Anda di halaman 1dari 7

a.

Corporate Governance dilakukan oleh manajemen yang dirancang dalam rangka


mengeliminasi

atau

terjadinya fraud. Corporate

setidaknya

menekan

governance meliputi

kemungkinan

budaya

perusahaan,

kebijakan-kebijakan, dan pendelegasian wewenang.


b. Transaction Level Control Process yang dilakukan oleh auditor internal, pada
dasarnya adalah proses yang lebih bersifat preventif dan pengendalian yang
bertujuan untuk memastikan bahwa hanya transaksi yang sah, mendapat
otorisasi yang memadai yang dicatat dan melindungi perusahaan dari
kerugian.
c. Retrospective Examination yang dilakukan oleh Auditor Eksternal diarahkan
untuk

mendeteksi fraud sebelum

menjadi

besar

dan

membahayakan

perusahaan.
d. Investigation and Remediation yang dilakukan forensik auditor. Peran auditor
forensik adalah menentukan tindakan yang harus diambil terkait dengan
ukuran dan tingkat kefatalan fraud, tanpa memandang apakah fraud itu hanya
berupa pelanggaran kecil terhdaap kebijakan perusahaan ataukah pelanggaran
besar

yang

berbentuk

kecurangna

dalam

laporan

keuangan

atau

penyalahgunaan aset.
Pencegahan fraud bisa dianalogikan dengan penyakit, yaitu lebih baik dicegah
dari pada diobati. Jika menunggu terjadinya fraud baru ditangani itu artinya sudah
ada kerugian yang terjadi dan telah dinikmati oleh pihak terntu, bandingkan bila
kita berhasil mencegahnya, tentu kerugian belum semuanya beralih ke
pelaku fraud tersebut. Dan bila fraud sudah terjadi maka biaya yang dikeluarkan
jauh lebih besar untuk memulihkannya daripada melakukan pencegahan sejak
dini. Untuk melakukan pencegahan, setidaknya ada tiga upaya yang harus
dilakukan yaitu:
1.

Membangun individu yang didalamnya terdapat trust and openness,


mencegah

benturan

kepentingan, confidential

disclosure

2.

agreement dancorporate security contract.


Membangun sistem pendukung kerja yang meliputi sistem yang terintegrasi,

3.

standarisasi kerja, aktifitas control dan sistem rewards and recognition.


Membangun sistem monitoring yang didalamnya terkandung control self
sssessment, internal auditor dan eksternal auditor.

MOTIVASI MELAKUKAN FRAUD


Posted: May 20, 2013 in Uncategorized
Pada umumnya fraud terjadi karena tiga hal yang mendasarinya terjadi secara
bersama, yaitu:
Insentif atau tekanan untuk melakukan fraud
Peluang untuk melakuakn fraud
Sikap atau rasionalisasi untuk membenarkan tindakan fraud.
Ketiga faktor tersebut digambarkan dalam segitiga fraud (Fraud Triangle)
berikut:
1. Opportunity
Opportunity biasanya muncul sebagai akibat lemahnya pengendalian inernal
di organisasi tersebut. Terbukanya kesempatan ini juga dapat menggoda
individu atau kelompok yang sebelumnya tidak memiliki motif untk
melakukan fraud.
2. Pressure
Pressure atau motivasi pada sesorang atau individu akan memebuat mereka
mencari kesempatan melakukan fraud, beberapa contoh pressure dapat timbul
karena masalah keuangan pribadi, Sifat-sifat buruk seperti berjudi, narkoba,
berhutang berlebihan dan tenggat waktu dan target kerja yang tidak realistis.
3. Rationalization
Rationalization terjadi karena seseorang mencari pembenaran atas
aktifitasnya

yang

mengandung fraud.

Pada

umumnya

para

pelaku fraud meyakini atau merasa bahwa tindakannya bukan merupakan


suatu kecurangan tetapi adalah suatu yang memang merupakan haknya,
bahkan kadang pelaku merasa telah berjasa karena telah berbuat banyak
untuk organisasi. Dalam beberapa kasus lainnya terdapat pula kondisi dimana
pelaku tergoda untuk melakukan fraud karena merasa rekan kerjanya juga
melakukan

hal

yang

sama

tindakan fraud tersebut.


FAKTOR PEMICU FRAUD
Posted: May 13, 2013 in Uncategorized

dan

tidak

menerima

sanksi

atas

0
A. Faktor Pemicu Fraud (Kecurangan)
Terdapat empat faktor pendorong seseorang untuk melakukan
kecurangan, yang disebut juga dengan teori GONE, yaitu :
1.
2.
3.
4.

Greed (keserakahan)
Opportunity (kesempatan)
Need (kebutuhan)
Exposure (pengungkapan)
Faktor Greed dan Need adalah faktor yang berhubungan dengan individu
pelaku kecurangan (disebut juga faktor individual). Sedangkan faktor
opportunity dan Exposure merupakan faktor yang berhubungan dengan
organisasi sebagai korban perbuatan kecurangan (disebut juga faktor
generic/umum).

a. Faktor individu
1. Moral, faktor ini berhubungan dengan keserakahan (greed).
2. Motivasi, faktor ini berhubungan dengan kebutuhan (need), yang lebih
cenderung berhubungan dengan pandangan/pikiran dan keperluan
pegawai/pejabat yang terkait dengan aset yang dimiliki
perusahaan/instansi/organisasi tempat ia bekerja. Selain itu tekanan
(pressure) yang dihadapi dalam bekerja dapat menyebabkan orang yang
jujur mempunyai motif untuk melakukan kecurangan.
b. Faktor generic
1. Kesempatan (opportunity) untuk melakukan kecurangan tergantung pada
kedudukan

pelaku

terhadap

objek

kecurangan. Kesempatan

untuk

melakukan kecurangan selalu ada pada setiap kedudukan. Namun, ada


yang mempunyai kesempatan besar dan ada yang kecil. Secara umum
manajemen suatu organisasi/perusahaan mempunyai kesempatan yang
lebih besar untuk melakukan kecurangan daripada karyawan.
2. Pengungkapan (exposure) suatu kecurangan belum menjamin tidak
terulangnya kecurangan tersebut baik oleh pelaku yang sama maupun oleh
pelaku yang lain. Oleh karena itu, setiap pelaku kecurangan seharusnya
dikenakan sanksi apabila perbuatannya terungkap.
B. Gejala Adanya Fraud (kecurangan)

Fraud (kecurangan) yang dilakukan oleh manajemen umumnya lebih sulit


ditemukan dibandingkan dengan yang dilakukan oleh karyawan. Oleh karena itu,
perlu diketahui gejala yang menunjukkan adanya kecurangan tersebut, adapun
gejala tersebut adalah :
1. Gejala kecurangan pada manajemen.
a.
Ketidakcocokan diantara manajemen puncak.
b.
Moral dan motivasi karyawan rendah.
c.
Departemen akuntansi kekurangan staf.
d.
Tingkat komplain yang tinggi terhadap organisasi/perusahaan dari pihak
e.
f.

konsumen, pemasok, atau badan otoritas.


Kekurangan kas secara tidak teratur dan tidak terantisipasi.
Penjualan/laba menurun sementara itu utang dan piutang dagang

g.

meningkat.
Perusahaan mengambil kredit sampai batas maksimal untuk jangka

h.
i.

waktu yang lama.


Terdapat kelebihan persediaan yang signifikan.
Terdapat peningkatan jumlah ayat jurnal penyesuaian pada akhir tahun
buku.

2. Gejala kecurangan pada karyawan / pegawai


a.

Pembuatan ayat jurnal penyesuaian tanpa otorisasi manajemen dan tanpa

perincian/penjelasan pendukung.
b.

Pengeluaran tanpa dokumen pendukung.

c.

Pencatatan yang salah/tidak akurat pada buku jurnal/besar.

d.

Penghancuran, penghilangan, pengrusakan dokumen pendukung

pembayaran.
e.

Kekurangan barang yang diterima.

f.

Kemahalan harga barang yang dibeli.

g.

Faktur ganda.

h.

Penggantian mutu barang.

C.

Pelaku Fraud (kecurangan)

Pelaku kecurangan diatas dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok, yaitu


manajemen/karyawan pegawai. Pihak manajemen biasanya melakukan
kecurangan untuk kepentingan perusahaan, yaitu salah saji yang timbul karena
kecurangan pelaporan Keuangan (misstatements arising from fraudulent financial
reporting). Sedangkan pegawai/karyawan melakukan kecurangan bertujuan untuk

keuntungan individu, misalnya salah saji yang berupa penyalahgunaan aktiva. Ada
beberapa perilaku pelaku fraud yang harus menjadi perhatian karena dapat
merupakan indikasi adanya kecurangan yang dilakukan orang tersebut, yaitu:
a.

Perubahan perilaku secara signifikan, seperti: easy going, tidak seperti

biasanya, gaya hidup mewah, mobil atau pakaian mahal.


b.

Gaya hidup di atas rata-rata.

c.

Sedang mengalami trauma emosional di rumah atau tempat kerja.

d.

Penjudi berat.

e.

Peminum berat.

f.

Sedang dililit utang.

PERMASALAHAN DALAM FRAUD


Posted: May 13, 2013 in Uncategorized
0
Klasifikasi Fraud
The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) atau Asosiasi Pemeriksa
Kecurangan Bersertifikat, merupakan organisasi professional bergerak di bidang
pemeriksaan atas kecurangan di AS memiliki tujuan untuk memberantas
kecurangan, mengklasifikasikan fraud (kecurangan) dalam beberapa klasifikasi,
dan dikenal dengan istilah Fraud Tree yaitu Sistem Klasifikasi Mengenai HalHal yang ditimbulkan oleh Kecurangan yang sama (Uniform Occuptional Fraud
Classification System) membagi Fraud menjadi 3 jenis sebagai berikut :
1.

Penyimpangan atas asset (Asset Missappropriation)

Penyalahgunaan, pencurian asset atau harta perusahaan atau pihak lain, jenis ini
paling mudah untuk dideteksi karena sifatnya tangiable atau dapat
diukur/dihitung (defined value).
2.

Pernyataan Palsu (Fraudulent Statement)

Tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau eksekutif suatu perusahaan atau
instansi pemerintah untuk menutupi kondisi Keuangan yang sebenarnya dengan
melakukan rekayasa Keuangan (financial engineering) dalam penyajian laporan
keuangannya untuk memperoleh keuntungan atau mungkin dapat dianalogikan
dengan istilah window dressing.
3.

Korupsi (Corruption)

Jenis fraud ini yang paling sulit dideteksi karena menyangkut kerjasama dengan
pihak lain seperti suap dan korupsi, dimana hal ini yang merupakan jenis yang
terbanyak di negara-negara berkembang yang penegakan hukumnya lemah dan
masih kurang kesadaran akan tata kelola yang baik sehingga faktor integritasnya
masih dipertanyakan. Fraud jenis ini sering kali tidak dapat dideteksi karena para
pihak yang bekerja sama menikmati keuntungan (simbiosis mutualisme).
Termasuk didalamnya adalah penyalahgunaan wewenang/konflik
kepentingan (conflict of interest), penyuapan(bribery), penerimaan yang tidak
sah/illegal (illegal gratuities), dan pemerasan secara ekonomi (economic
extortion).
DEFINISI FRAUD
Posted: May 13, 2013 in Uncategorized
0
Definisi Fraud
Secara harafiah fraud didefInisikan sebagai kecurangan, namun pengertian ini
telah dikembangkan lebih lanjut sehingga mempunyai cakupan yang luas. Blacks
Law Dictionary Fraud menguraikan pengertian fraud mencakup segala macam
yang dapat dipikirkan manusia, dan yang diupayakan oleh seseorang, untuk
mendapatkan keuntungan dari orang lain dengan saran yang salah atau pemaksaan
kebenaran, dan mencakup semua cara yang tidak terduga, penuh siasat. Licik,
tersembunyi, dan setiap cara yang tidak jujur yang menyebabkan orang lain
tertipu. Secara singkat dapat dikatakan bahwa fraud adalah perbuatan curang
(cheating) yang berkaitan dengan sejumlah uang atau properti.
Berdasarkan defenisi dari The Institute of Internal Auditor (IIA), yang dimaksud
dengan fraud adalah An array of irregularities and illegal acts characterized by
intentional deception: sekumpulan tindakan yang tidak diizinkan dan melanggar
hukum yang ditandai dengan adanya unsur kecurangan yang disengaja.
Websters New World Dictionary mendefenisikan fraud sebagai suatu
pembohongan atau penipuan (deception) yang dilakukan demi kepentingan
pribadi, sementara International Standards of Auditing seksi 240 The Auditors
Responsibility to Consider Fraud in an Audit of Financial Statement paragraph
6 mendefenisikan fraud sebagai tindakan yang disengaja oleh anggota

manajemen perusahaan, pihak yang berperan dalam governanceperusahaan,


karyawan, atau pihak ketiga yang melakukan pembohongan atau penipuan untuk
memperoleh keuntungan yang tidak adil atau illegal. Motifnya sama, yaitu
sama-sama memperkacaya diri sendiri/golongan dan modus operandinya sama,
yaitu dengan melakukan cara-cara yang illegal.
PENGERTIAN FRAUD
Posted: May 13, 2013 in Uncategorized
0
Pengertian Fraud
Fraud adalah sebuah istilah di bidang IT yang artinya sebuah perbuatan
kecuranganyang melanggar hukum(illegal-acts) yang dilakukan secara sengajadan
sifatnya dapatmerugiakan pihak lain. Istilah keseharian adalah kecurangan diberi
nama yang berlainan seperti pencurian, penyerobotan, pemerasaan, penjiplakan,
penggelapan, dan lain-lain. Orang awam sering kali mengartikan bahwa fraud
secara sempit adalah tindak pidana atau perbuatan korupsi. Fraud atau kecurangan
itu sendiri adalah tindakan yang melawan Hukum oleh orang-orang dari dalam
dan atau luar organisasi, dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan pribadi
dan atau kelompoknya yang secara langsung merugikan pihak lain. Orang awam
sering kali mengartikan bahwa fraud secara sempit adalah tindak pidana atau
perbuatan korupsi.
Dari beberapa definisi atau pengertian Fraud (kecurangan) diatas, maka
tergambarkan bahwa yang dimaksud dengan kecurangan (fraud) adalah sangat
luas dan dapat dilihat pada beberapa kategori kecurangan. Namun secara umum,
unsure-unsur dari kecurangan (Keseluruhan unsur harus ada, jika ada yang tidak
ada maka dianggap kecurangan tidak terjadi) adalah :
1. Harus terdapat salah pernyataan (misrepresentation).
2. Dari suatu masalah masa lampau (past) dan sekarang (present).
3. Fakta bersifat material.
4. Dilakukan secara sengaja atau tanpa perhitungan (make knowingly or
recklessly).

Anda mungkin juga menyukai