Anda di halaman 1dari 5

Nama: ni made arista sita dewi

No :11
Kls :IX A

PERSETUJUAN NEW YORK


Ketegangan antara Indonesia dan Belanda terjadi pada fase infiltrasi. Oleh sebab itu untuk
mencegah meletusnya pertempuran, atas prakarsa seorang diplomat Amerika Serikat bernama
Ellsworth Bunker mengusulkan adanya penyelesaian damai. Karena diusulkan oleh Bunker,
maka disebut sebagai Rencana Bunker.
Adapun isi Rencana Bunker, antara lain:
1. Penyerahan pemerintahan Irian Barat kepada Indonesia melalui badan PBB yang disebut
United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA).
2. Adanya Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) di Irian Barat.
Sebagai tindak lanjut Rencana Bunker pada tanggal 15 Agustus 1962 di New York
diselenggarakan perjanjian antara Indonesia dan Belanda yang disebut Persetujuan New York.
Adapun isi Persetujuan New York antara lain sebagai berikut.
a. Sesudah disahkannya persetujuan Belanda-Indonesia, paling lambat pada tanggal
1 Oktober 1962 UNTEA akan berada di Irian Barat.
b. Pasukan Indonesia yang sudah berada di Irian Barat tetap tinggal di Irian Barat, tetapi di
bawah kekuasaan UNTEA.
c. Angkatan perang Belanda secara berangsur-angsur dipulangkan.
d. Antara Irian Barat dan daerah Indonesia lainnya berlaku lalu lintas bebas.
e. Mulai tanggal 31 Desember 1962 bendera Indonesia berkibar di samping bendera PBB.
f. Paling lambat tanggal 1 Mei 1963 UNTEA harus menyerahkan Irian Barat kepada Republik
Indonesia.

PENENTUAN PENDAPAT RAKYAT/PEPERA


Sebagai tindak lanjut Persetujuan New York, Irian Barat secara resmi masuk ke wilayah RI pada
tanggal 1 Mei 1963. Serah terima dari UNTEA kepada Republik Indonesia dilakukan di Kota
Baru (Holandia). Pada masa transisi tersebut di Irian Barat dibentuk pasukan keamanan PBB
dengan nama United Nations Security Force (UNSF) yang dipimpin oleh Brigjen Said Uddin
Khan dari Pakistan.
Selanjutnya pada tahun 1969 segera diselenggarakan act of choice atau Penentuan Pendapat
Rakyat (Pepera) dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Tahap pertama dimulai tanggal 24 Maret 1969 berupa konsultasi dengan dewan dewan
kabupaten di Jayapura dan mengenai tata cara penyelenggaraan Pepera.
2. Tahap kedua segera dilaksanakan pemilihan anggota Dewan Musyawarah Pepera yang
berakhir pada bulan Juni 1969. Dalam tahapan ini berhasil dipilih 1.026 anggota dari delapan
kabupaten yang terdiri dari 983 pria dan 43 wanita.
3. Tahap ketiga adalah Pepera itu sendiri dilakukan di tiap-tiap kabupaten, dimulai tanggal 14
Juli 1969 di Merauke dan berakhir pada tanggal 4 Agustus 1969 di Jayapura.
Pelaksanaan Pepera dalam setiap tahapan disaksikan oleh utusan Sekretaris Jenderal PBB duta
besar Ortis Sanz, sedangkan sidang-sidang Dewan Musyawarah Pepera dihadiri oleh para duta
besar asing di Jakarta, antara lain duta besar Belanda dan Australia. Rakyat Irian Barat sadar
bahwa mereka adalah bagian dari bangsa Indonesia, mereka tidak mau dipisahkan dengan
saudara-saudaranya, sehingga Dewan Musyawarah Pepera dengan suara bulat memutuskan
bahwa Irian Barat tetap merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hasil
Pepera dibawa ke New York oleh duta besar Ortis Sanz untuk dilaporkan dalam sidang umum
PBB ke-24 pada bulan 19 November 1969 yang akhirnya sidang tersebut menerima hasil-hasil
Pepera sesuai dengan jiwa dan isi Persetujuan New York.

. Persetujuan New York (New York Agreement)


Setelah operasi-operasi infiltrasi mulai mengepung beberapa kota penting di Irian Barat, sadarlah
Belanda dan sekutu-sekutunya, bahwa Indonesia tidak main-main untuk merebut kembali Irian
Barat. Atas desakan Amerika Serikat, Belanda bersedia menyerahkan irian Barat kepada
Indonesia melalui Persetujuan New York / New York Agreement.
Isi Pokok persetujuan :
1. Paling lambat 1 Oktober 1962 pemerintahan sementara PBB (UNTEA) akan menerima serah
terima pemerintahan dari tangan Belanda dan sejak saat itu bendera merah putih diperbolehkan
berkibar di Irian Barat..
2. Pada tanggal 31 Desember 11962 bendera merah putih berkibar disamping bendera PBB.
3. Pemulangan anggota anggota sipil dan militer Belanda sudah harus selesai tanggal 1 Mei 1963
4. Selambat lambatnya tanggal 1 Mei 1963 pemerintah RI secara resmi menerima penyerahan
pemerintahan Irian Barat dari tangan PBB
5. Indonesia harus menerima kewajiban untuk mengadakan Penentuan Pendapat rakyat di Irian
Barat, paling lambat sebelum akhir tahun 1969.
Sesuai dengan perjanjian New York, pada tanggal 1 Mei 1963 berlangsung upacara serah terima
Irian Barat dari UNTEA kepada pemerintah RI. Upacara berlangsung di Hollandia (Jayapura).
Dalam peristiwa itu bendera PBB diturunkan dan berkibarlah merah putih yang menandai
resminya Irian Barat menjadi propinsi ke 26. Nama Irian Barat diubah menjadi Irian Jaya
( sekarang Papua )
6. Arti penting Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera)
Sebagai salah satu kewajiban pemerintah Republik Indonesia menurut persetujuan New York,
adalah pemerintah RI harus mengadakan penentuan pendapat rakyat di Irian Barat paling lambat
akhir tahun 1969. pepera ini untuk menentukan apakah rakyat Irian Barat memilih, ikut RI atau
merdeka sendiri. Penentuan pendapat Rakyat akhirnya dilaksanakan pada tanggal 24 Maret
sampai dengan 4 Agustus 1969.Mereka diberi dua opsi, yaitu : bergabung dengan RI atau
merdeka sendiri.
Setelah Pepera dilaksanakan, Dewan Musyawarah Pepera mengumumkan bahwa rakyat Irian
dengan suara bulat memutuskan Irian Jaya tetap merupakan bagian dari Republik Indoenesia.
Hasil ini dibawa Duta Besar Ortiz Sanz untuk dilaporkan dalam sidang umum PBB ke 24 bulan

Nopember 1969. Sejak saat itu secara de yure Irian Jaya sah menjadi milik RI.
Dengan menganalisa fakta-fakta pembebasan Irian Barat sampai kemudian dilaksanakan Pepera,
dapat diambil kesimpulan bahwa Pepera mempunyai arti yang sangat penting bagi pemerintah
Indonesia, yaitu :
1. bukti bahwa pemerintah Indonesia dengan merebut Irian Barat melalui konfrontasi bukan
merupakan sebuah tindakan aneksasi / penjajahan kepada bangsa lain, karena secara sah
dipandang dari segi de facto dan de jure Irian Barat merupakan bagian dari wilayah RI
2. upaya keras pemerintah Ri merebut kembali Irian Barat bukan merupakan tindakan sepihak,
tetapi juga mendapat dukungan dari masyarakat Irian Barat. Terbukti hasil Pepera menyatakan
rakyat Irian ingin bergabung dengan Republik Indonesia.
Diposkan oleh DWI NUGROHO WIDI, S.Pd. di Sabtu, September 25, 2010
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Pada tanggal 19 Mei 1962, sekitar 81 penerjun payung terbang dari Bandar Udara Pattimura,
Ambon, dengan menaiki pesawat Hercules menuju daerah sekitar Kota Teminabuan untuk
melakukan penerjunan. Saat persiapan keberangkatan, komandan pasukan menyampaikan bahwa
mereka akan diterjunkan di sebuah perkebunan teh, selain itu juga disampaikan sandi-sandi
panggilan, kode pengenal teman, dan lokasi titik kumpul, lalu mengadakan pemeriksaan
kelengkapan perlengkapan anggotanya sebelum masuk ke pesawat Hercules. Pada pukul 03.30
WIT, pesawat Hercules yang dikemudikan Mayor Udara T.Z. Abidin terbang menuju daerah
Teminabuan.
Dalam waktu tidak lebih dari 1 menit, proses pendaratan 81 penerjun payung selesai dan pesawat
Hercules segera meninggalkan daerah Teminabuan. Keempat mesin Allison T56A-15 C-130B
Hercules terbang menanjak untuk mencapai ketinggian yang tidak dapat dicapai oleh pesawat
Neptune milik Belanda.
TNI Angkatan Laut kemudian mempersiapkan Operasi Jayawijaya yang merupakan operasi
amfibi terbesar dalam sejarah operasi militer Indonesia. Lebih dari 100 kapal perang dan 16.000
prajurit disiapkan dalam operasi tersebut.

Queen of Arabia and Three Sheiks


Maura, who like to be thought of as the most beautiful and powerful queen of Arabia, had many
suitors. One by one she discarded them, until her list was reduced to just three sheiks. The three
sheiks were all equally young and handsome. They were also rich and strong. It was very hard to
decide who would be the best of them.
One evening, Maura disguised herself and went to the camp of the three sheiks. As they were
about to have dinner, Maura asked them for something to eat. The first gave her some left over
food. The second Sheik gave her some unappetizing camels tail. The third sheik, who was called
Hakim, offered her some of the most tender and tasty meat. After dinner, the disguised queen left
the sheiks camp.
The following day, the queen invited the three sheiks to dinner at her palace. She ordered her
servant to give each one exactly what they had given her the evening before. Hakim, who
received a plate of delicious meat, refused to eat it if the other two sheiks could not share it with
him.
This Sheik Hakims act finally convinced Queen Maura that he was the man for her. Without
question, Hakim is the most generous of you she announced her choice to the sheiks. So it is
Hakim I will marry.

Anda mungkin juga menyukai