PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa kanak-kanak dan remaja merupakan jenjang kehidupan yang penting bagi
seorang manusia. Pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan terjadi begitu cepat.
Selain peran keluarga dan lingkungan sekitar untuk membentuk karakter seorang anak,
dibutuhkan pula nutrisi dan gizi untuk menunjang pertumbuhan fisik. Mulai dari
makro nutrisi sperti protein, karbohdrat dan lemak serta dibutuhkan pua mikro nutrient
seperti vitamin dan mineral. Dengan pikiran dan tubuh yang sehat diharapkn anak
tersebut dapat menjalankan aktivitas sehari-harinya tanpa hambatan.
Namun tidak setiap orang dapat memenuhi kebutuhan hidup khususnya dari sisi
gizi. Banyak factor yang dapat memepengaruhi hal ini mulai dari factor sosial,
ekonomi, politik dan lain-lain. Tidak terpenuhinya nutrisi anak dapat berdampak
negative baik bagi pertumbuhan maupun perkembangan anak tersebut.
Oleh karena itu dalam makalah ini kami akan membahas salah satu masalah gizi
yang menimpa masyarakat kita khususnya kekurangan nutrisi makro yaitu protein
1.2 Skenario
Anakku Malang
Levi, laki-laki umur 8 tahun, berat badan 15kg, dibawa oleh ibunya ke Puskesmas
karena mengalami kaki bengkak, perut buncit, tampak acuh tak acuh, geraknya kurang
stabil dan kulit terkelupas. Sehari-hari juga Levi kerap mengalami mencret. Ia berasal
dari keluarga tidak mampu dan jarang makan sayuran dan lauk pauk.
Pada pemeriksaan Fisik didapatkan : Wajah apatis, Edema anarsarka, dan
kemerahan juga mudah rontok.
Dokter pun melakukan Pemeriksaan Laboratorium dan diperoleh hasil ; Gula darah
puasa 70mg/dL, Hb 7 g/dL, Albumin 2,5g/dL, Na+ 110 mEq/L, K+ 3 mEq/L.
Kondisi apakah yang dialami Levi dan Bagaimana penatalaksanaannya?
1.2.1 Permasalahan
1 | LBM IANAKKU MALANG
1.
2.
3.
4.
5.
6.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Mekanisme Gejala dari Skenario ?
Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi berbagai cadangan
makanan untuk menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup, dimulai dengan
pembakaran cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak serta protein dengan
melalui proses katabolic.
Kalau terjadi stress katabolic (infeksi) maka kebutuhan akan protein akan
meningkat, sehingga dapat menyebabkan defisiensi protein yang relative, kalau
kondisi ini terjadi terus menerus maka akan menunjukkan manifestasi kwashiorkor
ataupun marasmus.
Faktor
Penyebab
Status sosial
ekonomi rendah
Intake nutrisi
inadekuat
Kompensasi:
Gangguan nutrisi, vitamin,
menggunakan
mineral
cadangan
lemak
dan
Gangguan
intake
Gangguan
DNA di
protein
untuk
metabolisme
karbohidrat
sistem
saraf
hipoglikemia
glukosa
pemenuhan energi
otak
Kurang Pengetahuan
tentang pemenuhan
nutrisi
Aktivitas fagosit
Infeksi di usus
Kerusakan
vili
koloid
osmotik
Gangguan
pertumbuha
n sel-sel
otak
diare
Risti infeksi
kecerdasan
& mental
Stres
katabolik
glukosa ke
otak
Kebutuhan protein
Defisiensi
protein
Kurang
as.amino
esensial u/
Konsentrasi
glukosa ke
seluruh tubuh
Gangguan
Tumbuh
Kembang
metabolisme
sel
Merasa
minder
Tidak mau
bergaul
Isolasi sosial
Kebutuhan nutrisi pada balita sebenarnya juga dipengaruhi oleh usia, besar
tubuh, dan tingkat aktivitas yang dilakukannya.
Energi
hari.
Kalsium
Zat besi
Vitamin C dan D.
Tubuh anak terdiri dari struktur tulang, otot, peredaran darah, jaringan otak, dan
organ-organ lain. Perkembangan tiap struktur ini sangat dipengaruhi oleh masukan
(intake) berbagai macam nutrisi makanan penunjang pertumbuhan.
Pada usia 2 tahun ini, anak-anak memiliki kerangkan tubuh berupa tulang
rawan sehinga dengan pemberian masukan gizi berupa vitamin dan mineral akan
mempercepat pembentukan tulang (osifkasi).
Anak usia 2 tahun juga sudah mampu untuk berjalan dan melakukan semua
gerakan tubuh yang dilakukan oleh otot. Hal ini terjadi karena ribuan serabut otot
yang semakin membesar dan terus bekerja. Artinya, otot membutuhkan zat-zat dari
asupan makanan yang diberikan pada anak.
fluor, zat besi karena pertumbuhan pada kisaran usia ini sedang pesat dan aktivitas
anak semakin bertambah.
Untuk memneuhi kebutuan energi dan zat gizi, anak terkadang makan hingga 5
kali sehari. Namun sebaiknya anak tetap diajari untuk makan 3 kali sehari dengan
menu gizi yang tinggi, yaitu : sarapan, makan siang, dan makan malam. Anak juga
perlu untuk diajari sarapan pagi agar dapat berfikir dengan baik di sekolah.
3) Jenis Nutrisi Yang Dibutuhkan Anak anak
a. Energi
Kalori yang dibutuhkan anak dalam masa pertumbuhan ini adalah sekitar 1.900
kalori. Menu yang diberikan untuk mereka sebaiknya tidak terlalu padat tetapi
berserat. Makanan yang mengandung karbohidrat tinggi seperti : nasi, roti, dan
kentang adalah sumber karbohidrat yang bagus. Gula bukanlah merupakan
sumber enrgi yang baik karena tidak mengandung vitamin dan mineral.
Pemberian gula yang terlalu banyak pada anak akan menyebabkan kerusakan
pada gigi.
b. Protein
Protein harus dikonsumsi secara seimbang agar anak mendapat asupan
kombinasi asam amino yang tepat. Protein dibutuhkan anak untuk
perkembangan dan pemeliharaan jaringan tubuh.
Berikut adalah angka kecukupan protein dalam sehari menurut kisaran umur
anak :
c. Lemak
Lemak dibutuhkan oleh anak untuk berbagai fungsi tubuh dan penyediaan
energi, proses produksi hormon, dan perlindungan tubuh. Lemak juga dapat
menjamin ketersediaan vitamin A,D,E,K pada anak karena lemak dapat
melarutkan vitamin tersebut.
d. Kalsium
Anak membutuhkan kalsium untuk pembentukan tulang dan gigi, pembekuan
darah, serta kontaksi otot.
e. Kolin
Kolin merupakan nutrisi penting bagi membran otak dalam meningkatkan
kemampuan daya ingat dan konsentrasi. Anak telah memasuki masa sekolah
sehingga dalam proses ini mereka membutuhkan asupan makanan untuk
membantu pemikiran.
f. Zat Besi
Penting bagi anak-anak yang sedang tumbuh serta meningkatkan kesehatan
darah. Banyak jenis sayuran yang merupakan sumber zat besi yang bagus
meskipun zat besi yang berasal dari non-hewan lebih sulit diserap tubuh. Dalam
hal ini harus diberikan pula supan zat besi dari susu.
g. Seng
Seng merupakan mineral penting yang menyususn banyak enzim pada tubuh.
Seng berperan untuk memerangi infeksi, untuk pertumbuhan, perkembangan
aspek seksualitas, dan indera perasa, serta pemulihan luka.
h. Vitamin D
Vitamin D penting dalam proses penyerapan kalsium. Vitamin D ditemukan
pada produk susu, telur, dan makanan yang difortifikasi seperti margarin, sereal,
dan dapat diproduksi tubuh melalui proses penyerapan sinar matahari pada
kulit.
i. Antioksidan dan Buah
Makan 3-5 porsi buah atau sayuran bervitamin C dan beta karotin tinggi, dapat
meningkatkan daya tahan tubuh anak pada serangan penyakit.
7 | LBM IANAKKU MALANG
marasmus,
kwashiorkor
dan
kombinasi
marasmus
kwashiorkor
(Soekirman, 2000).
Sedangkan menurut Jellife (1966) dalam Supariasa, I.D.Nyoman (2002)
dikatakan bahwa KEP merupakan istilah umum yang meliputi malnutrisi, yaitu
gizi kurang dan gizi buruk termasuk marasmus dan kwashiorkor.
Almatsier (2004) mengatakan KEP adalah sindroma gabungan antara dua
jenis kekurangan energi dan protein, dimana sindroma ini merupakan salah satu
masalah gizi di Indonesia. Secara garis besar tanda klinis berat dari KEP adalah
Marasmus, Kwashiorkor, dan Marasmus-Kwashiorkor.
B. Etiologi
Etiologic malnutrisi dapat bersifat primer maupun sekunder, adapaun
malnutrisi bersifat primer, yaitu apabila kebutuhan individu yang sehat akan
protein energy, atau keduanya, tidak dipenuhi oleh makanan yang adekuat. Pada
malnutrisi protein energy primer, kekurangan kalori umumnya dikaitkan dengan
keadaan-keadaan perang, kekacauan sosial, ketidaktahuan, kemiskinan, penyakit
infeksi, dan ketidak seimbangan distribusi makanan. Dengan demikian ganggua
sosial ekonomi dapat dianggap sebagai penyebab paling global kelaparan pada
anak disertai efeknya yang buruk pada pertumbuhan dan perkembangan anak.
Malnutrisi berifat sekunder, yaitu akibat adanya penyakit yang dapat
menyebabkan asupan suboptimal, gangguan penyerapan atau pemakaian nutrient,
dan atau peningkatan kebutuhan karena terjadi kehilangan nutrient atau keadaan
stress. Malnutrisi protein-energi merupakan penyakit gizi terpenting di Negara
8 | LBM IANAKKU MALANG
sedang berkembang dan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada
masa anak-anak di dunia.
C. Klasifikasi Gizi Buruk
Terdapat 3 tipe gizi buruk adalah marasmus, kwashiorkor, dan marasmuskwashiorkor. Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada ciri-ciri atau tanda klinis
dari masing-masing tipe yang berbeda-beda.
1. Marasmus
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat. Gejala
yang timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak
dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah
dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan pencernaan (sering diare),
pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak sering rewel dan banyak
menangis meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar. Berikut adalah
gejala pada marasmus adalah (Depkes RI, 2000) :
a. Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan
otot-ototnya, tinggal tulang terbungkus kulit.
b. Wajah seperti orang tua
c. Iga gambang dan perut cekung
d. Otot paha mengendor (baggy pant)
e. Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar
2. Kwashiorkor
Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger baby),
bilamana dietnya mengandung cukup energi disamping kekurangan protein,
walaupun dibagian tubuh lainnya terutama dipantatnya terlihat adanya atrofi.
Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai
seluruh tubuh.
a. Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis.
b. Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut,
pada penyakit kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat rambut kepala kusam.
c. Wajah membulat dan sembab
d. Pandangan mata anak sayu
e. Pembesaran hati, hati yang membesar dengan mudah dapat diraba dan
terasa kenyal pada rabaan permukaan yang licin dan pinggir yang tajam.
9 | LBM IANAKKU MALANG
f. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah
menjadi coklat kehitaman dan terkelupas
3. Marasmik-Kwashiorkor
Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinik
kwashiorkor dan marasmus. Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung
protein dan juga energi untuk pertumbuhan yang normal. Pada penderita
demikian
disamping
menurunnya
berat
badan
<
60%
dari
normal
intertisial, tidak ke intrasel, karena pada penderita kwashiorkor tidak ada kompensansi
dari ginjal untuk reabsorpsi natrium. Padahal natrium berfungsi menjaga
keseimbangan cairan tubuh. Pada penderita kwashiorkor, selain defisiensi protein juga
defisiensi multinutrien. Ketika ditekan, maka plasma pada intertisial lari ke daerah
sekitarnya karena tidak terfiksasi oleh membran sel dan mengembalikannya
membutuhkan waktu yang lama karena posisi sel yang rapat. Edema biasanya terjadi
pada ekstremitas bawah karena pengaruh gaya gravitasi, tekanan hidrostatik dan
onkotik (Sadewa, 2008).
Sedangkan menurut Nelson (2007), penyebab utama marasmus adalah kurang
kalori protein yang dapat terjadi karena: diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang
tidak tepat seperti hubungan orang tua dengan anak terganggu, karena kelainan
metabolik atau malformasi kongenital. Keadaan ini merupakan hasil akhir dari
interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan
ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga
berpengaruh terhadap terjadinya marasmus. Secara garis besar sebab-sebab marasmus
adalah sebagai berikut:
a. Masukan makanan yang kurang: marasmus terjadi akibat masukan kalori yang
sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari
ketidaktahuan orang tua si anak, misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang
terlalu encer.
b. Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral
misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephiritis dan sifilis
kongenital.
c. Kelainan struktur bawaan misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit
Hirschpurng, deformitas palatum, palatoschizis, mocrognathia, stenosis pilorus.
Hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas.
d. Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus. Pada keadaan tersebut pemberian
ASI kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuat.
e. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup
f. Gangguan metabolik, misalnya renal asidosis, idiopathic hypercalcemia,
galactosemia, lactose intolerance.
g. Tumor hypothalamus, kejadian ini jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila
penyebab maramus yang lain disingkirkan.
h. Penyapihan yang terlalu dini desertai dengan pemberian makanan tambahan yang
kurang akan menimbulkan marasmus
11 | L B M I A N A K K U M A L A N G
i.
merupakan
predisposisi untuk
timbulnya
E. Diagnosis :
1. Anamnesis
Keluhan yang sering ditemukan adalah pertumbuhan yang kurang, anak
kurus atau berat badannya kurang, selain itu ada keluhan anak kurang/ tidak
mau makan, sering menderita sakit yang berulang atau timbulnya bengkak
pada kak, kadang sampai seluruh tubuh.
Untuk mendiagnosis penyakit Levi, pertama kita lihat dari usia pasien.
Pasien berusia 8 tahun namun memliki berat badan hanya 15 kg saja. Menurut
WHO, rumus pengukuran berat badan ideal berdasarkan usia untuk anak 1 10 tahun adalah (2xn) + 8, jadi berat badan ideal Levi adalah (2x8) + 8 yaitu
24 kg. Dari sini kita sudah tahu bahwa Levi kemungkinan kekurangan gizi.1
Levi juga mengalami perut buncit serta edema anasarka, ada beberapa
penyakit yang dapat menyebabkan hal ini antara lain gagal ginjal, gagal hati,
dan juga bisa kibat hypoalbuminemia. Untuk masalah gagal ginjal dan gagal
hati, taka da gejala lain yang terlihat seperti gangguan sistem urinaria ataupun
icterus pada tubuh Levi, oleh karena itu, diagnosis mengarah pada
hypoalbuminemia yang disebabkan oleh kekurangan asupan protein. Hal ini
semakin diperkuat oleh hasil laboratorium yang menunjukan kadar albumin
darah 2,5 gr/dl, jauh di bawah normal yaitu 3,5 gr/dl.2
Kekurangan ini diperkuat oleh pernyataan bahwa Levi berasal dari
keluarga tidak mampu dan jarang makan sayuran dan lauk pauk. Levi juga
kerap mengalami mencret, mencret ini lebih mengarah pada menurunnya
imunitas tubuh akibat kekurangan nutrisi, sehingga antigen lebih mudah
menginfeksi tubuh. Selain itu, hal ini juga dapat memperburuk keadaan,
karena mukosa usus yang tidak baik akan semakin menyulitkan penyerapan
zat makanan dan kemudia hal ini berputar seperti lingkaran setan.
Hipoglikemia dan juga kekurangan elektrolit yang didapat pada waktu
pemeriksaan laboratorium juga dapat dikarenakan akibat dari dehidrasi
karena mencret tersebut.3
12 | L B M I A N A K K U M A L A N G
Sejauh ini, Levi kami curigai mengalami KEP atau Kekurangan Energi
Protein. KEP ini ada beberapa jenis yaitu marasmus, kwashiorkor dan juga
campuran antara keduanya. Masing-masing KEP ini memiliki ciri khas
tersendiri. Namun bila kita melihat dari scenario, terutama dari kulit
terkelupas (crazy pavement dermatosis) dan juga rambut kemerahan yang
mudah rontok, diagnosis akan mengarah pada kwashiorkor. Sistem Wellcome
Trust Working Party membedakan tipe malnutrisi berdasarkan berat badan
dan edema yang mana bila berat badan di atas 60% dari normal dan edema =
kwashiorkor, bila berat badan di bawah 60% normal dan edema = marasmikkwashiorkor, dan bila berat badan di bawah 60% normal tanpa edema =
marasmus.4
F. Tata Laksana
13 | L B M I A N A K K U M A L A N G
14 | L B M I A N A K K U M A L A N G
nasogastric.
mulai
30 menit).
Kemudian
setiap 30 menit).
Antibiotic spectrum
langkah 5)
luas
(lihat
15 | L B M I A N A K K U M A L A N G
dan malam.
Kadar gula darah : setelah 2 jam, ulangi pemeriksaan kadar gula darah
(menggunakan darah dari jari atau tumit). Selama terapi, umunya anak akan
stabil dalam 30 menit. Bila gula darah masih rendah ulangi pemeberian 50 ml
bolus glukosa 10% atau larutan sukrosa, kemudian lanjutkan pemberian
Monitor:
-
malam hari.
Kadar gula darah : ukur gula darah ketika didapati adanya hipotermia.
Terapi:
Larutan gula-garam standar untuk dehidrasi oral (75 mmol Na/L)
mengandung terlalu banyak Natrium dan terlalu sedikit Kalium bagi anak
malnutrisi berat. Oleh karena itu diberikan larutan redehidrasi yaitu rehydration
solution of malnutrition (ReSoMal).
Sulit untuk mennetukan status dehidrasi dengan meihat klinis saja pada
anak melnutrisi berat. Maka diasumsikan bahwa setiap anak dengan diare cair
dapat mengalami dehidrasi dan diberikan:
-
ReSoMal 5 ml/kg setiap 30 menit selama 2 jam pertama, baik per oral maupun
lewat NGT.
Kemudian, 5-10 ml/kg/jam selama 4-10 jam berikutnya: jumlah yang
seharusnya diberikan kepada anak ditentukan oleh berapa banyak anak mau
minum dan jumlah diare dan muntah. Ganti dosis ReSoMal pada jam ke-4, 6, 8
Denyut jantung
Frekuensi napas
Frekuensi miksi
Frekuensi defekasi/muntah
Adanya air mata, mukosa mulut yang lembab, mata dan fontanella yang sudah
infeksi
atau
over
rehidrasi.
Tanda-tanda
kelebihan
cairan
Vitamin A per oral (dosis untuk > 12 bulan 200.000 SI, untuk 6-12 bulan
100.000 SI, untuk 0-5 bulan 50.000 IU), ditunda bila kondisi klinis buruk
Asam folat 5 mg, oral
Suplemen multivitamin
Asam folat 1 mg/hari
Zinc 2 mg/kg BB/ hari
Copper 0.3 mg/kg BB/hari
Preparat besi 3 mg/kg/hari (pada fase rehabilitasi)
19 | L B M I A N A K K U M A L A N G
Pemberian makanan dengan porsi kecil dan sering dengan osmolaritas rendah
secara perenteral).
Energy : 80-100 kkal/kgBB/hari
Protein : 1-1.5 g/kgBB/hari
Cairan : 130ml/kgBB/hari cairan (100 cc/kgBB/hari bila anak mengalami
edema berat)
Apabila anak minum ASI, lanjutkan pemebrian ASI tetapi setelah formula
dihabiskan.
Pemberian susu formula awal (F75) dan jadwal pemebrian makanan yang
Frekuensi
Tiap 2 jam
Volume/kgBB/pemberian
11 cc
Volume/kg/hari
130
3-5
Tiap 3 jam
16 cc
130
6-7+
Tiap 4 jam
22 cc
130
Berat badan harian (ditimbang pada waktu dan kondisi yang sama)
Ganti formula F75 dengan F100 dalam jumah yang sama selama 48 jam
Kemudian volume dapat ditambah bertahap sebanyak 10-15 ml per kali (bila
sulit pelaksanaannya, kenaikan volume ini dapat dilakukan per hari) hingga
Frekuensi napas
Frekuensi nadi
Bila frekuensi napas meningkat lima kali atau ebih/enit dan frekuensi nadi 25
atau lebih/menit selama 2 kali pemantauan dalam 4 jam berturut-turut, kurangi
volume per kali makan (berikan tiap 4 jam F100 16 ml/kgBB/makan selama 24
jam, kemudian 19 ml/kgBB/makan selama 24 jam, kemudian 22ml/kgBB/makan
selama 48 jam kemudian tingkatkan jumlah pemberian makan 10 ml tiap kali
pemebrian seperti di atas.
Lanjutkan menambah volume pemebrian F100 hingga ada makanan sisa yang
tidak termakan oleh anak (anak tidak mampu menghabiskan porsinya). Tahapan
ini biasanya terjadi pada saat pemberian makanan mencapai 30ml/kgBB/makan
(200ml/kgBB/hari).
21 | L B M I A N A K K U M A L A N G
Pemberian makanan yang sering (sedikit tiap 4 jam) dari jumlah formula
tumbuh-kejar.
Energy : 150-22- kkal/kg/hari
Protein : 4-6 gram protein/kgBB/hari
Bila anak masih mendapat AI tetap berikan di antara pemebrian formula (catatan
: AI tidak memiliki energy dan protein yang cukup untuk mendukung tumbuhkejar yang cepat).
Timbang berat badan tiap pagi sebelum makan, plot pada formulir pemantauan
berat badan
Tiap minggu hitung dan catat pertambahan berat badan dalam satuan
gram/kgBB/hari
Pemberian makan secara sering dengan kandungan energy dan nutrient yang
memadai
Berikan terapi bermain yang terstruktur
23 | L B M I A N A K K U M A L A N G
BAB III
Penutup
1.3.
Kesimpulan
Jadi berdasarkan hasil anamnesis dan juga pemeriksaan fisik serta laboratorium
levi, kami simpulkan bahwa anak tersebut menderita kwarshiorkor. Mengapa
kwarshiorkor? pertama kita lihat dari usia dengan berat badan levi yang tidak sesuai.
Hal ini menandakan bahwa levi mengalami kekurangan gizi. Dari pemeriksaan fisik
dan uga laboratorium, kondisi levi lebih mengarah ke kwarshiorkor. Keadaan ini mesti
cepat ditangani agar tidak menyebabkan kondisi yang lebih buruk.
24 | L B M I A N A K K U M A L A N G
DAFTAR PUSTAKA
1. Kelsey MM, Zaepfel A, Bjornstad P, Nadeau KJ. (2014). Age-related
consequences of childhood obesity. Gerontology ; 60(3):222-8 tersedia di
www.cdc.gov/healthyweight/assessing/bmi/childrens_bmi/about_childrens_bmi.ht
ml diakses pada tanggal 17 Feb 2016
2. Anderson, Douglas M. (2000). Dorlands illustrated medical dictionary (29th ed).
Philadhelpia:Saunders. Hlm: 860
3. Ciccarelli, S: Stolfi, I; Caramia, G. (2013). Management strategies in treatment of
neonatal and pediatric gastroenteritis. Infection and drug resistance 6: 133-61
tersedia
di
www.dovepress.com/management-strategies-in-the-treatment-of-
25 | L B M I A N A K K U M A L A N G