbuhan merupakan bagian dari sistem pengaturan pertumbuhan


dan perkembangan tumbuhan. Hormon tumbuhan, atau dikenal juga dengan
fitohormon, adalah sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien),

2.

Macam macam hormone pada tumbuhan antara lain adalah: auksin, giberalin,
sitokinin, gas etilen, asam traumalin, asam absisat, kalin, salisilat, asam
jasmonat, dan steroid.

3.

Selain factor eksternal factor internal yaitu hormon pada tumbuhan juga
memegang peranan penting dalam proses perkembangan dan pertumbuhan.

B.

Saran
Ketahuilah hormon-hormon yang terdapat pada tumbuhan dan fungsinya agar
mampu memanfaatkan tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

Rindari, Henny.2007.Sains Biologi 3.PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri : Solo


Anggorowati, Sulastri. Fisiologi Tumbuhan. Pusat Penerbit Universitas Terbuka
Tim Penyusun, 2003. Biologi 2A Kelas 2 SMU Semester 1. Klaten: Intan Pariwara
http://supeksa.wordpress.com/2011/06/05/hormon-pada-tumbuhan-fitohormon/ (
Diakses tanggal 22 Oktober 2011)
http://anthuriumonline.wordpress.com/2008/01/25/hormon-pertumbuhan-padatumbuhan/
http://frensmobileblog.blogspot.com/2011/04/hormon-giberelin-sitokinin-asamabsisat.html

LAPORAN PRAKTIKUM
FITOHORMON

INISIASI AKAR

Disusun Oleh:
Fahrudin Arrozi
(2090610010)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2012

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
Inisiasi merupakan salah satu aspek dari pertumbuhan pada tanaman
dengan menghasilkan bagian-bagian atau organ baru. Kenaikan jumlah akar
merupakan salah satu dari ciri pertumbuhan atau inisiasi tersebut. Rambut akar
dapat tumbuh dari akar utama (akar lateral) maupun berasal dari jaringan
batang tumbuhan (akar adventif), yang dapat dipacu dengan pemberian
golongan hormon auksin dalam jumlah tertentu. Daerah tergenerasi akar

terletak pada absisat batang yang dipotong mengikuti perpindahan polar auksin
menuju proses akhir fisiologi, yang letaknya lebih dekat pada ujung tanaman.
Pertumbuhan tidak pernah lepas dari peranan hormon yang berfungsi
mempercepat pertubuhan dan memperlambat atau menghambat kerja hormon
yang lain. Respon pada organ sasaran tidak perlu bersifat memacu, karena
proses seperti pertumbuhan atau differensiasi kadang mlahan terhambat oleh
hormon, terutama oleh asam absisat
Sitokinin merupakan senyawa organik yang menyebabkan pembelahan sel
yang dikenal dengan proses sitokinesis. Menurut Wattimena (1988), sitokinin
mempengaruhi berbagai proses fisiologis di dalam tanaman terutama
mendorong pembelahan sel. Selain itu menurut Armini (1991),
1.2 Tujuan Praktikum.
Meransang Pembentukan Akar pada Stek batang Kacang Hijau dengan
zat pengatur tumbuh..

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Stek adalah suatu perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian
dari tanaman dengan tujuan agar bagian-bagian tersebut membentuk akar.
Pembentukan akar-akar dari stek adalah berupa akar-akar lateral, atau yang akar
yang berbaris-baris dan tumbuh menyamping Akar lateral berasal dari pasangan
sel-sel pericycle, dengan beberapa sel terletak bersebrangan dengan xylem.
Pertumbuhan akar lateral tersebut dipicu oleh auksin, dengan cara transportasi
polar. Transportasi polar tersebut digunakan tumbuhan sebagai agen pembawa
auksin dari sumber (source) menuju ke tempat yang membutuhkan seperti akar
(sink) (Lakitan, 1994).
Inisiasi merupakan salah satu aspek dari tumbuh pada tanaman dengan
menghasilkan bagian-bagian atau organ baru. Kenaikan jumlah akar merupakan
salah satu dari ciri pertumbuhan atau inisiasi tersebut. Rambut akar dapat
tumbuh dari akar utama (akar lateral) maupun berasal dari jaringan batang
tumbuhan ( akar adventif), yang dapat dipacu dengan pemberian golongan
hormon auksin dalam jumlah tertentu. Daerah tergenerasi akar terletak pada
absisat batang yang dipotong mengikuti perpindahan polar auksin menuju
proses akhir fisiologi, yang letaknya lebih dekat pada ujung tanaman ( Mukherji
and Ghosh, 2000 ).
Sitokinin merupakan senyawa organik yang menyebabkan pembelahan sel
yang dikenal dengan proses sitokinesis. Menurut Wattimena (1988), sitokinin
mempengaruhi berbagai proses fisiologis di dalam tanaman terutama
mendorong pembelahan sel. Selain itu menurut Armini (1991), sitokinin juga
berpengaruh dalam ploriferasi tunas ketiak, penghambatan pertumbuhan akar
dan induksi umbi mikro pada kentang. Sitokinin yang biasa digunakan adalah
kinetin, zeatin, 2iP (N6525Isopentanyl Adenin) , BAP (65Benzyl Amino Purin),
PBA, 2C 154 PU, 2.65C154 dan TDZ (thidiazuron) (Gunawan, 1987).
65Benzyl amino purine (BAP) merupakan sitokinin sintesis yang memiliki
berat molekul sebesar 225.26 dengan rumus molekul C12H11N5. Wattimena
(1988) menambahkan bahwa BAP merupakan turunan adenin yang disubstitusi
pada posisi 6 adalah yang memiliki aktivitas kimia paling aktif.
Hasil penelitian Maryani dan Zamroni (2005), pada penggandaan tunas
krisan secara in vitro apabila perlakuan tanpa BAP (0 ppm) ternyata memberikan
jumlah akar banyak dan kecenderungan jumlah akar menurun dengan
meningkatnya konsentrasi BAP. Keadaan ini membuktikan bahwa BAP mampu
menekan pertumbuhan akar. Kemampuan menghambat pertumbuhan akar ini
sangat penting dalam penggandaan tunas atau (multiplikasi). Nursandi (2006)
juga menambahkan bahwa BAP dan TDZ bisa menghambat pembentukan akar
nenas secara spontan pada konsentrasi yang berbeda, yaitu BAP dengan
konsentrasi 17.76 EM sedangkan TDZ dengan konsentrasi 4.54 x 10 52 EM.
Menurut Supriati et al., (2006), zat pengatur tumbuh BAP juga telah banyak

digunakan pada berbagai spesies tanaman karena dapat meningkatkan


multiplikasi tunas secara langsung maupun tidak langsung.
Aktivitas sitokinin tergantung juga dari aktivitas fitohormon yang lainnya,
terutama auksin baik dalam efek menghambat maupun efek yang mendorong
pembelahan sel (Wattimena, 1988). Sitokinin dan auksin memiliki peran yang
sangat penting dalam hal menginduksi tunas adventif. Pengaruh keduanya akan
menentukan apakah suatu kalus akan membentuk tunas adventif, akar, atau
tunas adventif dan akar (Armini et al., 1991). Menurut Gunawan (1992),
pengaruh antara uksin dengan sitokinin yang tinggi akan mendorong
morfogenesis akar, sebaliknya pengaruh sitokinin auksin yang tinggi akan
mendorong pembentukan tunas.
Hasil penelitian Alitali (2008) pada pengaruh pemberian BAP dan NAA
terhadap pertumbuhan dan perkembangan kantong semar (Nepenthes
mirabilis)berdasarkan hasil sidik ragam memberikan pengaruh yang tidak
berbeda nyata terhadap waktu inisiasi akar tunas Nepenthes mirabilis, baik
secara tunggal maupun kombinasi. Umumnya akar akan terbentuk apabila
nisbah konsentrasi sitokinin dan auksin rendah. Namun Pemberian BAP dan NAA
secara tunggal memberikan pengaruh nyata terhadap rata-rata jumlah tunas
Nepenthes mirabilis pada 2216 MST. Kombinasi pemberian NAA dan BAP hanya
memberikan hasil yang nyata terhadap jumlah tunas pada MST. Rata-rata
jumlah tunas umumnya meningkat pada semua perlakuan BAP setiap
minggunya Penggunaan 0, 0.5 dan 1 ppm BAP tidak berbeda nyata terhadap
rata-rata jumlah tunas yang dihasilkan. Pemberian BAP 2 ppm menghasilkan
jumlah tunas yang lebih rendah daripada pemberian konsentrasi BAP yang lain.
Menurut Sukawan (2000), pembentukan akar selain dipengaruhi oleh pemberian
auksin eksogen juga dipengaruhi oleh perbedaan genetik yang disebabkan oleh
eksplan yang digunakan dan kandungan sitokinin endogennya.
Menurut Sukawan (2000), pembentukan akar ditentukan oleh
keseimbangan yang tepat antara auksin dan nutrisi. Auksin bertindak sebagai
trigger pada level transkripsi dan nutrisi sebagai sumber karbon untuk mengatur
translasi dalam sintesis protein yang diperlukan untuk diferensiasi aktivitas
kambium menjadi primordial akar dan perkembangan dari primordial akar.
Menurut Pierik (1987), sitokinin efektif dalam menghambat inisiasi akar.
Rasco jr dan Maquilan (2005) juga menambahkan bahwa untuk menghindari
tekanan osmotik, kekurangan air dan nutrisi memungkinkan terjadinya
penghambatan pertumbuhan akar pada perkecambahan Nepenthes truncata di
media MS.
Kecambah adalah tumbuhan (sporofit) muda yang baru saja berkembang
dari tahap embrionik di dalam biji. Tahap perkembangannya disebut
perkecambahan dan merupakan satu tahap kritis dalam kehidupan tumbuhan.
Kecambah biasanya dibagi menjadi tiga bagian utama: radikula (akar embrio),
hipokotil, dan kotiledon (daun lembaga). Kacang hijau adalah sejenis tanaman
budidaya dan palawija yang dikenal luas di daerah tropika. Tumbuhan yang
termasuk suku polong-polongan (Fabaceae) ini memiliki banyak manfaat dalam

kehidupan sehari-hari sebagai sumber bahan pangan berprotein nabati tinggi.


klasifikasi kacang hijau:
Regnum

: Plantae

Divisio

: Magnoliophyta

Classis

: Magnoliopsida

Ordo

: Fabales

Familia

: Fabaceae

Genus

: Vigna

Spesies

: Vigna radiate L. (Anonymous, 2011)

BAB III
METODOLOGI
2.1 Alat &Bahan
2.1.1 Alat

Botol,

Aluminium foil,

Gunting,

Polibeg,

Tanah,

Gabus/stereofom,

Paku,

Penggaris& alat tulis


2.1.2 Bahan

Kacang hijau,

Air

Hormon sitokinin (BAP 1ppm).


2.2 Cara Kerja

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel: hasil pengamatan morfologi dan akar kecambah.
No
:

Perlakuan

Awal

Akhir

Jumlah dan
panjang
akar

Hipokoti
l

Epikotil

hipokot
il

epikotil

BAP

6,5cm

3,1cm

9,5cm

8,5cm

BAP

6,5cm

4,2cm

9,5cm

8,6cm

BAP

6,5cm

6cm

10cm

9,7cm

BAP

6,5cm

6,3cm

9,5cm

10cm

1 (1mm)

Kontrol

5,5

9,4

1 (2mm)

Panjang akar merupakan hasil dari perpanjangan sel-sel dibelakang


meristem ujung (Gardner et al., 1991 dalam Anwar, 2007). Menurut Mufaadi
(2003), pertumbuhan akar dipengaruhi oleh pertumbuhan tunas, tunas yang
terbentuk makin banyak maka akar akan semakin pendek atau bahkan tidak
memiliki akar sama sekali.
Pemberian BAP hingga 1 ppm pada kecambah kacang hijau tidak
memberikan pengaruh yang baik pada inisiasi akar, namun malah menghambat
pertumbuhan akar, hal ini bisa diliha t dari perlakuan kontrol yang menunjukkan
pertumbuhan atau inisiasi akar. Namun pemberian BAP ini terlihat nyata pada
pemanjangan epikotil. Hal ini menunjukkan untuk menghasilkan tanaman yang
cukup tinggi hanya diperlukan konsentrasi BAP yang cukup rendah. Hasil ini
serupa dengan penelitian yang telah dilakukan Marlin (2005), tentang eksplan
jahe yang dikulturkan pada media tanpa pemberian BAP dengan konsentrasi
yang rendah menghasilkan tunas yang berukuran lebih tinggi. Dalam kondisi
tersebut kebutuhan sel akan sitokinin untuk pemanjangan sel telah terpenuhi.
Wattimena (1987) menyatakan bahwa selang konsentrasi zat pengatur
tumbuh untuk pembesaran sel-sel pada batang menjadi penghambat pada
pembentukan sel-sel akar. Interaksi BAP dan NAA mempengaruhi aktivitas selsel di batang untuk memunculkan tunas sehingga aktivitas sel-sel di akar
terhambat. Sitokinin yang paling banyak dideteksi dan secara fisiologi paling
aktif pada berbagai tumbuhan yaitu zeatin, dihidrozeati dan isopentenil adenine.
Zeatin ribose merupakan sitokinin yang paling banyak dijumpai pada tumbuhan.
Sitokinin jugan dijumpai pada lumut, diatomae, ganggang coklat dan ganggang
merah.Fungsi utama sitokinin adalah merangsang pembelahan sel.
Menurut Ammirato (1986) dalam Marlin (2005), beberapa sel tanaman
dapat tumbuh, berkembang dan beregenerasi menjadi tanaman baru dalam
media tanpa penambahan hormon. Dengan demikian, tanpa suplai auksin dan
sitokinin eksogen, akar akan tetap tumbuh dan memanjang. Ditambah oleh
Sayekti (2007), jumlah akar yang berjumlah sedikit ini menunjukkan bahwa
fungsi akar tidak terlalu berperan dalam memberikan stok hara bagi
pertumbuhan tanaman.

BAB V
KESIMPULAN
Inisiasi akar merupakan pertumbuhan organ baru yang berupa akar.
hormone sitokinin (BAP 1ppm) yang diberikan pada perlakuan tidak memberikan
pengaruh positif, justru menjadi penghambat bagi aktivitas inisiasi akar. Namun
pada perkembangan epikotil sangat terlihat nyata.

DAFTAR PUSTAKA

nymous. 2011. Kacang Hijau. (online) http://id.wikipedia.org/wiki/Kacang_hijau

nymous. 2011.Kecambah. (online) http://id.wikipedia.org/wiki/Kecambah

Dwidjosepoetro. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Gramedia.

tan, B. 1994. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

kherji, S and Ghosh., 2002. Plant Physiology. New Delhi: Tata Mc. Graw Hill Publishing Company
Limite.

Sayekti, U. 2007. Pengaruh Media Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan


Kecambah Kantong Semar (Nepenthes mirabilis) secara In Vitro. Skripsi. Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 62 hal.

sbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid I. Edisi keempat. Bandung; ITB

ar2_ozy
Diposkan oleh arrozy di 08.11

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM


FISIOLOGI TUMBUHAN
Oleh
OTNIEL
E 281 08 025

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO

2009
LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat


Dalam Menyelesaikan Mata Kuliah Fisiologi Tumbuhan

Oleh
OTNIEL
E 281 08 025

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2009
HALAMAN PENGESAHAN

Judul
: Laporan Lengkap Praktikum Fisiologi Tumbuhan (Mengukur
Potensial Air Pada Umbi Kentang, Mengukur Laju Transpirasi, Pengaruh
Turgor Terhadap Membuka dan Menutupnya Stomata,
Imbibisi, Pengaruh Auksin Terhadap Pemanjangan Jaringan , Pengaruh
ZPT Terhadap Perkecambahan Biji, Mengukur Kadar Klorofil Dengan
Spektrofotometer, dan Pemisahan Pigmen Fotosintetik Dengan
Kromatografi Kertas).

Nama

: Otniel

Stambuk

: E 281 08 025

Prodi

: Agroteknologi

Kelompok

: 3 (Tiga)

Golongan

: Agroteknologi I

Fakultas

: Pertanian

Universitas

: Tadulako
Palu, 15 Desember 2009

Menyetujui,
Asisten Penanggung Jawab
NURLAILA. USLAENI
BUNTARAN
E 261 07 002
001
Mengetahui,
Koordinator Dosen Praktikum Fisiologi Tumbuhan
Fakultas Pertanian
Universitas Tadulako

Dr. Ir. HENRI BARUS, M. Sc


Nip 196511051992031004

Koordinator Asisten
MUH. IQBAL
E 261 06

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih
karunia dan perlindungan-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
lengkap ini tepat pada waktunya.
Tidak lupa penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak Dr. Ir,
Hendri Barus, MP, bapak Prof. Dr. Ir, Faturrahman, MP., dengan ikhlas membagi
ilmunya, sehingga penulis dapat memperoleh sedikit ilmu yang dituangkan ke
dalam laporan ini dan kepada kakak-kakak asisten yang dengan sabar
membantu dan menuntun penulis selama berlangsungnya praktikum serta
kepada teman-teman program studi Agroteknologi angkatan 2008 yang telah
banyak memberikan support dan bantuannya selama praktikum dan pembuatan
laporan ini.
Laporan Lengkap Fisiologi Tumbuhan disusun sebagai salah satu syarat dalam
menyelesaikan mata kuliah Fisiologi Tumbuhan.
Penulis menyadari, bahwa dalam pembuatan laporan ini masih banyak terdapat
kekeliruan baik dalam penulisan maupun penyusunannya. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan laporan-laporan berikutnya. Akhir kata,
semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian, amin.
Palu, 15 Desember 2009

penyusun
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL...
HALAMAN
JUDUL..................................................................................
HALAMAN PENGASAHAN
KATA PENGANTAR....
DAFTAR ISI...
DAFTAR TABEL..

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang..


1.2 Tujuan dan Kegunaan..
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani Kentang..
2.2 Transpirasi .....
2.3 Potensial Air
2.4 Imbibisi
2.5 Turgor..
2.6 Stomata
2.7 Klorofil
2.8 Pigmen-Pigmen Pada Tumbuhan.
2.9 Zat Pengatur Tumbuh
III. METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat Dan Waktu..
3.2 Alat dan Bahan........
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil....
4.2 Pembahasan..
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan..........................................
5.2 Saran................................................................
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No

Teks
Halaman

1.

Persentase Stomata Terbuka dan Stomata Tertutup pada Preparat

Daun Rhoeo discolor.........................................................................


2.

Pengaruh Larutan NaCL Terhadap Berat Biji Kacang Hijau ..........

3.

Presentase Biji Kacang Hijau yang Berkecambah dengan

Perlakuan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) ..........................................


4.

Perubahan Panjang Hipokotil Dengan Perlakuan IAA................

5.

Pengukuran Jumlah Kadar Klorofil dengan Spektrofotometer

padaDaunJagung(Zea mays)............................................................
6.

Jenis Pigmen yang Tampak pada Kromatografi Kertas....................

DAFTAR GAMBAR
No
Halaman
1.

Teks

Preparat Jumlah Stomata yang Terbuka dan Tertutup Dengan

Pemberian Air dengan Perbesaran10x..............................................................


2.

Preparat Jumlah Stomata yang Terbuka dan Tertutup Dengan

Pemberian Larutan Sukrosa 10 % dengan Perbesaran 10x............................

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Stomata adalah lubang-lubang kecil yang dikelilingi oleh dua sel epidermis
khusus yang disebut sel penutup dan terdapat pada permukaan daun, biasanya
stomata disebut juga dengan mulut daun. Stomata ini berfungsi sebagai alat
pernafasan bagi tumbuhan, sebagai jalan masuknya CO 2 dari udara pada proses
fotosintesis serta sebagai jalan untuk penguapan (Transpirasi). Tanpa stomata
tumbuhan tidak akan bisa hidup, karena itu stomata sangat berpengaruh penting
terhadap kehidupan suatu tumbuh-tumbuhan (Lildahshiro, 2009).
Mekanisme membuka dan menutupnya stomata Membuka menutupnya stomata
tergantung pada perubahan turgor sel penjaga (sel stomata). Turgor yang tinggi
menyebabkan stomata membuka sebaliknya turgor yang rendah akan
menyebabkan stomata menutup (Utamirubiyanto, 2009).
Tekanan turgor merupakan tekanan air pada dinding sel akibat perubahan kadar
air dalam sel tumbuhan. Tekanan turgor sel tanaman akan mempengaruhi
aktivitas fisiologis antara lain pengembangan daun, bukaan stomata,
fotosintesis, dan pertumbuhan akar. Pada pembukaan stomata, stomata akan
membuka jika kedua sel penjaga meningkat. Peningkatan tekanan turgor sel
penjaga disebabkan oleh masuknya air ke dalam sel penjaga tersebut. Tekanan
turgor akan meningkat seiring dengan peningkatan kadar air. Pergerakan air dari
satu sel ke sel lainnya akan selalu dari sel yang mempunyai potensial air lebih
tinggi ke potensial air yang lebih rendah (Lena, 2009).
Imbibisi merupakan penyerapan air oleh imbiban. Imbibisi merupakan
penyusupan atau peresapan air ke dalam ruangan antar dinding sel, sehingga
dinding selnya akan mengembang. Misal masuknya air pada biji saat
berkecambah dan biji kacang yang direndam dalam air beberapa jam. Potensial
imbibisi adalah kemampuan atau besar energi tanaman untuk menyerap air ke
dalam ruangan antar dinding sel, sehingga dinding sel akan mengembang
(Arenlovesu, 2009).
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O, satu melekul air tersusun
atas dua atom hidrogen yang terkait secara kovalen pada satu atom oksigen. Air
bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar,
yaitu pada tekanan 100 KPa (1 bar) dan temperatur 273,15 K (0C). Zat kimia ini
merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan untuk
melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam,
beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik (Abdu, 2009).
Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik kompleks alami yang di sintesis
oleh tanaman tingkat tinggi, yang berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Dalam kultur jaringan, ada dua golongan zat pengatur

tumbuh yang sangat penting adalah sitokinin dan auksin. Zat pengatur tumbuh
ini mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur sel, jaringan dan
organ. Interaksi dan perimbangan antara zat pengatur tumbuh yang diberikan
dalam media dan yang diproduksi oleh sel secara endogen, menentukan arah
perkembangan suatu kultur. Penambahan auksin atau sitokinin eksogen,
mengubah level zat pengatur tumbuh endogen sel. Level zat pengatur tumbuh
endogen ini kemudian merupakan trigerring factor untuk proses-proses yang
tumbuh dan morfogenesis (Taji, Kumar dan Lakshmanan, 2002).
ZPT (zat pengatur tumbuh) dibuat agar tanaman memacu pembentukan
fitohormon (hormon tumbuhan) yang sudah ada di dalam tanaman atau
menggantikan fungsi dan peran hormon bila tanaman kurang dapat
memproduksi hormon dengan baik.(Yoxx, 2008).
Auksin adalah hormon tumbuhan pertama yang diketahui. Pengaruh auksin
telah dipelajari pada abad ke-19 oleh ahli biologi Charles Darwin. Dia melihat
bahwa ketika benih rumput-rumputan bertambah panjang, benih itu membelok
ke arah datangnya cahaya, dengan mempergunakan penutup yang tidak tembus
sinar. Darwin berhasil menunjukkan bahwa tempat yang peka terhadap cahaya
adalah ujung apikal dari benih dan bukan bagian bawah tempat pembengkokan
terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa substansi yang mendorong pertumbuhan
berfungsi seperti hormon, kemudian hormon ini diisolasi pada tahun 1928 dan
diberi nama auksin. Kemudian Peran auksin pertama kali ditemukan oleh
ilmuan Belanda bernama Fritz Went (1903-1990) (Heddy, 2000).
Auksin merupakan hormon tanaman seperti indolasetat yang berfungsi untuk
merangsang pembesaran sel, sintesis DNA kromosom, serta pertumbuhan aksis
longitudinal tanaman., gunanya untuk merangsang pertumbuhan akar pada
stekan atau cangkokan.. Auksin alami banyak terdapat di dalam cairan biji
jagung muda yang masih berwarna kuning, air seni sapi, ujung koleoptil tanaman
oat, umbi bawang merah dan air kelapa (Wikipedia, 2009).
Auksin sebagai salah satu hormon tumbuh bagi tanaman mempunyai peranan
terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dilihat dari segi fisiologi,
hormon tumbuh ini berpengaruh terhadap pengembangan sel, phototropisme,
geotropisme, apikal dominasi, pertumbuhan akar (root initiation), parthenocarpy,
abisission, pembentukan callus (callus formation) dan respirasi (Anis, 2009).
1.2

Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dari Praktikum Fisiologi Tumbuhan yaitu mempelajari pengaruh tugor


terhadap mekanisme membuka dan menutupnya stomata, menentukan kadar
klorofil dengan Spektrofotometer, untuk mendeteksi jenis-jenis pigmen pada
suatu tumbuhan, mengetehui pengaruh pada larutan terhadap proses imbibisi
pada biji, untuk mengetahui berbagai zat pengatur tumbuh pada
perkecambahan biji, dan untuk mengetahui pengaruh auksin (IAA) terhadap
perkecambahan biji.

Kegunaan dari Prktikum Fisiologi Tumbuhan yaitu dapat mengetahui tugor dapat
mempengaruhi mekanisme membuka dan menutupnya stomata, dapat
mengetahui kadar klorofil suatu daun dengan cara mengukur menggunakan
spektrofotometer, dapat mengetahui kadar klorofil A dan B pada suatu daun
tanaman dengan teknik pemisahan dengan menggunakan klomatografi kertas,
kita dapat mengetahui seberapa besar pengaruh suatu larutan terhap proses
imbibisi pada biji, dapat mengetahui pengaruh dari berbagai zat pengatur
tumbuh terhadap perkecambahan biji, dan kita dapat mengetahui seberapa
besar pengaruh auksin alami (IAA) dalam proses perkecambahan biji.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Botani Kentang
Kingdom Palanteae, Divisi Spermatophyta, Kelas Dicontyledonae, Famili
Solanaceae, Genus Solanum, Spesies Solanum tuberosum L.
Berdasarkan klsifikasi diatas, dikenal pula spesies-spesies kentang lainnya yang
merupakan spesies liar, diantaranya Solanum andigenum L., Solanum
anglegenum L., Solanum demissum L.). secara garis besarnya kentang dapat
dibedakan menjadi 3 golongan sbb:
1. kentang yang berumbi kuning (kulit dan dagingnya), disebut dengan
kentang kuning (misalnya Eigenheimer, Patrones, Rapan 106 dan Thung
151 C.)
2. kentang yang bermbi putih (kulit dan dagingnya), disebut dengan kentang
putih (misalnya Donatam Radosa dan Sebago)
3. kentang yang berumbi merah (kulitnya) dan berdaging kuning yang biasa
disebut kentang merah (misalnya Desiree, Arka, dan Red Pontiac)
Dari ketiga golongan kentang diatas, yang paling digemari adalah kentang
kuning (Granola). Hal ini dikarenakan rasanya enak, gurih, dan gempi. Adapun
kentang putih dan kentang merah umumnya tidak begitu disenangi karena
rasanya yang agak lembek dan sedikit berair. Selain kentang Granola, varietas
kentang lainnya yang banyak di tanam di Indonesia adalah kentang Atlantis,
Cipanas, dan Segunung (www.id.wikipedia.org/kentang.htm)
Habitus : Semak, semusim, tinggi 50 cm. Batang : Bulat, bentuk silindris,
pucuk berbulu, hijau muda. Daun : Majemuk, bulal telur, berbulu, ujung
meruncing, tepi rata, pangkal runcing, panjang 12-15 cm, lebar 6-8 cm,
pertulangan menyirip, tiijau. Bunga : Majemuk, bercabang menggarpu, di ujung
dan di ketiak daun, kelopak panjang 8,5-15 mm, hijau, keputih-putihan, mahkota
pendek, bentuk lonjong, putih, benang sari melekat pada tabung mahkota. Buah
: bakal buah 2-6 ruang dengan banyak bakal biji, tangkai putik bentuk jarum,
kepala pulik kecil. putih. Biji : Buni, bulat lonjong, kuning kecoklalan, Pipih,

bentuk ginjal, kuning. Akar : Tunggang, putih kekuningan (Tjitrosomo dan


Sutarmi, 1987).

Siti

2.2 Transpirasi
Hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berupa cairan dan uap atau gas.
Proses keluarnya atau hilangnya air dari tubuh tumbuhan dapat berbentuk gas
ke udara disekitar tumbuhan dinamakan tarnspirasi. Transpirasi dapat diartikan
sebagai proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui
stomata, kemungkinan kehilangan air dari jaringan tanaman melalui bagian
tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut sangat
kecil dibandingkan dengan yang hilang melalui stomata (Sari, 2009).
Walaupun beberapa jenis tumbuhan dapat hidup tanpa melakukan transpirasi,
tetapi jika transpirasi berlangsung pada tumbuhan agaknya dapat memberikan
beberapa keuntungan bagi tumbuhan tersebut misalnya dalam: Mempercepat
laju pengangkutan unsur hara melalui pembuluh xylem, Menjaga turgiditas sel
tumbuhan agar tetap pada kondisi optimal, Sebagian salah satu cara untuk
menjaga stabilitas suhu (Anonim, 2008).
Kegiatan transpirasi dipepengruhi oleh banyak faktor baik faktor-faktor dalam
maupun faktor-faktor luar. Yang terhitung sebagai faktor-faktor dalam adalah:
besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapiskan lilin atau tidaknya
permukaan daun, banyak sedikitnya bulu di permukaan daun, Banyak sedikitnya
stomata, Bentuk dan lokasi stomata. Sedangkan Faktor-faktor luar yang
mempengaruhi transpirasi: Sinar matahari (Sinar menyebabkan membukanya
stomata dan gelap menyebabkan menutupnya stomata jadi banyak sinar
mempercepat transpirasi), temperatur ( pengaruh temperatur terhadap
transpirasi daun dapat pula ditinjau dari sudut lain yaitu didalam hubungannya
dengan tekanan uap air didalam daun dan tekanan uap air diluar daun, kenaikan
temperatur menambah tekanan uap didalam daun), kelembaban udara, angin,
keadaan air didalam tanah (Anonim, 2009).
2.3 Potensial Air
Potensial air adalah potensial kimia air dalam suatu system atau bagian system.
Dinyatakan dalam satuan tekanan dan dibandingkan dengan potensial kimia air
murni (juga dalam satuan tekanan) pada tekanan atmosfer dan pada suhu serta
ketinggian yang sama potensial murni ditentukan sama dengan nol. Faktor-faktor
penghasil gradient yaitu konsentrasi atau aktifitas, suhu, tekanan, efek larutan
terhadap potensial kimia pelarut, matriks. Mengukur metode air dengan metode
volume jaringan, metode chordate, metode tekanan uap (Hubungan antar
potensial air adalah dengan melibatkan peristiwa osmose karena osmose
merupakan peristiwa difusi dimana antara dua tempat tersedianya difusi
dipisahkan oleh membrane atau selaput. Maka dapat diartikan bahwa dinding sel
atau membrane protoplasma adalah merupakan membrane pembatas antara zat
yang berdifusi karena pada umumnya sel tumbuh-tumbuhan tinggi mempunyai

dinding sel maka sebagian besar proses fitokimia dalam tumbuh-tumbuhan


adalah merupakan proses osmose (Retno, 2009).
2.4 Imbibisi
Imbibisi merupakan penyerapan air oleh imbiban. Imbibisi merupakan
penyusupan atau peresapan air ke dalam ruangan antar dinding sel, sehingga
dinding selnya akan mengembang. Misal masuknya air pada biji saat
berkecambah dan biji kacang yang direndam dalam air beberapa jam. Potensial
imbibisi adalah kemampuan atau besar energi tanaman untuk menyerap air ke
dalam ruangan antar dinding sel, sehingga dinding sel akan mengembang
(Arenlovesu, 2009).
2.5 Turgor
Faktor yang mempengaruhi penurunan pertumbuhan secara langsung bukan
potensial air, tetapi potensial osmotik atau tekanan turgor. Tekanan turgor sel
tanaman akan mempengaruhi aktivitas fisiologis antara lain pengembangan
daun, bukaan stomata, fotosintesis, dan pertumbuhan akar. Faktor yang
mempengaruhi penurunan pertumbuhan secara langsung bukan potensial air,
tetapi potensial osmotik atau tekanan turgor, Tekanan turgor sel tanaman akan
mempengaruhi aktivitas fisiologis antara lain pengembangan daun, bukaan
stomata, fotosintesis, dan pertumbuhan akar, Pada tanaman yang tahan
cekaman kekeringan, tekanan turgor daun tetap dipertahankan meskipun
kandungan lengas tanah maupun air jaringan menurun. Hal ini terjadi melalui
penurunan potensial osmotik daun yang disebut penyesuaian osmotic,
Penyesuaian osmotik dapat dilakukan melalui akumulasi atau sintesis zat terlarut
yang menurunkan potensial solut dan mempertahankan turgor sel. Proses
hilangnya air dalam bentuk uap air dari jaringan hidup tanaman yang terletak di
atas permukaan tanah melewati stomata, lubang kutikula, dan lentisel (Lakitan,
1993).
2.6 Stomata
Aktivitas stomata terjadi karena hubungan air dari sel-sel penutup dan selsel pembantu. Bila sel-sel penutup menjadi turgid dinding sel yang tipis
menggembung dan dinding sel yang tebal yang mengelilingi lobang (tidak dapat
menggembung cukup besar) menjadi sangat cekung, karenanya membuka
lobang. Oleh karena itu membuka dan menutupnya stomata tergantung pada
perubahan-perubahan turgiditas dari sel-sel penutup, yaitu kalau sel-sel penutup
turgid lobang membuka dan sel-sel mengendor pori/lobang menutup (Lakitan,
1993).
Stomata membuka karena sel penjaga mengambil air dan menggembung
dimana sel penjaga yang menggembung akan mendorong dinding bagian dalam
stomata hingga merapat. Stomata bekerja dengan caranya sendiri karena sifat
khusus yang terletak pada anatomi submikroskopik dinding selnya. Sel penjaga
dapat bertambah panjang, terutama dinding luarnya, hingga mengembang ke
arah luar. Kemudian, dinding sebelah dalam akan tertarik oleh mikrofibril

tersebut yang mengakibatkan stomata membuka (Salisbury dan Ross, 1995).


Pada saat stomata membuka akan terjadi akumulasi ion kalium (K+) pada
sel penjaga. Ion kalium ini berasal dari sel tetangganya. Cahaya sangat berperan
merangsang masuknya ion kalium ke sel penjaga dan jika tumbuhan
ditempatkan dalam gelap, maka ion kalium akan kembali keluar sel penjaga
(Lakitan, 1993).
Stomata tumbuhan pada umumnya membuka pada saat matahari terbit
dan menutup saat hari gelap sehingga memungkinkan masuknya CO2 yang
diperlukan untuk fotosintesis pada siang hari. Umumnya, proses pembukaan
memerlukan waktu 1 jam dan penutupan berlangsung secara bertahap
sepanjang sore. Stomata menutup lebih cepat jika tumbuhan ditempatkan dalam
gelap secara tiba-tiba. Terbukanya stomata pada siang hari tidak terhambat jika
tumbuhan itu berada dalam udara tanpa karbon dioksida, yaitu keadaan
fotosintesis tidak dapat terlaksana (Salisbury dan Ross, 1995).
2.7 Klorofil
Klorofil adalah zat hijau daun yang terdapat pada tanaman, terutama tanaman
tingkat tinggi, selain itu klorofil juga terdapat pada algae dan cynobacteria.
Nama "chlorophyll" berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu choloros berarti green
(hijau), and phyllon berarti leaf (daun). Kandungan klorofil yang tertinggi hanya
terdapat pada daun yang tua, sedangkan pada daun muda kandungan klorofil
masih rendah. Oleh karena itu, semakin hijau daun pada suatu tumbuhan maka
kandungan klorofilnya semakin tinggi (Anonim, 2009).
Klorofil merupakan pigmen yang terdapat dalam kloroplast (butir hijau daun)
yang fungsinya menangkap cahaya matahari pada panjang gelombang tertentu.
Klorofil sangat berperan dalam proses fotosintesis. Klorofil disintesis atau
dibentuk di dalam kloroplas. Terbentuknya klorofil sangat bergantung pada
kondisi nutrisi yang terkandung dalam tumbuhan. Unsur Mg merupakan salah
unsur yang terpenting dalam pembentukan klorofil, karena Mg merupakan inti
dari klorofil itu sendiri. Bahan dasar pembentukan klorofil antara lain adalah : N,
H, C,O dan Mg (Wikipedia, 2009).
2.8 Pigmen pada Tumbuhan
Pigmen merupakan pewarna alami yang dapat dijumpai secara alami pada
berbagai jenis mahkluk hidup. Pigmen yang banyak terdapat dalam teh adalah
klorofil beserta turunannya, dan karoeten. Klorofil mengekspresikan warna hijau.
Turunan klorofil mengekspresikan warna hijau kekuningan dan kecoklatan
sedangkan karoten warna kuning (Gilang, 2009).
2.9 Zat Pengatur Tumbuh
Zat pengatur tumbuh merupakan hormon sintetis yang diberikan pada organ
tanaman yang dalam konsentrasi rendah berperan aktif dalam pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Zat pengatur tumbuh ini memiliki berbagai fungsi
dalam proses fisiologis tanaman diantaranya mempercepat perkembangan dan
pembesaran sel pada proses perkecambahan (Yoxx, 2008).

Menurut Yoxx (2008) bahwa ZPT (zat pengatur tumbuh) dibuat agar tanaman
memacu pembentukan fitohormon (hormon tumbuhan) yang sudah ada di dalam
tanaman atau menggantikan fungsi dan peran hormon bila tanaman kurang
dapat memproduksi hormon dengan baik.
III. METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Fisiologi Tumbuhan dilaksanakan di Laboratorium Agronomi Fakultas
pertanian, Universitas Tadulako, Palu pada Hari Kamis, 05 November sampai
dengan Kamis Tanggal 03 Desember 2009 Pukul 14.00 wita Sampai selesai.

3.2

Alat dan Bahan

Alat yang di gunakan dalam praktikum Fisiologi Tumbuhan adalah Mikroskop,


objeck glass, cover glass, pipet tetes, kertas saring, cawan petri, silet, alat tulis
menulis, spektrofotometer, sentrifuge, labu ukur, mortal, pastel, timbangan,
pisau kater, gelas ukur, loop. Bahan yang di gunakan yaitu Rhoeo
diskolor larutan sukrosa 10%, aquades, alkohol 70%, daun jagung, daun nenas,
daun coklat, daun mangga, biji kacang hijau (Phaseolus radiatus), larutan Nacl
dengan konsentrasi 4,0 M, 2,0 M, 1,0 M, 0,8 M, 0,6 M, 0,4 M, larutan IAA (0,01
ppm, 0,03 ppm, 0,05 ppm, 0,07 ppm, 0,09 ppm), 0,5 ppm caumarin, 7,0 ppm,
2,4-D, 0,02 ppm giberalin, 12,5 ppm urea,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1

Hasil

Berdasarkan hasil yang telah di lakukn, hasil sebagai berikut :


Praktikum Modul III tentang Pengaruh Turgor Terhadap Membuka dan
Menutupnya Stomata di peroleh hasil :

Gambar 1. Preparat Jumlah Stomata yang Terbuka dan Tertutup Dengan


Pemberian Air dengan Perbesaran 10 x.

Gambar 2. Preparat Jumlah Stomata yang Terbuka dan Tertutup


Dengan Pemberian Larutan Sukrosa 10 % dengan Perbesaran 10x.

Tabel 1. Presentase Stomata Terbuka dan Stomata Tertutup Pada Preparat


Daun Bunga Rhoeo discolor.

a.

Perlakuan

Stomata
Terbuka

Stomata
Tertutup

Total stomata

Air

16

22

Sukrosa 10 %

20

22

Kontrol Air

Persentase stomata membuka

x 100 %

=
72,72 %

Persentase stomata menutup

x 100 %

=
27,27 %
b.

Sukrosa 10 %

Persentase stomata membuka

x 100 %

=
90,90 %
Persentase stomata menutup

x 100 %

=
9,09 %

Tabel 2. Pengaruh Larutan NaCL Terhadap Berat Biji Kacang Hijau

Perlakuan

Berat
Awal (g)

Berat Akhir
(g)

Selisih
(g)

% Air Yang
Masuk

Air (kontrol)

1,58

2,26

0,68

43,03

4,0 M

1,56

1,59

0,3

19,23

2,0 M

1,6

1,59

-0,01

0,62

1,0 M

1,62

1,71

0,09

5,55

0,8 M

1,60

2,4

0,8

50

0,6 M

1,59

1,74

0,15

9,43

0,4 M

1,44

2,2

0,74

51,38

Tabel 3. Presentase Biji Kacang Hijau yang Berkecambah dengan Perlakuan


Zat
Pengatur Tumbuh (ZPT)
Jumlah Biji
Yang
Dikecambahk
an

Jumlah Biji Yang


Berkecambah
1

Kontrol (Air)

25

24 %

0,05 ppm
Caumarin

25

0 %

7,0 ppm 24D

25

0%

0,02 ppm
Giberelin

25

0%

12,5 ppm
Urea

25

0%

Perlakuan

a.

% Biji Yang
Berkecambah

Kontrol air

Hari ke 1 =

Hari ke 2 =

Hari ke 3 =

Hari ke 4 =

Jadi, jumlah % biji yang berkecambah = (0+0+8+16) % = 24 %


b.

0,05 ppm Caumarin

Hari ke 1 =

Hari ke 2 =

Hari ke 3 =

Hari ke 4 =

Jadi, jumlah % biji yang berkecambah = (0+0+0+0) % = 0 %


c.

7,0 ppm 2 4D

Hari ke 1 =

Hari ke 2 =

Hari ke 3 =

Hari ke 4 =

Jadi, jumlah % biji yang berkecambah = (0+0+0+0) % = 0 %


d.

0,02 ppm Giberelin

Hari ke 1 =

Hari ke 2 =

Hari ke 3 =

Hari ke 4 =

Jadi, jumlah % biji yang berkecambah = (0+0+0+0) % = 0 %


e.

12,5 ppm Urea

Hari ke 1 =

Hari ke 2 =

Hari ke 3 =

Hari ke 4 =

Jadi, jumlah % biji yang berkecambah = (0+0+0+0) % = 0 %


Table 4. Perubahan Panjang Hipokotil Dengan Perlakuan IAA
Perlakuan
IAA/ppm

Panjang Awal
(cm)

Panjang Akhir
(cm)

Selisih

Kontrol

3,14

0,14

0,01

4,14

1,14

0,03

3,64

0,64

0,05

3,26

0,26

0,07

3,62

0,62

0,09

3,38

0,38

Keterangan :
Panjang akhir : Rata-rata =

Selisih (cm) = Panjang Akhir Panjang Awal


Tabel 5. Pengukuran jumlah kadar klorofil dengan spektrofotometer pada daun
jagung (Zea mays).

No

Daun

Panjang Gelombang

Kadar Klorofil

649

665

Jagung Muda

0,587

1,405

7,917

10,600

Jagung Tua

0,863

0,269

6,620

3,944

Daun jagung muda

Klorofil a

= 13,7 x OD 665 5,76 x OD 649


= 13,7 x 1,405 5,76 x 0,587
= 7,917

Klorofil b

= 25,8 x OD 649 7,6 x OD 665


= 25,8 x 0,587 7,6 x 1,405
= 10,600

Total klorofil = klorofil a + klorofil b


= 7,917 + 10,600
= 18,517
Daun jagung tua
Klorofil a

= 13,7 x OD 665 5,76 x OD 649


= 13,7 x 0,269 5,76 x 0,863
= 6,620

Klorofil b

= 25,8 x OD 649 7,6 x OD 665


= 25,8 x 0,863 7,6 x 0,269
= 3,944

Total klorofil = klorofil a + klorofil b


= 6,620 + 3,944
= 10,564

Tabel 6. Jenis Pigmen yang Tampak pada Kromatografi Kertas


No

Jenis Daun

Pigmen yang
tampak

Jenis pigmen

Kakao muda

Kuning

Karotenoid

Kakao tua

Hijau

Antosianin

Nanas muda

Kuning

Karotenoid

Nanas tua

Kuning

Karotenoid

4.2

Pembahasan

4.2.1
Pengaruh Turgor Terhadap Membuka dan Menutupnya
Stomata
Dari hasil pengamatan yang dilakukan di Laboratorium tentang pengaruh turgor
terhadap membuka dan menutupnya stomata, dengan pengamatan yang
menggunakan 2 perlakuan yaitu perlakuan air sebagai konrol dan perlakuan
yang menggunakan sukrosa dengan konsentrasi 10%.
Pada perlakuan yang menggunakan air sebagai kontrol jumlah stomata yang
terbuka didapatkan sebanyak 16 dan tertutup sebanyak 6 dengan persentase
yang dihitung berdasarkan rumus yang ada, maka stomata terbuka
sebesar 72,72% dan stomata tertutup 27,27%. Sedangkan pada perlakuan yeng
menggunakan larutan sukrosa jumlah stomata yang didapatkan terbuka
sebanyak 20 dan stomata tertutup sebanyak 2 dengan persentase yang dihitung
berdasarkan rumus yang ada, maka stomata terbuka sebesar 90,90 % dan
stomata tertutup sebesar 9,09%.
Membuka dan menutupnya stomata penting dalam proses asimilasi CO2 dan
keseimbangan air pada tanaman. Membuka menutupnya stomata tergantung
pada perubahan turgor sel penjaga (sel stomata). Turgor yang tinggi
menyebabkan stomata membuka sebaliknya turgor yang rendah akan
menyebabkan stomata menutup.
Untuk menghitung presentase jumlah stomata yang terbuka dan tertutup baik
perlakuan control atau yang menggunakan konsentrasi larutan sukrosa 10%,
digunakan rumus stomata terbuka/tertutup dibagi dengan jumlah selurus
stomata yang didapatkan dikali dengan 100%.
Stomata membuka karena sel penjaga mengambil air dan menggembung
dimana sel penjaga yang menggembung akan mendorong dinding bagian dalam
stomata hingga merapat. Stomata bekerja dengan caranya sendiri karena si
fat
khusus yang terletak pada anatomi submikroskopik dinding selnya (Lukyati,
1999).
Membuka dan menutupnya stomata diantaranya ada yang disebabkan
mekanisme turgor, akumulasi ion kalium, akumulasi asam absisat dan pengaruh
lingkungan seperti suhu, kelembaban maupun cahaya (Susilo, 1991).
Stomata menutup bila selisih kandungan uap air di udara dan di ruang antar sel
melebihi titik kritik. Hal itu mungkin disebabkan gradien uap yang tajam
mendorong penutupan stomata, respon paling cepat terhadap kelembaban yang
rendah terjadi pada saat tingkat cahaya rendah. Suhu tinggi (30 35 0C)
biasanya menyebabkan stomata menutup. Mungkin hal ini sebagai respon tak
langsung tumbuhan terhadap keadaan rawan air, atau mungkin karena laju
respirasi naik sehingga CO2 dalam daun juga naik (Salisbury dan Ross, 1995).
4.2.2

Imbibisi

Dari hasil pengamatan yang dilakukan di laboratorium tentang pengaruh imbibisi


larutan NaCl terhadap proses perkecambahan biji kacang hijau selama48 jam,
dengan melakukan pengamatan setelah 24 jam.
Pada perlakuan yang menggunakan air sebagai kontrol berat awal 1,38 g dan
berat akhir 1,39 g dengan selisih 0,1 g. Perlakuan dengan menggunakan larutan
NaCl dengan konsentrasi berturut-turut 4,0 M, 2,0 M, 1,0 M, 0,8 M, 0,6 M, 0,4 M
memiliki berat awal berturut-turut 1,56 g; 1,6 g; 1,62 g ; 1,60 g; 1,59g; 1,44 g
dan berat akhir brturut-turut adalah 1,59 g; 1,59 g; 1,71 g; 2,4 g; 1,74g; 2,2 g
selisih dari berat akhir dikurangi berat awal dari konsentrasi larutan NaCl
berturut-turut adalah 0,3 g; -0,01 g; 0,09 g; 0,8 g; 0,15 g; dan 0,74 g Untuk
presentase jumlah air yang masuk berturut-turut adalah 43,03% control
air,19,23%; 0,62%; 5,55%; 50%; 9,43%; dan 51,38%.
Dari 2 perlakuan yang digunakan dengan air (kontrol) dan larutan NaCl dengan
konsentrasi 4,0 M; 2,0 M; 1,0 M; 0,8 M; 0,6 M; 0,4 M selisih terbesar adalah
konsentrasi 0,6 M dengan persentase jumlah air yang masuk adalah 16,2%.
Sedangkan selisih terkecil adalah konsentrasi 4,0 M dan 0,8 M. Dari perbedaan
tersebut dapat diketahui bahwa semakin besar selisih penimbangan tiap
konsentrasi larutan, persetase air yang masuk juga semakin kecil. Atau semakin
besar konsentrasi larutan NaCl (garam) yang digunakan, penyerapan air bagi biji
juga semakin kecil.
Kandungan garam yang tinggi dapat berpengaruh pada penyerapan air yang
dilakukan oleh biji. Bila tanah terlalu Salin dan NaCl yang diserap terlalu banyak
maka akan menghambat proses metabolisme dalam benih. Konsentrasi NaCl
yang terlalu pekat maka akan menyebabkan cairan dalam benih akan keluar
sehingga dapat merusak benih sehingga benih tidak dapat berkecambah
dengan baik (Lukyati dkk, 1999).
Dalam proses fisiologi tanaman, Na+ dan Cl- diduga mempengaruhi pengikatan
air oleh tanaman sehingga menyebabkan tanaman tahan terhadap kekeringan.
Sedangkan Cl- diperlukan pada reaksi fotosintetik yang berkaitan dengan
produksi oksigen. Sementara penyerapan Na+ oleh partikel-partikel tanah akan
mengakibatkan pembengkakan dan penutupan pori-pori tanah yang
memperburuk pertukaran gas, serta dispersi material koloid tanah. Keadaan
lingkngan di lapangan itu sangat penting dalam menentukan kekuatan tumbuh
benih adalah sangat nyata dan perbedaan-perbedan kekuatan tumbuh benih
dapat terlihat nyata dalam keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan.
Disamping itu kecepataan tumbuh benih dapat menjadi pula petunjuk perbedaan
kekuatan tumbuh (Kuswanto, 1957).
4.2.3

Zat Pengatur Tumbuh

Berdasarkan pengamatan terhadap perkecambahan biji kacang hijau


yang dilakukan selama 4 hari, terlihat bahwa dari semua peralkuan yang ada
yang sangat mempengaruhi perkecambahan biji adalah kontrol air. Hal ini dapat
dilihat dari jumlah biji yang berkecambah pada hari ke 3 yaitu 2 biji dan pada
hari ke 4 yang berjumlah 4 biji. Dengan perlakuan ini dapat kita ketahui bahwa

kontrol air lebih berperan penting dalam proses perkecambahan biji dibanding
dengan perlakuan zat pengatur tumbuh (ZPT). Pada hari terakhir perlakuan
kontrol air memperoleh 4 biji yang berkecambah. Dari semua perlakuan yang
digunakan jumlah terbanyak biji yang berkecambah adalah 4 biji pada hari ke 4
dengan perlkuan kontrol air dan yang paling sedikit adalah 2 biji pada hari ke 3
dengan perlakuan kontrol air sedangkan dengan perlakuan zat pengatur tumbuh
(ZPT) tidak ada perubahan atau perkecambahan biji dari hari pertama sam pai
dengan hari ke 4. Dari hasil di dapatkan menunjukkan bahwa proses
perkecambahan biji sangat dipengaruhi oleh konsentrasi suatu larutan dan
potensiair pada zat tersebut.
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak hanya dipengaruhi oleh faktor
eksternal seperti halnya lingkungan, tetapi juga oleh hormon yang ada didalam
tanaman. Hormon bisa mempengaruhi tingkat produktifitas maupun kualitasnya.
Hormon yang berasal dari bahasa Yunani yaitu hormaein ini mempunyai arti :
merangsang, membangkitkan atau mendorong timbulnya suatu aktivitas
biokimia. Maka hormon tanaman dapat didefinisikan sebagai senyawa organik
tanaman yang bekerja aktif dalam jumlah sedikit, ditransportasikan ke seluruh
bagian tanaman sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan atau prosesproses fisiologi tanaman. (Ganitri, 2009).
Kalau kita berbicara mengenai ZPT, sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu
apa yang dinamakan hormon tanaman. Hal ini sangat penting karena sering
terjadi kerancuan pengertian di masyarakat antara ZPT dengan hormon
tanaman. Hormon berasal dari kata Yunani yaitu hormon yang berarti
menggiatkan, merangsang, membangkitkan timbulnya suatu aktivitas. Menurut
Moore (1979) hormon adalah suatu zat /senyawa organik yang bukan nutrisi
tanaman, aktif dalam jumlah yang sangat kecil, disintesa pada bagian tertentu
tanaman kemudian diangkut ke bagian lain dimana zat tersebut menimbulkan
pengaruh khusus secara biokimia. Yang dimaksud hormon disini adalah Auxin,
Giberelin, Cytokinin, ethylen dan ABA. Sedangkan zat pengatur tumbuh (ZPT)
adalah senyawa organik yang bukan nutrisi tanaman yang dalam jumlah kecil
atau konsentrasi rendah akan merangsang dan mengadakan modifikasi secara
kwalitatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dengan
demikian dapatlah dikatakan bahwa semua hormon adalah zat pengatur tumbuh
tetapi tidak sebaliknya karena ZPT dapat dibuat atau disintesa oleh manusia
tetapi hormon tidak. Yang dimaksud dengan ZPT disini adalah 2,4-D, 2,4-S-T,
IBA, NAA dan lain lain. Penggunaan Zat pengatur tumbuh bila digunakan
dengan konsentrasi rendah akan merangsang dan menggiatkan pertumbuhan
tanaman, dan sebaliknya bila digunakan dalam jumlah besar/konsentrasi tinggi
akan menghambat pertumbuhan bahkan dapat mematikan tanaman. Seiring
dengan kemajuan dan perkembangan tekhnologi di bidang pertanian, dan
berdasarkan berbagai macam penelitian maka ditemukan aneka ragam zat
pengatur tumbuh yang dapat difungsikan sebagai herbisida untuk mematikan
gulma atau tanaman pengganggu. ZPT dapat berubah fungsi menjadi racun bila
dipakai melebihi kadar tertentu dan dari hasil penelitian menunjukkan bahwa
banyak zat pengatur tumbuh (ZPT) yang dapat dipergunakan sebagai herbisida.
Lebih lanjut didapatkan pula bahwa, zat pengatur tumbuh tertentu memepunyai

sifat-sifat yang selektif sehingga gulma dapat dimatikan tetapi tanaman pokok
yng dibudidayakan tidak terganggu. Di era tekhnologi modern saat ini, ZPT yang
banyak digunakan sebagai herbisida pemberantas gulma terutama adalah 2,4-D,
2,4,5-T dan MCPA atau MCP. Pengaruh 2,4-D, 2,4,5 S dan MPCA terhadap gulma
bervariasi. Untuk pengaruh yang sama , penggunaan dosis MPCA biasanya lebih
tinggi daripada 2,4-D. Saat ini diantara 2,4-D, 2,4,5-T dan MCPA herbisida yang
merupakan ZPT yang paling banyak digunakan adalah 2,4-D. Herbisida jenis 2,4
-D ini sangat ideal karena memiliki beberapa kelebihan diantaranya relatif
murah, tidak meninggalkan racun pada hewan, tidak menyebabkan karatan,
tidak mudah terbakar dan mudah diencerkan. Selain itu penggunaan Herbisida
2,4-D lebih populer pada lahan sawah dibandingkan yang lain karena
mempunyai beberapa spesifikasi diantaranya dapat dipergunakan untuk
mengendalikan gulma pada lahan sawah, tidak efektif untuk mengendalikan
gulma jenis alang-alang namun sangat ampuh dalam membasmi gulma berdaun
sempit. (abdi, 2009).
Pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan tumbuhan dikendalikan beberapa
golongan zat yang secara umum dikenal sebagai hormon tumbuhan atau
fitohormon. Penggunaan istilah "hormon" sendiri menggunakan analogi fungsi
hormon pada hewan; dan, sebagaimana pada hewan, hormon juga dihasilkan
dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam sel. Beberapa ahli berkeberatan
dengan istilah ini karena fungsi beberapa hormon tertentu tumbuhan (hormon
endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan) dapat diganti
dengan pemberian zat-zat tertentu dari luar, misalnya dengan penyemprotan
(hormon eksogen, diberikan dari luar sistem individu). Mereka lebih suka
menggunakan istilah zat pengatur tumbuh (bahasa Inggris plant growth
regulator). Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik
dan berfungsi sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya
hormon tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu,
sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulaiekspresi. Dari sudut
pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi dan
pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup
jenisnya. Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu
peningkatan hasil pertanian dengan ditemukannya berbagai macam zat sintetis
yang memiliki pengaruh yang sama dengan fitohormon alami. Aplikasi zat
pengatur tumbuh dalam pertanian modern mencakup pengamanan hasil (seperti
penggunaan cycocel untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap
lingkungan yang kurang mendukung), memperbesar ukuran dan meningkatkan
kualitas produk (misalnya dalam teknologi semangka tanpa biji), atau
menyeragamkan waktu berbunga (misalnya dalam aplikasi etilenauntuk
penyeragaman pembungaan tanaman buah musiman), untuk menyebut
beberapa contohnya. Sejauh ini dikenal sejumlah golongan zat yang dianggap
sebagai fitohormon, yaitu Auksin, Sitokinin, Giberelin atau asam giberelat
(GA), Etilena, Asam absisat (ABA), Asam jasmonat, Steroid
(brasinosteroid),Salisilat, dan Poliamina. (wikipedia, 2009)
Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan,
khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula

berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang


menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini
dikenal sebagai kecambah. Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari
lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan
yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi
(berarti "minum"). Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari
tanah maupun udara (dalam bentuk embun atau uap air. Efek yang terjadi
adalah membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar) dan biji
melunak. Proses ini murni fisik. Kehadiran air di dalam sel mengaktifkan
sejumlah enzimperkecambahan awal. Fitohormon asam absisat menurun
kadarnya, sementaragiberelin meningkat. Berdasarkan
kajian ekspresi gen pada tumbuhan modelArabidopsis thaliana diketahui bahwa
pada perkecambahan lokus-lokus yang mengatur pemasakan embrio,
seperti Abscisis Acid Insensitive 3 (ABI3), Fusca 3(FUS3), dan Leafy Cotyledone
1 (LEC1) menurun perannya (downregulated) dan sebaliknya lokus-lokus yang
mendorong perkecambahan meningkat perannya (upregulated),
seperti Gibberelic Acid 1 (GA1), GA2, GA3, GAI,ERA1, PKL, SPY, dan SLY.
Diketahui pula bahwa dalam proses perkecambahan yang normal
sekelompok faktor transkripsi yang mengatur auksin (disebut Auxin Response
Factors, ARFs) diredam oleh miRNA. Perubahan pengendalian ini merangsang
pembelahan sel di bagian yang aktif melakukanmitosis, seperti di bagian ujung
radikula. Akibatnya ukuran radikula makin besar dan kulit atau cangkang biji
terdesak dari dalam, yang pada akhirnya pecah. Pada tahap ini diperlukan
prasyarat bahwa cangkang biji cukup lunak bagi embrio untuk
dipecah.
( wikipedia,2009)
Tipe perkecambahan di bedakan menjadi 2 macam yaitu Epigeal atau
perkecambahan yang mengakibatkan kotiledon terangkat ke atas tanah dan
Hipogeal yaitu perkecambahan yang mengakibatkan kotiledon tetap di dalam
tanah. Pertumbuhan diakibatkan oleh bermacam-macam faktor antara lain:
suhu, sahaya, kelembapan, nutrien, zat hara, hormon dan gen. Hormon yg
mempengaruhi pertumbuhan tanaman antara lain yaitu: Auksin. Auksin dpt
digunakan dlm memacu pembentukan buah tanpa penyerbukan yg di sebut dgn
partenokarpi. Macam-macam auksin yaitu: Rizokalin untuk memacu
pertumbuhan akar, kaulokalin memacu pertumbuhan batang, filokalin memacu
pertumbuhan daun, dan antokalin memacu pertumbuhan bunga. (Anonim
2009).
Macam-macam Zat pengatur tumbuh antar lain : Auksin (Giberexin, Rootune F)
merupakan salah satu dari kelompok hormon tanaman seperti indolasetat yang
berfungsi untuk merangsang pembesaran sel, sintesis DNA kromosom, serta
pertumbuhan sepanjang aksis longitudinal tanaman. Giberelin (Giberexin,
Biggest, Gibracid, Synergib, Extragib) merupakan hormon perangsang
pertumbuhan tanaman yang diperoleh dari Gibberella fujikuroi atau Fusarium
moniliforme. Sitokinin (NovelGrow) merupakan hormon tumbuhan turunan
adenin dan berfungsi untuk merangsang pembelahan sel dan diferensiasi
mitosis, disintesis pada ujung akar dan ditranslokasi melalui pembuluh xylem.

Ethylen (Prothephon) merupakan hormon yang berupa gas yang dalam


kehidupan tanaman aktif dalam proses pematangan buah. (Ganitri, 2009).
Sitokinin adalah salah satu zat pengatur tumbuh yang ditemukan pada
tanaman. Zat pengatur tumbuh ini mempunyai peranan dalam proses
pembelahan sel (cell division). Cytokinin pertama kali ditemukan dalam kultur
jaringan di Laboratories of Skoog and Strong University of Wisconsin. Material
yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah batang tembakau yang
ditumbuhkan pada medium sintesis. Menurut Miller et al (1955, 1956), senyawa
yang aktif adalah kinetin (6-furfuryl amino purine). Hasil penelitian menunjukan
bahwa purine adenin sangat efektif. (Sugihantosa 2009).
4.2.4

Pengaruh Auksin Terhadap Pemanjangan Jaringan

Hasil pengamatan pada hipokotil kacang hijau (Phaseolus radiatus)setelah


diberikan larutan IAA yang berbeda konsentrasi dimana panjang awalnya yaitu 3
cm mengalami perubahan panjang dengan perendaman dalam waktu 2 x 24
jam. Setelah dilakukan pengamatan dengan perlakuan IAA 0,01 ppm
menunjukan perubahan yang paling besar diantara perlakuan yang lainnya
dengan panjng awal 3 cm dan panjang akhirnya menjadi 4,14 cm sehingga
selisihnya setelah dirata-ratakan yaitu 1,14 cm ataun dengan kata lain panjang
hipokotil pada perlakuan ini bertambah sepanjang 1,14 cm dari panjang awalnya
3 cm. Sementara itu, pada perlakuan IAA 0,05 ppm hanya mengalami
perubahan panjang awalnya 3 cm dan panjang bakhirnya 3,26 cm. Berdasarkan
data dri tabel hasil pengamatan, kontrol air merupakan yang paling rendah
perubahan panjangnya yaitu hanya bertambah 0,14 cm dari panjang semula 3
cm. Namun, dalam pengamatan kali ini yang paling diprioritaskan adalah
perububahan panjang hipokotil dengan perlakuan IAA (Auksin).
Hasil pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa perlakuan yang
dilakukan berpengaruh terhadap pembentukan akar, serta komposisi perlakuan
(IAA) yang di lakukan mendorong pembentukan akar lebih panjang.
Pertumbuhan eksplan pada kultur jaringan dipengaruhi oleh konsentrasi dan
jenis ZPT yang ditambahkan pada media. ZPT (dalam hal ini auksin berupa IAA)
berperan penting dalam memacu diferensiasi dan morfogenesis tanaman.
Auksin adalah zat hormon tumbuhan yang di temukan pada ujungbatang, akar,
dan pembentukan bunga yang berfungsi untuk sebagai pengatur
pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang meristem
ujung. Auksin berperan penting dalam pertumbuhan tumbuhan. Peran auksin
pertama kali ditemukan oleh ilmuan Belanda bernama Fritz Went (19031990).
(wikipedia, 2009).
Di dalam alam, stimulasi auxin pada pertumbuhan celeoptile ataupun pucuk
suatu tanaman, merupakan suatu hal yang dapat dibuktikan. Praktek yang
mudah dalam pembuktian kebenaran diatas dapat dilakukan dengan Bioassay
method yaitu dengan the straight growth tets dan curvature test.
Menurut Larsen (1944), Indoleacetaldehyde diidentifikasikan sebagai bahan
auxin yang aktif dalam tanaman, selanjutnya ia mengemukakan bahwa zat kimia

tersebut akti f dalam menstimulasi pertumbuhan kemudian berubah menjadi


IAA. Perubahan tersebut menurut Gordon (1956) adalah perubahan dari
Trypthopan menjadi IAA Tryptamine sebagai salah satu zat organik,
merupakan salah satu zat yang terbentuk dalam biosintesis IAA. Dalam hal
ini perlu dikemukakan dalam tanaman fanili Cruciferae dan merupakan zat
yang dapat dikelompokan ke dalam auxin (Jones et al, 1952). Menurut Thimann
dan Mahadevan (1958), Zat tersebut atas bantuan enzym nitrilase dapat
membentuk auxin. Ahli lainnya (Cmelin dan Virtanen, 1961) menerangkan
bahwa Indoleacetonitrile yang terdapat pada tanaman, terbentuk dari
Glucobrassicin atas aktivitas enzym Myrosinase. Dan zat organik lain
(Indoleethanol) yang terbentuk dari Trypthopan dalam biosin. Thesis IAA
adalah atas bantuan bakteri (Rayle dan Purves, 1976). Hasil penelitian
terhadap metabolisme auxin menunjukan bahwa konsentrasi auxin di dalam
tanaman mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi konsentrasi IAA ini adalah : Sintesis Auxin, Pemecahan Auxin, Inaktifnya IAA sebagai akibat proses pemecahan molekul. Sebagaimana diketahui,
IAA adalah endogeneous auxin yang terbentuk dari Trypthopan yang
merupakan suatu senyawa dengan inti Indole dan selalu terdapat dalam
jaringan tanaman di dalam proses biosintesis. Trypthopan berubah menjadi
IAA dengan membentuk Indole pyruvic acid dan Indole-3-acetaldehyde. Tetapi
IAA ini dapat pula terbentuk dari Tryptamine yang selanjutnya menjadi Indole-3acetaldehyde, selanjutnya menjadi Indole-3-acetid acid (IAA). Sedangkan
mengenai perubahan Indole-3-acetonitrile menjadi IAA dengan bantuan enzym
nitrilase prosesnya masih belum diketahui. Pemecahan IAA dapat pula
terjadi di dalam alam. Hal ini sebagai akibat adanya photo oksidasi dan
enzyme. Dalam peristiwa photo oksidasi ini, pigmen pada tanaman akan
menyerap cahaya kemudian energi ini dapat mengoksidasi IAA. Adapun pigmen
yang berperan dalam photo oksidasi ialah Ribovlavin dan B-Carotene. Auxin
sebagai salah satu hormon tumbuh bagi tanaman mempunyai peranan terhadap
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Dilihat dari segi fisiologi, hormon
tumbuh ini berpengaruh terhadap Pengembangan
sel, Phototropisme, Geotropisme, Apical, dominasi,Pertumbuhan akar (root
initiation), Parthenocarpy, Abisission, pembentukan callus (callus formation) dan
Respirasi. Dari hasil studi tentang pengaruh auxin terhadap perkembangan
sel, menunjukan bahwa terdapat indikasi yaitu auxin dapat menaikan tekanan
osmotik, meningkatkan permeabilitas sel terhadap air, menyebabkan
pengurangan tekanan pada dinding sel, meningkatkan sintesis protein,
meningkatkan plastisitas dan pengembangan dinding sel. (Sugihsantosa,
2009)
Mekanisme kerja auksin dalam mempengaruhi pemanjangan sel-sel tanaman di
atas dapat dijelaskan dengan hipotesis sebagai berikut : auksin menginisiasi
pemanjangan sel dengan cara mempengaruhi pengendoran /pelenturan dinding
sel. Auksin memacu protein tertentu yang ada di membran plasma sel tumbuhan
untuk memompa ion H+ ke dinding sel. Ion H+ ini mengaktifkan enzim tertentu
sehingga memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa
penyusun dinding sel. Sel tumbuhan kemudian memanjang akibat air yang

masuk secara osmosis. Setelah pemanjangan ini, sel terus tumbuh dengan
mensintesis kembali material dinding sel dan sitoplasma.(Bioma, 2008).
Kogl, melakukan penelitian dengan cara membuang ujung koleoptil dan ternyata
bagian bawah menunjukkan penurunan pertumbuhan yang nyata hingga
berhenti. Tetapi jika ujung koleoptil dipotong dan diletakan dalam suatu blok agar
(media pertumbuhan) selama beberapa jam dan ujung koleoptil tadi dibuang
kemudian blok agar tersebut diletaklan pada ujung batang/koleoptil yang
dipotong tadi akan menyebabkan pertumbuahn berjalan lagi. Hal ini menunjukan
bahwa terdapat zat yang diproduksi di bagian ujung dan bergerak ke bawah
yang mempengaruhi pertumbuhan. Zat ini oleh Kogl dinamakan auxin dari
bahasa latin yaitu Auxein yang berarti tumbuh. (Hijauqoe, 2009)
Istilah auksin pertama kali digunakan oleh Frist Went seorang mahasiswa
PascaSarjana di negeri Belanda pada tahun 1926 yang kini diketahui sebagai
asam indol-3 asetat atau IAA (Salisbury dan Ross 1995).
4.2.5 Mengukur Kadar Klorofil dengan Spektofotometer
Dari hasil pengamatan pada praktikum Fisiologi Tumbuhan tentang Mengukur
Kadar Klorofil dengan Spektro Fotometer diketahui bahwa kandungan klorofil
pada daun tua lebih besar dibandingkan dengan daun muda. Kandungan klorofil
A pada daun tua adalah 7,917 sedangkan kandungan klorofil A pada daun muda
adalah 6,620 . Kandungan klorofil B pada daun tua adalah 10,620 sedangkan
kandungan klorofil B pada daun muda adalah 3,944.
Klorofil adalah kelompok pigmen fotosintesis yang terdapat dalamtumbuhan,
menyerap cahaya merah, biru dan ungu, serta merefleksikan cahaya hijau yang
menyebabkan tumbuhan memperoleh ciri warnanya. Kandungan klorofil yang
tinggi terdapat pada daun yang tua dengan klorofil total berkisar 86,2 nm,
sedangkan pada daun yang muda nilai klorofil totalnya adalah 22, 99 nm.
Ternyata, semakin hijau daun maka kandungan klorofilnya semakin tinggi
(Wikipedia, 2009).
Tumbuhan menangkap cahaya menggunakan pigmen yang disebut klorofil.
Pigmen inilah yang memberi warna hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat
dalam organel yang disebut kloroplas. Klorofil menyerap cahaya dan kemudian
cahaya tersebut akan melewati lapisan epidermis tanpa warna dan yang
transparan, menuju mesofil, tempat terjadinya sebagian besar proses
fotosintesis (Wikipedia, 2009).
Pembentukan klorofil seperti halnya pembentukan pigmen-pigmen lain yaitu
dibawa oleh suatu gen tertentu di dalam kromosom, jika gen ini tidak ada maka
tanaman tampak putih belaka. Rumus empiris klorofil adalah C55H72O5N4Mg
(klorofil a) dan C55H70O6N4Mg (klorofil b). Klorofil dapat dibentuk dengan tiada
memerlukan cahaya. Terlalu banyak sinar matahari sangat berpengaruh buruk
terhadap klorofil. Oleh karena itu, tanaman juga memerlukan unsur-unsur
seperti Mn, Cu, Zn untuk dapat menghasilkan klorofil yang tahan terhadap
radiasi sinar matahari (Arkansape, 2009).

Fotosintesis adalah suatu proses biokimia yang dilakukan tumbuhan, alga, dan
beberapa jenis bakteri untuk memproduksi energi terpakai (nutrisi) dengan
memanfaatkan energi cahaya. Hampir semua makhluk hidup bergantung dari
energi yang dihasilkan dalam fotosintesis. Akibatnya fotosintesis menjadi sangat
penting bagi kehidupan di bumi. Fotosintesis juga berjasa menghasilkan
sebagian besar oksigen yang terdapat di atmosfer bumi. Organisme yang
menghasilkan energi melalui fotosintesis (photos berarti cahaya) disebut sebagai
fototrof. Fotosintesis merupakan salah satu cara asimilasi karbon karena dalam
fotosintesis karbon bebas dari CO2 diikat (difiksasi) menjadi gula sebagai
molekul penyimpan energi. Cara lain yang ditempuh organisme untuk
mengasimilasi karbon adalah melalui kemosintesis, yang dilakukan oleh
sejumlah bakteri belerang (Anonim, 2009).
Faktor utama yang dapat mempengaruhi penuaan adalah kandungan nutrien
mineral daun, namun nutrien yang terbatas sering didistribusikan ke daun yang
lebih muda atau aktif, hal ini mengurangi laju fotosintesis pada daun tua.
Absorbsi klorofil terhadap panjang gelombang berbeda-beda dan dipengaruhi
adanya klorofil yang terdapat pada suatu tanaman berbeda. Pada klorofil a
absorbsi yang terbesar diperoleh antara panjang gelombang 390-400 nm dan
650-700 nm. Sedangkan pada klorofil b absorbsi terbesar pada gelombang
antara 400-450 nm dan 620-670 nm. Hal ini dapat dilihat pada daun yang
memiliki daya absorbsi dengan panjang gelombang berkisar pada panjang
gelombang yang mampu diserap oleh klorofil a yang ada pada daun segar yang
banyak terdapat zat hijau daunnya (Lakitan, 2001).
4.2.6 Pemisahan Fotosintetik dengan Kromotografi Kertas
Dari hasil pengamatan pada praktikum Fisiologi Tumbuhan tentang Pemisahan
Pigmen Fotosintetik dengan Kromatografi Kertas diketehui bahwa daun kakao
muda mengandung pigmen jenis karotenoid karena memperlihatkan warna
kuning yang dominan pada kertas. Sedangkan pada daun kakao tua
mengandung pigmen jenis antosinin karena memperlihatkan warna hijau yang
dominan pada kertas. Namun pada daun nanas baik yang muda maupun yang
tua sama-sama menampakkan warna kuning yang lebih dominan sehingga dapat
diketahui kalau daun nenas mengandung jenis pigmen karotenoid.
Pigmen adalah zat yang terdapat di permukaan suatu benda sehingga bila
disinari dengan cahaya putih sempurna akan memberikan
sensasi warna tertentu yang mampu ditangkap mata. Proses secara fisik
sangatlah berbeda denganfluores cent, phosphorescence dan bentuk lain
dari luminescence, yang mana materi tersebut dapat mengeluarkan cahaya
dengan sendirinya. Berkebalikan dengan teori warna cahaya, di dalam teori
pigmen sensasi putih dianggap sebagai absennya seluruh pigmen (Wikipedia,
2009).
Selain menghasilkan metabolit primer, tumbuhan juga menghasilkan metabolit
sekunder. Metabolit sekunder dapat berupa zat bioaktif dan pigmen. Pigmen
merupakan molekul khusus yang dapat memunculkan warna. Pigmen mampu
menyerap cahaya matahari dengan menyerap dan memantulkannya pada

panjang gelombang tertentu. Molekul pigmen yang berbeda akan memantulkan


warna tertentu pada panjang gelombang tertentu sehingga menyebabkan reaksi
kimia yang berbeda. Zat warna alami dapat diperoleh dari tanaman atau hewan
dan warna alami ini meliputi pigmen yang terdapat dalam bahan atau terbentuk
pada proses pemanasan, penyimpanan atau pemrosesan. Aman dan tak berefek
samping jika di konsumsi, seperti klorofil, karetenoid, antosianin, brazilein, tanin
dan lain-lain. Zat warna atau pigmen terdapat secara alami dalam sel makhluk
hidup terutama tumbuhan. Pigmen biasanya terdapat dalam vakuola atau
organel tertentu dalam sel tumbuhan (Anonim, 2009).
Jenis-jenis pigmen yang terdapat pada tumbuhan adalah klorofil, karotenoid,
flavonoid, fitosterol, saponin, glukosinolat, polifenol, asam fitat, monoterpen,
fitoestrogen, sulfida, inhibitor protease (Wikipedia, 2009).
Fungsi pigmen bagi tumbuhan bermacam-macam. Pigmen pada bunga berfungsi
untuk menarik perhatian penyerbuknya selain dengan aromanya. Zat hijau daun
atau klorofil berfungsi menangkap energi cahaya dan mengkonversinya menjadi
energi kimia (Anonim, 2009).
Klorofil dapat menerima sinar, dan dapat mengembalikannya dalam gelombang
yang berlainan. Korofil a tampak hijau tua tetapi jika sinar direflesikan tampak
merah muda darah. Dalam kloroplast terdapat pigmen karotenoid. Karotenoid
sendiri terdiri atas dua golongan yaitu golongan karotin dan karotinol. Karotinol
inilah yang memberikan warna kuning pada tanama (Daris, 2009).
Pigmen merupakan pewarna alami yang dapat dijumpai secara alami pada
berbagai jenis mahkluk hidup. Pigmen yang banyak terdapat dalam teh adalah
klorofil beserta turunannya, dan karoeten. Klorofil mengekspresikan warna hijau.
Turunan klorofil mengekspresikan warna hijau kekuningan dan kecoklatan
sedangkan karoten warna kuning (Gilang, 2009).

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Membuka dan menutupnya stomata diantaranya ada yang disebabkan
mekanisme turgor, akumulasi ion kalium, akumulasi asam absisat dan pengaruh
lingkungan seperti suhu, kelembaban maupun cahaya.
2. Konsentrasi larutan sukrosa 10% mempengaruhi terbuka dan tertutupnya
stomata.
3. Pada konsentrasi air (kontrol) jumlah stomata tertutup lebih banyak dari pada
jumlah stomata dengan larutan sukrosa konsentasi 10%. Sebaliknya konsentrasi
air (kontrol) jumlah stomata terbuka lebih banyak dari pada jumlah stomata
dengan larutan sukrosa konsentrasi 10%.
4. Potensial air adalah potensial kimia air dalam suatu system atau bagian
system. Dinyatakan dalam satuan tekanan dan dibandingkan dengan potensial
kimia air murni (juga dalam satuan tekanan) pada tekanan atmosfer dan pada
suhu serta ketinggian yang sama potensial murni ditentukan sama dengan nol.
5. Perlakuan konsentrasi sukrosa yang menghasilkan rata-rata panjang terkecil
adalah 0,8 M dan terbesar adalah 1,0 M.
6. Perlakuan konsentrasi sukrosa yang menghasilkan selisih panjang terkecil
adalah 0,2 M dan terbesar adalah 0,8 M.
7.
Bahwa proses perkecambahan biji sangat dipengaruhi oleh konsentrasi
suatu larutan dan potensiair pada zat tersebut.
8.
Perlakuan air sebagai kontrol mempunyai peran yang sangat penting dalam
proses perkecambahan biji di banding perlakuan ZPT
9.
Tipe perkecambahan di bedakan menjadi 2 macam yaitu Epigeal atau
perkecambahan yg mengakibatkan kotiledon terangkat ke atas tanah dan
Hipogeal yaitu perkecambahan yg mengakibatkan kotiledon tetap didalam
tanah.
10. Kandungan klorofil yang tinggi terdapat pada daun yang tua dengan klorofil
total berkisar 18,517 nm, sedangkan pada daun yang muda nilai klorofil totalnya
adalah 10,564 nm.
11. Klorofil adalah kelompok pigmen fotosintesis yang terdapat dalamtumbuhan,
menyerap cahaya merah, biru dan ungu, serta merefleksikan cahaya hijau yang
menyebabkan tumbuhan memperoleh ciri warnanya.
12. Rumus empiris klorofil adalah C55H72O5N4Mg (klorofil a) dan C55H70O6N4Mg
(klorofil b).
13. Pigmen adalah zat yang terdapat di permukaan suatu benda sehingga bila
disinari dengan cahaya putih sempurna akan memberikan sensasiwarna tertentu
yang mampu ditangkap mata.

14. Jenis-jenis pigmen yang terdapat pada tumbuhan adalah klorofil, karotenoid,
antosianin, flavonoid, fitosterol, saponin, glukosinolat, polifenol, asam fitat,
monoterpen, fitoestrogen, sulfida, inhibitor protease.
15. Pigmen antosianin merupakan pigmen bewarna hijau dan pigmen karotenoid
merupakan pigmen berwarna kuning.
5.2 Saran
Saran kami selaku praktikan adalah untuk praktikan selanjutnya adalah untuk
kelancaran praktikum, ketertiban dalam ruangan perlu ditingkatkan.

DAFTAR PUSTAKA
Abdi, 2009. Zat Pengatur Tumbuh. http://www.tanindo.com
Diakses Senin, 23 November 2009
Anis, 2009. Cara Kerja Hormon Auksin, Tiroksin dan
Fungsinya. http://id.answers.yahoo.com.
Diakses Senin 23 November 2009

Anonim, 2009. Tipe Perkecambahan. http://www.profiles.friendster.com


Diakses Senin, 23 November 20009

, 2009. Kloroplas dan Fotosintesis http://www.fp.unud.ac.id.


Diakses Senin, 07 Desember 2009.

, 2009. Kromatografi Kertas. http://www.idonbiu.com/.


Diakses Sabtu, 05 Desember 2009.

, 2009. Kromatografi. http://www.scribd.com/.


Diakses Sabtu, 05 Desember 2009.

Arenlovesu, 2009. Imbibisi Biji. http://arenlovesu.blogspot. com/.


Diakses Rabu, 11 November 2009.

Arkansape, 2009. Kadar Klorofil. http://arkansape.blogspot.com/.


Diakses Minggu, 06 Desember 2009.

Bioma, 2008. Auxin. http://mybioma.wordpress.com


Diakses Senin, 23 November 2009
Daris A, 2009. Fungsi Klorofil Dan Karotenoid.. http://www. isfinational.or.id/.
Diakses Senin, 07 Desember 2009.

Fahruddin, R., 2007. Budidaya Kacang-Kacangan. Kanisius, Jakarta.

Ganitri, 2009. Sekilas Tentang Hormon dan ZPT. http://ganitri.blogspot.com


Diakses Senin, 23 November 2009
Gilang, 2009. Pigmen Fotosintetik. http://www.gilang-blog.co.cc/.
Diakses Senin, 07 Desember 2009.

Heddy, 2000. Hormon tumbuhan. RajaGrafindo Persada, Jakarta


Kamil, J., 1984. Teknologi Benih. Angkasa Raya, Bandung.

Kartasaputra, A.G. 1998. Pengantar Anatomi Tumbuh-tumbuhan, tentang sel


dan
jaringan. Bina Aksara. Jakarta.
Kuswanto, H., 1997. Analisis Benih. ANDI, Yogyakarta.
Lakitan, B. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Lakitan, 2001. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Lukyati, Betty, dkk. 1999. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Malang: FMIPA
UM, Malang.

Rukmana, R., 1997. Kacang Hijau Budidaya dan Pascapanen. Kanisius, Jakarta.
Salisbury, F.B dan C.W. Ross., 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid Tiga Edisi
Keempat. ITB-Press, Bandung.

Sugihantosa, 2009. Auxin. http://sugihsantosa.atspace.com


Diakses Senin, 23 November 2009

Susilo, W. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia, Jakarta.

Tjitrosomo, G. 1999. Botani umum 2. Angkasa, Bandung

Wikipedia, 2009. Auxin. http://id.wikipedia.org


Diakses Senin, 23 November 2009
, 2009. Klorofil. http://id.wikipedia.org/.
Diakses Minggu, 05 Desember 2009.

______ , 2009. Kunyit. http://id.wikipedia.org/wiki/Kunyit.


Diakses Jumat, 04 Desember 2009.

, 2009. Kurkumin. http://id.wikipedia.org/wiki/Kurkumin.


Diakses Jumat, 04 Desember 2009.

, 2009. Pigmen. http://id.wikipedia.org/wiki/Pigmen.


Diakses Jumat, 04 Desember 2009.

, 2009. Klorofil. http://id.wikipedia.org/.


Diakses Minggu, 06 Desember 2009.

, 2009. Fotosintesis. http://id.wikipedia.org/


Diakses Minggu, 06 Desember 2009.

, 2009. Perkecambahan. http://id.wikipedia.org


Diakses Senin, 23 November 20009
, 2009. Hormon Tumbuhan. http://id.wikipedia.org
Diakses Senin, 23 November 20009

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Proses pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat dipisahkan satu sama
lainnya. Tetapi jika kita pahami dari kata pertumbuhan dan perkembangan ada
perbedaan yang mendasar. Pertumbuhan adalah peristiwa perubahan biologis
yang terjadi pada makhluk hidup berupa perubahan ukuran yang bersifat
irreversible. Bersifat irreversible artinya tidak berubah kembali ke asal, karena
adanya penambahan substansi dan perubahan bentuk yang terjadi saat proses
pertumbuhan. Dalam pertumbuhan terjadi pertambahan ukuran, volume,
panjang (tinggi), dan pertambahan massa. tumbuhan dapat mengalami
pertumbuhan sepanjang hidupnya. Pertumbuhan mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Bersifat kuantitatif (dapat dihitung atau dinyatakan dengan satuan bilangan).
b. Terdapat pada jaringan meristem (untuk tumbuhan)
c. Reproduksi secara mitosis.

Gambar 1.1 Pertumbuhan pada tumbuhan.


Perkembangan adalah proses menuju tercapainya kedewasaan atau tingkat yang
lebih sempurna pada makhluk hidup. Adapun ciri-ciri perkembangan adalah
sebagai berikut:
a. Bersifat kualitatif (tidak dapat diukur).
b. Terdapat pada alat perkembangbiakan/reproduksi.
c. Reproduksi secara meiosis.
Contoh dari perkembangan antara lain: terbentuknya bunga.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
1. Faktor Dalam (internal)
a. Gen (Genetik)
Gen merupakan sifat yang tidak tampak dari luar. Gen terbentuk dari sejumlah
asam nukleat yang tersusun dalam makromolekul yang disebut DNA. Gen
berfungsi sebagai pembawa faktor keturunan, sehingga sifat yang dimiliki oleh
induk akan diturunkan kepada keturunannya.
Masing-masing jenis (species), bahkan masing-masing individu memiliki gen
untuk sifat tertentu seperti: cepat tumbuh, berbatang tinggi, berbatang pendek,
berbuah lebat, berbuah jarang.
b. Hormon
Hormon-hormon yang berperan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan,
antara lain :
1) Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan merupakan hormon yang memacu pertumbuhan. Pada
tumbuhan seperti ;
a. Auksin :
Banyak terdapat pada ujung koleoptil

Mendorong pemanjangan batang/pucuk


Merangsang pertumbuhan akar adventif pada batang/stek batang
Memacu dominasi tunas apikal (tunas diujung batang)
b. Giberelin :
Memacu pertumbuhan batang
Merangsang perkecambahan biji dan tunas
Merangsang pembentukan bunga
Merangsang perkembangan buah tanpa biji (partenokarpi).
c. Sitokinin :
Memacu pembelahan sel dan pembentukan organ
Menunda penuaan
Memacu perkembangan kuncup samping
Memacu perbesaran sel pada kotiledon dikotil.
d. Asam Absisat (ABA) :
Menghambat pertumbuhan (Dormancy)
Memacu pengguguran daun, bunga, dan buah.
e. Gas Etilene :
Mempercepat pematangan buah, merangsang pembungaan, merangsang
penuaan dan pengguguran daun serta menghambat pemanjangan batang.
2) Hormon Penghambat Pertumbuhan
Hormon penghambat pertumbuhan merupakan hormon yang berfungsi untuk
menghentikan aktivitas pertumbuhan dan perkembangan dan sering dikenal
dengan istilah fitohormon. Suatu keadaan dimana tidak terjadi kegiatan
(aktivitas) pertumbuhan dan perkembangan disebut dorman.
3) Hormon Pembentuk Organ Tubuh
Hormon pembentuk organ tubuh merupakan hormon yang berfungsi untuk
merangsang pembentukan organ tubuh. Pada tumbuhan, misalnya hormon
Rhizokalin berfungsi untuk merangsang pembentukan akar. Kaulokalin, Filokalin,
dan Antokalin merupakan hormon yang membantu pula dalam pembentukan
organ.
- Rhizokalin = akar
- Filokalin = daun
- Kaulokalin = batang
- Anthokalin = bunga
2. Faktor Luar (eksternal)
a. Makanan (Nutrisi)
Pada tumbuhan, makanannya berupa zat dan mineral (unsur hara) yang

terkandung di dalam tanah. Tumbuhan akan mengalami gangguan pertumbuhan


(abnormal) jika kekurangan zat dan mineral (unsur hara).
b. Suhu
Suhu yang baik bagi tumbuhan adalah antara 22C sampai dengan 37C.
Temperatur yang lebih atau kurang dari batas normal tersebut dapat
mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti. Setiap species
tumbuhan umumnya memiliki suhu optimum yang berbeda-beda. Pada suhu
yang optimum, suatu species tumbuhan mengalami pertumbuhan dan
perkembangan dengan baik. Suhu udara mempengaruhi semua kegiatan
tumbuhan yang berkaitan dengan proses pertumbuhan dan perkembangan
seperti penyerapan air,fotosintesis, penguapan (transpirasi) dan pernapasan
(respirasi). Tanaman yang memiliki bunga indah di daerah bersuhu dingin
(pegunungan) bila ditanam di daerah bersuhu panas maka pertumbuhan dan
perkembangan tanaman tersebut akan terhambat, bahkan tidak berbunga.
c. Cahaya (Sinar)
Cahaya (sinar) sangat dibutuhkan untuk kehidupan, terutama cahaya matahari.
Semua makhluk hidup membutuhkan cahaya matahari. Misalnya tumbuhan hijau
membutuhkan cahaya matahari untuk mendukung proses fotosintesis. Jika suatu
tanaman kekurangan cahaya matahari, maka tanaman itu bisa tampak pucat
dan warna tanaman itu kekuning-kuningan (etiolasi). Pada kecambah, justru sinar
mentari dapat menghambat proses pertumbuhan.

d. Kelembaban
Sampai batas-batas tertentu, tanah dan udara yang lembab berepengaruh baik
terhadap pertumbuhan tanaman. Hali ini karena air yang dapat diserap tanaman
lebih banyak dan lebih sedikit air yang diuapkan sehingga menyebabkan
pembentangan sel-sel. Dengan demikian sel-sel tanaman akan lebih cepat
mencapai ukuran yang maksimum.
Faktor-faktor lingkungan tersebut di atas yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman bersifat kompleks. Faktor-faktor tersebut tidak bekerja
sendiri-sendiri, tetapi merupakan satu kesatuan yang saling berinteraksi
dalammempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana proses Fitohormon dan Sistem Gerak Tumbuhan terjadi ?
1.3. Tujuan Masalah
Tujuan dari makalah ini agar kita memahami tentang Fitohormon dan Sistem
Gerak Tumbuhan secara lebih jelas dan reaksi yang terjadi di dalamnya.
1.4. Batasan Masalah

Dalam makalah ini akan membahas Fitohormon, Sistem Gerak pada Tumbuhan
dan Respon Tumbuhan Terhadap Penyinaran.

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Fitohormon
Fitohormon merupakan senyawa organik bukan nutrisi yang disintesis
pada bagian tertentu dari tumbuhan. Pada umumnya diangkut ke
bagian lain tumbuhan, dan pada konsentrasi sangat rendah mampu
menimbulkan tanggapan secara biokimiawi, fisiologis, dan morfologis.
Dalam tubuh tumbuhan fitohormon berperan dalam mengendalikan
aktivitas gen melalui penguatan yang tinggi karena terjadinya
transkripsi berulang DNA menjadi m-RNA yang diikuti oleh proses
translasi m-RNA menjadi enzim. Sedangkan peranan fitohormon dalam
proses morfogenesis dikendalikan oleh perpaduan fitohormon yang
khas, dan bahkan oleh jumlah relatifnya dalam perpaduan tersebut,
sehingga akan menimbulkan pertumbuhan organ yang spesifik.
Pertumbuhan dapat dijelaskan secara matematik dengan kurva
pertumbuhan. Pola pertumbuhan dalam tumbuhan dapat dibagi dalam 3
(tiga) fase, yaitu fase logaritmik (fase eksponensial), fase linier, dan
fase penuaan. Fitohormon merupakan gabungan dari dua kata; yaitu fito dan
Hormon. Fito itu sama dengan tumbuhan sedangkan Hormon adalah hormon.
Hormon yang berasal dari bahasa Yunani yaitu hormaein ini mempunyai arti :
merangsang, membangkitkan atau mendorong timbulnya suatu aktivitas
biokimia sehingga fito-hormon tanaman dapat didefinisikan sebagai senyawa
organik tanaman yang bekerja aktif dalam jumlah sedikit, ditransportasikan ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan atau
proses-proses fisiologi tanaman. Jadi, Fitohormon adalah hormon pada tumbuhtumbuhan, zat yang mengatur segala proses fisiologis, petumbuhan dan
perkembangan, pada tumbuhan. Namun, hormon hanyalah suatu zat yang
kerjanya dikontrol oleh gen karena pada dasarnya semua sistem kerja makhluk
hidup, baik hewan/manusia atau tumbuhan, diatur sepenuhnya oleh gen.
Hormon tanaman itu sendiri terbagi dalam beberapa kelompok diantaranya :

1. Auksin, hormon tanaman seperti indolasetat yang berfungsi untuk


merangsang pembesaran sel, sintesis DNA kromosom, serta pertumbuhan aksis
longitudinal tanaman., gunanya untuk merangsang pertumbuhan akar pada
stekan atau cangkokan. Auksin sering digunakan untuk merangsang
pertumbuhan akar dan sebagai bahan aktif sering yang digunakan dalam
persiapan hortikultura komersial terutama untuk akar batang. Mereka juga dapat
digunakan untuk merangsang pembungaan secara seragam, untuk mengatur
pembuahan, dan untuk mencegah gugur buah.(yang termasuk Auksin IBA, NAA,
2,4-D). Auksin Golongan NAA memakai merek dagang antara lain: Rootone-F,
Atonik. Sedang Auksin 2,4 D dijual dengan nama Hidrasil. Auksin alami banyak
terdapat didalam cairan biji jagung muda yang masih berwarna kuning, air seni
sapi, ujung koleoptil tanaman oat, umbi bawang merah dan air kelapa. Golongan
Auksin : Indole Aceti Acid (IAA), Napthalene Acetic Acid (NAA), 2,4-D, CPA dan
Indole Acetic Acid (IBA). Yang paling penting dari keluarga auksin adalah indole3-asam asetat (IAA). Ini menghasilkan efek auksin pada tanaman secara
menyeluruh, dan yang paling ampuh dari auksin alami, namun molekul kimiawi
IAA adalah yang paling labil di larutan air, sehingga IAA tidak digunakan secara
komersial sebagai regulator pertumbuhan tanaman.

Yang termasuk auksin alami : 4-chloro-asam indoleasetis, asam fenilasetis


(PAA) dan indole-3-asam butirik (IBA).

Yang termasuk auksin buatan : 1-asam nafthaleneasetis (NAA), 2,4-asam


dichlorophenoxyasetis (2,4-D), dan lain-lain.
Auksin dosis tinggi dapat merangsang produksi Etilen. Kelebihan Etilen malah
dapat menghalangi pertumbuhan, menyebabkan gugur daun (daun amputasi),
dan bahkan membunuh tanaman. Beberapa auksin sintetis seperti 2,4-D dan
2,4,5-asam trichlorophenoxyacetic (2,4,5-T) telah digunakan sebagai herbisida.
Tanaman berdaun luas (dicotil) jauh lebih rentan terkena auksin daripada daun
tanaman monokotil seperti tanaman rumput-rumputan. Auksin sintetis ini adalah
agen aktif dalam Agen Oranye yaitu defoliant yang digunakan secara ekstensif
oleh pasukan Amerika di perang Vietnam.
2. Giberelin atau asam giberelat (GA), merupakan hormon perangsang
pertumbuhan tanaman yang diperoleh dari Gibberella fujikuroi atau Fusarium
moniliforme, aplikasi untuk memicu munculnya bunga dan pembungaan yang
serempak (Misalnya GA3 yang termasuk hormon perangsang pertumbuhan
golongan gas) merek dagangantara lain: ProGib. Giberalin alami banyak terdapat
didalam umbi bawang merah.
3. Sitokinin, hormon tumbuhan turunan adenin berfungsi untuk merangsang
pembelahan sel dan diferensiasi mitosis, disintesis pada ujung akar dan
ditranslokasi melalui pembuluh xilem. Aplikasi Untuk merangsang tumbuhnya
tunas pada kultur jaringan atau pada tanaman induk, namun sering tidak optimal
untuk tanaman dewasa. merk dagang antara lain: Novelgrow. Sitokinin alami

terdapat pada air kelapa.golongan sitokinin : Kinetin, Benziladenin (BA), 2I-P,


Zeatin, Thidiazuron, dan PBA.
4. Etilen, hormon yang berupa gas yang dalam kehidupan tanaman aktif dalam
proses pematangan buah Aplikasi mengandung ethephon, maka kinerja sintetis
ethylen berjalan optimal sehingga tujuan agar buah cepat masak bisa tercapai.
(misalnya: Etephon, Protephon) merk dagang antara lain: Prothephon 480SL.
5. Asam absisat (ABA), sebagai penghambat tumbuh (Inhibitor/retardant) pada
saat tanaman mengalami stres, fitohormon ini digunakan untuk mengompakkan
pertumbuhan batang agar tanaman terlihat sangat baik. Pada komposisi dan
perlakuan tertentu dapat merangsang pertumbuhan tunas anakan dengan cepat
dan serentak. Misalnya : untuk golongan Paclobutrazol merk dagang antara lain:
Cultar, Bonzi) dan Uniconazole (merk dagang Sumagic). Golongan inhibitor
adalah: Paclobutrazol, Ancymidol, TIBA, dan CCC.
6. Brassinolide (kelompok brassinosteroid) fitohormon yang mirip steroid pada
hewan dan memiliki respon yang mirip dengan giberellin.
Beberapa fungsi brassinolide adalah sebagai berikut : meningkatkan laju
perpanjangan sel tumbuhan, menghambat penuaan daun (senescence),
mengakibatkan lengkuk pada daun rumput-rumputan, menghambat proses
gugurnya daun, menghambat pertumbuhan akar tumbuhan, meningkatkan
resistensi pucuk tumbuhan kepada stress lingkungan, menstimulasi
perpanjangan sel di pucuk tumbuhan, merangsang pertumbuhan pucuk
tumbuhan, merangsang diferensiasi xylem tumbuhan, menghambat
pertumbuhan pucuk pada saat kahat (defisien) udara dan endogenus
karbohidrat. Brassinolide tersintesis dari asetil CoA melalui jalur asam mevalonik.
Selain untuk pengatur tumbuh, beberapa fitohormon juga berguna untuk
pertahanan hidupnya. Untuk membesarkan anggrek muda baik dalam kompot
maupun pot sering disemprot dengan larutan Auksin, kemudian ketika siap untuk
berbunga sebaiknya gunakan Giberelin. Auksin juga dipakai untuk bonsai,
terutama saat banyak batang yang tidak dihendaki untuk dipotong, setelah
diolesi Aksin biasanya tunas-tunas muda segera mucul. Sedang Asam Absisat
berupa Paclobutrazol terlarut sering dipakai untuk membungakan tanaman
anggrek dewasa, Paclobutrazol juga bisa diterapkan untuk bonsai misalnya
Cultar atau Pestanal.
7. Asam salisilat (Salicylic acid (SA)), pada beberapa tumbuhan digunakan
untuk mengaktifkan gen-gen untuk melindungi dirinya dari penyerang yang
bersifat patogen. SA adalah asam beta hidroksi (BHA-Beta Hydroxi Acid) dengan
formula C6H4(OH)CO2H, SA adalah fitohormon dan juga fenol yang banyak
terdapat pada tanaman yang berefek langsung pada pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, fotosintesis, transpirasi, penyerepan ion
8. Jasmonate (JA) atau asam jasmonat, adalah kelompok dari fitohormon

yang membantu pengaturan tumbuh dan kembang tanamanan, jasmonat


termasuk asam jasmonik dan metil ester-nya yang berbau harum: metyl
jasmonat (MeJA) berfsifat seperti hormon prostaglandin pada mamalia.
Jasmonate ditemukan dalam bunga dan jaringan pericarp (tempat benih) dari
pengembangan struktur reproduktif, juga pada kloroplas dari tanaman yang
beriluminasi. JA meningkatkan respons yang sangat cepat terhadap usikan
mekanis seperti belitan sulur tanaman pengganggu dan saat tanaman terluka. JA
dan MeJA mencegah perkecambahan dari biji nondorman serta menstimulasi
perkecambahan dari biji yang dorman. Kandungan JA yang tinggi mendorong
akumulasi penyimpanan protein, gen-gen yang menyandikan simpanan protein
vegetative adalah respon dari JA dan asam tuberonis (salah satu turunan JA)
proposed memainkan peran dalam formasi tubers. Aplikasi JA dapat menyokong
klorosis dan menghambat penyandian gen-gen protein yang terlibat dalam
fotosintesis, walaupun tujuan dari respon ini tidak kelihatan jelas, namun JA
dapat membantu mengurangi kapasitas dari asimilasi karbon pada kondisi
cahaya atau karbon yang melampaui batas. Peran akumulasi JA pada bunga dan
buah belum diketahui, namun ada hubungannya dengan pemasakan buah (lewat
etilen), komposisi karetinoid buah dan ekspresi dari gen-gen yang menyandikan
biji dan penyimpanan protein vegetative (VSP = Vegetative Stored Protein). JA
memainkan peran pada ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit,
beberapa gen tanaman selama bertahan terkandung lebih banyak JA, besar
kemungkinan JA dan etilen (ABA) bersama-sama merespons sistem pertahanan.
9. Sistemin (Systemin), adalah polipeptida yang terdiri dari 18 asam amino,
berfungsi sebagai sinyal jarak jauh untuk mengaktifkan pertahanan kimia
terhadap binatang pemakan tumbuhan. Systemin adalah hormon tanaman yang
terlibatalam respon luka. Systemin pertama kali diidentifikasi di daun tomat .
Terdiri atas 18 asam amino peptide diproses dari C-terminus dari 200-asam
amino pendahulu, yang disebut prosystemin. Gen yang mungkin untuk kode
systemin (atau prosystemin) juga terjadi pada kentang serta merica. Hingga saat
ini hormon sistemin belum teridentifikasi dalam spesies di luar keluarga Kentangkentangan (Solanaceae).
10. Oksida Nitrit (NO), pada tanaman berfungsi sebagai sinyal adanya respons
tanggapan dan pertahanan. Ada beberapa mekanisme yang ada telah
ditunjukkan untuk mempengaruhi sel hidup. Termasuk oksidasi besi yang
mengandung protein seperti ribonucleotide reductase dan aconitase, aktivasi
yang larut guanylate cyclase, ADP ribosylation dari protein, protein sulphhydryl
grup nitrosylation, esi dan peraturan faktor aktivasi. Dalam tanaman, sendawa
oksida dapat dihasilkan oleh salah satu dari empat jalur:

L-arginine-berhubung dgn sendawa tergantung oxide synthase (walaupun


keberadaan hewan NOS homologs dalam tanaman masih dalam perdebatan).

Oleh selaput-plasma terikat nitrat reductase.

Oleh transport rantai elektron mitochondrial.


Oleh reaksi non-enzimatis. ini adalah molekul sinyal, terutama tindakan
terhadap stress oksidatif dan juga memainkan peranan dalam interaksi pathogen
tanaman.
Merawat bunga potong dan tanaman lainnya dengan berhubung dengan
sendawa oksida telah ditunjukkan untuk memperpanjang waktu sebelum
menjadi layu.

2.2. Sistem Gerak pada Tumbuhan


1. Gerak endonom, yaitu gerak yang tidak dipengaruhi rangsang dari luar,
termasuk di dalamnya adalah:

Gerak protoplasma sel tumbuhan.

Gerak higroskopis, misalnya pecahnya sporangium paku/lumut yang sudah


tua karena dipengaruhi oleh perubahan kadar air (kelembaban).
2. Gerak esionom, yaitu gerak yang dipengaruhi rangsang dari luar, terbagi
menjadi 3 macam gerak, yaitu:
a. Taksis: Gerak seluruh bagian tumbuhan, arah gerak sesuai dengan
rangsangan.
contoh:
v

Kemotaksis : Gerak spermatozoa mendekati ovum

Fototaksis : Gerak bakteri kearah cahaya

b. Tropisme : Gerak sebagian tumbuhan arah gerak sesuai dengan rangsangan


contoh:

Kemotropisme : gerak akar nafas bakau mencari oksigen

Tigmotropisme : Gerak sulur anggur karena rangsang sentuhan

Fototropisme : Gerak tunas menuju cahaya

Fototropisme

Geotropisme : gerak akar menuju pusat bumi

c. Nasti: gerak sebagian tumbuhan-arah gerak sesuai dengan rangsangan.


contoh:

Seismonasti : Gerak menutupnya daun Mimosa pudica karena rangsangan


sentuhan/getaran.

Seismonasti

Niktinasti : Gerak tidurnya daun tanaman leguminosae pada malam hari.

Termonasti : Gerak mekarnya bunga tulip karena rangsangan suhu.

Fotonasti : Mekarnya bunga Mirabilis jalava pada pukul 4 sore.

2.3. Respon Tumbuhan Terhadap Penyinaran


Pada dasarnya pengaruh radiasi terhadap pertumbuhan tanaman terdapat dalam
proses-proses :

1. Fotosintesa
2. Fotostimulus, misalnya fotoperiodisme.
Fotosintesa memerlukan intensitas radiasi yang lebih besar dari fotoperiodisme,
pada umumnya kecepatan fotosintesis tanaman bertambah tinggi dengan
naiknya intensitas cahaya. Pada nilai-nilai intensitas cahaya tertentu, kecepatan
fotosintesa tidak dipengaruhi oleh intensitas cahaya karena daun telah jenuh
dengan cahaya (Guslim,2007).
Istilah fotoperodisitas digunakan untuk fenomena dimana fase perkembangan
tumbuhan dipengaruhi oleh lama penyinaran yang diterima oleh tumbuhan
tesebut. Beberapa jenis tumbuhan perkembangannya sangat dipengaruhi oleh
lamanya penyinaran, terutama dengan kapan tumbuhan tersebut akan
memasuki fase generatifnya,misalnya pembungaan. Menurut Lakitan (1994)
Beberapa tumbuhan akan memasuki fase generatif (membentuk organ
reproduktif) hanya jika tumbuhan tersebut menerima penyinaran yang panjang
(>14 jam) dalam setiap periode sehari semalam; sebaliknya ada pula tumbuhan
yang hanya akan memasuki fase generatif jika menerima penyinaran singkat
(<10 Jam).
Kelompok tumbuhan yang membutuhan lama penyinaran yang panjang disebut
tumbuhan hari panjang (long-day plant) dan kelompok tumbuhan yang
membutuhkan lama penyinaran yang sngkat disebut tumbuhan hari pendek
(short-day plant, kelompok tumbuhan yang fase perkembangan tidak
dipengaruhi oleh lama penyinaran disebut sebagai tumbuhan hari netral
(neutral-day plant) kelompok ini akan memasuki fase generatif baik jika
menerima lama penyinaran yang panjang ataupun singkat. Jadi dari hal tersebut
di atas, dalam fotoperiodisme diketahui bahwa yang terpenting bukanlah
intensitas cahaya melainkan lama ada cahaya (bukan sinar matahari).fenomena
ini dapat kita jumpai pada beberapa varietas tanaman (misalnya tanaman
mangga)yang tempat tumbuhnya di pekarangan dan dekat sumber cahaya
(lampu listrik)berbunga diluar musimnya.walaupun demikian, di alam banyak
dijumpai tanaman yang tidak mau berbunga bila panjang hari kurang atau lebih
dari apa yang seharusnya diutuhkan. Dalam kaitannya dengan pemenuhan
kebutuhan tumbuhan akan lama penyinaran yang ideal, lama penyinaran ini
dpat dimaniplasi (dipepanjang atau dipersingkat). Penambahan lama penyinaran
dapat dilakukan dengan menggunakan lampu listrik yang spektrum cahayanya
semirip mungkin dengan cahaya matahari, dimana secara sederhana dapat
digunakan gabungan antara cahaya dari lampu pijar dengan lampu fluorescence.
Untuk mempersingkat lama penyinaran dapat dilakukan dengan cara menutupi
tanaman tersebut dengan kain hitam atau bahan lain yang sulit ditembus cahaya
matahari.

BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Fitohormon merupakan senyawa organik bukan nutrisi yang disintesis pada


bagian tertentu dari tumbuhan. Dalam tubuh tumbuhan fitohormon berperan
dalam mengendalikan aktivitas gen melalui penguatan yang tinggi karena
terjadinya transkripsi berulang DNA menjadi m-RNA yang diikuti oleh proses
translasi m-RNA menjadi enzim. Fitohormon merupakan gabungan dari dua kata;
yaitu fito dan Hormon. Fito itu sama dengan tumbuhan sedangkan Hormon
adalah hormon. Hormon yang berasal dari bahasa Yunani yaituhormaein ini
mempunyai arti : merangsang, membangkitkan atau mendorong timbulnya
suatu aktivitas biokimia sehingga fito-hormon tanaman dapat didefinisikan
sebagai senyawa organik tanaman yang bekerja aktif dalam jumlah sedikit,
ditransportasikan ke seluruh bagian tanaman sehingga dapat mempengaruhi
pertumbuhan atau proses-proses fisiologi tanaman. Jadi, Fitohormon adalah
hormon pada tumbuh-tumbuhan, zat yang mengatur segala proses fisiologis,
petumbuhan dan perkembangan, pada tumbuhan.
Gerak pada Tumbuhan dibagi tiga :
1. Gerak endonom, yaitu gerak yang tidak dipengaruhi rangsang dari luar,
termasuk di dalamnya adalah:

Gerak protoplasma sel tumbuhan.

Gerak higroskopis, misalnya pecahnya sporangium paku/lumut yang sudah


tua karena dipengaruhi oleh perubahan kadar air (kelembaban).
2. Gerak esionom, yaitu gerak yang dipengaruhi rangsang dari luar, terbagi
menjadi 3 macam gerak, yaitu:

Taksis

Tropisme

Nasti

DAFTAR PUSTAKA
Kimball, J.W, Siti Soetarmi Tjitro S. 2001. Biologi. Erlangga : Jakarta.
Wikipediaindonesia.com
wordbiology.wordpress.com
Campbell, N.A. 2002. Biology. Benyamin Cumming PublishingCompany, Inc :
Redwood City.
H. F., George dan J. H. George. 2002. Biologi. Erlangga : Jakarta.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak alasan pentingnya membicarakan masyarakat pedesaan dan masyarakat
perkotaan.Selain belum ada kesempatan umum tentang keberadaan masyarakat desa sebagai
suatu pengertian yang baku,juga kalau dikaitkan dengan pembangunan yang orientasinya
banyak dicurahkan kepedesaan,maka pedesaan memiliki arti tersendiri dalam kajian
struktur,sosial atau kehidupanya.Dalam keadaan desa yang sebenarnya,desa masih
dianggap sebagai standard an pemelihara system kehidupan bermasyarakat dan kebudayaan
asli seperti tolong menolong,keguyuban,persaudaraan,gotong-royong,kesenian,kepribadian
dalam berpakaian,adat-istiadat,kehidupan moral-susila,dan lain-lain.
Orang kota membayangkan bahwa desa ini merupakan tempat orang bergaul dengan
rukun,tenang,selaras,dan akur.Akan tetapi justru dengan berdekatan,mudah terjadi konflik
atau persaingan yang bersumber dari peristiwa kehidupan sehari-hari,hal
tanah,gengsi,perkawinan,perbedaan antara kaum muda dan tua serta antara pria dan
wanita.Bayangan bahwa desa tempat ketentraman pada konstelasi tertentu ada benarnya,akan
tetapi yang nampak justru bekerja keraslah yang merupakan syarat pokok agar dapat hidup di
desa.
Demikian pula dalam konteks pembangunan desa (pertanian),semula orang
beranggapan bahwa masyarakat pertanian mangalami involusi (kemunduran) pertanian yang
berjalan dalam proses pemiskinan dan apapun teknologi dan kelembagaan modern yang
masuk ke pedesaan akan sia-sia.Pernyataan-pernyataan sumbang inilah yang ingin kami
bahas dalam makalah yang ringkas dan singkat ini,yang mana adanya kontroversi kesan atau
pendapat ini mungkin lebih tepat apabila dihubungkan dengan berbagai gejala sosial seperti
konsep-konsep perubahan sosial atau kebudayaan.

1.2 Tujuan

Makalah Hormon Tumbuhan bertujuan untuk menambah ilmu pengetahuan serta


memahami dan mengerti materi salah satu subbagian matakuliah Fisiologi Tumbuhan yang
dibahas agar para pembaca dapat lebih memahami lebih luas lagi.

BAB II
ISI
2.1 Sejarah Penemuan Hormon
Terdapatnya atau peran zat pengatur tumbuh di tumbuhan pertama kali dikemukan
oleh Charles Darwin dalam bukunya The Power of movement in plants. Beliau melakukan
percobaan dengan rumput Canari (Phalaris canariensis) dengan memberinya sinar dari
samping dan ternyata terjadi pembengkokan ke arah datangnya sinar . Bagian yang tidak
mendapat sinar terjadi pertumbuhan yang lebih cepat daripada yang mendapat sinar sehingga
terjadi pembengkokkan. Tetapi jika ujung kecambah dari rumput Canari dipotong akan tidak
terjadi pembengkokan. Sehingga dianalisa bahwa jika ujung kecambah mendapat cahaya dari
samping akan menyebabkan terjadi pemindahan pengaruh atau sesuatu zat dari atas ke
bawah
yang
menyebabkan
terjadinya
pembengkokkan.
Boysen-jemsen (1913) melakukan penelitian dengan koleoptil Avena (kecambah dari biji
rumput-rumputan) menyatakan pemindahan pengaruh adalah pemindahan zat alami yang
dihasilkan dalam koleoptil Avena. Paal (1919) menguatkan pendapat dengan menyatakan
bahwa ujung batang adalah merupakan pusat pertumbuhan
2.2 Pengertian Hormon Tumbuhan (Fitohormon)
Hormon merupakan zat pengatur tumbuh, yaitu molekul organik yang dihasilkan oleh
satu bagian tumbuhan dan ditransportasikan ke bagian lain yang dipengaruhinya. Hormon
pada tumbuhan (fitohormon) adalah sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien), baik
yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang dalam kadar sangat kecil (di
bawah satu milimol per liter, bahkan dapat hanya satu mikromol per liter) mendorong,

menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan (taksis)


tumbuhan. Hormon tumbuhan merupakan bagian dari sistem pengaturan pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan. Kehadirannya di dalam sel pada kadar yang sangat rendah menjadi
prekursor (pemicu) proses transkripsi RNA. Hormon tumbuhan sendiri dirangsang
pembentukannya melalui signal berupa aktivitas senyawa-senyawa reseptor sebagai
tanggapan atas perubahan lingkungan yang terjadi di luar sel. Kehadiran reseptor akan
mendorong reaksi pembentukan hormon tertentu. Apabila konsentrasi suatu hormon di dalam
sel telah mencapai tingkat tertentu, atau mencapai suatu nisbah tertentu dengan hormon
lainnya, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai berekspresi. Dari sudut pandang
evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri
tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi
sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan. Bila
konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif
akan mulai ekspresi. Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari
proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankankelangsungan
hidup jenisnya.Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu peningkatan
hasil pertanian dengan ditemukannya berbagai macam zat sintetis yang memiliki pengaruh
yang sama dengan fitohormon alami. Aplikasi zat pengatur tumbuh dalam pertanian modern
mencakup pengamanan hasil (seperti penggunaan cycocel untuk meningkatkan ketahanan
tanaman terhadap lingkungan yang kurang mendukung), memperbesar ukuran dan
meningkatkan kualitas produk (misalnya dalam teknologi semangka tanpa biji), atau
menyeragamkan waktu berbunga (misalnya dalam aplikasi etilena untuk
penyeragamanpembungaan tanaman buah musiman), untuk menyebut beberapa
contohnya. Hormon tumbuhan tidak dihasilkan oleh suatu kelenjar sebagaimana pada hewan,
melainkan dibentuk oleh sel-sel yang terletak di titik-titik tertentu pada tumbuhan, terutama
titik tumbuh di bagian pucuk tunas maupun ujung akar. Selanjutnya, hormon akan bekerja
pada jaringan di sekitarnya atau, lebih umum, ditranslokasi ke bagian tumbuhan yang lain
untuk aktif bekerja di sana. Pergerakan hormon dapat terjadi melalui pembuluh tapis,
pembuluh kayu, maupun ruang-ruang antarsel. Hormon dalam menjalankan perannya, dapat
berperan secara tunggal maupun dalam koordinasi dengan kelompok hormon lainnya.
Penggunaan istilah hormon sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada
hewan. Hormon dalam konsentrasi rendah menimbulkan respons fisiologis. Terdapat 2
kelompok hormon yaitu :
a. Hormon pemicu pertumbuhan (auksin, Giberelin dan sitokinin)
b. Hormon penghambat pertumbuhan (asam absisat, gas etilen, hormon kalin dan asam
traumalin.
2.3 Mekanisme Kerja Hormon
Tanaman secara alamiah tanaman sudah mengandung hormon pertumbuhan seperti
Auksin, giberelin dan Sitokin yang dalam tulisan ini diistilahkan dengan hormon endogen.
Kebanyakan hormon endogen di tanaman berada pada jaringan meristem yaitu jaringan yang
aktif tumbuh seperti ujung-ujung tunas/tajuk dan akar. Tetapi karena pola budidaya yang
intensif yang disertai pengelolaan tanah yang kurang tepat maka kandungan hormon endogen

tersebut menjadi rendah/kurang bagi proses pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman.
Akibatnya sering dijumpai pertumbuhan tanamaman lambat, kerontokan bunga/ buah, ukuran
umbi/buah kecil yang merupakan sebagian tanda kekurangan hormon (selain kekurangan zat
lainnya seperti unsur hara). Oleh karena itu penambahan hormon dari luar (hormon eksogen)
seperti produk hormonik yang mengandung hormon Auksin, Giberelin dan Sitokinin organik
(Non sintetik/kimia) mutlak diperlukan untuk menghasilkan pertumbuhan vegetatif dan
generatif tanaman yang optimal.
Untuk mengetahui bagaimana mekanisme kerja hormonik (Auksin, giberelin dan
Sitokinin) pada tanaman, berikut diuraikan secara global dan sederhana. Pemberian Auksin
eksogen (hormonik) akan meningkatkan permeabilitas dinding sel yang akan mempertinggi
penyerapan unsur , diantaranya unsur N, Mg, Fe, Cu untuk membentuk chlorofil yang sangat
diperlukan untuk mempertinggi fotosintesis. Dengan fotosintesis yang semakin meningkat
akan dihasilkan hasil fotosintesis yang meningkat dan bersama dengan auxin akan bergerak
ke akar untuk memacu pembentukan giberelin dan Sitokinin di akar yang akan membantu
pembentukan dan perkembangan akar . Penambahan kandungan Auksin eksogen di akar akan
meningkatkan tekanan turgor akar sehingga giberelin dan Sitokinin endogen di akar akan
diangkut ke atas/ bagian tajuk tanaman.
Adanya penambahan Sitokinin dan giberelin eksogen maka terjadi peningkatan
kandungan Sitokinin dan giberelin ditanaman (tajuk) dan akan meningkatkan jumlah sel (oleh
hormon Sitokinin) dan ukuran sel (oleh hormon giberelin) yang bersama-sama dengan hasil
fotosintat yang meningkat di awal penanaman akan mempercepat proses pertumbuhan
vegetatif tanaman (termasuk pembentukan tunas-tunas baru) selain juga mengatasi kekerdilan
tanaman.
Seiring dengan pertumbuhan vegetatif tanaman, hasil fotosentesis akan meningkat terus dan
ditambah kandungan giberelin dan sitokinin eksogen akan meningkatkan perbandingan C/N
yang menyebabkan peralihan dari masa vegetatif ke generatif dengan terbentuknya kuncup
bunga/buah atau umbi. Pada saat terbentuk bunga atau buah, jika kandungan auksin rendah
maka sel-sel antara tangkai bunga/buah dengan ranting/cabang akan berubah menjadi
jaringan mati yaitu jaringan gabus sehingga bunga/buah mudah rontok. Dengan penambahan
Auxin Eksogen akan menghambat perubahan sel-sel tersebut menjadi jaringan gabus
sehingga kerontokkan dapat dicegah/dikurangi. Pada fase generatif ini penambahan hormon
sitokinin dan giberelin eksogen akan meningkatkan kapasitas jaringan penyimpanan hasil
fotosintesa yang dipanen (umbi, buah dll) yaitu sitokinin akan memperbanyak sel jaringan
penyimpanan dan giberelin akan memperbesar sel jaringan penyimpanan sehingga mampu
menerima hasil-hasil fotosintesa lebih banyak yang berakibat ukuran jaringan penyimpanan
(buah) lebih besar (semangka, kentang, dll) atau bernas (padi, jagung dll).
H o r m o n b e k e r j a m e l a l u i p e n g i k a t a n d e n g a n r e s e p t o r s p e s i f i k \ pengi
katan dari hormon ke reseptor ini pada umumnya memicu suatu p e r u b a h a n p e n y
e s u a i a n p a d a r e s e p t o r s e d e m i k i a n r u p a s e h i n g menyampaikan informasi
kepada unsur spesifik lain dari sel.
Reseptor initerletak pada permukaan sel atau intraselular. Interaksi permukaan hormo
nreseptor memberikan sinyal pembentukan dari "messenger kedua"Interaksi hormonreseptor ini menimbulkan pengaruh pada ekspresi gen(3,7) Distribusi dari

reseptor hormon memperlihatkan variabilitas yang besar sekali. Reseptor


untuk beberapa
hormon, seperti
insulin dan
glukokortikoid,
terdistribusi secara
luas, sementara
reseptor untuk sebagianbesar hormonmempunyai distribusi yang lebih terbatas. Adany
a reseptor merupakandeterminan (penentu) pertama apakah jaringan akan membe
rikan responterhadap hormon. Namun, molekul yang berpartisipasi dalam peristiwa pascareseptor juga penting; hal ini tidak saja menentukan apakah jaringan akanmemberikan
respon terhadap hormon itu tetapi juga kekhasan dari responitu. Hal yang terakhir ini
memungkinkan hormon yang sama memiliki responyang berbeda dalam jaringan yang
berbeda.
2.4 Macam-macam Hormon pada Tumbuhan
Macam
hormon
yang
terdapat
pada
tumbuhan,
antara
lain
auksin,
giberelin, sitokinin,etilen, asam traumalin, asam absisat, kalin.
a) Auksin
Aukin merupakan senyawa asetat (gugus indol) yang terdapat pada indol, contohnya
pada tanaman bawang merah (Allium cepa).Konsentrasi auksin lebih banyak terdapat pada
daerah yang tidak terkena cahaya. Bagi tanaman (batang) yang tidak terkena cahaya akan
mengalami pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan bagian lain yang terkena cahaya
matahari akibat adanya auksin ini. Pada tumbuhan, auksin dapat ditemukan di embrio biji,
meristem tunas apical, dan daun-daun muda.
Selain berpengaruh menigkatkan laju pemanjangan sel pada pertumbuhan seperti di
uraikan di atas, auksin juga merupakan hormone pengatur fisiologi yang dapat digunakan
untuk memacu pembentukan buah tanpa penyerbukan (disebut partenokarpi).
b)

Giberelin
Giberelin merupakan hormon yang mirip dengan auksin. Hormone ini ditemukan
Oleh P. kurosawa (tahun 1926, di Jepang) pada jamur Giberella fujikuroi. Giberelin di
produksi oleh tumbuhan di meristem tunas apical, akar, daun muda, dan embrio.
Fungsi giberelin :
1)
Memacu pertumbuhan buah tanpa biji (partenokarpi)
2)
Menyebabkan tanaman mengalami pertumbuhan raksasa
3)
Meyebabkan tanaman berbunga sebelum waktunya (tidak pada musimnya)
4)
Memacu pembentukan cambium pada tanaman dikotil
5)
Mematahkan dormansi buah dan biji
c)

Sitokinin
Sitokinin ditemukan pada batang tembakau Oleh Skoog dan Miller.Struktur kimia
sitokinin mirip dengan adenine (basa nitrogen yang terdapat pada DNA dan ATP). Selain
dapat ditemukan di batang, sitokinin juga dapat di hasilkan di dalam akar dan akan diangkut
ke organ yang lain.
Fungsi Sitokinin, antara lain :

1)
2)
3)
4)
5)

Memacau pembelahan sel


Mempercepat pelebaran daun
Mempercepat tumbuhnya akar
Memacu pertunasan lateral pada pucuk batang
Menunda pengguguran daun, Bungan, dan buah.

d)

Etilen
Etilen merupakan satu-satunya hormone tumbuhan yang berbentuk gas.Gas etilen
mempercepat pemasakan buah, contohnya pada buah tomat, pisang, apel, dan jeruk.Buahbuah tersebut dipetik dalam keadaan masih mentah dan berwarna hijau.Selanjutnya, buahbuah tersebut dikemas dalam bentuk kotak berventilasi dan diberi gas etilen untuk
mempercepat pemasakan buah sehingga buah sampai ditempat tujuan dalam keadaan
masak.Selain itu, gas etilen juga menyebabkan penebalan batang dan memacu
pembungaan.Oleh karena itu, etilen dapat ditemukan pada jaringan buah yang sedang
matang, buku batang, daun, dan bunga yang menua.

e)

Asam Traumalin
Seperti florigen, asam traumalin sebenarnya merupakan hormon hipotetik yaitu
merupakan gabungan beberapa aktivitas hormone yang ada (auksin, giberelin, sitokinin,
etilen, dan asam absisat). Apabila tumbuhan mengalami luka atau perlukaan karena gangguan
fisik maka akan segera terbentuk cambium gabus. Pembentukan cambium gabus itu terjadi
karena adanya pengaruh hormone luka (asam traumalin). Sebenarnya, peristiwa ini
merupakan hasil kerja sama antar hormone pada tumbuhan yang di sebut restitusi
(regenerasi). Awalnya luka pada tumbuhan akan memacu pengeluaran hormone luka yang
kemudian merangsang pembentukan cambium gabus. Pembentukan cambium gabus
dilakukan oleh hormone giberelin, selanjutnya, karena pengaruh hormone sitokinin,
terbentuklah sel-sel baru yang akan membentuk jaringan penutup luka yang disebut kalus.
Asam traumalin ini dapat ditemukan pada dinding sel tumbuhan.

f)

Asam Absisat
Salah satu fungsi asam absisat adalah menghambat pertumbuhan tumbuhan. Pada
musim tertentu pertumbuhan akan terhambat. Hal itu merupakan adaptasi pertumbuhan
terhadap perubahan linkungan yang tidak memungkinkan bagi tumbuhan untuk tumbuh.
Asam absisat dapat ditemukan pada daun, batang, akar , dan buah biji.
Fungsi lain asam absisat adalah membantu tumbuhan mengatasi dan bertahan pada
kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan (masa dormansi). Dalam keadaan dorman,
tumbuhan terlihat seperti mati, tetapi setelah kondisi lingkungan menguntungkan, ia akan
tumbuh lagi dan mucul tunas-tunas baru. Contohnya adalah pohon jati yang meranggas pada
musim kemarau.
6. Asam jasmonat
7. Steroid (brasinosteroid)
8. Salisilat

9. Poliamina.
10. Asam traumalin
11. Kalin
2.5 Pengaruh Hormon pada Tumbuhan
Sinyal kimia interseluler untuk pertama kali ditemukan pada tumbuhan. Konsentrasi yang
sangat rendah dari senyawa kimia tertentu yang diproduksi oleh tanaman dapat memacu atau
menghambat pertumbuhan atau diferensiasi pada berbagai macam sel-sel tumbuhan dan dapat
mengendalikan perkembangan bagian-bagian yang berbeda pada tumbuhan.Dengan
menganalogikan senyawa kimia yang terdapat pada hewan yang disekresi oleh kelenjar ke
aliran darah yang dapat mempengaruhi perkembangan bagian-bagian yang berbeda pada
tubuh, sinyal kimia pada tumbuhan disebut hormon pertumbuhan. Namun, beberapa ilmuwan
memberikan definisi yang lebih terperinci terhadap istilah hormon yaitu senyawa kimia yang
disekresi oleh suatu organ atau jaringan yang dapat mempengaruhi organ atau jaringan lain
dengan cara khusus. Berbeda dengan yang diproduksi oleh hewan senyawa kimia pada
tumbuhan sering mempengaruhi sel-sel yang juga penghasil senyawa tersebut disamping
mempengaruhi sel lainnya, sehingga senyawa-senyawa tersebut disebut dengan zat pengatur
tumbuh untuk membedakannya dengan hormon yang diangkut secara sistemik atau sinyal jarak
jauh.

a. Hormon Sitokinin
Hormon Sitokinin berfungsi mempengaruhi pertumbuhan dan diferensiasi akar,
mendorong pembelahan sel dan pertumbuh-an secara umum, mendorong perkecambahan,
dan menunda penuaan. Cara kerja hormon Sitokinin yaitu dapat meningkatkan pembelahan,
pertumbuhan dan perkembangan kultur sel tanaman. Sitokinin juga dapat menunda penuaan
daun, bungan, dan buah dgn cara mengontrol dgn baik proses kemunduran yg menyebabkan
kematian sel-sel tanaman. Hormon Sitokinin diproduksi pada akar. Sitokinin sering juga
dengan kinin, merupakan nama generik untuk substansi pertumbuhan yang khususnya
merangsang pembelahan sel(sitokinesis) (Gardner, dkk., 1991). Selanjutnya dijelaskan kinin
disintesis dalam akar muda, biji dan buah yang belum masak dan jaringan pemberi makan
(misalnya endosperm cair). Buah jagung, pisang, apel, air kelapa muda dan santan kelapa
yang belum tua merupakan sumber kinin yang kaya.
Kinin terbentuk dengan cara fiksasi suatu rantai beratom C 5, ke suatu molekul
adenin. Rantai beratom C 5 dianggap berasal dari isoprena. Basa purin merupakan
penyusun kimia yang umum pada kinin alami maupun kinin sintetik (Millers, 1955 dalam
Wilkins, 1989). Biosintesis sitokinin dengan bahan dasar mevalonic acid. Sebenarnya sudah
sejak tahun 1892 ahli fisologi I. Wiesner, menyatakan bahwa aktivitas pembelahan sel
membutuhkan zat yang spesifik dan adanya keseimbangan antara faktor-faktor endogenous.
Secara pasti baru tahun 1955 sitokinin ditemukan oleh C.O. Miller, Falke Skoog, M.H. Von
Slastea dan F.M. Strong dinyatakan sebagai isolasi zat yang disebut kinetin dari DNA yang
diautoklap, sangat aktif sebagai promotor mitosis dan pembelahan sel kalus (Moree,
1979).
Selanjutnya dijelaskan bahwa kata sitokinin berasal dari pengertian cytokinesis yang
berarti pembelahan sel. Sitokinin alami ditemukan oleh D.S. Lethan dan C.O. Miller tahun
1963 diisolasi dalam bentuk kristal dari biji jagung yang belum matang disebut zeatin.

Sitokini alami terjadi dari derivat isopentenyl adenine. Sitokinin sintetik yang paling umum
dimanfaatkan di bidang pertanian seperti BA, kinetin dan PBA. Kinin menimbulkan kisaran
respons yang luas, tetapi kinin bertindak secara sinergis dengan auxin dan juga hormon lain.
Sebagian besar tumbuhan memiliki pola pertumbuhan yang kompleks yaitu tunas
lateralnya tumbuh bersamaan dengan tunas terminalnya. Pola pertumbuhan ini merupakan hasil
interaksi antara auksin dan sitokinin dengan perbandingan tertentu. Sitokinin diproduksi dari akar
dan diangkut ke tajuk, sedangkan auksin dihasilkan di kuncup terminal kemudian diangkut ke
bagian bawah tumbuhan. Auksin cenderung menghambat aktivitas meristem lateral yang
letaknya berdekatan dengan meristem apikal sehingga membatasi pembentukan tunas-tunas
cabang dan fenomena ini disebut dominasi apikal. Kuncup aksilar yang terdapat di bagian
bawah tajuk (daerah yang berdekatan dengan akar) biasanya akan tumbuh memanjang
dibandingkan dengan tunas aksilar yang terdapat dekat dengan kuncup terminal. Hal ini
menunjukkan ratio sitokinin terhadap auksin yang lebih tinggi pada bagian bawah tumbuhan.
Interaksi antagonis antara auksin dan sitokinin juga merupakan salah satu cara
tumbuhan dalam mengatur derajat pertumbuhan akar dan tunas, misalnya jumlah akar yang
banyak akan menghasilkan sitokinin dalam jumlah banyak. Peningkatan konsentrasi sitokinin ini
akan menyebabkan sistem tunas membentuk cabang dalam jumlah yang lebih banyak. Interaksi
antagonis ini umumnya juga terjadi di antara ZPT tumbuhan lainnya.

b. Hormon Auksin
Auksin adalah zat yang di temukan pada ujung batang, akar, pembentukan bunga
yang berfungsi untuk sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di
daerah belakang meristem ujung. Hormon auksin adalah hormon pertumbuhan pada semua
jenis tanaman.nama lain dari hormon ini adalah IAA atau asam indol asetat. Letak dari
hormon auksin ini terletak pada ujung batang dan ujung akar.
Fungsi dari hormon auksin ini dalah membantu dalam proses mempercepat
pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang, mempercepat
perkecambahan, membantu dalam proses pembelahan sel, mempercepat pemasakan buah,
mengurangi jumlah biji dalam buah. kerja hormon auksin ini sinergis dengan hormon
sitokinin dan hormon giberelin.tumbuhan yang pada salah satu sisinya disinari oleh matahari
maka pertumbuhannya akan lambat karena kerja auksin dihambat oleh matahari tetapi sisi
tumbuhan yang tidak disinari oleh cahaya matahari pertumbuhannya sangat cepat karena
kerja auksin tidak dihambat.sehingga hal ini akan menyebabkan ujung tanaman tersebut
cenderung mengikuti arah sinar matahari atau yang disebut dengan fototropisme.
Untuk membedakan tanaman yang memiliki hormon yang banyak atau sedikit kita
harus mengetahui bentuk anatomi dan fisiologi pada tanaman sehingga kita lebih mudah
untuk mengetahuinya. sedangkan untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang terang dan
gelap diantaranya untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang gelap pertumbuhan
tanamannya sangat cepat selain itu tekstur dari batangnya sangat lemah dan cenderung
warnanya pucat kekuningan.hal ini disebabkan karena kerja hormon auksin tidak dihambat
oleh sinar matahari. sedangkan untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang terang tingkat
pertumbuhannya sedikit lebih lambat dibandingkan dengan tanaman yang diletakkan

ditempat gelap,tetapi tekstur batangnya sangat kuat dan juga warnanya segar kehijauan, hal
ini disebabkan karena kerja hormon auksin dihambat oleh sinar matahari.
Cara kerja hormon Auksin adalah menginisiasi pemanjangan sel dan juga memacu
protein tertentu yg ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H+ ke dinding
sel. Ion H+ mengaktifkan enzim ter-tentu sehingga memutuskan beberapa ikatan silang
hidrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel tumbuhan kemudian memanjang
akibat air yg masuk secara osmosis.
Auksin merupakan salah satu hormon tanaman yang dapat meregulasi banyak proses
fisiologi, seperti pertumbuhan, pembelahan dan diferensiasi sel serta sintesa protein. Auksin
diproduksi dalam jaringan meristimatik yang aktif (yaitu tunas , daun muda dan buah)
(Gardner, dkk., 1991). Kemudian auxin menyebar luas dalam seluruh tubuh tanaman,
penyebarluasannya dengan arah dari atas ke bawah hingga titik tumbuh akar, melalui jaringan
pembuluh tapis (floom) atau jaringan parenkhim (Rismunandar, 1988).
Auksin atau dikenal juga dengan IAA = Asam Indolasetat (yaitu sebagai auxin utama
pada tanaman), dibiosintesis dari asam amino prekursor triptopan, dengan hasil perantara
sejumlah substansi yang secara alami mirip auxin (analog) tetapi mempunyai aktifitas lebih
kecil dari IAA seperti IAN = Indolaseto nitril,TpyA = Asam Indolpiruvat dan IAAld =
Indolasetatdehid. Proses biosintesis auxin dibantu oleh enzim IAA-oksidase (Gardner, dkk.,
1991).
Auksin pertama kali diisolasi pada tahun 1928 dari biji-bijian dan tepung sari bunga
yang tidak aktif, dari hasil isolasi didapatkan rumus kimia auksin (IAA = Asam Indolasetat)
atau C10H9O2N. Setelah ditemukan rumus kimia auksin, maka terbuka jalan untuk
menciptakan jenis auksin sintetis seperti Hidrazil atau 2, 4 - D (asam -Nattalenasetat), Bonvel
Da2, 4 - Diklorofenolsiasetat), NAA (asam (asam 3, 6 - Dikloro - O - anisat/dikambo),
Amiben atau Kloramben (Asam 3 - amino 2, 5 diklorobenzoat) dan Pikloram/Tordon (asam
4 amino 3, 5, 6 trikloro pikonat).
Auksin sintetis ini sudah digunakan secara luas dan komersil di bidang pertanian,
dimana batang, pucuk dan akar tumbuh-tumbuhan memperlihatkan respon terhadap auksin,
yaitu peningkatan laju pertumbuhan terjadi pada konsentrasi yang optimal dan penurunan
pertumbuhan terjadi pada konstrasi yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Setelah
pemanjangan ini, sel terus tumbuh dengan mensintesis kembali material dinding sel dan
sitoplasma. Selain memacu peman-jangan sel, hormon Auksin yg di kombinasikan dengan
Giberelin dapat memacu pertumbuhan jaringan pembuluh dan mendorong pembelahan sel
pada kambium pembuluh sehingga mendukung pertumbuhan diameter batang.
c. Asam absisat (ABA)
Musim dingin atau masa kering merupakan waktu dimana tanaman beradaptasi menjadi
dorman (penundaan pertumbuhan). Pada saat itu, ABA yang dihasilkan oleh kuncup
menghambat pembelahan sel pada jaringan meristem apikal dan pada kambium pembuluh
sehingga menunda pertumbuhan primer maupun sekunder. ABA juga memberi sinyal pada
kuncup untuk membentuk sisik yang akan melindungi kuncup dari kondisi lingkungan yang tidak

menguntungkan. Dinamai dengan asam absisat karena diketahui bahwa ZPT ini menyebabkan
absisi/rontoknya daun tumbuhan pada musim gugur. Nama tersebut telah popular walaupun
para peneliti tidak pernah membuktikan kalau ABA terlibat dalam gugurnya daun.
Pada kehidupan suatu tumbuhan, merupakan hal yang menguntungkan untuk
menunda/menghentikan pertumbuhan sementara. Dormansi biji sangat penting terutama bagi
tumbuhan setahun di daerah gurun atau daerah semiarid, karena proses perkecambahan
dengan suplai air terbatas akan mengakibatkan kematian. Sejumlah faktor lingkungan diketahui
mempengaruhi dormansi biji, tetapi pada banyak tanaman ABA tampaknya bertindak sebagai
penghambat utama perkecambahan. Biji-biji tanaman setahun tetap dorman di dalam tanah
sampai air hujan mencuci ABA keluar dari biji. Sebagai contoh, tanaman dune primroses (bunga
putih) dan tanaman matahari (bunga kuning) di gurun Anza Borrego (California), biji-bijinya
akan berkecambah setelah hujan deras .
Sebagamana telah dibahas di

atas

bahwa

giberelin

juga

berperan

dalam

perkecambahan biji. Pada banyak tumbuhan, rasio ABA terhadap giberelin menentukan apakah
biji akan tetap dorman atau berkecambah. Hal yang sama juga terdapat pada kasus dormansi
kuncup yang pertumbuhannya dikontrol oleh keseimbangan konsentrasi antar ZPT. Sebagai
contoh pada pertumbuhan kuncup dorman tanaman apel, walaupun konsentrasi ABA pada
kenyataannya lebih tinggi, tetapi gibberellin dengan konsentrasi yang tinggi pada kuncup yang
sedang tumbuh menunjukkan pengaruh yang sangat kuat pada penghambatan pertumbuhan
tunas dorman.
Selain perannya pada dormansi, ABA berperan juga sebagai stress plant growth hormon yang
membantu tanaman tersebut menghadapi kondisi yang tidak menguntungkan, misalnya pada
saat tumbuhan mengalami dehidrasi, ABA diakumulasikan di daun dan menyebabkan stomata
menutup. Hal ini walaupun mengurangi laju fotosintesis, tumbuhan akan terselamatkan dari
kehilangan air lebih banyak melalui proses transpirasi.
d. Giberelin
Gambar 5 menunjukkan 2 kelompok tanaman padi yang sedang tumbuh. Kelompok di
sebelah kiri adalah tanaman padi dengan pertumbuhan normal; sedangkan tanaman di sebelah
kiri adalah tanaman padi dengan tinggi tanaman yang lebih besar tetapi memiliki daun yang
berwarna kuning. Tanaman padi ini telah terinfeksi oleh cendawan Gibberella fujikuroi. Bibit padi
yang telah terinfeksi akan rebah dan mati sebelum sempat menjadi dewasa dan berbunga.
Selama berabad-abad petani padi di Asia mengalami kerugian akibat kerusakan yang
ditimbulkan oleh cendawan ini. Di Jepang, pola pertumbuhan yang menyimpang ini disebut juga
dengan bakanae atau foolish seedling disease atau penyakit rebah anakan/kecambah .
Pada tahun 1926, ilmuwan Jepang (Eiichi Kurosawa) menemukan bahwa cendawan
Gibberella fujikuroi mengeluarkan senyawa kimia yang menjadi penyebab penyakit tersebut.
Senyawa kimia tersebut dinamakan Giberelin. Belakangan ini, para peneliti menemukan bahwa
giberelin dihasilkan secara alami oleh tanaman yang memiliki fungsi sebagai ZPT. Penyakit
rebah kecambah ini akan muncul pada saat tanaman padi terinfeksi oleh cendawan Gibberella
fujikuroi yang menghasilkan senyawa giberelin dalam jumlah berlebihan.
Pada saat ini dilaporkan terdapat lebih dari 110 macam senyawa giberelin yang biasanya
disingkat sebagai GA. Setiap GA dikenali dengan angka yang terdapat padanya, misalnya GA6 .
Giberelin dapat diperoleh dari biji yang belum dewasa (terutama pada tumbuhan dikotil), ujung
akar dan tunas , daun muda dan cendawan. Sebagian besar GA yang diproduksi oleh tumbuhan

adalah dalam bentuk inaktif, tampaknya memerlukan prekursor untuk menjadi bentuk aktif. Pada
spesies tumbuhan dijumpai kurang lebih 15 macam GA. Disamping terdapat pada tumbuhan
ditemukan juga pada alga, lumut dan paku, tetapi tidak pernah dijumpai pada bakteri. GA
ditransportasikan melalui xilem dan floem, tidak seperti auksin pergerakannya bersifat tidak
polar.
Asetil koA, yang berperan penting pada proses respirasi berfungsi sebagai prekursor
pada sintesis GA. Kemampuannya untuk meningkatkan pertumbuhan pada tanaman lebih kuat
dibandingkan dengan pengaruh yang ditimbulkan oleh auksin apabila diberikan secara tunggal.
Namun demikian auksin dalam jumlah yang sangat sedikit tetap dibutuhkan agar GA dapat
memberikan efek yang maksimal. Sebagian besar tumbuhan dikotil dan sebagian kecil
tumbuhan monokotil akan tumbuh cepat jika diberi GA, tetapi tidak demikian halnya pada
tumbuhan konifer misalnya pinus. Jika GA diberikan pada tanaman kubis tinggi tanamannya bisa
mencapai 2 m. Banyak tanaman yang secara genetik kerdil akan tumbuh normal setelah diberi
GA.
Efek giberelin tidak hanya mendorong perpanjangan batang, tetapi juga terlibat dalam
proses regulasi perkembangan tumbuhan seperti halnya auksin (Gambar 4). Pada beberapa
tanaman pemberian GA bisa memacu pembungaan dan mematahkan dormansi tunas-tunas
serta biji. Disintesis pada ujung batang dan akar, giberelin menghasilkan pengaruh yang cukup
luas. Salah satu efek utamanya adalah mendorong pemanjangan batang dan daun. Pengaruh
GA umumnya meningkatkan kerja auksin, walaupun mekanisme interaksi kedua ZPT tersebut
belum diketahui secara pasti. Demikian juga jika dikombinasikan dengan auksin, giberelin akan
mempengaruhi perkembangan buah misalnya menyebabkan tanaman apel, anggur, dan terong
menghasilkan buah walaupun tanpa fertilisasi. Diketahui giberelin digunakan secara luas untuk
menghasilkan buah anggur tanpa biji pada varietas Thompson. Giberelin juga menyebabkan
ukuran buah anggur lebih besar dengan jarak antar buah yang lebih renggang di dalam satu
gerombol
Giberelin juga berperan penting dalam perkecambahan biji pada banyak tanaman. Bijibiji yang membutuhkan kondisi lingkungan khusus untuk berkecambah seperti suhu rendah akan
segera berkecambah apabila disemprot dengan giberelin. Diduga giberelin yang terdapat di
dalam biji merupakan penghubung antara isyarat lingkungan dan proses metabolik yang
menyebabkan pertumbuhan embrio. Sebagai contoh, air yang tersedia dalam jumlah cukup akan
menyebabkan embrio pada biji rumput-rumputan mengeluarkan giberelin yang mendorong
perkecambahan dengan memanfaatkan cadangan makanan yang terdapat di dalam biji. Pada
beberapa tanaman, giberelin menunjukkan interaksi antagonis dengan ZPT lainnya misalnya
dengan asam absisat yang menyebabkan dormansi biji.

2.6 Faktor - Faktor Hormon pada Tumbuhan


a. Faktor Regulasi
Faktor regulasi adalah senyawa kimia yang mengontrol produksi sejumlah hormon
yang memiliki fungsi penting bagi tubuh.Senyawa tersebut dikirim ke lobus anterior kelenjar
pituitari oleh hipotalamus.Terdapat 2 faktor regulasi, yaitu faktor pelepas (releasing factor)
yang menyebabkan kelenjar pituitari mensekresikan hormon tertentu dan faktor penghambat
(inhibiting factor) yang dapat menghentikan sekresi hormon tersebut. Sebagai contoh adalah
FSHRF (faktor pelepas FSH) dan LHRF (faktor pelepas LH) yang menyebabkan
dilepaskannya hormon FSH dan LH.

b. Hormon Antagonistik
Hormon antagonistik merupakan hormon yang menyebabkan efek yang berlawanan,
contohnya glukagon dan insulin. Saat kadar gula darah sangat turun,pankreas akan
memproduksi glukagon untuk meningkatkannya lagi. Kadar glukosa yang tinggi
menyebabkan pankreas memproduksi insulin untuk menurunkan kadarglukosa tersebut.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang telah dibuat, hormone pada tumbuhan terdiri dari beberapa
hormon dan fungsi yang berbeda-beda. Hormon dapatmempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan pada tanaman.
4.2. Saran
Beberapa saran yang dapat penulis berikan, antara lain agar makalah ini dapat
menjadi sumber referensi dan ini dapat bermanfaat bagi yang membaca. Jika terdapat
kesalahan dalam penulisannya diharapkan dapat memperbaikinya untuk lebih baik
kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Gardner, F. P., R. B. Pearce, dan R. L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia
Press. Jakarta.
Goldsworthy, P. R. dan N. M. Fisher. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropika. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarata. Goldsworthy, P. R. dan N. M. Fisher. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropika. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarata.

Heddy, S. 1996. Hormon Tumbuhan. Grapindo Persada. Jakarta.


Irwanto. 2001. Pengaruh Hormon IBA (Indole Butyric Acid) Terhadap Persen Jadi Stek Pucuk Meranti
Putih (Shorea montigena). Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Pattimura. Ambon.

Kartikawati, N. K. dan H. A. Adinugraha. 2003. Teknik Persemaian dan Informasi Benih Sukun. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta.
Koswara,
dan
Sutrisno.
2006.
Sukun
Sebagai
Cadangan
Pangan
Alternatif. http://www.ebookpangan.com [14 Agustus 2009].
Salisbury, F. B. dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. ITB. Bandung.
Siregar, A. S. 2009. Inventarisasi Tanaman Sukun (Arthocarpus communis) pada Berbagai Ketinggian di
Sumatera Utara. Skripsi. Departemen Kehutanan Universitas Sumatera Utara. Medan. Sitompul,
S. M., dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada Universitas Press.
Yogyakarta.

ACARA PRAKTIKUM X
PENGARUH AUKSIN TERHADAP PEMBENTUKAN AKAR
I. PENDAHULUAN
Hormon tumbuhan atau phytohormon adalah zat pengatur yang dihasilkan oleh tumbuhan
yang dalam konsentrasi rendah mengatur proses-proses fisiologis dalam tubuh tumbuhan.
Sedangkan zat pengatur tumbuh merupakan senyawa-senyawa organik selain nutrisi, baik
yang dihasilkan sendiri dalam tumbuhan maupun senyawa-senyawa kimia sintetik yang
dalam jumlah kecil memascu, menghambat atau sebaliknya merubah beberapa proses
fisiologi dalam tumbuhan.
Dalam fisiologi tumbuhan dikenal ada lima zat pengatur tumbuh yaitu : auksin, gibberellin,
cytokinin, ethylene dan abscisic acid. Pada suatu jaringan tumbuhan mungkin akan berisi
lebih dari satu macam zat pengatur tumbuh dalam mengendalikan pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan. Pengaruh suatu zat pengatur tumbuh dalam tumbuhan dapat terjadi
secara individu maupun berinteraksi bersama-sama dengan zat pengatur tumbuh yang lain,
baik pengaruh yang bersifat sinergik maupun pengaruh antagonistic.
Auksin merupakan zat pengatur tumbuh yang banyak dihasilkan di jaringan-jaringan yang
masih giat membelah, seperti bagian pucuk tumbuhan. Peranan auksin antara lain dalam
pembelahan dan pembesaran sel serta diferensiasi sel. IAA, IBA merupakan suatu contoh
jenis auksin yang dapat dihasilkan di luar tubuh tumbuhan itu sendiri. Perlakuan auksin pada
stek batang tumbuhan diketahui dapat mempercepat, memperbanyak atau meningkatkan
proses pembentukan akar pada stek tersebut. besarnya pengaruh auksin pada pembentukan
akar stek ini dipengaruhi oleh konsentrasi auksin yang diberikan maupun media yang
digunakan yaitu pasta lanolin atau talk.
Tujuan praktikum pengaruh auksin terhadap pembentukan akar diharapkan mahasiswa dapat :
a. Mengenal adanya hormon atau zat pengatur tumbuh.
b. Dapat mengetaui dan mempelajari peranan zat pengatur tumbuh auksin pada pembentukan
akar.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Faktor pertumbuhan adalah bahan yang dibutuhkan oleh sel untuk mempertahankan
kelangsungan hidup dirinya tetapi sel tidak dapat memproduksi diri sendiri (Suwasono,
1986). Ditinjau dari asal senyawa itu faktor pertumbuhan dapat dibedakan menjadi 2, yakni :

1. Pengatur tumbuh (growth regulator), yakni senyawa-senyawa yang datang dari luar
tumbuhan.
2. Hormon, yakni jika senyawa itu dihasilkan dari tubuh tumbuhan.
Hormon tumbuhan terdiri dari tiga grup senyawa, yakni auksin, giberelin, dan kinin. Hormon
merupakan senyawa organik yang bekerja aktif dalam jumlah yang sedikit sekali,
ditransformasikan ke dalam tubuh tumbuhan dan mempengaruhi pertumbuhan dan prosesproses fisiologis lainnya. Auksin adalah salah satu bentuk hormon yang paling banyak diteliti.
Terutama berpengaruh terhadap pertumbuhan dengan merangsang perbesaran sel. (Sutarmi,
1985). F.W.Went, berhasil menemukan adanya zat yang dihasilkan oleh ujung tumbuhan dan
yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan. Zat itu disebut zat penumbuh atau auksin.
Auksin berfungsi dalam pengembangan sel sel yang ada di daerah belakang meristem. Sel
sel tersebut menjadi panjang panjang dan banyak berisi air. Ternyata auksin mempengaruhi
pengembangan dinding sel, di mana mengakibatkan berkurangnya tekanan dinding sel
terhadap protoplas. Maka, karena tekanan dinding sel berkurang, protoplas mendapat
kesempatan untuk meresap air dari sel sel yang ada di bawahnya., karena sel sel yang ada
di dekat titik tumbuh mempunyai nilai osmosis yang tinggi. Dengan demikiankita peroleh sel
yang panjang dengan vakuola yang besar di daerah belakang titik tumbuh.
Pada tanaman yang dibiakkan dengan stek, stek yang akan ditanam harus mempunyai tunas
agar dapat menghasilkan akar. Sehingga harus ada sesuatu yang dihasilkan oleh tunas dan
yang diedarkan ke daerah bawahnya, yaitu ke dasar pemotongan stek tersebut. Zat itu disebut
juga auksin, atau ada yang menyebutnya rizokalin. Ternyata AIA dan beberapa zat lain yang
dibuat di luar tubuh tanaman dapat menggantikan rizokalin tersebut.
Menurut Thimann dan Went (1928), sekalipun suatu stek itu tidak mempunyai tunas pada
ujungnya, namun pembentukan akar dapat juga terjadi, asal diberikan AIA atau zat penumbuh
yang lain. Auksin sangat berpengaruh terhadap :
1. pembentukan akar
2. pembentukan tunas
3. pembentukan buah
4. gugurnya daun buah
5. sebagai herbisida
III. MATERI PRAKTIKUM
A. BAHAN
Bahan yang digunakan antara lain :
- Stek pucuk jeruk.
- Aquades.
- Roton F.
- Tanah.
- Air.

B. ALAT
Alat- alat yang digunakan diantaranya :
- Pisau.
- Timbangan.

- Karet gelang.
- Polybag berisi pasir.
- Pelastik.
IV. PROSEDUR KERJA
a. Stek pucuk tanaman jeruk nipis disiapkan dengan menyisakan 3-4 bagian daun, gunting
sepertiga daun-daun tadi untuk mengurangi penguapan.
b. Bagian ujung stek diolesi dengan auksin yang telah dicampur roton F tadi secara merata,
kemudian stek siap untuk ditanam. Proses ini dilakukan dengan lima kali ulangan.
c. Stek di tanam ke dalam polybag yang berisi pasir, kemudian ditempatkan dalam sungkup
plastic yang terjaga kelembabannya.
d. Pengamatan dilakukan terhadap kecepatan munculnya tunas baru, banyaknya daun baru
yang muncul setelah tiga minggu, banyaknya akar yang tumbuh setelah tiga minggu, panjang
akar yang terbentuk.
V. HASIL PENGAMATAN dan ANALISIS DATA
Tabel Pengamatan Pertumbuhan Stek
Grup Perlakuan Ulangan Kecepatan Tumbuh Tunas (hari) Jumlah Daun Baru Jumlah Akar
Panjang Akar (cm)
D-3 Kontrol Muda 20 3 3 1-2
Sedang 20 1 2 1-2
Tua 20 2 2 1-3
Auksin Muda 15 4 5 2-3
Sedang 18 2 3 1-3
Tua 17 1 2 1-2
D-4 Kontrol Muda 19 2 3 1-2
Sedang 20 2 1-2
Tua 17 2 0
Auksin Muda 16 2 4 2-3
Sedang 18 2 0
Tua 19 2 1.2
D-5 Kontrol Muda 17 1 3 1.2
Sedang 20 6 1.2
Tua 19 0
Auksin Muda 15 1 9 2-4
Sedang 11 2 3 1-3
Tua 15 1 0
VI. PEMBAHASAN
Hormon berasal dari bahasa Yunani; hormaein yang berarti menggiatkan. Hormon merupakan
senyawa organik yang bekerja aktif dalam jumlah yang sedikit sekali, ditransportasikan ke
seluruh tubuh tumbuhan dan mempengaruhi pertumbuhan atau proses-proses fisiologis
lainnya. Sedangkan fitohormon ialah sekumpulan zat-zat yang membantu pertumbuhan, biasa
disebut zat penumbuh atau hormon pertumbuhan.
Auksin atau asam indole-3-asetat (Indole-3-Acetic Acid = IAA) adalah auksin asli tumbuhan.
Auksin terdapat dalam jaringan dalam konsentrasi yang sangat rendah, dengan asam amino

triptofan merupakan prekursor utamanya. Hormon ini berpengaruh terhadap pertumbuhan


dengan merangsang pembesaran sel. Dalam merangsang pembelahan sel dan perubahanperubahan lainnya, auksin bekerjasama dengan hormon lain. Seorang ilmuwan bernama Went
mendapatkan auksin pada ujung koleoptil kecambah sejenis gandum Avena sativa, kemudian
diketahui bahwa ujung-ujung spesies lain juga mempunyai zat yang fungsinya sama dengan
auksin tersebut; zat tersebut lalu diberi nama auksin-b. Auksin-b ini tidak mempengaruhi
pertumbuhan spesies lain. Auksin-a (C18H32O5) mempengaruhi pertumbuhan Avena dan
spesies lain.
Urine manusia maupun hewan juga mengandung auksin, yaitu auksin-a, auksin-b, dan suatu
zat yang disebut hetero-auksin; hetero-auksin adalah asam indol-asetat atau AIA. AIA berasal
dari asam amino triptofan; dengan pertolongan berbagai enzim, triptofan menjadi AIA dengan
melalui zat antara indol-asetaldehid. Indol-asetaldehida berasal dari asam indolpiruvat atau
dari triptamin, dan kedua zat tersebut berasal dari triptofan. Pembentukan triptofan
memerlukan Zn. Oleh karena itu, tanaman yang kekurangan unsure Zn tidak dapat
membentuk triptofan, sehingga pembentukan auksin menjadi terhalang.
Ujung-ujung koleoptil maupun ujung-ujung tunas mempunyai enzim yang diperlukan untuk
pengubahan triptofan menjadi AIA, sehingga auksin banyak disusun di jaringan-jaringan
meristem di dalam ujung-ujung tanaman seperti tunas, kuncup bunga, pucuk daun, dan ujung
akar. Fungsi auksin yang utama adalah menambah kegiatan pembelahan sel di jaringan
meristem, selain itu juga sebagai pengembangan sel-sel yang ada di daerah belakang
meristem, sehingga sel-sel tersebut menjadi panjang dan berisi air. Auksin mempengaruhi
pengembangan dinding sel, sehingga mengakibatkan berkurangnya tekanan dinding sel
terhadap protoplasma. Akibat tekanan dinding sel berkurang, protoplasma mendapat
kesempatan untuk meresap air dari sel-sel yang ada di bawahnya karena sel-sel yang terdekat
pada titik tumbuh mempunyai nilai osmosis yang tinggi. Dengan demikian diperoleh sel-sel
yang panjang dengan vakuola yang besar di daerah belakang titik tumbuh.
Dari hasil praktikum dapat dilihat bahwa rata-rata kecepatan tumbuh tunas, jumlah daun baru,
dan jumlah akar baru pada tanaman stek dengan pengaruh auksin lebih besar dibandingkan
dengan kontrol. Pertambahan panjang akar rata-rata 1-3 cm pada kontrol, sedangkan pada
pemberian auksin panjang akar sekitar 2-3 cm. pemberian auksin dapat mempercepat
pertumbuhan tunas dari tanaman yang di stek. Tingkat hasil pengamatan dari masing-masing
kelompok (D-3, D-4, D-5) hampir sama, bahwasannya menunjukan keadaan pengaruh dari
pemberian auksin sangat berarti terhadap kecepatan tumbuh tunas, jumlah daun baru, jumlah
akar dan panjang akar. Pada perlakuan tanaman stek pucuk ini dilakukan pengguntingan daun
kurang lebih sekitar sepertiga dari bagian daun tadi. Hal ini bertujuan untuk mengurangi
jumlah penguapan daun.
Pada hasil praktikum dapat diketahui bahwa di bawah kontrol auksin terjadi pembentukan
akar-akar lateral di atas akar utama. Pemrosesan akar-akar tanaman dengan auksin biasanya
akan memulai sekumpulan akar lateral, tetapi pemrosesan kedua tidak dapat menambah
kelompok tambahan. Hal ini menyatakan bahwa sebuah faktor selain auksin sangat
diperlukan. Karena ujung akar yang tumbuh dengan kontinue, setelah pemrosesan dengan
auksin menghasilkan akar lateral lagi dengan lambat dan mantap. Faktor pembatas itu
mungkin dibentuk dalam ujung akar atau kotiledon. Di dalam segmen-segmen akar yang
dipisahkan beberapa vitamin meningkatkan pembentukan akar lateral. Hal ini merupakan
sebuah proses dimana auksin dan faktor internal lainnya berinteraksi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja auksin dalam sel adalah:
a. cahaya
Sinar dapat merusak auksin dan dapat menyebabkan pemindahan auksin ke jurusan yang
menjauhi sinar. Sinar nila merusak auksin atau mencegah terjadinya auksin. Ada dua macam
pigmen yang suka meresap sinar nila, yaitu betakarotin dan riboflavin. Riboflavin terdapat di

dalam ujung-ujung batang, dan meskipun tanpa betakarotin pengaruh fototropisme tetap ada,
sehingga riboflavin merupakan pigmen yang meresap sinar nila yang dapat merusak enzimenzim yang membantu pembentukan AIA dan triptofan.
b. gaya berat
Peredaran auksin adalah dari puncak menuju ke dasar (bagian akar). Sisi bawah dari ujung
batang menerima lebih banyak auksin daripada sisi sebelah atas sebagai akibat dari pengaruh
gaya berat.
c. kadar auksin
kadar auksin yang tinggi akan menggiatkan pengembangan sel-sel batang, akan tetapi
menghambat pertumbuhan sel-sel akar.
VII. KESIMPULAN
1. Hormon merupakan senyawa organik yang bekerja aktif dalam jumlah yang sedikit sekali,
ditransportasikan ke seluruh tubuh tumbuhan dan mempengaruhi pertumbuhan atau prosesproses fisiologis.
2. Auksin terdapat dalam jaringan dan berpengaruh terhadap pertumbuhan dengan
merangsang pembesaran sel.
3. Pada tanaman stek auksin berpengaruh terhadap kecepatan tumbuh tunas, jumlah daun
baru, jumlah akar, dan pajang akar.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja auksin dalam sel adalah cahaya, gaya berat, dan
kadar auksin.

DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia: Jakarta.
Darmawan, Januar. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Suryandaru: Semarang.
Kimball, J.W. 1991. Biologi Jilid I. Erlangga: Jakarta
Tjitrosoepomo, G. 1985. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta
Tjitrosomo, Siti Sutarmi. 1985. Botani Umum 2. Angkasa: Bandung.
Category: LAPORAN KULIAH PERTANIAN
Selasa, 18 Januari 2011 at 01.58

FITOHORMON "PENGENALAN ZAT PENGATUR TUMBUH


TANAMAN"
http://www.fagesla7@gmail.com

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Tanaman memerlukan nutrisi sebagai bahan makanan untuk proses


pertumbuhan yang berkelanjutan. Pertumbuhan tanaman menunjukkan
pertambahan ukuran dan berat kering yang tidak dapat kembali yang
mencerminkan pertambahan dari protoplasma. Dengan melakukan praktikum
lapangan, diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep pertumbuhan dan
perkembangan tanaman dan membandingkan dengan materi yang sudah
didapat dari perkuliahan.

Pengamatan praktikum menggunakan tanaman Jagung (Zea mays),


diketahui pertumbuhan tanaman jagung diukur dengan pengukuran tinggi
tanaman dan morfologi tanaman. Sedangkan untuk mengetahui pola
perkembangannya menggunakan akumulasi bahan kering, dihitung mulai dari
minggu pertama sampai minggu ke tiga. Akumulasi bahan kering mencerminkan
bagaimana kondisi tanaman pada tempat yang gelap . (Prawirohartono S. 2005)

2.1

Tujuan Praktikum

Mengetahui dan mengenal hormon, fungsi, mekanisme kerja serta produksinya


dalam tubuh tumbuhan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Peranan zat pengatur tumbuh (ZPT) dalam pertumbuhan dan


perkembangan tumbuhan sebagai sinyal kimia interseluler untuk pertama
kali ditemukan pada tumbuhan. Konsentrasi yang sangat rendah dari
senyawa kimia tertentu yang diproduksi oleh tanaman dapat memacu

atau menghambat pertumbuhan atau diferensiasi pada berbagai macam


sel-sel tumbuhan dan dapat mengendalikan perkembangan bagian-bagian
yang berbeda pada tumbuhan. sinyal kimia pada tumbuhan disebut
hormon pertumbuhan. (Salisbury FB, Ross CW, 1992)
Reaksi gelap pada tumbuhan dapat terjadi melalui dua jalur, yaitu siklus CalvinBensondan siklus Hatch-Slack. Pada siklus Calvin-Benson tumbuhan mengubah senyawa ribulosa
1,5 bisfosfat menjadi senyawa dengan jumlah atom karbon tiga yaitu senyawa 3phosphogliserat.Oleh karena itulah tumbuhan yang menjalankan reaksi gelap melalui jalur ini
dinamakan tumbuhan C-3. Penambatan CO2 sebagai sumber karbon pada tumbuhan ini dibantu oleh
enzim rubisco. Tumbuhan yang reaksi gelapnya mengikuti jalur Hatch-Slack disebut tumbuhan C-4
karena senyawa yang terbentuk setelah penambatan CO 2 adalah oksaloasetat yang memiliki empat
atom karbon. Enzim yang berperan adalah phosphoenol pyruvate carboxilase. (Foyer, Christine H.
1989)

Siklus Calvin-Benson
Mekanisme siklus

Calvin-

Benson dimulai dengan fiksasi CO2 oleh ribulosa difosfat karboksilase (RuBP)
membentuk 3-fosfogliserat. RuBP merupakan enzimalosetrik yang distimulasi
oleh tiga jenis perubahan yang dihasilkan dari pencahayaankloroplas. Pertama,
reaksi dari enzim ini distimulasi oleh peningkatan pH. Jika kloroplas
diberi cahaya, ion H+ ditranspor dari stroma ke dalam tilakoid menghasilkan
peningkatan pH stroma yang menstimulasi enzim karboksilase, terletak
di permukaanluar membran tilakoid. Kedua, reaksi ini distimulasi oleh Mg 2+, yang
memasuki stroma daun sebagai ion H +, jika kloroplas diberi cahaya. Ketiga,
reaksi ini distimulasi oleh NADPH, yang dihasilkan oleh fotosistem I selama
pemberian cahaya.
Berikut ini adalah gambar siklus calvin
Benson.
(Anonim . 2011)

BAB III
METODOLOGI

3.1
1.1.1

Waktu dan Tempat


Waktu
Tanggal 22 Desember 2011 29 Desember 2011
Pukul 15.00 16.00 WIB (Jangka Waktu 7 Hari)

1.1.2

Tempat
Laboratorium Ekologi - Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIVERSITAS ISLAM MALANG.

3.2
3.2.1

Alat dan Bahan


Alat

Polibeg
Tanah
Penggaris
Alat tulis
Cawan petri
3.2.2

Bahan

Biji Jagung (Zea mays)


Air (Aquades)
3.2.3

Cara Kerja

Pertama merendam jagung dalam cawan petri yang bertujuan untuk melihat
yang bisa tumbuh atau tidak
Selanjutnya melakukan penanaman pada polibeg yang telah disediakan
setiap dengan tiga perlakuan.
a.

Perlakuan pertama 5 biji jagung

b.

Perlakuan kedua 5 biji jagung

c.

Perlakuan ketiga 5 biji jagung


Setiap lima hari sekali tanaman diamati sampai 15 hari dengan parameter

1.

Panjang tanaman

2.

Morfologi tanaman

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil Pengamatan

Tabel. Hasil pengamatan 5 hari pertama


Pengamat
an
Tanaman

Pengukuran Tanaman

P1

1
3

13

10

10

4,
5

10,1cm

Etiolasi &batang
putih

P2

1
0

12

12

10

4,
5

9,5cm

Etiolasi &batang
putih

P3

1
0

13

13

9,
5

10

11,5cm

Etiolasi &batang
putih

Panjang Tanaman

Ratarata

Tabel. Pengmatan hari Ke 10 (Sepuluh)


Pengamat
Pengukuran tanaman
an
Panjang tanaman
Rata Tanaman
rata
P1
29
cm
P2

24

Morfologi
Tanaman

Morfologi tanaman

30
cm

28
cm

28
cm

29
cm

28,8 cm

Ujung daun mati


bawahnya etiolasi dan
batang putih

31

28

29

29

28,2 cm

Ujung daun mati

P3

cm

cm

30
cm

23
cm

32

cm

cm

29
cm

20
cm

bawahnya etiolasi dan


batang putih
26,8 cm

Tabel. Hasil pengamatan hari kelima belas


Pengamat Pengukuran Tanaman
an
Panjang Tanaman
Rata
Tanaman
rata

4.2

Ujung daun mati


bawahnya etiolasi dan
batang putih

Morfologi Tanaman

P1

36

35

34

33

38

35,2 cm

Daun mati dan tanaman


layu

P2

32

35

34

37

33

34,2 cm

Daun mati dan tanaman


layu

P3

35

37

36

34

38

36,0 cm

Daun mati dan tanaman


layu

Pembahasan

Tanaman memiliki proses perkembangan dan pertumbuhan yang


merupakan hasil dari interaksi yang kompleks antara tiga faktor, meliputi
faktorintraseluler ( dari dalam sel), interseluler dan lingkungan. Bentuk dan
ukuran tumbuhan banyak ditentukan oleh faktor herediritas. Gen berpengaruh
pada setiap struktur tumbuhan dan juga terhadap perkembangannya. Faktor
hereditas
inilah
yang
merupakan
faktor intraseluler,
sedangkan
faktor interseluler adalah hormon. Ada beberapa macam hormon yang hampir
semuanya berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan, dan masingmasing mempunyai pengaruh yang berbeda antara satu dengan yang lain.
Selain hormon,lingkungan juga merupakan faktor penting yang berpengaruh
terhadap pertumbuahan dan perkembangan tanaman. misalnya kelembaban
udara, air tanah dan mineral, suhu udara, dan cahaya. Cahaya merupakan
sumber energi untuk fotosintesis. Dengan demikian cahaya memberikan
pengaruh langsung pada ketersedian makanan. Ketersediaan makanan akan
mempengaruhi penbelahan sel yang berpengaruh terhadap pertumbuhan. Daun
dan batang yang tumbuh ditempat gelap akan kelihatan kuning pucat atau
yang disebut etiolasi. Kekurangan klorofil akan menyebabkan pengurangan hasil
fotosintesis sehingga jaringan akan mati karena kekurangan makanan. Dengan
tidak adanya cahaya matahari menyebabkan batang tumbuh lebih panjang dan
cepat, lembek dan kurus, dan juga daun tumbuh tidak normal. Seperti halnya
pada percobaan yang telah kami laksanakan pada hari ke - 5 sampai hari ke -

15 menunjukkan bahwa batang mengalami pemanjangan yang lebih cepat hal ini
dipengaruhi oleh hormon auxin karena hormon auxin itu sendiri diketahui rentan
terhadap cahaya jadi hormon itu akan banyak terproduksi pada tanaman yang
berada pada tempat gelap.

BAB V
PENUTUP

5.1

Kesimpulan

Tumbuhan yang berada pada tempat gelap akan lebih cepat tinggi
(etiolasi) dari pada tumbuhan yang berada di tempat terang/bercahaya. Hal ini
dapat diketahui bahwa cahaya memperlambat / menghambat pertumbuhan
meninggi (primer).Keadaan tersebut terjadi karena cahaya dapat menguraikan
hormon auksin yang terkandung didalam tubuh tanaman menjadi terhambat
pertumbuhannya .
5.2

Saran
Pada saat pengukuran tumbuh tanaman sebaiknya menggunakan penggaris transparan agar
hasilnya terlihat dengan akurat.
Perlunya disiplin waktu pada saat pengamatan sampel.
Dalam pengamatan diperlukan kesabaran.
Pemantauan sampel harus sesuai dengan yang ditentukan.
Mintalah bantuan teman anda dalam proses pengukuran tumbuh tanaman.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.
2011. Discovery of Photosynthesis.http://www.ehow.com/about_5410325_di
scovery-photosynthesis.html.Diakses tanggal 28 Desember 2011 .

Anonim . 2011. Laju Fotosintesis Pada Berbagai Panjang Gelombang


Cahaya.http://web.ipb.ac.id/files/materi/prak_biologi/laju/fotosintesis/berbagai/p
anjang/gelombang/cahaya.pdf . Diakses Tanggal 28 Desember 2011
Foyer, Christine H. 1989. Photosynthesis. Chapman and Hall, New York.
Lehninger AL. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1. Erlangga, Jakarta.
Prawirohartono S. 2005. Sains Biologi. Bumi Aksara, Jakarta.
Salisbury FB, Ross CW. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Institut Teknologi
Bandung press, Bandung

Diposkan oleh muchtar ali assegaf di 08.11

Thursday, February 16, 2012

fitohormon aplikasi
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada zaman serba mungkin ini sering kali petani mengalami kesulitan
untuk mendongkrak hasil usahanya karena kurangnya pemahaman terhadap
pentingnya peranan fitohormon atau zat perangsang tumbuh dalam
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Terkadang margin keuntungan yang
diperoleh petani begitu tipisnya sehingga berdampak pada rendahnya motivasi
bertani. Petani seringkali lebih memusatkan perhatiannya pada ketersediaan
unsur hara tanaman yang diberikan melalui pupuk, dan seringkali pupuk yang
digunakan adalah pupuk sintetis atau kimia. Petani kurang memperhatikan faktor
pertumbuhan lainnya seperti hormon tumbuhan. Padahal apabila dianalogikan
seperti proses pembuatan roti, unsur hara tanaman ibarat bahan-bahan pembuat
roti, sedangkan hormon tanaman ibarat koki atau juru masak yang meramu
semua bahan tersebut menjadi roti yang siap dikonsumsi.
Para ahli tanaman mengatakan hormon pertumbuhan menjadi salah
satu faktor penentu pertumbuhan tanaman. Lengkapnya, faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman, antara lain: (1) Ketersediaan unsur hara;
(2) ketersediaan air; (3) cahaya matahari; (4) suhu udara; dan (5) hormon
pertumbuhan (Isbandi, 1983).
Dalam inovasi produksi pertanian pada zaman yang serba modern ini
lebih
harus
kreatif
dalam
pengelolaannya
agar
hasil
lebih
optimal. Pertumbuhan,perkembangan, dan pergerakan tumbuhan dikendalikan

beberapa
golongan zat yang
secara
umum
dikenal
sebagai hormon
tumbuhan atau fitohormon. Penggunaan istilah "hormon" sendiri menggunakan
analogi fungsi hormon pada hewan dan sebagaimana pada hewan, hormon juga
dihasilkan dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam sel. Beberapa ahli
berkeberatan dengan istilah ini karena fungsi beberapa hormon tertentu
tumbuhan (hormon endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan)
dapat diganti dengan pemberian zat-zat tertentu dari luar, misalnya dengan
penyemprotan (hormon eksogen, diberikan dari luar sistem individu). Mereka
lebih suka menggunakan istilah zat pengatur tumbuh (bahasa Inggris plant
growth regulator).
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi
genetik dan berfungsi sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu
terbentuknya hormon tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah mencapai
tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai ekspresi. Dari
sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses
adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup jenisnya.
Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu
peningkatan hasil pertanian dengan ditemukannya berbagai macam zat sintetis
yang memiliki pengaruh yang sama dengan fitohormon alami. Aplikasi zat
pengatur tumbuh dalam pertanian modern mencakup pengamanan hasil (seperti
penggunaan cycocel untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap
lingkungan yang kurang mendukung), memperbesar ukuran dan meningkatkan
kualitas produk (misalnya dalam teknologisemangka tanpa biji), atau
menyeragamkan waktu berbunga (misalnya dalam aplikasietilena untuk
penyeragaman pembungaan tanaman buah musiman) (Johanis,Ed.,2003).

1.2 Tujuan
Untuk memberikan wawasan baru pada mahasiswa dalam memahami
faktor dalam pada pengaruh pertumbuhan dan perkembangan tanaman serta
memberikan gambaran tentang pengaruh hormon hormon dalam tumbuhan
yang sangat berfungsi bagi pertumbuhan dan perkembangan dalam
menghasilkan produk yang optimal.
I.

PEMBAHASAN

Hormon
tumbuhan atau fitohormon adalah
sekumpulan bahan
kimia/senyawayang
mampu
mengendalikan pertumbuhan, perkembangan,
dan pergerakan tumbuhan. Penggunaan istilah "hormon" sendiri menggunakan
analogi fungsi hormon pada hewandan, sebagaimana pada hewan, fitohormon
juga bekerja dalam kadar yang sangat rendah di dalam sel/jaringan tumbuhan.
Beberapa ahli berkeberatan dengan istilah ini karena fungsi beberapa hormon
tertentu tumbuhan (hormon endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang
bersangkutan) dapat diganti dengan pemberian zat-zat tertentu dari luar,

misalnya dengan penyemprotan (disebut sebagai hormon eksogen, diberikan


dari luar sistem individu). Karena itu, dipakai pula istilah zat pengatur
tumbuh (bahasa
Inggris:plant
growth
regulator/substances).
Horm
on
tumbuhan
merupakan
bagian
dari
proses pertumbuhan
dan
perkembangantumbuhan
dan
terutama
berfun gsi sebagai
prekursor
("pemicu") transkripsi. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon
tumbuhan melalui signal berupa aktivitas zat-zat reseptor. Bila konsentrasi suatu
hormon telah mencapai tingkat tertentu, atau mencapai suatu rasio tertentu
dengan hormon lainnya, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan
mulai berekspresi. Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan
bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk
mempertahankan
kelangsungan
hidup
jenisnya.
Hormon
tumbuhan tidak dihasilkan oleh suatu kelenjar sebagaimana pada hewan,
melainkan dibentuk oleh sel-selpada titik tertentu pada tumbuhan. Selanjutnya,
hormon akan bekerja pada sel-sel tersebut atau dapat pula ditransfer ke bagian
tumbuhan yang lain untuk aktif bekerja di sana. Terdapat ratusan hormon
tumbuhan yang dikenal orang, baik yang endogen maupun yang eksogen.
Pengelompokan dilakukan untuk memudahkan identifikasi. Terdapat enam
kelompok utama hormon tumbuhan, yaitu auksin (auxins, biasa disingkat
AUX), sitokinin (cytokinins), giberelin (gibberellins, GAs), asam absisat (abscisic
acid, ABA), etilena (etena, ETH), dan brasinosteroid. Beberapa kelompok
senyawa lain juga berfungsi sebagai hormon tumbuhan namun diketahui bekerja
untuk beberapa kelompok tumbuhan atau merupakan hormon sintetik,
seperti asam
jasmonat, asam
salisilat,poliamina,
dan triakontanol.
Pemahaman
terhadap
fitohormon pada masa kini telah membantu peningkatan hasil pertanian dengan
ditemukannya berbagai macam zat sintetis yang memiliki pengaruh yang sama
dengan fitohormon alami. Aplikasi zat pengatur tumbuh dalam pertanian modern
mencakup pengamanan hasil (seperti penggunaan cycocel untuk meningkatkan
ketahanan tanaman terhadap lingkungan yang kurang mendukung),
memperbesar ukuran dan meningkatkan kualitas produk (misalnya dalam
teknologi semangka tanpa biji), atau menyeragamkan waktu berbunga (misalnya
dalam aplikasi etilena untuk penyeragaman pembungaan tanaman buah
musiman), untuk menyebut beberapa contohnya. Sejauh ini dikenal sejumlah
golongan zat yang dianggap sebagai fitohormon, yaitu
a.

Auksin

b.

Sitokinin

c.

Giberelin atau asam giberelat (GA)

d.

Etilena

e.

Asam absisat (ABA)

f.

Asam jasmonat

g.

Steroid (brasinosteroid)

h.

Salisilat

i.

Poliamina
Para ahli tanaman mengatakan hormon pertumbuhan menjadi salah satu
faktor penentu pertumbuhan tanaman. Lengkapnya, faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan tanaman, antara lain: (1) Ketersediaan unsur hara;
(2) ketersediaan air; (3) cahaya matahari; (4) suhu udara; dan (5) hormon
pertumbuhan (Isbandi, 1983). Lebih spesifiknya, hormon dibagi menjadi dua
kelompok hormon yaitu :

a.
b.

Hormon pemicu pertumbuhan (auksin, Giberelin dan sitokinin)


Hormon penghambat pertumbuhan (asam absisat, gas etilen, hormon kalin dan
asam traumali
1.) Hormon Auksin
Asal kata : Bahasa Latin
Penemu : Fritz Went (peneliti asal belanda)
Objek penelitian : Rumput (Avena sativa)
Hasil penelitian : mengekstraks zat pengatur fototropisme pada tumbuhan
rumput
Kesimpulan : auksin banyak diproduksi di jaringan meristem. Kadar auksin
dipengaruhi oleh cahaya matahari, dan auksin mempengaruhi percepatan
pembelahan
sel
pada
daerah
meristem
apikal.
Str
uktur auksin, Struktur yang paling dikenal adalah IAA (Indol Acetik acid), yang
mirip dengan asam amino triptophan. Aktivitasnya dihambat oleh cahaya
matahari. Auksin disintesis di meristem apikal, daun-daun muda dan biji. Fungsi
hormon Auksin :

Merangsang pemanjangn sel pada daerah titik tumbuh


Merangsang pembentukkan akar
Merangsang pembentukkan buah tanpa biji (partenokarpi)
Merangsang differensiasi jaringan pembuluh
Merangsang absisi ( pengguguran pada daun)
Berperan dalam dominansi apikal
2.) Hormon Giberelin
Asal kata : Bahasa Latin

Penemu : Ewiti. Kurosawa


Objek penelitian : Tanaman padi (Oryza sativa) yang terkena penyakit foolish
seedling (tanaman pucat dan luar biasa panjang) dan jamur Gibberella fujikuroi
Hasil penelitian : mengisolasi giberelin dari jamur Gibberella fujikuroi, yang diberi
nama giberelin (GA/Giberelic acid)
Kesimpulan : pemanfaatan giberelin secara umum menyebabkan pertumbuhan
raksasa
Fungsi Giberelin :
Merangsang pemanjangan batang dan pembelahan sel
Merangsang perkecambahan biji
Memecah dormansi biji
Merangsang pembungaan dan pembuahan
3.) Hormon Sitokinin
Asal kata : Bahasa Latin
Penemu : Van Overbeek
Objek penelitian : pertumbuhan embrio dan air kelapa muda
Hasil penelitian : mengisolasi
(sitokinesis) yang disebut kinetin.

zat

yang

menyebabkan

pembelahan

sel

Jenis : Kinetin, Zeatin (pada jagung) benzil amino purin


Kesimpulan : pemanfaatan sitokinin secara umum menyebabkan pertumbuhan
tunas-tunas samping (lateral) sehingga tanaman menjadi rimbun
Fungsi Sitokinin :
Bersama auksin, dan giberelin merangsang pembelahan dan pemanjangan sel
Menghambat dominansi apikal oleh auksin
Merangsang pertumbuhan kuncup lateral
Merangsang pemanjangan titik tumbuh
Mematahkan dormansi biji serta merangsang pertumbuhan embrio
Merangsang pembentukan akar cabang
Menghambat pertumbuhan akar adventive

Menghambat proses penuaan (senescence) daun, bunga dan buah dengan cara
mengontrol proses kemunduran yang menyebabkan kematian sel-sel daun
4.) Hormon Asam Absisat (ABA)
Asal kata : Bahasa Latin
Penemu : P.F. Wareing dan F.T. Addicott
Objek penelitian : buah kapas
Hasil penelitian : Mendorong terjadinya perontokkan (absisi) pada tumbuhan
Jenis : Kinetin, Zeatin (pada jagung) benzil amino purin
Kesimpulan : hormon yang menyebabkan kerontokan ada saun dan buah
Fungsi Hormon Asam Absisat (ABA) :
Mengurangi kecepatan pembelahan dan pemanjangan di daerah titik tumbuh
Memacu pengguguran daun pada saat kemarau untuk mengurangi penguapan
air
Membantu menutup stomata daun untuk mengurangi penguapan
Mengurangi
kecepatan
menghentikannya

pembelahan

dan

pemanjangan

sel

bahkan

Memicu berbagai jenis sel tumbuhan untuk menghasilkan gas etilen


Memacu dormansi biji agar tidak berkecambah
5.) Hormon gas etilen
Asal kata : Bahasa Latin
Penemu : R. gene (1934)
Objek penelitian : buah yang masak
Hasil penelitian : Gas etilen mempercepat pemasakan buah
Jenis : hormon tumbuhan yang berbentuk gas
Kesimpulan : Pembentukkan gas etilen dipengaruhi oleh O2 dan dihambat oleh
CO2
Fungsi hormon gas etilen :
Mempercepat pematangan buah
Menghambat pemanjangan akar, batang dan pembungaan
Menyebabkan pertumbuhan batang menjadi kokoh dann tebal

Merangsang proses absisi


Interaksi antara etilen dengan auksin memacu proses pembungaan
Interaksi antara etilen dengan giberelin mengontrol rasio bunga jantan dengan
bunga betina pada tumbuhan monoceus
6.)
traumalin

Hormon

Luka/Kambium

luka/Asam

Hormon yang merangsang sel-sel daerah luka menjadi bersifat meristematik


sehingga mampu mengadakan penutupan bagian yang luka. Vitamin B12
9riboflavin), piridoksin (vit. B6) asam ascorbat (vit. C), thiamin (vitamin B1),
asam nikotinat merupakan jenis vitamin yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan pertumbuhan dan perkembangan. Vitamin berperan sebagai
kofaktor
7.)
Poliamina
Mempunyai peranan besar dalam proses genetis yang paling mendasar seperti
sintesis DNA dan ekspresi genetika. Spermine dan spermidine berikatan dengan
rantai phosphate dari asam nukleat. Interaksi ini kebanyakkan didasarkan pada
interaksi ion elektrostatik antara muatan positif kelompok ammonium dari
polyamine dan muatan negatif dari phosphat.Polyamine adalah kunci dari
migrasi sel, perkembangbiakan dan diferensiasi pada tanaman dan hewan. Level
metabolis dari polyamine dan prekursor asam amino adalah sangat penting
untuk dijaga, oleh karena itu biosynthesis dan degradasinya harus diatur secara
ketat.Polyamine mewakili kelompok hormon pertumbuhan tanaman, namun
merekan juga memberikan efek pada kulit, pertumbuhan rambut, kesuburan,
depot lemak, integritas pankreatis dan pertumbuhan regenerasi dalam mamalia.
Sebagai tambahan, spermine merupakan senyawa penting yang banyak
digunakan untuk mengendapkan DNA dalam biologi molekuler. Spermidine
menstimulasi aktivitas dari T4 polynucleotida kinase and T7 RNA polymerase dan
ini kemudian digunakan sebagai protokol dalam pemanfaatan enzim
8.)
Hormon
Kalin
Dihasilkan
pada jaringan meristem. Memacu pertumbuhan organ tubuh tumbuhan. Jenisnya
adalah:
a.

Fitokalin : memacu pertumbuhan daun

b.

Kaulokalin: memacu pertumbuhan batang

c.

Rhizokalin: memacu pertumbuhan akar

Anthokalin: memacu pertumbuhan bunga dan buah. Florigen hormon


tumbuhan yang khusus merangsang pembentukan bunga
d.

Dari semua hormon yang kita ketahui masing-masing fungsinya maka kita
dapat memberi produk yang kita budidaya untuk di suplai berbagai macam
hormon eksternal jika keadaan produk kita sangat kurang untuk menghasilkan

produk yang optimal. Untuk mengoptimalkan suatu produk yang baik harus rapi
dalam pengelolaannya dari pembibitan sampai panen tiba. Hormon tumbuhan
merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi sebagai prekursor
(bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan obat yang berada dalam
pengawasan). Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan.
Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang
semula tidak aktif akan mulai ekspresi. Dari sudut pandang evolusi, hormon
tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuhtumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.

II.

KESIMPULAN

Hormon
tumbuhan atau fitohormon adalah
sekumpulan bahan
kimia/senyawayang
mampu
mengendalikan pertumbuhan, perkembangan,
dan pergerakan tumbuhan.Para ahli tanaman mengatakan hormon pertumbuhan
menjadi salah satu faktor penentu pertumbuhan tanaman. Hormon dibagi
menjadi dua kelompok hormon yaitu Hormon pemicu pertumbuhan antaralain
auksin, Giberelin dan sitokinin serta hormon penghambat pertumbuhan (asam
absisat, gas etilen, hormon kalin dan asam traumali.Hormon tumbuhan
merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi sebagai prekursor
(bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan obat yang berada dalam
pengawasan). Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian
dari proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.biotama.com/index.php?option=com_content&task=view&id=55&Itemid=1
Johanis, M. U. 2003. Pertanian Berkelanjutan Pertanian Konservasi. (Online). www.sinarharapan.com Diakses
pada tanggal 16 Maret 2008.
Kamil,S.1994. Aplikasi fitohormon pada pertumbuhan berbagai jenis tanaman . Jakarta : PT.Raja Grafindo
Persada Nazaruddin. 2000. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayuran Dataran Rendah. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Lingga, Pinus dan Marsono. 2008. Jenis-jenis hormon pada tumbuhan. Penebar Swadaya. Jakarta.
Safuan, Ode La dkk. 2002. Pertanian Terpadu Suatu Strategi Untuk Mewujudkan Pertanian Berkelanjutan.
(Online). www. Litbang.deptan.go.id Diakses tanggal 15 Maret 2008.

Hormon pada tumbuhan ( Fitohormon )


06/05/2011 Ketut Supeksa

18 Votes

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makhluk hidup selalu mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan
adalah proses kenaikan volume yang bersifat irreversible (tidak dapat balik) karena
adanya penambahan substansi termasuk di dalamnya ada perubahan bentuk yang
menyertai penambahan volume tersebut. Sedangkan perkembangan adalah proses
menuju kedewasaan pada makhluk hidup yang bersifat kualitatif yaitu makhluk
hidup dikatakan dewasa apabila alat perkembangbiakannya telah berfungsi. Seperti
pada tumbuhan apabila telah berbunga maka tumbuhan itu sudah dikatakan
dewasa.
Tumbuhan juga mengalami pertumbuhan dan perkembangan seperti
memanjangnya batang, akar dan sebagainya. Pemekaran bunga, pemasakan buah
adalah slaah satu perkembngan yang dialami oleh tumbuhan. Pemekaran bunga
dan pemasakan buah kalau kita teliti lebih lanjut sangatlah bervariasi sesuai dengan
lingkungan dan jenis pohon itu sendiri. Kalau kita amati, pada saat musim-musim
tertentu pertumbuhan bunga sangat pesat dan begitu juga dengan pematangan
buahnya. Sebenarnya apa yang mengatur semua pemekaran bunga, pemanjangan
atau pertumbuhan tunas-tunas baru pada tumbuhan tersebut.

Oleh sebab itu kita harus tahu hal-hal yang menyebabkan semua kejadian yang
terjadi pada tumbuhan tersebut. Hormon merupakan hasil sekresi dalam tubuh
yang dapat memacu pertumbuhan, tetapi ada pula yang dapat menghambat
pertumbuhan.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat kami sampaikan adalah sebagai berikut:

1.2.1. Apakah yang dimaksud dengan hormone tumbuhan?


1.2.2. Hormon apakah yang merangsang pertumbuhan tumbuhan?
1.2.3. Hormon apakah yang menjadi penghambat tumbuhan?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan daripada penyusunan makalah yang berjudul Hormon Tumbuhan
adalah sebagai berikut:
1.3.1 Tujuan Umun
Dengan penyususnan makalah yang mengenai hormone tumbuhan ini bertujuan
untuk ikut serta menyumbangkan buah pikiran dalam bidang mata kuliah Fisiologi
Tumbuhan. Khususnya tentang hormone-hormon yang ada pada tumbuhan yang
berkaitan dengan keadaan tumbuhan.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini dapat dijelaskan sebagai beriku:
1.3.2.1 Untuk mengetahui yang dimaksud atau disebut dengan hormone tumbuhan.
1.3.2.2 Untuk mengetahui hormon yang merangsang pertumbuhan tumbuhan.
1.3.2.3 Untuk mengetahui hormone yang menghambat tumbuhan.
1.1 Manfaat
Penyususnan makalah ini memiliki dua manfaat yaitu manfaat teoritis dan manfaat
praktis. Kedua manfaat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang didapatkan dari hasil penyususnan makalah ini adalah salah
satu pelajaran dalam rangka menambah wawasan dalam bidang Fisiologi
Tumbuhan yang mengenai hormone tumbuhan.
1.4.2 Manfaat Praktis
Praktikum ini juga memberi manfaat praktis yaitu sebagai acuan dan bahan
perbandingan dalam mempelajari Fisiologi Tumbuhan. Sebagai pelatihan dalam
menyusun makalah. Materi-materi yang ada di dalam makalah ini dapat sebagai
acuan untuk mempelajari hormone tumbuhan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hormon
Hormon tumbuhan, atau pernah dikenal juga dengan fitohormon, adalah
sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien), baik yang terbentuk secara
alami maupun dibuat oleh manusia, yang dalam kadar sangat kecil (di bawah satu
milimol per liter, bahkan dapat hanya satu mikromol per liter) mendorong,
menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan
(taksis) tumbuhan
Penggunaan istilah hormon sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada
hewan. Namun demikian, berbeda dari hewan, hormon tumbuhan dapat bersifat
endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan, maupun eksogen,
diberikan dari luar sistem individu. Hormon eksogen dapat juga merupakan bahan
non-alami (sintetik, tidak dibuat dari ekstraksi tumbuhan). Oleh karena itu, untuk
mengakomodasi perbedaan ini dipakai pula istilah zat pengatur tumbuh
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari sistem pengaturan pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan. Kehadirannya di dalam sel pada kadar yang sangat
rendah menjadi prekursor (pemicu) proses transkripsi RNA. Hormon tumbuhan
sendiri dirangsang pembentukannya melalui signal berupa aktivitas senyawasenyawa reseptor sebagai tanggapan atas perubahan lingkungan yang terjadi di luar
sel. Kehadiran reseptor akan mendorong reaksi pembentukan hormon tertentu.
Apabila konsentrasi suatu hormon di dalam sel telah mencapai tingkat tertentu,
atau mencapai suatu nisbah tertentu dengan hormon lainnya, sejumlah gen yang
semula tidak aktif akan mulai berekspresi.
Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses
adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan
kelangsungan hidup jenisnya.
Hormon tumbuhan tidak dihasilkan oleh suatu kelenjar sebagaimana pada hewan,
melainkan dibentuk oleh sel-sel yang terletak di titik-titik tertentu pada tumbuhan,

terutama titik tumbuh di bagian pucuk tunas maupun ujung akar. Selanjutnya,
hormon akan bekerja pada jaringan di sekitarnya atau, lebih umum,
ditranslokasi ke bagian tumbuhan yang lain untuk aktif bekerja di sana. Pergerakan
hormon dapat terjadi melalui pembuluh tapis, pembuluh kayu, maupun ruangruang antarsel.
Dalam menjalankan perannya, hormon dapat berperan secara tunggal maupun
dalam koordinasi dengan kelompok hormon lainnya. Contoh koordinasi antar
hormon ditunjukkan oleh proses perkecambahan. Embrio biji tidak tumbuh karena
salah satunya dihambat oleh produksi ABA dalam jaringan embrio biji. Pada saat
biji berada pada kondisi yang sesuai bagi proses perkecambahan, giberelin
dihasilkan. Apabila nisbah giberelin:ABA tidak mencapai titik tertentu,
perkecambahan gagal. Apabila nisbah ini melebihi nilai tertentu, terjadi
perkecambahan. Apabila nisbah giberelin:ABA masih berada di sekitar ambang,
konsentrasi sitokinin menjadi penentu perkecambahan.
Terdapat ratusan hormon tumbuhan atau zat pengatur tumbuh (ZPT) yang dikenal
orang, baik yang endogen maupun yang eksogen. Pengelompokan dilakukan untuk
memudahkan identifikasi, dan didasarkan terutama berdasarkan perilaku fisiologi
yang sama, bukan kemiripan struktur kimia. Pada saat ini dikenal lima kelompok
utama hormon tumbuhan, yaitu auksin (auxins), sitokinin (cytokinins), giberelin
(gibberellins, GAs), asam absisat (abscisic acid, ABA), dan etilena (etena, ETH).
Selain itu, dikenal pula kelompok-kelompok lain yang berfungsi sebagai hormon
tumbuhan namun diketahui bekerja untuk beberapa kelompok tumbuhan atau
merupakan hormon sintetik, seperti Oligosakarin san brasinosteroid,. Beberapa
senyawa sintetik berperan sebagai inhibitor (penghambat perkembangan).
Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu peningkatan
hasil pertanian dengan ditemukannya berbagai macam zat sintetik yang memiliki
pengaruh yang sama dengan fitohormon alami. Aplikasi zat pengatur tumbuh
dalam pertanian modern mencakup pengamanan hasil, memperbesar ukuran dan
meningkatkan kualitas produk (misalnya dalam teknologi semangka tanpa biji),
atau menyeragamkan waktu berbunga (misalnya dalam aplikasi etilena untuk
penyeragaman pembungaan tanaman buah musiman).
Sejauh ini dikenal sejumlah golongan zat yang dianggap sebagai fitohormon,
yaitu :
2.2 Hormon Auksin
Istilah auksin ( auxin ) sebetulnya digunakan untuk menjelaskan segala jenis bahan
kimia yang membantu proses pemanjangan koleoptil, meskipun auksin
sesungguhnya memiliki banyak fungsi baik pada monokotil maupun dikotil. Auksi
alamiah yang diekstraksi dari tumbuhan merupakan suatu senyawa yang dinamai

asam indolasetat ( Indolecetid acid, IAA ). Selain auksin alamiah ini beberapa
senyawa lain, termasuk beberapa senyawa sintetik, memiliki aktivitas auksin.
Namun diseluruh bab ini nama auksin digunakan khusus untuk IAA. Meskipun
auksin mempengaruhi beberapa aspek perkembangan tumbuhan, salah satu
fungsinya yang peling penting adalah merangsang perkembangan sel pada tunas
muda yang sedang berkembang.
Berikutadalahcontohpengaruhcahayaterhadaphormonauksin yang
mempengaruhiperkembanganselpadabijikacanghijau, yang
manauntukmembandingkan pertumbuhan biji kacang hijau kitaakanmencobadi dua
tempat yang berbeda yaitutempat terang dan tempat gelap.
Dari gambar-gambar di atasdapatdisimpulkanbahwahormonauksinlebihaktifapabila
di tempatgelap. Hormon auksin dihasilkan pada bagian koleoptil (titik tumbuh)
pucuk tumbuhan. Jika terkena cahaya matahari, auksin menjadi tidak aktif. Kondisi
fisiologis ini mengakibatkan bagian yang tidak terkena cahaya matahari akan
tumbuh lebih cepat dari bagian yang terkena cahaya matahari. Akibatnya,
tumbuhan akan membengkok ke arah cahaya matahari. Auksin yang diedarkan ke
seluruh bagian tumbuhan mempengaruhi pemanjangan, pembelahan dan
diferensiasi sel tumbuhan. Auksin yang dihasilkan pada tunas apikal batang dapat
menghambat tumbuhnya tunas lateral. Bila tunas apikal batang dipotong maka
tunas lateral akan menumbuhkan daun-daun. Peristiwa ini disebut dominansi
apikal. Inilah yang menjadi penyebab kecambah yang berada di tempat gelap lebih
cepat pertumbuhan tingginya, dibandingkan dengan kecambah yang berada di
tempat terang
Gambar 2.3Sifatauksin yang menjauhimatahari
Maristem apikal suatu tunas merupakan tempat utama sintesis auksin. Karena
auksin dari apeks tunas bergerak turun ke daerah pemanjangan sel, hormon akan
merangsang pertumbuhan sel-sel tersebut, yaitu sekitar 10-8 sampai 10-3M. pada
konsentrasi yang lebih tinggi, auksin bisa menghambat pemanjangan sel. Hal ini
barangkali disebabkan oleh tingginya level auksin yang menginduksi sintesis
hormon lain, yaitu etilen, yang umumnya bekerja sebagai inhibitor pertumbuhan
tumbuhan akibat pemanjangan sel.
Kecepatan auksin menuruni batang dari apeks tunas sekitar 10 mm/jam, jauh lebih
cepat untuk ukuran difusi, meskipun lebih lambat dari pada translokasi pada floem.
Auksin kelihatannya diedarkan langsung melalui jaringan parenkim, dari satu sel
ke sel berikutnya. Auksin berpindah hanya dari ujung tunas ke pangkalnya, bukan
dengan arah sebaliknya. Transpor auksin searah ini disebut transport polar.
Transpor polar tidak memiliki kaitan sama sekali dengan gravitasi, karena auksin

bergerak kea rah atas pada percobaan dimana suatu segmen batang atau potongan
koleoptil ditempatkan terbalik. Transport polar auksin memerlukan energy.
Mekanisme dari transport polar auksin merupakan satu contoh kerja seluler yang
digerakkan oleh kemiosmosis, pemanfaatan gradient H+ yang dibangkitkan oleh
pompa proton.
Menurut hipotesis pertumbuhan asam, pompa proton yang terletak didalam
membran plasma memainkan peranan dalam respons pertumbuhan dari sel-sel
terhadap auksin. Pada daerah pemanjangan suatu tunas, auksin merangsang pompa
proton, yaitu suatu tindakan yang menurunkan pH pada dinding sel ( gambar 1.1 ).
Pengasaman dinding ini mengakibatkan enzim-enzim yang memecahkan ikatan
silang (ikatan hydrogen) yang terdapat antara mikrofibril-mikrofibril selulosa,
sehingga melonggarkan serat-serat dinding sel. Karena dindingnya sekarang lebih
plastis, sel bebas mengambil tambahan air melalui osmosis dan bertambah panjang.
Namun agar bias tumbuh terus setelah perubahan awal ini, sel-sel harus membuat
lebih banyak sitoplasma dan bahan dinding. Auksin juga merangsang respons
pertumbuhan berkelanjutan ini.
Efek lain auksin , selain merangsang pemanjangan sel untuk pertumbuhan primer,
auksin mempengaruhi pertumbuhan sekunder dengan cara menginduksi
pembelahan sel pada kambium dan dengan mempengaruhi diferensiasi xylem
sekunder. Auksin juga mningkatkan aktivitas pembentukan akar adventif pada
pangkal potongan dari suatu batang, suatu efek auksin yang digunakan dalam
budang hortikultura dengan cara mencelupkan potongan-potongan batang di dalam
media perakaran yang mengandung auksin sintetik. Benih yang sedang
berkembang juga mensintesis auksin, yang meningkatkan pertumbuhan buah pada
banyak tumbuhan. Auksin sintetik disemprotkan ke pohon tomat untuk
menginduksi perkembangan buah tanpa perlu melakukan penyerbuakan. Ini
memungkinkan kita untuk menanam tomat tanpa biji dengan menggantikan auksin
dalam keadaan normal akan disintesis oleh biji.
2.3 Sitokinin
Sitokinin ( cytokinin ) ditemukan pada waktu para saintis sedang melakukan upaya
uji coba untuk menemukan aditif kimiawi yang bias meningkatkan pertumbuhan
dan perkembangan sel tumbuhan di dalam kultur jaringan. Pada tahun 1940-an
johanes van Overbeek yang bekerja pada Cold Spring Harbor Laboratory di new
York, menemukan bahwa ia dapat merangsang pertumbuhan embrio tumbuhan
dengan cara menambahkan santan, endosperma cairdari biji kelapa raksasa, ke
media kulturnya. Satu decade sesudahnya, Folke skoog dan Carlos O. Miller, di
university of Wisconsin, menginduksi pembelahan sel tembakau yang sedang
ditumbuhkan dalam kultur dengancara menambahkan sempel DNA yang sudah

membusuk. Unsure penyusun aktif pada kedua adiktif itu ternyata adalah bentukbentuk adenine yang sudah termodifikasi, yaitu salah satu komponen asam-nukleat.
Pengatur-pengatur pertumbuhan ini diberi nama sitokinin karena mereka
merangsang sitokinesis atau pembelahan sel. Dari berbagai macam sitokinin yang
terdapat secara alamiah pada tumbuhan yang paling umum adalah zeatin, yang
dinamai demikian karena senyawa ini pertama kali ditemukan pada jagung ( Zea
mays ) setelah mempelajari beberapa fungsi sitokinin, perhatikan bahwa hormonhormon ini diperkuat atau diperlemah oleh hormon-hormon lain khususnya auksin.
Sitokinin dihasilkan di dalam jaringan-jaringan yang tumbuh secara aktif
khususnya di dalam akar, embrio dan buah. Sitokin yang dihasilkan pada akar akan
mencapai jaringan sasaranya dengan cara bergerak naik sepanjangtumbuhan itu
dalam getah xylem. Bersama-sama dengan auksin, sitokinin merangsang
pembelahan sel dan mempengaruhi jalur diferensiasi.
Pengaruh sitokinin terhadap sel-sel yang tumbuh pada kulit jaringan member
petunjuk bagaimana kelompok ini berfungsi didalam suatu tumbuhan yang
utuh.ketika potongan parenkhima dari batang dibiakkan tanpa sitokinin, sel- sel itu
akan tumbuh sangat besar tapi tidak membelah diri. Jika hanya sitokinin saja yang
ditambahkan ke dalam kulit tidak aka nada pengaruh apapun. Namun, jika
sitokinin ditambahkan bersama-sama dengan auksinsel-sel akan membelah. Rasio
sitokinin terhadap auksin mengontrol diferensiasi sel. Ketika konsentrasi kedua
hormon itu hamper sama, masa aka terus bertambah, namun tetap sebagai kalus
yang tidak terdiferensiasi. Jika sitokinin lebih banyak dari auksin, tunas batang
akan berkembang dari kalus tersebut. Jika auksin lebih pekat dibandingkan dengan
sitokinin, akar akan terbentuk. Adalah hal yang sangat luar biasa bahwa ekspresi
gen dapat dikontrol sedemikian ekstensif hanya dengan memanipul konsentrasi dua
sinyal kimia tersebut.
Sitokinin dapat menghambat penuaan beberapa organ tumbuhan, kemungkinan
dengan menghambat perombakan proteindengan merangsang sintesis RNA dan
protein dan dengan memobilisasi zat-zat makanan dari jaringan disekitarnya. Jika
daun yang dipotong dari suatu tumbuhan direndam dalam larutan sitokinin, daun
tersebut akan tetap hijau lebih lama dibandingkan dengan yang tidak direndam.
Kemungkinan sitokinin juga memperlambat penurunan kondisi daun pada
tumbuhan utuh yang masih hidup. Karena pengaruh anti penuaan ini, para para
penjual bunga menyemprotkan sitokinin untuk mempertahankan potongan bunga
agar tetap segar.
2.4 Giberelin
Beberapa abad yang lalu petani di asia mengamati beberapa benih yang tumbuh
luar biasa tinggi di sawahnya. Sebelum bibit padi ini dewasa dan berbunga, padi
tumbuh sedemikian tinggi dan kurus sehingga roboh. Di jepang, kelainan pola

pertumbuhan ini dikenal sebagai bukanea, atau Penyakit Benih Bodoh pada
tahun 1926, E. Kurosawa, seorang saintis jepang menemukan bahwa penyakit itu
disebabkan oleh genus gibbereila. Pada akhir tahun 1930-an, saintis jepang telah
meyakini bahwa fungsi menyebabkan pemanjangan padi secara berlebihan dengan
cara mensekresi suatu bahan kimia, yang diberi nama giberelin. Saintis barat
akhirnya mengetahui dan mempelajari giberelin setelah PD II. Selama 30 tahun
belakangan, saintis telah mengidentifikasi lebih dari 80 giberelin yang berbeda
yang ditemukan secara alami dalam tumbuhan, meskipun jumlahnya jauh lebih
sedikit dalam setiap spesies tumbuhan. Benih padi yang jelek kelihatannya,
menderita kelebihan dosis pengaturan pertumbuhan yang biasanya ditemukan
dengan konsentrasi yang lebih rendah pada tumbuhan lain. Giberelin mempunyai
berbagai pengaruh pada tumbuhan yaitu:
1. Pemanjangan batang
Akar dan daun muda merupakan tempat utama produksi giberelin. Giberelin
merangsang pertumbuhan pada daun dan batang, akan tetapi sedikit pengaruhnya
pada pertumbuhan akar. Pada batang, giberelin merangsang pemanjangan sel dan
pembelahan sel. Pada batang yang sedang tumbuh, giberelin dan auksin harus
bekerja bersama secara sinergis dengan mekanisme yang masih belum kita pahami.
2. Pertumbuhan buah
Perkembangan buah adalah khasus lain dimana kita dapat mengamati control
auksin dan giberelin. Pada beberapa tumbuhan, kedua hormon itu harus ada supaya
dapat berbuah. Aplikasi komersial giberelin yang paling adalah penyemprotan buah
anggurThompson yang tidak berbiji. Hormon tersebut menyebabkan buah anggur
tumbuh lebih besar dan terpisah jauh satu sama lain.
3. Perkecambahan
Banyak benih memiliki giberelin dalam konsentrasi tinggi, khususnya pada
embrio. Setelah air diimbibisipembebasan giberelin dari embrio akan memberikan
sinyal pada biji untuk mengakhiri dormansinya dan berkecambah. Beberapa biji
yang memerlukan kondisi lingkungan yang khusus untuk dapat berkecambah,
seperti pemaparan pada cahaya atau suhu dingin, akan mengakhiri dormansinya
jika biji tersebut diberi perlakuan dengan suatu larutan giberelin. Di alam, giberelin
dalam biji kemungkinan merupakan penghubung antara petunjuk lingkungan
dengan proses metabolik yang memperbaharui kembali pertumbuhan embrio.
2.5 Asam Abisat
Hormon yang telah kita pelajari sejauh ini yaitu auksin,sitokinin dan giberelin,
umumnya merangsang pertumbuhan tumbuhan.sebaliknya, terdapat masa pada
kehidupan tumbuhan yang sangat menguntungkan apabila tumbuhan
memperlambat pertumbuhan dan mengambil suatu keadaan dorman (istirahat).

Hormon asam abisat (Abscisic acid, ABA), yang dihasilkan pada tunas terminal,
akan memperlambat pertumbuhan dan mengarahkan primordial daun untuk
berkembang menjadi sisik yang akan melindungi tunas yang dorman pada musim
dingin. Hormon tersebut juga menghambat pembelahan sel kambium pembuluh.
Dengan demikian, ABA tersebut membantu mempersiapkan tumbuhan untuk
menghadapi musim dingindengan cara menghentikan pertumbuhan primer dan
sekunder.
Tahapan lain dalam kehidupan suatu tumbuhan yang menguntungkan apabila
pertumbuhan dientikan adalah pada saat permulaan dormansi biji, dan
kemungkinan asam abisatlah yang bertindak sebagai penghambat pertumbuhan.
Biji akan berkecambah ketika ABA dihambat dengan cara membuatnya tidak aktif,
atau dengan membuangnya atau melalui peningkatan aktivitas giberelin. Biji
beberapa tumbuhan gurun mengakhiri dormansinya ketika hujan lebat melunturkan
ABA dari biji. Biji tumbuhan lain memerlukan cahaya atau stimulus lain untuk
memicu perombakan asam abisat. Pada sebagian besar khasus, rasiao ABA
terhadap giberelin akan enentukan apakah biji itu akan tetap dorman atau
berkecambah.
Selain peranannya sebagai suatu penghambat pertumbuhan, asam abisat bertindak
sebagai hormon cekaman, yang membantu tumbuhan dengan menghadapi
kondisi yang buruk. Sebagai contoh, ketika suatu tumbuhan mulai layu, ABA akan
terakumulasi di daun dan menyebabkan stomata menutup, mengurangi transpirasi
dan kehilangan air lebih banyak. Fungsi ini bergantung pada ABA yang berasal
dari akar. Pada beberapa khasus, kekurangan air dapat member cekaman pada
sistem akar sebelum menekan sistem tunas, dan ABA yang di angkut dari akar ke
daun bias berfungsi sebagai sistem peringatan didi
2.6 Etilen
Pada awal abad kedua puluh, jeruk dimatangkan dengan memeram dalam
lumbung yang dilengkapi dengan komporminyak tanah. Petani buah yakin bahwa
panas itulah yang mematangkan buat itu, akan tetapi kompor baru yang
pembakarannya lebih bersih tidak menyebabkan buah menjadi matang. Para ahli
fisiologi tumbuhan kemudian mempelajari bahwa pematangan dalam lumbung
sesungguhnya disebabkan oleh etilen, yaitu suatu gas hasil samping pembakaran
minyak tanah. Para peneliti kemudian menunjukkan bahwa tumbuhan
menghasilkan etilennya sendiri sebagai hormon, dan hormon ini memicu berbagai
macam respons selain pematangan buah. Etilen berbeda dari hormon tumbuhan
lainnya karena hormon etilen berwujud gas. Etilen berdifusi ke dalam tumbuhan
melalui ruangan udara di antara sel-sel. Etilen yang terlarut dapat masuk dari satu
sel ke sel lain melalui simplas.
Pada beberapa khasus, etilen bertindak dalam penghambatan pemanjangan sel.

Banyak pengaruh penghambatan yang dulu di anggap disebabkan oleh auksin,


sekarang diyakini disebabkan oleh sintesis etilenyang diinduksi oleh konsentrasi
auksin yang tinggi. Sebagi contoh, kemungkinan etilenlah yang menghambat
pemanjangan akar dan perkembangan tunas aksiler dalam kondisi auksin berlebih.
Selain peranannya sebagai inhibitor pertumbuhan, etilen juga dikaitkan dengan
berbagai proses penuaan pada tumbuhan.
Penuaan atau senesens adalah perkembangan dari perubahan yang tidak dapat
berbalik arah yangakhirnya menuju pada kematian. Sebagai suatu bagian normal
dari perkembangan tumbuhan, senesens bias terjadi pada individu tahap sel,seluruh
organ atau seluruh tumbuhan. Unsur pembuluh xylem dan sel gabus menua dan
mati sebelum mendapatkan fungsi khususnya. Daun musim gugur dan mahkota
bunga yang layu adalah contoh organ senesens. Tumbuhan tahunan menua dan
mati setelah berbunga. Pada proses penuaan yang telah banyak dipelajariyang
dipengaruhi horinon adalah pematangan buah dan pengguguran daun
Beberapa erubahan struktur dan metabolisme menyertai pematangan ovarium
menjadi buah. Diantara perubahan ini, termasuk juga perombakan dinding sel yang
melunakkan buah dan penurunan kandungan klorifil yang menyebabkan
kehilangan warna kehijauan, dapat dianggap sebagai proses penuaan. Etilen
memicu dan mempercepat perubahan tersebut, juga menyebabkan beberapa jenis
buah yang matang jatuh dari pohon.
Kehilangan daun setiap musim gugur merupakan adaptasi pohon untuk menjaga
agar dirinya tidak mengalami kekeringan selama musim dingin karena akar tidak
dapat menyerap air tanah yang membeku. Sebelum daun gugur, banyak zat-zat
nutrisi esensial dialirkan ke jaringan penyimpanan dalam batang. Zat-zat nutrisi ini
didaur ulang kembali untuk membentuk daun pada musim semi berikutnya. Daun
musim gugur akan berhenti membuat klorofil yang baru sehingga kehilangan
warna hijaunya. Warna musim gugur adalah kombinasi pigmen yang barudibuat
selama musim gugur dan pigmen yang sebelumnya telah ada pada daun, akan
tetapi diselubungi oleh klorofil yang berwarna hijau gelap.
Absisi dikontrol oleh perubahan keseimbangan etilen dan auksin. Auksin yang
dihasilkan oleh daun yang menua akan semakin sedikit. Pergeseran dalam
keseimbangan hormonal ini memperkuat tumbuhan itu sendirikarena sel dalam
lapisan absisi muali menghasilkan tambahan absisi, yang menghambat sintesis
auksin oleh daun. Karena pengaruh etilen pada lapisan absisi masih ada, sel akan
menghasilkan enzim yang mencerna selulosa dan komponen lain pada dinding sel.
2.7 Oligosakarin
Oligosakarin (oligossaccaharin) adalah gula berantai pendek yang dilepaskan dari
dinding sel melalui kerja enzim hidrolitik pada selulosa dan pektin. Hormon ini

memicu respon pertahanan tumbuhan akibat masuknya pathogen. Oligosakarin


juga membantu mengatur pertumbuhan ,diferensiasi seluler dan perkembangan
bunga.
2.8 Brasinostreroid
Brasinostreroid adalah nama yang diberikan karena strukturnya (brasinosteroid
adalah steroid yang secara kimiawi mirip dengan kolesterol dan hormon kelamin
hewan) dan asal tumbuhan dimana mereka ditemukan pertama kali (anggota family
mustard brassicaceae). Hormon ini sekarang diketahui ada pada seluruh kingdom
tumbuhan dan diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang
normal.Sebagai contoh,suatu mutan Arabidopsis dengan pertumbuhan yang sangat
terhambat akan tumbuh secara normal jika diterapi dengan
brasinosteroid tertentu.para peneliti telah melacak mutasi sampai pada gen yang
secara normal mengkode salah satu enzim yang diperlukan untuk sintetis hormon
steroid ini.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hormon tumbuhan adalah sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien), baik
yang terbentuk secara alami maupun dibuat oleh manusia, yang dalam kadar sangat
kecil (di bawah satu milimol per liter, bahkan dapat hanya satu mikromol per liter)
mendorong, menghambat, atau mengubah pertumbuhan, perkembangan, dan
pergerakan (taksis) tumbuhan. Hormon tumbuhan ada yang berfungsi sebagai
pemicu pertumbuhan seperti hormon etilen, hormon geberelin, hormon sitokinin
dan hormon auksin.Ada juga hormon yang berfungsi sebagai penghambat
tumbuhan seperti hormon asam absisat dan hormon pertahanan terhadap patogen
seperti hormon oligosakarin. Dengan adanya hormon-hormon tersebut tumbuhan
dapat menyesuaikan diri untuk tetap bertahan hidup menghadapi kondisi
lingkungan yang tidak menguntungkan.
3.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat kami sampaikan dalam makalah ini dalah:
3.2.1 Ketahuilah hormon-hormon yang terdapat pada tumbuhan dan fungsinya agar
mampu memanfaatkan tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
3.2.2 Demikianlah makalah ini kami susun. Apabila terdapat kesalahan dalam
makalah ini kami mohon maaf. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Dengan demikian kami ucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA
Anggorowati, Sulastri. Fisiologi Tumbuhan. Pusat Penerbit Universitas Terbuka
Tim Penyusun, 2003. Biologi 2A Kelas 2 SMU Semester 1. Klaten: Intan Pariwara

COBAAN II
PENGARUH AUKSIN TERHADAP PEMANJANGAN
JARINGAN

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Hormon
tumbuhan atau fitohormon adalah
sekumpulan bahan
kimia/senyawa yang
mampu
mengendalikan pertumbuhan, perkembangan,
danpergerakan tumbuhan. Penggunaan istilah hormon
sendiri
menggunakan
analogi
fungsi hormon pada hewan dan sebagaimana pada
hewan, fitohormon juga bekerja dalam kadar yang
sangat rendah di dalam sel/ jaringan tumbuhan.
Beberapa ahli berkeberatan dengan istilah ini karena
fungsi beberapa hormon tertentu tumbuhan (hormon
endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang
bersangkutan) dapat diganti dengan pemberian zat-zat
tertentu dari luar, misalnya dengan penyemprotan
(disebut sebagai hormon eksogen, diberikan dari luar
sistem individu). Oleh karena itu, dipakai pula istilah zat
pengatur tumbuh (ZPT).
Terdapat ratusan hormon tumbuhan yang dikenal,
baik yang endogen maupun yang eksogen. Terdapat
enam
kelompok
utama
hormon
tumbuhan,
yaitu auksin (auxins,
biasa
disingkat

AUX), sitokinin (cytokinins), giberelin(gibberellins,


GAs), asam absisat (abscisic acid, ABA), etilena (etena,
ETH), dan brasinosteroid. Beberapa kelompok senyawa
lain juga berfungsi sebagai hormon tumbuhan namun
diketahui bekerja untuk beberapa kelompok tumbuhan
atau merupakan hormon sintetik, seperti asam
jasmonat, asam salisilat, poliamina, dan triakontanol.
Auksin merupakan hormon terhadap tumbuhan
yang mempunyai peranan luas terhadap pertumbuhan
dan perkembangan tumbuhan. Sifat penting auksi
adalah berdasarkan konsentrasinya, dapat merangsang
dan menghambat pertumbuhan. Auksin berperan
penting dalam perubahan dan pemanjangan sel.
Oleh karena itu, untuk memahami lebih lanjut
mengenai
pengaruh
hormon
auksin
terhadap
pemanjangan jaringan, maka diadakanlah percobaan
ini.
I.2 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini, yaitu untuk melihat
pengaruh
hormon
tumbuh
(auksin)
terhadap
pemanjangan jaringan akar dan batang.
I.3 Waktu dan Tempat
Percobaan ini berlangsung pada hari Senin,
tanggal 15 Nopember 2010, pada pukul 14.00 17.00
WITA, bertempat di Laboratorium Botani, Jurusan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Hasanuddin Makassar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Auksin berperan dalam pertumbuhan untuk
memacu proses pemanjangan sel. Hormon auksin
dihasilkan pada bagian koleoptil (titik tumbuh) pucuk
tumbuhan. Jika terkena matahari, auksin menjadi tidak
aktif. Kondisi fisiologis ini mengakibatkan bagian yang
tidak terkena cahaya matahari akan tumbuh lebih cepat
dari bagian yang terkena cahaya matahari. Akibatnya
tumbuhan akan membengkok ke arah cahaya matahari
(Aryulina, dkk., 2007).
Istilah auksin berasal dari bahasa Yunani yaitu
auxien yang berarti meningkatkan. Auksin ini pertama
kali digunakan Frits Went, seorang mahasiswa
pascasarjana di negeri belanda pada tahun 1962, yang
menemukan bahwa suatu senyawa yang belum dapat
dicirikan
mungkin
menyebabkan
pembengkokan
koleoptil ke arah cahaya. Fenomena pembengkokan ini
dikenal dengan istilah fototropisme. Senyawa ini banyak
ditemukan Went didaerah koleoptil. Aktifitas auksin
dilacak melalui pembengkokan koleoptil yang terjadi
akibat terpacunya pemanjangan pada sisi yang tidak
terkena cahaya matahari (Salisbury dan Ross, 1995).
Auksin yang ditemukan Went, kini diketahui sebagai
Asam Indole Asetat (IAA) dan beberapa ahli fisiologi
masih
menyamakannya
dengan
auksin.
Namun, tumbuhan mengandung 3 senyawa lain yang
struktrurnya mirip dengan IAA dan menyebabkan
banyak respon yang sama dengan IAA. Ketiga senyawa

tersebut dapat dianggap sebagai auksin. Senyawasenyawa tersebut adalah asam 4-kloroindol asetat,
asam fenilasetat (PAA) dan asam Indolbutirat (IBA)
(Dwidjoseputro, 1992).
Sifat
penting
auksin
adalah
berdasarkan
konsentrasinya yaitu dapat menghambat pertumbuhan.
Auksin berperan penting dalam perubahan dan
pemanjangan sel. Pada permukaan akar, auksin akan
mempengaruhi jaringan meristem primordial akar dalam
jaringan batang (Latunra, 2010).
Selain
memacu
pemanjangan
sel
yang
menyebabkan pemanjangan batang dan akar, peranan
auksin lainnya adalah kombinasi auksin dan giberelin
memacu perkembangan jaringan pembuluh dan
mendorong pembelahan sel pada kambium pembuluh
sehingga mendukung pertumbuhan diameter batang.
Selain itu auksin (IAA) sering dipakai pada budidaya
tanaman antara lain: untuk menghasilkan buah tomat,
mentimun dan terong tanpa biji, dipakai pada
pengendalian pertumbuhan gulma berdaun lebar dari
tumbuhan dikotil di perkebunan jagung, dan memacu
perkembangan meristem akar adventif dari stek mawar
dan bunga potong lainnya (Anonim, 2010).
Tumbuhan yang pada salah satu sisinya disinari
oleh matahari maka pertumbuhannya akan lambat
karena jika kerja auksin dihambat oleh matahari tetapi
sisi tumbuhan yang tidak disinari oleh cahaya
matahari,pertumbuhannya sangat cepat karena kerja
auksin tidak dihambat. Hal ini akan menyebabkan ujung
tanaman tersebut cenderung mengikuti arah sinar
matahari atau yang disebut dengan fototropisme. Untuk
membedakan tanaman yang memiliki hormon yang
banyak atau sedikit kita harus mengetahui bentuk

anatomi dan fisiologi pada tanaman sehingga kita lebih


mudah untuk mengetahuinya (Anonim, 2010).
Tanaman yang diletakkan ditempat yang gelap
pertumbuhan tanamannya sangat cepat selain itu
tekstur dari batangnya sangat lemah dan cenderung
warnanya pucat kekuningan. Hal ini disebabkan karena
kerja hormon auksin tidak dihambat oleh sinar
matahari. Sedangkan untuk tanaman yang diletakkan
ditempat yang terang tingkat pertumbuhannya sedikit
lebih lambat dibandingkan dengan tanaman yang
diletakkan ditempat gelap, tetapi tekstur batangnya
sangat kuat dan juga warnanya segar kehijauan, hal ini
disebabkan karena kerja hormon auksin dihambat oleh
sinar matahari (Anonim, 2010).
Banyak faktor yang mepengaruhi pertumbuhan di
antaranya adalah faktor genetik untuk internal dan faktor
eksternal terdiri dari cahaya, kelembapan, suhu, air, dan
hormon. Untuk proses perkecambahan banyak di
pengaruhi oleh faktor cahaya dan hormon, walaupun
faktor yang lain ikut mempengaruhi. Menurut leteratur
perkecambahan di pengaruhi oleh hormon auksin , jika
melakukan perkecambahan di tempat yang gelap maka
akan tumbuh lebih cepat namun bengkok. Hal itu
disebabkan hormon auksin sangat peka terhadap
cahaya,
jika
pertumbuhannya
kurang
merata.
Sedangkan di tempat yang perkecambahan akan terjadi
relatif lebih lama, hal itu juga di sebabkan pengaruh
hormon auksin yang aktif secara merata ketika terkena
cahaya sehingga di hasilkan tumbuhan yang normal
atau lurus menjulur ke atas (Soerga, 2009).
Pengaruh auksin terhadap pertumbuhan jaringan
tanaman diduga melalui dua cara (Anonim, 2008):

Menginduksi sekresi ion H+ keluar sel melalui dinding


sel. Pengasaman dinding sel menyebabkan K+ diambil
dan pengambilan ini mengurangi potensial air dalam sel.
Akibatnya air masuk ke dalam sel dan sel membesar.
Mempengaruhi metabolisme RNA yang berarti
metabolisme protein, mungkin melalui transkripsi
molekul RNA. Auksin sintetik yang sering digunakan
dalam kultur jaringan tanaman tercantum di dalam tabel
di bawah. Memacu terjadinya dominansi apikal.
Ahli biologi tumbuhan telah mengidentifikasi 5 tipe
utama ZPT yaitu auksin, sitokinin, giberelin, asam
absisat, dan etilen. Tiap kelompok ZPT dapat
menghasilkan beberapa pengaruh yaitu kelima
kelompok ZPT mempengaruhi pertumbuhan. Pengaruh
dari suatu ZPT bergantung pada spesies tumbuhan.
Satu ZPT tidak bekerja sendiri dalam mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, pada
umumnya keseimbangan konsentrasi dari beberapa
ZPT-lah yang akan mengontrol pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan (Anonim, 2008).
Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organic
komplek alami yang disintesis oleh tanaman tingkat
tinggi, yang berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Dalam kultur jaringan, ada dua
golongan zat pengatur tumbuh yang sangat penting
adalah sitokinin dan auksin. Zat pengatur tumbuh ini
mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis dalam
kultur sel, jaringan dan organ. Interaksi dan
perimbangan antara zat pengatur tumbuh yang
diberikan dalam media dan yang diproduksi oleh sel
secara endogen, menentukan arah perkembangan
suatu kultur. Penambahan auksin atau sitokinin
eksogen, mengubah level zat pengatur tumbuh endogen

sel. Selain auksin dan sitokinin, gliberelin dan


persenyawaan-persenyawaan lain juga ditambahkan
dalam kasus-kasus tertentu (Anonim, 2008).
Para ahli fisiologi telah meneliti pengaruh auksin
dalam proses pembentukan akar lazim, yang membantu
mengimbangkan pertumbuhan sistem akar dan system
tajuk. Terdapat bukti kuat yang menunjukkan bahwa
auksin dari batang sangat berpengaruh pada awal
pertumbuhan akar. Bila daun muda dan kuncup, yang
mengandung banyak auksin, dipangkas maka jumlah
pembentukan akar sampling akan berkurang. Bila
hilangnya organ tersebut diganti dengan auksin, maka
kemampan membentuk akar sering terjadi kembali
(Salisbury dan Ross, 1995).
Auksin juga memacu perkembangan akar liar pada
batang. Banyak spesies berkayu, misalnya tanaman
apel Pyrus malus, telah membentuk primordia akar liar
terlebih dahulu pada batangnya yang tetap tersembunyi
selama beberapa waktu lamanya, dan akan tumbuh
apabila dipacu dengan auksin. Primordia ini sering
terdapat di nodus atau bagian bawah cabang diantara
nodus. Pada daerah tersebut, pada batang apel,
masing-masing mengandung sampai 100 primordia
akar. Bahkan, batang tanpa primordia sebelumnya kan
mampu menghasilkan akar liar dari pembelahan lapisan
floem bagian luar (Salisbury dan Ross, 1995).

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2010, Auksin, http://id.wikipedia.org/. diakses pada
tanggal 13Nopember 2010 pukul 18.00 WITA.
Anonim, 2008, Peranan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Dalam
Pertumbuhan
dan
Perkembangan, http://PERANAN(ZPT)BIOMAUNDIP.h
tm. diakses
pada
tanggal
13 Nopember 2010
pukul 18.00 WITA.
Aryulina, D., dkk., 2007, Biologi 3, Esis, Jakarta.
Dwidjoseputro, D., 1992, Pengantar Fisiologi Tumbuhan,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Latunra,
A. I., 2010, Penuntun
Praktikum
Fisiologi
Tumbuhan, Universitas Hasanuddin, Makassar.
Salisbury, F. B., dan Ross, C. W., 1995, Fisiologi Tumbuhan
Jilid 2, ITB Press, Bandung.
Soerga,
N.,
2009, Pola
Pertumbuhan
Tanaman,http://soearga.wordpress.com/. diakses pada
tanggal 13 Nopember 2010 pukul 18.00 WITA.
Posted by yunianti radcliffe at 8:53 AM
Labels: Laporan Praktikum FISTUM

Anda mungkin juga menyukai