Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masa kanak-kanak dan remaja merupakan jenjang kehidupan yang penting bagi
seorang manusia. Pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan terjadi begitu cepat.
Selain peran keluarga dan lingkungan sekitar untuk membentuk karakter seorang anak,
dibutuhkan pula nutrisi dan gizi untuk menunjang pertumbuhan fisik. Mulai dari
makro nutrisi sperti protein, karbohdrat dan lemak serta dibutuhkan pua mikro nutrient
seperti vitamin dan mineral. Dengan pikiran dan tubuh yang sehat diharapkn anak
tersebut dapat menjalankan aktivitas sehari-harinya tanpa hambatan.
Namun tidak setiap orang dapat memenuhi kebutuhan hidup khususnya dari sisi
gizi. Banyak factor yang dapat memepengaruhi hal ini mulai dari factor sosial,
ekonomi, politik dan lain-lain. Tidak terpenuhinya nutrisi anak dapat berdampak
negative baik bagi pertumbuhan maupun perkembangan anak tersebut.
Oleh karena itu dalam makalah ini kami akan membahas salah satu masalah gizi
yang menimpa masyarakat kita khususnya kekurangan nutrisi makro yaitu protein

1.2 Skenario
Anakku Malang
Levi, laki-laki umur 8 tahun, berat badan 15kg, dibawa oleh ibunya ke Puskesmas
karena mengalami kaki bengkak, perut buncit, tampak acuh tak acuh, geraknya kurang
stabil dan kulit terkelupas. Sehari-hari juga Levi kerap mengalami mencret. Ia berasal
dari keluarga tidak mampu dan jarang makan sayuran dan lauk pauk.
Pada pemeriksaan Fisik didapatkan : Wajah apatis, Edema anarsarka, dan
kemerahan juga mudah rontok.
Dokter pun melakukan Pemeriksaan Laboratorium dan diperoleh hasil ; Gula darah
puasa 70mg/dL, Hb 7 g/dL, Albumin 2,5g/dL, Na+ 110 mEq/L, K+ 3 mEq/L.
Kondisi apakah yang dialami Levi dan Bagaimana penatalaksanaannya?

1.2.1 Permasalahan
1 | LBM IANAKKU MALANG

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Mekanisme Gejala dari Skenario?


Hubungan status sosial ekonomi dengan kondisi Levi saat ini !
Pengukuran Antropometri pada anak!
Asupan Gizi Normal anak!
Apa kemungkinan penyakit yang diderita oleh levi?
Diagnosis dan Penatalaksanaan!

2 | LBM IANAKKU MALANG

BAB II
PEMBAHASAN
1. Mekanisme Gejala dari Skenario ?
Makanan yang tidak adekuat, akan menyebabkan mobilisasi berbagai cadangan
makanan untuk menghasilkan kalori demi penyelamatan hidup, dimulai dengan
pembakaran cadangan karbohidrat kemudian cadangan lemak serta protein dengan
melalui proses katabolic.
Kalau terjadi stress katabolic (infeksi) maka kebutuhan akan protein akan
meningkat, sehingga dapat menyebabkan defisiensi protein yang relative, kalau
kondisi ini terjadi terus menerus maka akan menunjukkan manifestasi kwashiorkor
ataupun marasmus.

Faktor
Penyebab

Status sosial
ekonomi rendah

Intake nutrisi
inadekuat

Kompensasi:
Gangguan nutrisi, vitamin,
menggunakan
mineral
cadangan
lemak
dan
Gangguan
intake
Gangguan
DNA di
protein
untuk
metabolisme
karbohidrat
sistem
saraf
hipoglikemia
glukosa
pemenuhan energi
otak

Kurang Pengetahuan
tentang pemenuhan
nutrisi
Aktivitas fagosit

Daya tahan tubuh


3 | L B M I A N A K K U M A
LANG

Bakteri, virus, mudah


masuk
Malnutrisi
berkepanjang
an

Infeksi di usus
Kerusakan
vili
koloid
osmotik
Gangguan
pertumbuha
n sel-sel
otak

diare

Risti infeksi

kecerdasan
& mental
Stres
katabolik

glukosa ke
otak

Kebutuhan protein

Defisiensi
protein
Kurang
as.amino
esensial u/

Konsentrasi

glukosa ke
seluruh tubuh

Gangguan
Tumbuh
Kembang

metabolisme
sel

Merasa
minder
Tidak mau
bergaul

Isolasi sosial

2. Asupan Gizi Normal Anak!


energi
Masa anak-anak sangat penting bagi perkembangan fisik dan mental. Pola makan
kwashiorkor
dan nutrisi yang diberikan harus memenuhi untuk menjamin kesehatan anak. Masa
anak-anak (1 sampai 13 tahun) adalah periode kehidupan yang sangat penting bagi
perkembangan fisik dan mental. Dalam fase ini, dibutuhkan asupan nutrisi yang tinggi.
1) Kebutuhan Gizi Untuk Balita dan Pra sekolah (1-5 tahun)
Usia balita tidaklah tumbuh sepesat pada masa bayi, tetapi kebutuhan nutrisi
mereka tetap merupakan prioritas yang utama. Di masa balita ini, nutrisi memegang
peranan yang penting dalam perkembangan anak. Masa balita adalah masa transisi
terutama pada usia 1 2 tahun dimana anak akan mulai memakan makanan yang
padat dan menerima rasa serta tekstur makanan yang baru.
4 | LBM IANAKKU MALANG

Kebutuhan nutrisi pada balita sebenarnya juga dipengaruhi oleh usia, besar
tubuh, dan tingkat aktivitas yang dilakukannya.

Energi

: biasanya balita membutuhkan sekitar 1.000 samapi 1.400 kalori per

hari.

Kalsium

: dibutuhkan kurang lebih 500 mg per hari.

Zat besi

: anak balita membutuhkan 7 mg per hari.

Vitamin C dan D.
Tubuh anak terdiri dari struktur tulang, otot, peredaran darah, jaringan otak, dan

organ-organ lain. Perkembangan tiap struktur ini sangat dipengaruhi oleh masukan
(intake) berbagai macam nutrisi makanan penunjang pertumbuhan.
Pada usia 2 tahun ini, anak-anak memiliki kerangkan tubuh berupa tulang
rawan sehinga dengan pemberian masukan gizi berupa vitamin dan mineral akan
mempercepat pembentukan tulang (osifkasi).
Anak usia 2 tahun juga sudah mampu untuk berjalan dan melakukan semua
gerakan tubuh yang dilakukan oleh otot. Hal ini terjadi karena ribuan serabut otot
yang semakin membesar dan terus bekerja. Artinya, otot membutuhkan zat-zat dari
asupan makanan yang diberikan pada anak.

2) Kebutuhan Gizi untuk anak sekolah (6 13 tahun)


Pada usia sekolah ini, anak akan melakukan banyak aktivitas fisik maupun
mental, seperti : bermain, belajar, berolahraga, dll. Zat gizi yang diberikan pada nya
akan membantu dalam meningkatkan kesehatan tubuh anak sehingga sistem
pertahanan tubuhnya berkembang dengan baik atau tidak mudah untuk terserang
penyakit. Hal yang tidak mudah adalah mengawasi jenis makanan atau jajanan anak
baik disekolah maupun di lingkungannya karena pada saat ini anak sudah mulai
berinteraksi dengan orang lain (teman sebaya).
Anak usia sekolah membutuhkan lebih banyak energi dan zat gizi yang lebih
dibanding dengan anak balita. Diperlukan pula tambahan energi, protein, kalsium,
5 | LBM IANAKKU MALANG

fluor, zat besi karena pertumbuhan pada kisaran usia ini sedang pesat dan aktivitas
anak semakin bertambah.
Untuk memneuhi kebutuan energi dan zat gizi, anak terkadang makan hingga 5
kali sehari. Namun sebaiknya anak tetap diajari untuk makan 3 kali sehari dengan
menu gizi yang tinggi, yaitu : sarapan, makan siang, dan makan malam. Anak juga
perlu untuk diajari sarapan pagi agar dapat berfikir dengan baik di sekolah.
3) Jenis Nutrisi Yang Dibutuhkan Anak anak
a. Energi
Kalori yang dibutuhkan anak dalam masa pertumbuhan ini adalah sekitar 1.900
kalori. Menu yang diberikan untuk mereka sebaiknya tidak terlalu padat tetapi
berserat. Makanan yang mengandung karbohidrat tinggi seperti : nasi, roti, dan
kentang adalah sumber karbohidrat yang bagus. Gula bukanlah merupakan
sumber enrgi yang baik karena tidak mengandung vitamin dan mineral.
Pemberian gula yang terlalu banyak pada anak akan menyebabkan kerusakan
pada gigi.
b. Protein
Protein harus dikonsumsi secara seimbang agar anak mendapat asupan
kombinasi asam amino yang tepat. Protein dibutuhkan anak untuk
perkembangan dan pemeliharaan jaringan tubuh.
Berikut adalah angka kecukupan protein dalam sehari menurut kisaran umur
anak :

c. Lemak

6 | LBM IANAKKU MALANG

Lemak dibutuhkan oleh anak untuk berbagai fungsi tubuh dan penyediaan
energi, proses produksi hormon, dan perlindungan tubuh. Lemak juga dapat
menjamin ketersediaan vitamin A,D,E,K pada anak karena lemak dapat
melarutkan vitamin tersebut.
d. Kalsium
Anak membutuhkan kalsium untuk pembentukan tulang dan gigi, pembekuan
darah, serta kontaksi otot.
e. Kolin
Kolin merupakan nutrisi penting bagi membran otak dalam meningkatkan
kemampuan daya ingat dan konsentrasi. Anak telah memasuki masa sekolah
sehingga dalam proses ini mereka membutuhkan asupan makanan untuk
membantu pemikiran.
f. Zat Besi
Penting bagi anak-anak yang sedang tumbuh serta meningkatkan kesehatan
darah. Banyak jenis sayuran yang merupakan sumber zat besi yang bagus
meskipun zat besi yang berasal dari non-hewan lebih sulit diserap tubuh. Dalam
hal ini harus diberikan pula supan zat besi dari susu.
g. Seng
Seng merupakan mineral penting yang menyususn banyak enzim pada tubuh.
Seng berperan untuk memerangi infeksi, untuk pertumbuhan, perkembangan
aspek seksualitas, dan indera perasa, serta pemulihan luka.

h. Vitamin D
Vitamin D penting dalam proses penyerapan kalsium. Vitamin D ditemukan
pada produk susu, telur, dan makanan yang difortifikasi seperti margarin, sereal,
dan dapat diproduksi tubuh melalui proses penyerapan sinar matahari pada
kulit.
i. Antioksidan dan Buah
Makan 3-5 porsi buah atau sayuran bervitamin C dan beta karotin tinggi, dapat
meningkatkan daya tahan tubuh anak pada serangan penyakit.
7 | LBM IANAKKU MALANG

3. Kemungkinan diagnosis penyakit di skenario!


Kekurangan Energi Protein
A. Pengertian KEP
Kurang energi protein (KEP) yaitu seseorang yang kurang gizi yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi protein dalam makan sehari-hari dan
atau gangguan penyakit tertentu sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi
(AKG). Kurang energi protein merupakan keadaan kurang gizi yang disebabkan
oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga
tidak memenuhi angka kecukupan gizi (Depkes 1999).
KEP adalah gizi buruk yang merupakan suatu istilah teknis yang umumnya
dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi buruk itu sendiri adalah
bentuk terparah (akut) dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun atau
kekurangan gizi tingkat berat. Gizi buruk yang disertai dengan tanda-tanda klinis
disebut

marasmus,

kwashiorkor

dan

kombinasi

marasmus

kwashiorkor

(Soekirman, 2000).
Sedangkan menurut Jellife (1966) dalam Supariasa, I.D.Nyoman (2002)
dikatakan bahwa KEP merupakan istilah umum yang meliputi malnutrisi, yaitu
gizi kurang dan gizi buruk termasuk marasmus dan kwashiorkor.
Almatsier (2004) mengatakan KEP adalah sindroma gabungan antara dua
jenis kekurangan energi dan protein, dimana sindroma ini merupakan salah satu
masalah gizi di Indonesia. Secara garis besar tanda klinis berat dari KEP adalah
Marasmus, Kwashiorkor, dan Marasmus-Kwashiorkor.
B. Etiologi
Etiologic malnutrisi dapat bersifat primer maupun sekunder, adapaun
malnutrisi bersifat primer, yaitu apabila kebutuhan individu yang sehat akan
protein energy, atau keduanya, tidak dipenuhi oleh makanan yang adekuat. Pada
malnutrisi protein energy primer, kekurangan kalori umumnya dikaitkan dengan
keadaan-keadaan perang, kekacauan sosial, ketidaktahuan, kemiskinan, penyakit
infeksi, dan ketidak seimbangan distribusi makanan. Dengan demikian ganggua
sosial ekonomi dapat dianggap sebagai penyebab paling global kelaparan pada
anak disertai efeknya yang buruk pada pertumbuhan dan perkembangan anak.
Malnutrisi berifat sekunder, yaitu akibat adanya penyakit yang dapat
menyebabkan asupan suboptimal, gangguan penyerapan atau pemakaian nutrient,
dan atau peningkatan kebutuhan karena terjadi kehilangan nutrient atau keadaan
stress. Malnutrisi protein-energi merupakan penyakit gizi terpenting di Negara
8 | LBM IANAKKU MALANG

sedang berkembang dan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada
masa anak-anak di dunia.
C. Klasifikasi Gizi Buruk
Terdapat 3 tipe gizi buruk adalah marasmus, kwashiorkor, dan marasmuskwashiorkor. Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada ciri-ciri atau tanda klinis
dari masing-masing tipe yang berbeda-beda.
1. Marasmus
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat. Gejala
yang timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak terlihat lemak
dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah
dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan pencernaan (sering diare),
pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak sering rewel dan banyak
menangis meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar. Berikut adalah
gejala pada marasmus adalah (Depkes RI, 2000) :
a. Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan
otot-ototnya, tinggal tulang terbungkus kulit.
b. Wajah seperti orang tua
c. Iga gambang dan perut cekung
d. Otot paha mengendor (baggy pant)
e. Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar
2. Kwashiorkor
Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger baby),
bilamana dietnya mengandung cukup energi disamping kekurangan protein,
walaupun dibagian tubuh lainnya terutama dipantatnya terlihat adanya atrofi.
Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai
seluruh tubuh.
a. Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis.
b. Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah dicabut,
pada penyakit kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat rambut kepala kusam.
c. Wajah membulat dan sembab
d. Pandangan mata anak sayu
e. Pembesaran hati, hati yang membesar dengan mudah dapat diraba dan
terasa kenyal pada rabaan permukaan yang licin dan pinggir yang tajam.
9 | LBM IANAKKU MALANG

f. Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah
menjadi coklat kehitaman dan terkelupas
3. Marasmik-Kwashiorkor
Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinik
kwashiorkor dan marasmus. Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung
protein dan juga energi untuk pertumbuhan yang normal. Pada penderita
demikian

disamping

menurunnya

berat

badan

<

60%

dari

normal

memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor, seperti edema, kelainan rambut,


kelainan kulit, sedangkan kelainan biokimiawi terlihat pula (Depkes RI, 2000).
D. Patofisiologi gizi buruk
Patofisiologi gizi buruk pada balita adalah anak sulit makan atau anorexia bisa
terjadi karena penyakit akibat defisiensi gizi, psikologik seperti suasana makan,
pengaturan makanan dan lingkungan. Rambut mudah rontok dikarenakan kekurangan
protein, vitamin A, vitamin C dan vitamin E. Karena keempat elemen ini merupakan
nutrisi yang penting bagi rambut. Pasien juga mengalami rabun senja. Rabun senja
terjadi karena defisiensi vitamin A dan protein. Pada retina ada sel batang dan sel
kerucut. Sel batang lebih hanya bisa membedakan cahaya terang dan gelap. Sel batang
atau rodopsin ini terbentuk dari vitamin A dan suatu protein. Jika cahaya terang
mengenai sel rodopsin, maka sel tersebut akan terurai. Sel tersebut akan mengumpul
lagi pada cahaya yang gelap. Inilah yang disebut adaptasi rodopsin. Adaptasi ini butuh
waktu. Jadi, rabun senja terjadi karena kegagalan atau kemunduran adaptasi rodopsin.
Turgor atau elastisitas kulit jelek karena sel kekurangan air (dehidrasi). Reflek
patella negatif terjadi karena kekurangan aktin myosin pada tendon patella dan
degenerasi saraf motorik akibat dari kekurangn protein, Cu dan Mg seperti gangguan
neurotransmitter. Sedangkan, hepatomegali terjadi karena kekurangan protein. Jika
terjadi kekurangan protein, maka terjadi penurunan pembentukan lipoprotein. Hal ini
membuat penurunan HDL dan LDL. Karena penurunan HDL dan LDL, maka lemak
yang ada di hepar sulit ditransport ke jaringan-jaringan, pada akhirnya penumpukan
lemak di hepar.
Tanda khas pada penderita kwashiorkor adalah pitting edema. Pitting edema
adalah edema yang jika ditekan, sulit kembali seperti semula. Pitting edema
disebabkan oleh kurangnya protein, sehingga tekanan onkotik intravaskular menurun.
Jika hal ini terjadi, maka terjadi ekstravasasi plasma ke intertisial. Plasma masuk ke
10 | L B M I A N A K K U M A L A N G

intertisial, tidak ke intrasel, karena pada penderita kwashiorkor tidak ada kompensansi
dari ginjal untuk reabsorpsi natrium. Padahal natrium berfungsi menjaga
keseimbangan cairan tubuh. Pada penderita kwashiorkor, selain defisiensi protein juga
defisiensi multinutrien. Ketika ditekan, maka plasma pada intertisial lari ke daerah
sekitarnya karena tidak terfiksasi oleh membran sel dan mengembalikannya
membutuhkan waktu yang lama karena posisi sel yang rapat. Edema biasanya terjadi
pada ekstremitas bawah karena pengaruh gaya gravitasi, tekanan hidrostatik dan
onkotik (Sadewa, 2008).
Sedangkan menurut Nelson (2007), penyebab utama marasmus adalah kurang
kalori protein yang dapat terjadi karena: diet yang tidak cukup, kebiasaan makan yang
tidak tepat seperti hubungan orang tua dengan anak terganggu, karena kelainan
metabolik atau malformasi kongenital. Keadaan ini merupakan hasil akhir dari
interaksi antara kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan
ada beberapa faktor lain pada diri anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga
berpengaruh terhadap terjadinya marasmus. Secara garis besar sebab-sebab marasmus
adalah sebagai berikut:
a. Masukan makanan yang kurang: marasmus terjadi akibat masukan kalori yang
sedikit, pemberian makanan yang tidak sesuai dengan yang dianjurkan akibat dari
ketidaktahuan orang tua si anak, misalnya pemakaian secara luas susu kaleng yang
terlalu encer.
b. Infeksi yang berat dan lama menyebabkan marasmus, terutama infeksi enteral
misalnya infantil gastroenteritis, bronkhopneumonia, pielonephiritis dan sifilis
kongenital.
c. Kelainan struktur bawaan misalnya: penyakit jantung bawaan, penyakit
Hirschpurng, deformitas palatum, palatoschizis, mocrognathia, stenosis pilorus.
Hiatus hernia, hidrosefalus, cystic fibrosis pancreas.
d. Prematuritas dan penyakit pada masa neonatus. Pada keadaan tersebut pemberian
ASI kurang akibat reflek mengisap yang kurang kuat.
e. Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang cukup
f. Gangguan metabolik, misalnya renal asidosis, idiopathic hypercalcemia,
galactosemia, lactose intolerance.
g. Tumor hypothalamus, kejadian ini jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila
penyebab maramus yang lain disingkirkan.
h. Penyapihan yang terlalu dini desertai dengan pemberian makanan tambahan yang
kurang akan menimbulkan marasmus
11 | L B M I A N A K K U M A L A N G

i.

Urbanisasi mempengaruhi dan

merupakan

predisposisi untuk

timbulnya

marasmus, meningkatnya arus urbanisasi diikuti pula perubahan kebiasaan


penyapihan dini dan kemudian diikuti dengan pemberian susu manis dan susu
yang terlalu encer akibat dari tidak mampu membeli susu, dan bila disertai infeksi
berulang terutama gastroenteritis akan menyebabkan anak jatuh dalam marasmus

E. Diagnosis :
1. Anamnesis
Keluhan yang sering ditemukan adalah pertumbuhan yang kurang, anak
kurus atau berat badannya kurang, selain itu ada keluhan anak kurang/ tidak
mau makan, sering menderita sakit yang berulang atau timbulnya bengkak
pada kak, kadang sampai seluruh tubuh.
Untuk mendiagnosis penyakit Levi, pertama kita lihat dari usia pasien.
Pasien berusia 8 tahun namun memliki berat badan hanya 15 kg saja. Menurut
WHO, rumus pengukuran berat badan ideal berdasarkan usia untuk anak 1 10 tahun adalah (2xn) + 8, jadi berat badan ideal Levi adalah (2x8) + 8 yaitu
24 kg. Dari sini kita sudah tahu bahwa Levi kemungkinan kekurangan gizi.1
Levi juga mengalami perut buncit serta edema anasarka, ada beberapa
penyakit yang dapat menyebabkan hal ini antara lain gagal ginjal, gagal hati,
dan juga bisa kibat hypoalbuminemia. Untuk masalah gagal ginjal dan gagal
hati, taka da gejala lain yang terlihat seperti gangguan sistem urinaria ataupun
icterus pada tubuh Levi, oleh karena itu, diagnosis mengarah pada
hypoalbuminemia yang disebabkan oleh kekurangan asupan protein. Hal ini
semakin diperkuat oleh hasil laboratorium yang menunjukan kadar albumin
darah 2,5 gr/dl, jauh di bawah normal yaitu 3,5 gr/dl.2
Kekurangan ini diperkuat oleh pernyataan bahwa Levi berasal dari
keluarga tidak mampu dan jarang makan sayuran dan lauk pauk. Levi juga
kerap mengalami mencret, mencret ini lebih mengarah pada menurunnya
imunitas tubuh akibat kekurangan nutrisi, sehingga antigen lebih mudah
menginfeksi tubuh. Selain itu, hal ini juga dapat memperburuk keadaan,
karena mukosa usus yang tidak baik akan semakin menyulitkan penyerapan
zat makanan dan kemudia hal ini berputar seperti lingkaran setan.
Hipoglikemia dan juga kekurangan elektrolit yang didapat pada waktu
pemeriksaan laboratorium juga dapat dikarenakan akibat dari dehidrasi
karena mencret tersebut.3
12 | L B M I A N A K K U M A L A N G

Sejauh ini, Levi kami curigai mengalami KEP atau Kekurangan Energi
Protein. KEP ini ada beberapa jenis yaitu marasmus, kwashiorkor dan juga
campuran antara keduanya. Masing-masing KEP ini memiliki ciri khas
tersendiri. Namun bila kita melihat dari scenario, terutama dari kulit
terkelupas (crazy pavement dermatosis) dan juga rambut kemerahan yang
mudah rontok, diagnosis akan mengarah pada kwashiorkor. Sistem Wellcome
Trust Working Party membedakan tipe malnutrisi berdasarkan berat badan
dan edema yang mana bila berat badan di atas 60% dari normal dan edema =
kwashiorkor, bila berat badan di bawah 60% normal dan edema = marasmikkwashiorkor, dan bila berat badan di bawah 60% normal tanpa edema =
marasmus.4
F. Tata Laksana

13 | L B M I A N A K K U M A L A N G

Gambar 1 : Tatalaksana Malnutrisi Berat


Rawat inap pada penderita gizi buruk
Menurut Depkes RI pada pasien dengan gizi buruk dibagi dalam 4 faseyang
harus dilalui yaitu fase stabilisasi ( Hari 1-7), fase transisi (Hari 8 14), fase
rehabilitasi (Minggu ke 3 6), fase tindak lanjut (Minggu ke 7 26). Dimana
tindakan pelayanan terdiri dari 10 tindakan pelayanan sbb:
Tabel 1. Sepuluh Langkah Tatalaksana di Rumah Sakit pada Penderita Gizi Buruk

14 | L B M I A N A K K U M A L A N G

Langkah 1. Atasi/cegah hipoglikemia


Semua anak gizi buruk beresiko untuk terjadi hipoglikemia (kadar gula darah
< 3 mmol/dl atau 54mg/dl), yang seringkali merupakan penyebab kematian pada 2
hari pertama perawatan.
Hipoglikemia dapat terjadi karena adanya infeksi berat atau anak tidak
mendapat makanan selama 4-6 jam. Hipoglikemia dan hipotermia seringkali
terjadi bersamaan dan biasanya merupakan pertanda adanya infeksi. Carilah tanda
hipoglikemia bila menemukan tanda hipotermia (suhu aksila < 35oC; rektal <
35.5oC). pemberian makanan dengan frekuensi sering (setiap 2-3 jam) sangat
penting dalam mencegah dua kondisi tersebut.
Terapi:
Bila anak sadar dan dapat minum
Bila anak tidak sadar
- Bolus 50 ml larutan Glukosa 10% - Glukosa 10% IV (5 mg/dl), diikuti
atau sukrosa 10% (1 sendok the

dengan 50 ml Glukosa 10% atau

penuh gula dengan 50 ml air), baik

sukrosa lewat pipa NGT. Kemudian

per oral maupun dengan pipa

mulai pemberian F75 (lihat langkah

nasogastric.

mulai

7) setiap 2 jam, untuk 2 jam pertama

pemberian F75 (lihat langkah 7)

berikan dari dosis makanan setiap

setiap 2 jam, untuk 2 jam pertama

30 menit).

Kemudian

berikan dari dosis makanan


-

setiap 30 menit).
Antibiotic spectrum
langkah 5)

luas

(lihat

Antibiotic spectrum luas


Pemebrian makanan per 2 jam siang

15 | L B M I A N A K K U M A L A N G

Pemberian makan per 2 jam siang

dan malam.

dan malam (lihat langkah 7)


Monitor:
-

Kadar gula darah : setelah 2 jam, ulangi pemeriksaan kadar gula darah
(menggunakan darah dari jari atau tumit). Selama terapi, umunya anak akan
stabil dalam 30 menit. Bila gula darah masih rendah ulangi pemeberian 50 ml
bolus glukosa 10% atau larutan sukrosa, kemudian lanjutkan pemberian

makanan F75 setiap 2 jam hingga anak stabil.


Suhu rektal : jika turun hingga < 35.5oC, ulangi pengukuran kadar gula darah
Tingkat kesadaran : bila belum pulih, ulangi pengukuran kadar gula darah
sambil mencari penyebabnya.

Langkah 2. Atasi/cegah hipotermia


Jika suhu aksila < 35oC, lakukan pemeriksaan suhu rektal menggunakan
termometer air raksa. Jika suhu rektal <35.5oC:
-

Berikan makanan secara langsung (atau mulai rehidrasi bila diperlukan)


Hangatkan anak : selain memakaikan pakaian, tutupi dengan selimut hangat
hingga kepala (kecuali wajah) atau tempatkan di dekat penghangat atau lampu
(jangan gunakan botol air panas), atau letakkan anak pada dada ibu (skin to

skin, cara kanguru) lalu tutupi selimut keduanya.


Berikan antibiotic spectrum luas (lihat langkah 5).

Monitor:
-

Suhu tubuh : selama menghangatkan anak, lakukan pemeriksaan suhu rektal

setiap 30 menit hingga mencapai suhu > 36.5oC.


Yakinkan bahwa anak telah tertutupi seluruh permukaan tubuhnya, terutama di

malam hari.
Kadar gula darah : ukur gula darah ketika didapati adanya hipotermia.

Langkah 3. Atasi/cegah dehidrasi


Tidak mudah menentukan adanya dehidrasi pada anak gizi buruk karena
tanda dan gejala dehidrasi seperti turgor kulit dan mata cekung sering didapati
pada gizi buruk walaupun tidak dehidrasi. Diagnosis pasti adanya dehidrasi adalah
dengan pengukuran berat jenis urin (< 1.030) selain tanda dan gejala klinis khas
bila ada antara lain rasa haus dan mukosa mulut kering.
16 | L B M I A N A K K U M A L A N G

Terapi:
Larutan gula-garam standar untuk dehidrasi oral (75 mmol Na/L)
mengandung terlalu banyak Natrium dan terlalu sedikit Kalium bagi anak
malnutrisi berat. Oleh karena itu diberikan larutan redehidrasi yaitu rehydration
solution of malnutrition (ReSoMal).
Sulit untuk mennetukan status dehidrasi dengan meihat klinis saja pada
anak melnutrisi berat. Maka diasumsikan bahwa setiap anak dengan diare cair
dapat mengalami dehidrasi dan diberikan:
-

ReSoMal 5 ml/kg setiap 30 menit selama 2 jam pertama, baik per oral maupun

lewat NGT.
Kemudian, 5-10 ml/kg/jam selama 4-10 jam berikutnya: jumlah yang
seharusnya diberikan kepada anak ditentukan oleh berapa banyak anak mau
minum dan jumlah diare dan muntah. Ganti dosis ReSoMal pada jam ke-4, 6, 8

dan 10 dengan F75 bila rehidrasi masih dibutuhkan.


Selanjutnya, bila sudah terehidrasi, hentikan pemberian ReSoMal dan lanjutkan

F75 setiap 2 jam. (lihat langkah 7).


Bila masih diare, beri ReSoMal setiap anak diare: anak < 2 tahun: 50-100 ml
dan anak > 2 tahun: 100-200 ml.

Monitor kemajuan rehidrasi:


Observasi tiap 30 menit selama 2 jam pertama, kemudian setiap satu jam
untuk 6-12 jam selanjutnya, catatlah:
-

Denyut jantung
Frekuensi napas
Frekuensi miksi
Frekuensi defekasi/muntah
Adanya air mata, mukosa mulut yang lembab, mata dan fontanella yang sudah

tidak cekung dan perbaikan turgor kulit, merupakan tanda-tanda keberhasilan


rehidrasi. Harus diperhatikan bahwa banyak anak dengan malnutrisi berat tidak
menunjukkan tanda-tanda tersebut walaupun sudah tercapai rehidrasi.
Frekuensi napas dan nadi yang tetap cepat selama rehidrasi mengindikasikan
adanya

infeksi

atau

over

rehidrasi.

Tanda-tanda

kelebihan

cairan

(overhidrasi)antara lain meningkatnya frekuensi napas, nadi, timbul/bertambahnya


edema dan palpebral bengkak. Jika tanda-tanda tersebut muncul, maka hentikan
pemberian cairan secepatnya dan lakukan penilaian ulang setelah 1 jam.
17 | L B M I A N A K K U M A L A N G

Langkah 4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit


Semua anak dengan malnutrii berat mengalami kelebihan natrium (Na)
walaupun kadar Na darah rendah. Kadar Na darah rendah lebih mencermikan
kadar Na ekstraseluler, bukan Na total yang meliputi Na intraseluler. Keberadaan
kalium (K) dan Na intraseluler dikendalikan oleh pompa Na-K. secara normal
(cukup energy, K dipertahankan berada tetap di intrasel). Jika tubuh kekurangan
energy, Na akan berada pada intrasel. Asupan Na berlebihan akan dapat
menyebabkan kematian oleh karena kelebihan Na intrasel yang berakibat
terjadinya udem seluler. Defisiensi K dan Magnesium (Mg) juga terjadi dan
membutuhkan waktu minimal dua minggu untuk melakukan koreksi. Udem yang
muncul bisa disebabkan ketidakseimbangan elektrolit. Jangan memberikan
diuretic sebagai terapi udem.
Berikan:
-

Ekstra Kalium 3-4 mmol/kg/hari


Ekstra Magnesium 0.4-0.6 mmol/kg/hari
Saat rehidrai, berikan cairan rendah Natrium (misalnya ReSoMal)
Siapkan makanan tanpa garam

Langkah 5. Obati/cegah infeksi


Pada malnutrisi berat, tanda umum adanya infeksi, seperti demam, sering
tidak dijumpai, dan infeksi sering tersembunyi. Oleh karena itu beri secara rutin
saat rawat inap:
-

Antibiotic spectrum luas


Vaksin campak jika anak >6 bulan dan belum mendapat imunisasi (tunda jika
kondisi klinis buruk atau dalam keadaan syok).

Pilihan antibiotika spectrum luas:


1.1. Jika pada anak tidak terdapat komplkasi atau infeksi tidak nyata, beri:
Kotrimoksasol 5 ml larutan pediatrik per oral dua kali sehari selama 5 hari
(2.5 ml jika berat < 6kg).
1.2. Jika anak terlihat sangat sakit (apatis, letargis) atau terdapat komplikasi
(hipoglikemi, hipotermi; dermatosis; infeksi traktus respiratorius atau
urinarius), beri:
18 | L B M I A N A K K U M A L A N G

Ampisilin 50mg/kg IM/IV per 6 jam untuk 2 hari kemudian dilanjutkan


dengan amoksisilin per oral 15mg/kg per 8 jam untuk 5 hari, atau jika
amoksisilin tidak tersedia, lanjutkan dengan ampisilin per oral 50 mg/kg per 6
jam.
DAN ditambah dengan:
Gentamisin 7.5 mg/kgBB IM/IV sekali sehari selama 7 hari.
Jika anak tidak ada perbaikan klinis dalam waktu 48 jam, tanbahkan:
Kloramfenikol 25mg/kg IM/IV per 8 jam selama 5 hari
Jika infeksi spesifik teridentifikai, tambahkan:
- Antibiotic spesifik yang sesuai
- Terapi antimalarial jika pemeriksaan parasite malaria pada darah perifer
menunjukkan hasil positif.
Jika anoreksia tetap ada setelah 5 hari pemebrian antibiotika, lanjutkan
sampai 10 hari. Selain itu, evaluasi ulang anak seutuhnya, periksa fokal infeksi
dan organisme yang potential utuk resisten dan pastikan bahwa suplemen vitamin
dan mineral telah diberikan secara benar.
Langkah 6. Koreksi defisiensi mikronutrien
Semua anak malnutrisi berat juga mengalami defisiensi vitamin dan
mineral. Meskipun anemia sering terjadi, apda periode awal (stabilisasi, tarnsisi)
tidak boleh diberikan preparat besi tetapi ditunggu sampai anak memiliki nafsu
makan yang baik dan dimulai saat berat badan bertambah (biasanya minggu
kedua/pada fase rehabilitasi). Pemberian preparat besi dapat memperburuk
keadaan infeksi serta terjadinya reaksi oksidatif oleh besi bebas yang akan
merusak membrane sel dan berakibat fatal.
Pemberian pada hari I:
-

Vitamin A per oral (dosis untuk > 12 bulan 200.000 SI, untuk 6-12 bulan

100.000 SI, untuk 0-5 bulan 50.000 IU), ditunda bila kondisi klinis buruk
Asam folat 5 mg, oral

Pemberian harian selama 2 minggu:


-

Suplemen multivitamin
Asam folat 1 mg/hari
Zinc 2 mg/kg BB/ hari
Copper 0.3 mg/kg BB/hari
Preparat besi 3 mg/kg/hari (pada fase rehabilitasi)
19 | L B M I A N A K K U M A L A N G

Langkah 7. Pemberian makanan


Pada fase stabilisasi diperlukan penekatan yang hati-hati karena kondisi
fisiologis anak yang rapuh dan berkurangnya kapasitas hoeostatis. Pemerian
makan sebaiknya dimulai sesegera mungkin setelah pasien masuk dan harus
dirancang untuk memenuhi kebutuhan energy dan protein secukupnya untuk
mempertahankan proses fisiologis dasar. Gambaran hal-hal penting dalam
pemebrian makan pada fase stabilisasi adalah sebagai berikut:
-

Pemberian makanan dengan porsi kecil dan sering dengan osmolaritas rendah

dan rendah laktosa (F75).


Pemberian makanan secara oral atau lewat pipa NGT (jangan memebrikan

secara perenteral).
Energy : 80-100 kkal/kgBB/hari
Protein : 1-1.5 g/kgBB/hari
Cairan : 130ml/kgBB/hari cairan (100 cc/kgBB/hari bila anak mengalami

edema berat)
Apabila anak minum ASI, lanjutkan pemebrian ASI tetapi setelah formula
dihabiskan.
Pemberian susu formula awal (F75) dan jadwal pemebrian makanan yang

disarankan (lihat di bawah) dibuat untuk memnuhi target di atas.


Formula F75 mengandung 75 kcal/100 ml dan 0.9 gram protein/100ml cukup
memenuhi kebutuhan bagi sebagian besar anak. Berikan dengan menggunakan
cangkir atau sendok. Anak yang sangat lemah, mungkin perlu diberikan dengan
sendok atau secara drop atau dengan spuit.
Jadwal yang direkomendasikan dimana volume secara bertahap ditigkatkan
dan frekuensi secara bertahap dikurangi adalah sebagai berikut:
Hari
1-2

Frekuensi
Tiap 2 jam

Volume/kgBB/pemberian
11 cc

Volume/kg/hari
130

3-5

Tiap 3 jam

16 cc

130

6-7+

Tiap 4 jam

22 cc

130

Monitor dan catat:


-

Jumlah yang diberikan dan yang ikeluarkan (mutah) atau tersisa


Frekuensi muntah
Frekuensi BAB cair
20 | L B M I A N A K K U M A L A N G

Berat badan harian (ditimbang pada waktu dan kondisi yang sama)

Langkah 8. Mencapai kejar-tumbuh


Pada fase rehabilitasi perlu pendekatan yang baik untuk pemberian makan
dalam pencapaian asupan yang tinggi dan kenaikan berat badan yang cepat (> 10
gram/kg/hari). Formula yang dianjurkan pada fase ini adalah F100 yang
mengandung 100 kkal/100l dan 2.9g protein/100 ml.
Kesiapan untuk memasuki fase rehabilitasi ditandai dengan kembalinya
nafsu makan, biasanya sekitar satu minggu setelah perawatan. Transisi yang
bertahap direkomendasikan untuk mencegah resiko gagal jantung yang dapat
muncul bila anak mengkonsumsi makanan langsung dalam jumlah banyak.
Untuk mengubah dari pemebrian makanan awal ke makanan kejar-tumbuh
(transisi):
-

Ganti formula F75 dengan F100 dalam jumah yang sama selama 48 jam
Kemudian volume dapat ditambah bertahap sebanyak 10-15 ml per kali (bila
sulit pelaksanaannya, kenaikan volume ini dapat dilakukan per hari) hingga

mencapai 150 kkal/kgBB/hari (volume minimum pada table pemberian F-100).


Energi : 100-150 kkal/kgBB/hari
Protein : 2-3 g/kgBB/hari
Bila anak masih mendapat ASI, tetap berikan diantara pemberian formula

Monitor selama fase transisi terhadap tanda gagal jantung:


-

Frekuensi napas
Frekuensi nadi
Bila frekuensi napas meningkat lima kali atau ebih/enit dan frekuensi nadi 25
atau lebih/menit selama 2 kali pemantauan dalam 4 jam berturut-turut, kurangi
volume per kali makan (berikan tiap 4 jam F100 16 ml/kgBB/makan selama 24
jam, kemudian 19 ml/kgBB/makan selama 24 jam, kemudian 22ml/kgBB/makan
selama 48 jam kemudian tingkatkan jumlah pemberian makan 10 ml tiap kali
pemebrian seperti di atas.

Setelah fase transisi, anak masuk ke fase rehabilitasi:


-

Lanjutkan menambah volume pemebrian F100 hingga ada makanan sisa yang
tidak termakan oleh anak (anak tidak mampu menghabiskan porsinya). Tahapan
ini biasanya terjadi pada saat pemberian makanan mencapai 30ml/kgBB/makan
(200ml/kgBB/hari).
21 | L B M I A N A K K U M A L A N G

Pemberian makanan yang sering (sedikit tiap 4 jam) dari jumlah formula

tumbuh-kejar.
Energy : 150-22- kkal/kg/hari
Protein : 4-6 gram protein/kgBB/hari
Bila anak masih mendapat AI tetap berikan di antara pemebrian formula (catatan
: AI tidak memiliki energy dan protein yang cukup untuk mendukung tumbuhkejar yang cepat).

Monitor kemajuan setelah transisi dengan menilai peningkatan berat badan:


-

Timbang berat badan tiap pagi sebelum makan, plot pada formulir pemantauan

berat badan
Tiap minggu hitung dan catat pertambahan berat badan dalam satuan
gram/kgBB/hari

Bila kenaikan suhu berat badan:


-

Buruk (< 5 g/kgBB/hari), anak perlu dilakukan penilaian ulang secara


menyeluruh, apakah target aupan makanan memenuhi kebutuhan atau cek

apakah ada tanda-tanda infeksi.


Sedang (5-10 g/kgBB/hari) lanjutkan tatalaksana
Baik (>10g/kgBB/hari), lanjutkan tatalaksana

Langkah 9. Memberikan stimuli fisik, sensorik dan dukungan emosional


Pada malnutrisi berat didapatka perkembangan mental dan perilaku yang
terlambat, sehinga perlu diberikan:
-

Perawatan dengan kasih sayang


Kegembiraan dan lingkungan nyaman
Terapi bermain yang terstruktur 15-30 menit/hari
Aktivitas fisik yang sesuai dengan kemampuan psikomotor anak
Keterlibatan ibu (contoh kenyamanan, makan, mandi dan bermain).

Langkah 10. Perisiapan tindak lanjut setelah perawatan


Bila anak sudah mencapai persentil 90% BB/TB (setara -1SD) maka anak
sudah pulih dari keadaan malnutrisi, walaupun mungkin BB/U masih rendah karena
umumnya anak pendek (TB/U rendah). Pola makan yang baik dan stimulasi fisik
dan sensorik dapat dilanjutkan di rumah. Tunjukkan kepada orang tua atau
pengasuh bagaimana:
22 | L B M I A N A K K U M A L A N G

Pemberian makan secara sering dengan kandungan energy dan nutrient yang

memadai
Berikan terapi bermain yang terstruktur

Saran untuk orang tua atau pengasuh:


-

Membawa anak control secara teratur


Memberikan imunasasi booster
Memberikan vitamin A setiap 6 bulan.
Kurang kaloriprotein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi yang
dikarenakan adanya defisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang bervariasi
pada defisiensi protein maupun energi Kekurangan kalori protein.
Penyakit Kurang Kalori Protein pada dasarnya terjadi karena defisiensi energi
dan defisiensi protein, disertai susunan hidangan yang tidak seimbang. Penyakit
KKP terutama menyerang anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, dan
dapat pula menyerang orang dewasa yang biasanya

Penyakit Kurang Energi

Proteinkekurangan makan secara menyeluruh. merupakan bentuk malnutrisi


yang terdapat terutama pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dan kebanyakan di
negara-negara sedang berkembang.
Ada dua bentuk KEP yaitu sering kita ketahui yaitu marasmus dan kwashiorkor.
Baik marasmus maupun kwashiorkor keduanya disebabkan oleh Akan tetapi pada
marasmus di samping kekurangan protein. kekurangan protein terjadi juga
kekurangan energi.Sedangkan pada kwashiorkor yang kurang hanya protein,
sementara kalori cukup.Marasmus terjadi pada anak usia yang sangat muda yaitu
pada bulan pertama setelah lahir, sedangkan kwashiorkor umumnya ditemukan
pada usia 6 bulan sampai 4 tahun. Makalah ini akan menjelaskan mengenai
kwashiorkor.

23 | L B M I A N A K K U M A L A N G

BAB III
Penutup
1.3.

Kesimpulan
Jadi berdasarkan hasil anamnesis dan juga pemeriksaan fisik serta laboratorium
levi, kami simpulkan bahwa anak tersebut menderita kwarshiorkor. Mengapa
kwarshiorkor? pertama kita lihat dari usia dengan berat badan levi yang tidak sesuai.
Hal ini menandakan bahwa levi mengalami kekurangan gizi. Dari pemeriksaan fisik
dan uga laboratorium, kondisi levi lebih mengarah ke kwarshiorkor. Keadaan ini mesti
cepat ditangani agar tidak menyebabkan kondisi yang lebih buruk.

24 | L B M I A N A K K U M A L A N G

DAFTAR PUSTAKA
1. Kelsey MM, Zaepfel A, Bjornstad P, Nadeau KJ. (2014). Age-related
consequences of childhood obesity. Gerontology ; 60(3):222-8 tersedia di
www.cdc.gov/healthyweight/assessing/bmi/childrens_bmi/about_childrens_bmi.ht
ml diakses pada tanggal 17 Feb 2016
2. Anderson, Douglas M. (2000). Dorlands illustrated medical dictionary (29th ed).
Philadhelpia:Saunders. Hlm: 860
3. Ciccarelli, S: Stolfi, I; Caramia, G. (2013). Management strategies in treatment of
neonatal and pediatric gastroenteritis. Infection and drug resistance 6: 133-61
tersedia

di

www.dovepress.com/management-strategies-in-the-treatment-of-

neonatal-and-pediatric-gastr-peer-reviewed-article-IDR diakses pada tanggal 17


Feb 2016
4. Latief, Abdul et al. (2007). Buku Kuliah: Ilmu Kesehatan Anak 1. Jakarta:
Infomedika Jakarta. Hlm:366
5. Sjarif, Damayanti Rusli dll (Ed). 2014. Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit
Metabolik.Jilid I Revisi. Jakarta : Badan Penerbit IDAI
6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Pelayanan Anak Gizi
Buruk. Jakarta : Bakti Husada.

25 | L B M I A N A K K U M A L A N G

Anda mungkin juga menyukai