Anda di halaman 1dari 3

TESTIS MALDESENSUS

Definisi
Pada masa janin, testis berada di ringga abdomen dan beberapa saat sebelum bayi dilahirkan, testis mengalami desensus testikulorum
atau turun ke dalam kantung skrotum. Oleh karena suatu hal, proses tersebut tidak berjalan dengan baik sehingga testis tidak berada
dalam kantong skrotum (maldesensus). Terdapat dua jenis keadaan maldesensus, yaitu kriptorkismus (testis tidak mampu mencapai
skrotum tetapi masih berada di jalurnya yang normal) dan testis ektopik (testis keluar dari jalurnya yang normal).
Embriologi
Saat janin, testis berkembang pada usia 7-8 minggu kehamilan. Pada minggu ke 10-11, sel Leydig menghasilkan testosteron, yang
merangsang diferensiasi duktus Wolffini ke dalam epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, dan saluran ejakulasi. Pada usia 32
minggu atau beberapa saat sebelum lahir, testis turun ke kantong skrotum.
Faktor yang mempengaruhi penurunan testis ke dalam skrotum adalah :
Adanya tarikan gubernakulum testis dan refleks dari otot kremaster
Perbedaan pertumbuhan gubernakulum dengan pertumbuhan badan
Dorongan dari tekanan intraabdominal
Faktor hormonal dan saraf genitofemoral
Angka kejadian
Angka kejadian kriptorkismus pada bayi prematur 30% yaitu 10 kali lebih banyak daripada bayi cukup bulan (3%). Dengan
bertambahnya usia, testis mengalami desensus secara spontan, sehingga pada usia 1 tahun, angka kejadian kriptorkismus tinggal 0,70,9%. Setelah usia 1 tahun, testis yang letaknya abnormal jarang mengalami desensus testis secara spontan.
Etiologi
1.
2.
3.

Kelainan pada gubernakulum testis


Kelainan intrinsic testis
Defisiensi hormone gonadotropin yang memacu proses desensus testis

Patologi
Testis abdominal selalu mendapat suhu yang lebih tinggi dari testis normal; hal ini mengakibatkan kerusakan sel-sel epitel germinal
testis. Kerusakan tersebut makin progresif sehingga akhirnya testis mengecil.
Akibat lain yang ditimbulkan adalah testis mudah terpluntir (torsio), mudah terkena trauma, dan lebih mudah terkena degenerasi
maligna.
Gambaran klinis
-

Infertilitas, yaitu belum mempunyai anak setelah kawin.


Kadang-kadang merasa ada benjolan di perut bawah.
Inspeksi: hipoplasia kulit skrotum
Palpasi: testis tidak teraba di kantong skrotum.
Pemeriksaan penunjang menggunakan flebografi selektif atau diagnostic laparoskopi.

intrinsik testis, atau defisiensi hormon gonadotropin yang memacu proses desensus testis.
Klasifikasi
-

Kriptorkismus

Adalah testis yang tidak berada di kantong skrotum, tapi tetap berada pada jalur yang normal (gagal turun), sehingga berada di kanalis
inguinalis atau rongga abdomen (antara fossa renalis dan angulus inguinalis eksterna). Jika kondisi ini menetap lebih dari 6 bulan, maka
terjadi hialinisasi tubulus seminiferus, jumlah sel leydig berkurang, dan muncul perubahan testis kontralateral setelah 4-7 tahun.
-

Testis ektopik

Adalah testis yang tersesat (keluar) dari jalur yang normal. Letak testis ektopik berada pada perineal, luar kanalis inguinalis yaitu diantara
aponeurosis obliqus eksternus dan jaringan subkutan, suprapubik, atau di regio femoralis.

Acquired atau ascending undescended teste

Pada keadaan ini, testis mengalami desensus saat lahir, tetapi pada masa anak-anak usia 4-10 tahun, testis tidak berada di kantong skrotum.
Beberapa penderita memiliki riwayat testis yang retraktil. Penyebab naiknya kembali testis dapat disebabkan oleh refleks kremaster yang
cepat, seperti pada kondisi anak yang geli atau cemas, sehingga testis akan kembali naik karena posisi inguinal yang rendah.
Pemeriksaan
Jika kedua buah testis tidak diketahui tempatnya, harus dibedakan dengan anorkismus bilateral (tidak mempunyai testis). Untuk itu perlu
dilakukan pemeriksaan hormonal antara lain hormon testosteron, kemudian dilakukan uji dengan pemberian hormon hCG (human chorionic
gonadotropin).
Uji hCG untuk mengetahui keberadaan testis :

Periksa kadar testosteron awal Injeksi hCG 2000U/hari selama 4 hari

Apabila pada hari ke V: Kadar meningkat 10 kali lebih tinggi daripada kadar semula Testis memang ada
Keberadaan testis sering kali sulit untuk ditentukan, apalagi testis yang letaknya intraabdominal dan pada pasien yang gemuk. Untuk itu
diperlukan bantuan beberapa sarana penunjang, di antaranya adalah flebografi selektif atau diagnostik laparoskopi.
Pemakaian ultrasonografi untuk mencari letak testis sering kali tidak banyak manfaatnya sehingga jarang dikerjakan. Pemeriksaan flebografi
selektif adalah usaha untuk mencari keberadaan testis secara tidak langsung, yaitu dengan mencari keberadaan pleksus Pampiniformis. Jika
tidak didapatkan pleksus pampiniformis kemungkinan testis memang tidak pernah ada.
Melalui laparoskopi dicari keberadaan testis mulai dari dari fossa renalis hingga anulus inguinalis internus, dan tentunya laparoskopi ini
lebih dianjurkan daripada melakukan eksplorasi melalui pembedahan terbuka..
Diagnosis banding
Seringkali dijumpai testis yang biasanya berad di kantong skrotum tiba-tiba berada di daerah inguinal dan pada keadaan lain
kembali ke tempat semula. Hal ini disebut sebagai testis retraktil atau kriptorkismus fisiologis dan kelainan ini tidak perlu diobati.
Diagnosis banding yang lain adalah anorkismus, yaitu testis memang tidak ada. Cara untuk membedakan anorkismus dengan
maldesensus testis adalah menggunakan pemeriksaan hormonal antara lain hormone testosterone, kemudian dilanjutkan uji denagn
pemberian hCG.
Tindakan

Medikamentosa
Hormone hCG yang disemprotkan intranasal
Operasi
Orkidopeksi, yaitu meletakkan testis ke dalan skrotum dengan melakukan fiksasi pada kantong sub dartos.

Anda mungkin juga menyukai