PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Proposal merupakan suatu rencana kerja tertulis yang disusun secara sitematis, dan
diajukan.Proposal adalah garis besar outline yang menjelaskan tentang siapa (who),
dimana (where), kapan (when), dan untuk siapa (for whom), penelitian tersebut akan
dilaksanakan, proposal merupakan dasar penyusunan protocol.
Proposal adalah rencana yang dituangkan dalam bentuk rancangan kerja (KBBI,2002)
perencanaan secara sitematis, matang dan teliti yang dibuat oleh peneliti sebelum
melaksanakan penelitian, baik penelitian di lapangan (field research) maupun penelitian di
perpustakaan (library research).
Proposal atau rancangan penelitian merupakan pedoman yang berisi langkah-langkah
yang akan diikuti oleh peneliti dalam melakukan penelitian. Proposal penelitian harus
dibuat secara baik dan jelas sehingga mampu menjadi pegangan selama penelitian
berlangsung.
Secara umum ada aturan-aturan, baik yang bersifat metodologis maupun teknis dalam
menyusun proposal. Aturan-aturan itu pada umumnya bersifat universal, meskipun untuk
hal-hal tertentu yang bersifat teknis ada yang harus disesuaikan dengan kebutuhan
lembaga-lembaga tertentu.
1.2. PERMASALAHAN
1. Mengajukan judul riset yang bersesuaian dengan fakta permasalahan di atas.
2. Mengemukakan poin-poin penting yang melatar belakangi pengajuan judul riset
saudara.
3. Menguraikan rumusan masalah dalam riset saudara dalam kalimat yang tepat.
4. Apa yang menjadi tujuan riset saudara sesuai dengan judul riset yang saudara ajukan.
5. Menguraikan manfaat riset saudara.
6. Mendeskripsikan tinjauan kepustakaan yang menunjang dan memperkuat riset saudara.
7. Membuat secara sistematis dan logis tentang metodologi riset saudara.
8. Merancang dan/atau tentukan instrument yang akan dipergunakan dalam riset saudara.
9. Memilih dan menentukan teknis analisis data yang tepat untuk riset saudara.
10. Mengumpulkan hasil desain rencana riset (proposal penelitian) lengkap sebagai dasar
acuan yang akan saudara pedomani dalam melaksanakan riset tersebut.
1.3. Tujuan
1|
memperluas
wawasan
berpikir
mahasiswa/mahasiswa
Fakultas
Kedokteran
2|
BAB II
PEMABAHASAN
2.1. SKENARIO
Masih Tingginya Kematian Ibu dan Bayi di NTB
Angka kematian ibu dan bayi di NTB mengalami penurunan dari tahun 2013 ke tahun
2014. Namun angka tersebut masih tergolong cukup tinggi jika dibandingkan dengan
angka-angka nasional.
Selama beberapa tahun ini, angka kematian ibu dan bervariasi turun naik, kadang
kematian ibu naik, kematian bayi yang turun, dan sebaliknya. Hal ini dapat dilihat pada
grafik di bawah ini:
Jumlah Kematian Ibu 2010-2-13 (Per Kabupaten/Kota + Proporsi)
2010
17
20
38
12
2011
10
12
15
38
22
10
2013
12
21
25
10
2014
14
10
20
35
15
11
Proporsi
16
10
14
17
15
10
10
3|
ibu dipantau pelayanan kesehatannya sejak hamil sampai anak berusia 2 tahun. Hal ini
untuk memastikan kecukupan gizi dan pertumbuhan anak dalam masing-masing tahap
sehingga dapat menekan angka kematian ibu dan bayi.
Tingginya angka kematian ibu dan bayi di daerah ini, kemungkinan ada hubungan
dengan berbagai factor, antara lain: riwayat gizi ibu, tingginya angka pernikahan dini, dan
pertolongan persalinan oleh non nakes.
Data berupa permasalahan di atas menjadi tanggung jawab semua pihak termasuk
kalangan perguruan tinggi dengan civitas akademiknya. Penyebab kematian ibu dan bayi
di NTB bersifat multifaktorial dengan dimensi dan determinan yang luas. Semua ini
tentunya tidak dapat dipecahkan hanya oleh petugas kesehatan, namun juga
membutuhkan dukungan dari keluarga, masyarakat, tokoh agama, tokoh masyarakat
maupun lembaga-lembaga social dan swasta.
4|
2..2.
Proposal penelitian
Diajukan Oleh :
Kelompok SGD 1
Anggota : MochAzwar Andi Pawata
(012.06.0009)
(013.06.0001)
AmaliaSabariniliati Burhan
(013.06.0006)
Hardinata
(013.06.0023)
I. DesakKayanLesti D.
(013.06.0029)
L. FatriaZulhadi
(013.06.0033)
Muzayyanatulhayat
(013.06.0038)
Nurrahmawati
(013.06.0046)
NurYuhanniz
(013.06.0047)
SulatunHidayati
(013.06.0058)
Uswatun Hasanah
(013.06.0060)
YessyAuliaRizkiantari
(013.06.0063)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
JANUARI 2016
5|
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau
nutrisinya di bawah standar. Gizi buruk masih menjadi masalah yang belum terselesaikan
sampai saat ini. Gizi buruk banyak dialami oleh bayi dibawah lima tahun (balita).
Masalah gizi buruk dan kekurangan gizi telah menjadi keprihatinan dunia sebab penderita
gizi buruk umumnya adalah balita dan anak-anak yang tidak lain adalah generasi generus
bangsa. Kasus gizi buruk merupakan aib bagi pemerintah dan masyarakat karena terjadi
di tengah pesatnya kemajuan zaman. Dengan alasan tersebut, masalah ini selalu menjadi
program penanganan khusus oleh pemerintah. Upaya pencegahan yang dilakukan di
antaranya dengan selalu meningkatkan sosialisasi, kunjungan langsung ke para penderita
gizi buruk, pelatihan petugas lapangan, pengarahan mengenai pentingnya ASI eksklusif
pada ibu yang memiliki bayi, serta koordinasi lintas sektor terkait pemenuhan pangan dan
gizi.
Angka kematian bayi (AKB) merupakan salah satu indikator untuk mengetahui
derajat kesehatan di suatu negara. Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia masih
sangat tinggi, menurut hasil departemen kesehatan bahwa angka kematian bayi di
Indonesia mencapai 206 per 100 ribu kelahiran pada tahun 2009. AKB di Provinsi Jawa
Tengah 2009 sebesar 10,25/1.000 kelahiran hidup, meningkat bila dibandingkan dengan
tahun 2008 sebesar 9,17/1.000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi tertinggi adalah di
kota Semarang sebesar 18,59/1.000 kelahiran hidup, dibandingkan dengan target dalam
Millenium Development Goals (MDGs) ke 4 tahun 2015 yaitu 17/1.000 kelahiran
hidup. Pada tahun 2009, berdasarkan hasil Survei Kesehatan Daerah (SURKESDA)
jumlah kematian bayi yang terjadi di kota Semarang sebanyak 479 dari 25.937 kelahiran
hidup (laporan puskesmas), sehingga di dapatkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar
18,6 per 1.000 KH. Berdasarkan pencapaian tersebut maka terdapat kenaikan dari tahun
sebelumnya.
Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang tahun 2010 menunjukkan
jumlah bayi lahir hidup sebanyak 25.746 bayi. Untuk kasus bayi dengan Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) pada tahun 2010 yaitu sebanyak 145 bayi, meningkat dari tahun
sebelumnya yaitu 95 bayi. Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan bayi
6|
baru lahir. Menurut (Kosim, 2008, p.12) berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang
dalam waktu 1 jam pertama setelah lahir, berat badan lahir dapat dibagi menjadi tiga
kategori yaitu Berat Badan Lahir Rendah jika berat kurang dari 2500 gram tanpa
memandang masa gestasi, Berat Badan Lahir Normal bila berat antara 2500 4000 gram,
Bayi Besar bila berat badan lahir lebih dari 4000 gram. Berat badan lahir merupakan
cermin status kesehatan dan gizi selama hamil serta pelayanan antenatal yang diterima
oleh ibu. Wanita hamil dengan gizi buruk perlu mendapat gizi yang adekuat baik jumlah
ataupun susunan menu atau kualitasnya serta mendapat akses pendidikan kesehatan
tentang gizi. Akibat kurang nutrisi pada kehamilan yaitu berat otak dann bagian bagian
otak serta jumlah sel otak kurang dari normal, setelah lahir akan menjadi intelegensian
Quential (IQ) di bawah rata rata. Karena adanya malnutrisi pada ibu hamil, volume
darah menjadi berkurang, ukuran plasenta berkurang dan transfer nutrient melalui
plasenta berkurang sehingga janin timbul lambat atau terganggu intra uterine growth
retardation (IUGR). Ibu hamil yang kekurangan gizi cenderung melahirkan premature /
BBLR. (Kusmiati, 2008, p.83).
Diperkirakan masih terdapat sekitar 1,7 juta balita terancam gizi buruk yang
keberadaannya tersebar di pelosok-pelosok Indonesia. Jumlah balita di Indonesia menurut
data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Tahun 2007 mencapai
17,2% dengan laju pertumbuhan penduduk 2,7% per tahun. United Nations Childrens
Fund (UNICEF) melaporkan Indonesia berada diperingkat kelima dunia untuk negara
dengan jumlah anak yang terhambat pertumbuhannya paling besar dengan perkiraan
sebanyak 7,7 juta balita (Depkes RI, 2007). Di beberapa provinsi seperti di Nusa
Tenggara Barat (NTB) selama Bulan Januari hingga Oktober 2009 tercatat lebih dari 600
kasus gizi buruk yang pada umumnya menimpa balita dan 31 kasus di antaranya
mengakibatkan kematian (Rio, 2009).
Pemerintah terus berupaya
meningkatkan
khususnya menangani masalah gizi balita karena hal itu berpengaruh terhadap pencapaian
salah satu tujuan Millennium Development Goals (MDGs) pada Tahun 2015 yaitu
mengurangi dua per tiga tingkat kematian anak-anak usia di bawah lima tahun. Prevalensi
kekurangan gizi pada anak balita menurun dari 25,8 % pada Tahun 2004 menjadi 18,4 %
pada Tahun 2007, sedangkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) Tahun 2010-2014 menargetkan penurunan prevalensi kekurangan gizi (gizi
7|
kurang dan gizi buruk) pada anak balita adalah <15,0% pada Tahun 2014 (Sarjunani,
2009).
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional menyampaikan tujuan
penyusunan Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) Tahun 2006-2010 antara
lain meningkatkan pemahaman peran pembangunan pangan dan gizi sebagai investasi
untuk SDM berkualitas, meningkatkan kemampuan menganalisis perkembangan situasi
pangan dan gizi, dan meningkatkan koordinasi penanganan masalah secara terpadu
(Depkes RI, 2007). Upaya pemerintah tersebut harus didukung oleh berbagai komponen
masyarakat karena masalah gizi di Indonesia bukan hanya masalah kesehatan masyarakat
tetapi menyangkut pembangunan bangsa.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang hubungan status gizi buruk pada balita dengan tingginya angka
kematian balita di Kabupaten Lombok Timur, NTB tahun 2010.
1.2.
Rumusan Masalah
Uraian dalam latar belakang di atas bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
Adakah Hubungan Status Gizi Buruk pada Balita dengan Tingginya Angka Kematian
Balita di Kabupaten Lombok Timur, NTB periode 2010?
1.3.
Hipotesis
Ada hubungan antara Status Gizi Buruk pada Balita dengan Tingginya Angka Kematian
Balita di Kabupaten Lombok Timur, NTB periode 2010.
1.4.
Tujuan penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui adanya Hubungan Status Gizi Buruk Balita dengan Tingginya
Angka Kematian Balita di Kabupaten Lombok Timur, NTB periode 2010.
1.4.2. Tujuan Khusus
Untuk menganalisa Hubungan Status Gizi Buruk pada Balita di Kabupaten
1.5.
Manfaat penelitian
a. Menambah ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan berpikir bagi semua
mahasiswa/mahasiswi.
8|
b. Menambah ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan berpikir bagi peneliti dan
agar dapat mempermudah peneliti dalam melakukan peneliti berikutnya.
9|
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Status gizi
2.1.1. Definisi Status Gizi
Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan
antara asupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari
variabel pertumbuhan, yaitu berat badan, tinggi badan/panjang badan, lingkar
kepala, lingkar lengan, dan panjang tungkai (Gibson, 2005).
2.1.2. Penelitian Status Gizi
Untuk menilai status gizi digunakan dua metode penilaian status gizi, yaitu
secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung, dapat
dibagi menjadi empat penilaian, yaitu penilaian antropometri, klinis, biokimia, dan
biofisik. Sedangkan untuk penilaian status gizi secara tidak langsung, dapat dibagi
menjadi tiga yaitu survey konsumsi makanan, statistic vital, dan faktor ekologi
(Supariasa dkk,2001).
2.1.3. Metode Antropometri
Kata antropometri berasal dari bahasa latinantropos yang berarti manusia
(human being). Sehingga antropometri dapat diartikan sebagai pengukuran pada
tubuh manusia (Soekirman, 2000). Metode antropometri mencakup pengukuran
dari dimensi fisik dan komposisinyata dari tubuh (WHO cit Gibson, 2005).
Pengukuran antropometri, khususnya bermanfaat bila ada ketidakseimbangan
antara protein dan energi. Dalam beberapa kasus, pengukuran antropometri dapat
mendeteksi malnutrisi tingkat sedang maupun parah, namun metode initidak dapat
digunakan untuk mengidentifikasi status kekurangan (defisiensi) gizi tertentu
(Gibson, 2005).
Pengukuran antropometri memiliki beberapa keuntungan dan kelebihan, yaitu
mampu menyediakan informasi mengenai riwayat gizi masa lalu, yang tidak dapat
diperoleh dengan bukti yang sama melalui metode pengukuran lainnya. Pengukuran
ini dapat dilakukan dengan relatif cepat, mudah, dan reliable menggunakan
peralatan-peralatan
yang
portable,
tersedianya
metode-metode
yang
10 |
c.
Abunain, 1990).
Indeks BB/U
Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam
keadaan normal, keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi
dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan akan bertambah mengikuti
11 |
d.
Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari
keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat
keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan
lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam
bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB
(Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi
badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan
indeks ini pada umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang
tidak baik, kemiskinan dan akibat tidak sehat yang menahun (Depkes RI,
2004).
Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter pentinguntuk
menentukan status kesehatan manusia, khususnya yangberhubungan dengan
status gizi. Penggunaan Indeks BB/U, TB/Udan BB/TB merupakan indikator
status gizi untuk melihat adanyagangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi
tubuh (M.Khumaidi,1994).
Penggunaan berat badan
dan
tinggi
badan
akan
lebih
jelas
2.1.5. Z Skore
Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan mengurangi
Nilai Induvidual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku Rujukan (NMBR) pada
umur yang bersangkutan, hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang Baku Rujukan
(NSBR). Atau dengan menggunakan rumus:
2.
Interpretasi
Status
Gizi
Berdasarkan
Tiga
Indeks
Antropometri(BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku Antropometeri
WHO-NCHS)
Pengertian Balita
Balita (Bawah Lima Tahun) atau under five years yaitu anak yang berusia 0
59 bulan (Ronald, 2010). Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak
yang sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya.
14 |
2.2.2.
pendamping ASI.
Usia Toddler (1-3 Tahun)
Secara fungsional biologis masa umur 6 bulan hingga 2 3 tahun adalah
rawan. Masa itu tantangan karena konsumsi zat makanan yang kurang,
disertai minum buatan yang encer dan terkontaminasi kuman menyebabkan
diare dan marasmus. Selain itu dapat juga terjadi sindrom kwashiorkor karena
penghentian ASI mendadak dan pemberian makanan padat yang kurang
memadai.
Imunisasi pasif yang diperoleh melalui ASI akan menurun dan kontak
dengan lingkungan akan semakin bertambah secara cepat dan menetap tinggi
selama tahun kedua dan ketiga kehidupan. Infeksi dan diet tidak adekuat akan
tidak banyak berpengaruh pada status gizi yang cukup baik.
Bagi anak dengan gizi kurang, setiap tahapan infeksi akan berlangsung
lama dan mempunyai pengaruh yang cukup besar pada kesehatan,
pertumbuhan dan perkembangan. Anak 1 3 tahun mmebutuhkan kalori
kurang lebih 100 kkal/kg BB dan bahan makanan lain yang mengandung
3.
15 |
sekolah yaitu nafsu makan berkurang, anak lebih tertarik pada aktivitas
bermain dengan teman atau lingkungannya daripada makan dan anak mulai
sering mencoba jenis makanan yang baru.
2.2.3.
modal
dasar
mencapai
hasil
proses
16 |
2.2.5.
17 |
Stimulasi
mental
mengembangkan
perkembangan
kecerdasan,
18 |
Angka kematian balita ialah jumlah kematian balita yang dicatat selama
satu tahun per 1.000 penduduk balita pada tahun yang sama. Rumusnya sebagai
berikut.
Angka Kematian Balita =
angka kematian balita dapat digunakan sebagai indicator kesehatan untuk
mengukur status kesehatan masyarakat. Tinggi rendahnya angka kematian balita
dipengaruhi oleh program pelayanan kesehatan, program imunisasi, program
perbaikan gizi, dan lain-lain. (Budiarto, 2013)
2.4. Kerangka Konsep
19 |
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian yang dilakukan bersifat observasional dengan desain cross sectional analitik,
yaitu dengan mengambil sampel kelompok Balita dengan Gizi Buruk dan kelompok
dengan Balita Tidak Gizi Buruk.
3.2. Tempat dan Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan di Lombok Timur sejak 14 Januari 2016.
3.3. Variabel dan Definisi Operasional
3.3.1
Identifikasi Variabel
- Variabel Independen : Gizi Buruk pada Balita
- Variabel Dependen : Angka Kematian Balita
3.3.2
Definisi Operasional
Definisi Status Gizi Buruk adalah sebagai berikut :
- Status gizi adalah uatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh keseimbangan
aupan zat gizi dengan kebutuhan. Keseimbangan tersebut dapat dilihat dari
variable-variabel pertumbuhan, yaitu Berat Badan, Tinggi Badan/Panjang
-
Populasi target dalam penelitian ini adalah balita yang Gizi Buruk dengan Balita
3.5.2
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Proposal merupakan suatu rencana kerja tertulis yang disusun secara sitematis, dan
diajukan.Proposal adalahgarisbesar outline yang menjelaskantentangsiapa (who), dimana
(where), kapan (when), danuntuksiapa (for whom), penelitiantersebutakandilaksanakan,
proposal merupakandasar penyusunan protocol.
Salah satu manfaat proposal yaitu untuk menggambarkan bagaimana kejadian suatu
peristiwa secara sistematis, sehingga dapat dan mudah untuk dipahami. Terdapat urutan dala
pembuatan proposal, yaitu :
Halaman judul
Halaman persetujuan
Kata pengantar
Daftar isi
21 |
Daftar table
Daftar gambar
Daftar lampiran
Intisari dan Abstrak
I.
Pendahuluan
II.
Tinjauan Pustaka
III.
Metode penelitian
IV.
Hasil penelitian dan Pembahasan
V.
Kesimpulan
V.1. Simpulan
V.2. Saran
Dalam proposal penelitian yang telah dipaparkan di atas, di bahas mengenai
Hubungan Status Gizi Balita dengan Tingginya Angka Kematian Balita di Kabupaten
Lombok Timur pada periode 2010. Hipotesis sementara dari proposal tersebut adalah ada
Hubungan antara Status Gizi Balita dengan Tingginya Angka Kematian Balita di Kabupaten
Lombok Timur periode 2010.
DAFTAR PUSTAKA
1. Abunain, Djumadias. 1990. Aplikasi Antropometri sebagai Alat Ukur Status Gizi. Puslitbang
Gizi Bogor
2. Azwar, Asrul, Prof. Dr. MPH. Pengantar Epidemiologi. 1999.Binarupa Aksara : Jakarta
3. Budi, Utomo. 1985. Mortalitas: Pengertian dan Contoh Kasus di Indonesia. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia : Jakarta
4. Budiarto, Eko dan Dewi Anggraeni. (2002). Pengantar Epidemiologi, Edisi 2. EGC :
Jakarta.
5. Chandra, Budiman. (2009). Biostatistik Untuk Kedokteran. EGC : Jakarta
6. Depkes RI. 2004. Kecenderungan Masalah Gizi dan Tantangan di Masa Datang.
Departemen Kesehatan : Jakarta
7. Depkes RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia. Kementrian Kesehatan : Jakarta
8. Gibson, R.S. 2005. Principle of Nutritional and Assessment. Oxford University Press :
Newyork
9. John W Santrock. (2007). Perkembangan Anak. Airlangga : Jakarta
10. Khumaidi, M. 1994. Gizi Masyarakat. Penerbit BPK Gunung Mulia : Jakarta
11. Kusmiyati, Yuni. 2008. Perawatan Ibu Hamil. Fitramaya : Yogyakarta
12. Rio. 2009. Kasus Gizi Buruk di Nusa Tenggara Barat (NTB) Masih Tinggi,
http://www.beritabaru.com
22 |
13. Sarjunani, Nina. 2009. Rancangan RPJMN 2010-2014 Kesehatan. Proses Penyusunan &
Materi Kebiajakan, http://www.litbang.depkes.go.id
14. Siswanto, H. 2010. Pendidikan Kesehatan Anak Usia Dini. Pustaka Rihama : Yogyakarta
15. Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta
16. Supriasa, I. D. N dll. 2002. Penilaian Status Gizi. EGC : Jakarta
17. Todaro M.P. 2006. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Penerbit Erlangga : Jakarta
23 |