Anda di halaman 1dari 10

Pengaruh lingkungan Laboratorium Berbasis

Komputer Terpadu dalam Pemahaman Siswa pada


Konsep Fisika Sifat Gelombang Bunyi
Diajukan Dalam Memenuhi Mata Kuliah Studi Hasil Penelitian

Nama

: Vivi Septiani

NIM

: (06121411029)

Dosen Pengasuh : Taufiq, S.Pd., M.Pd.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2015

Pengaruh Lingkungan Laboratorium Berbasis Komputasi Terpadu


dalam Pemahaman Konsep Fisika Siswa pada Sifat Gelombang Bunyi
Penulis
Audcharaporn Gunhaart , Niwat Srisawasdi
Faculty of Education, Khon Kaen University,123 Mittraphap High-way, Khon Kaen 40002,
Thailand
Kata Kunci : Lingkungan laboratorium ilmiah, laboratorium mikro komputer, simulasi
komputer, pemahaman konseptual, perubahan konseptual.

Abstrak
Integrasi lingkungan laboratorium komputer seperti mikro komputer berbasis
laboratorium (MBL) dan simulasi komputer disebutkan dalam komunitas ilmu keguruan dan
praktisi serta dimanfaatkan sebagai bagian yang terintegrasi pada kelas berbasis inkuiri
ilmiah, kedepannya dapat meningkatkan pengajaran ilmiah guru dalam proses belajar siswa
dalam ilmu pengetahuan sebagai "alat kognitif terintegrasi". Pengaruh dari pembelajaran
terstruktur dengan lingkungan laboratorium ilmu pengetahuan pada pemahaman konseptual
siswa dan perubahan konseptual tentang sifat gelombang bunyi dipaparkan dalam makalah
ini. 30 siswa Thailand Kelas 11 berpartisipasi dalam penelitian ini selama dua minggu.
Metodologi penelitian yang digunakan adalah Metode campuran, dilakukan untuk
mengeksplorasi hasil kuantitatif dan kualitatif dari pemahaman konseptual siswa sebelum dan
setelah berpartisipasi dalam lingkungan, dan menjelaskan secara kualitatif fenomena
perubahan pemahaman mereka. Hasil kualitatif menunjukkan bahwa pemahaman konseptual
fisika siswa tentang sifat gelombang Bunyi meningkat sesudah mengikuti penelitian ini, dan
hasil kuantitatif berdasarkan susunan pasangan uji Wilcoxon yang menunjukkan bahwa
lingkungan ini menyebabkan prestasi mereka meningkat secara signifikan dan memperoleh
skor konseptual lebih baik pada akhir pembelajaran. Selain itu, analisis kualitatif
menunjukkan bahwa siswa mengalami

perubahan pemahaman konseptual tentang sifat

gelombang bunyi dalam tiga karakteristik seperti diferensiasi, kelas lanjutan, dan pembuatan
ulang konsep. Temuan ini menyarankan bahwa lingkungan laboratorium ilmiah bisa

membantu siswa untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang konsep fisika tentang sifat
gelombang bunyi melalui proses perubahan konseptual.

1. Pendahuluan
Masalah dan kesulitan belajar konseptual dalam ilmu pengatahuan telah ditemukan
secara luas di semua usia dan level penelitian ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan
(Zacharia, 2007). Siswa dari segala usia datang ke kelas sains dengan ide-ide biasa,
pengalaman yang berbeda, konsepsi tidak terstruktur, dan pemahaman awal yang biasanya
tidak ilmiah serta salah menafsirkan istilah-istilah dalam ilmu pengetahuan, penggambaran
ilmu pengetahuan tak berarti mengenai dunia fisik, penjelasan yang tidak masuk akal tentang
bagaimana dan mengapa segala sesuatu berfungsi selama bertahun-tahun tanpa henti tidak
sesuai dengan pengalaman (Postner et al., 1982). Dasar ilmiah yang sering mengganggu
proses konstruktif pembelajaran konseptual dalam ilmu pengetahuan dan mempengaruhi
kemampuan siswa untuk mengubah penjelasan ilmiah tentang apa yang dipelajari di kelas
menjadi pengetahuan yang berguna untuk proses penggambaran gagasan ilmiah (Duschl &
Gitomer, 1991; Zacharia, 2007). Situasi ini memperkuat upaya pendidik dan peneliti
pendidikan untuk mendorong perubahan konseptual dalam rangka pengenalan asimilasi atau
akomodasi konsepsi ilmiah yang akurat (Postner et al, 1982).
Praktek ilmiah berbasis penyelidikan ini harus dilakukan di laboratorium, ruang kelas,
atau bidang di mana siswa diberi kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan fenomena
alam atau dengan data yang berasal dari fenomena tersebut (Pyatt & Sims , 2011). Penelitian
telah menunjukkan bahwa siswa dapat memberikan pengalaman belajar yang efektif melalui
penggunaan metode eksperimen berbasis penyelidikan yang sebenarnya (Hofstein & Lunetta,
2004) dan melalui penggunaan lingkungan laboratorium virtual yang mendukung
eksperimen, seperti simulasi komputer yang interaktif (Zacharia & Anderson, 2003). Tidak
hanya itu, penggunaan lingkungan yang nyata dan virtual dapat digunakan sebagai alat
kognitif dalam lingkungan belajar untuk perubahan konseptual (Hofstein & Lunetta , 2004;
Zacharia & Anderson, 2003). Selain itu, penggabungan lingkungan aktual dan virtual sebagai
alat kognitif terpadu telah dilaporkan secara efisien dapat meningkatkan proses mekanisme
perubahan pemahaman konseptual dalam keilmuan (Jaakkola, Nurmi, & Veemans, 2011;
Olympiou & Zacharia 2012 ; Zacharia , 2007).

2. Tinjauan Pustaka
2.1. Integrasi lingkungan laboratorium komputer di bidang pendidikan sains
Baru-baru ini , pendekatan eksperimen kontemporer berbasis inkuiri dari laboratorium
sains untuk pembelajaran (hands-on) dan virtual (simulasi) komputer berbasis penelitian
laboratoarium merupakan integrasi yang terkini. Pengguna kedua lingkungan laboratorium
komputer telah melaporkan bahwa mereka mendapatkan hasil pada proses perubahan
konseptual, dan membantu siswa memperbaiki serta membenarkan pemahaman non ilmiah
dan untuk meningkatkan pemahaman konsep-konsep ilmiah mereka (Jaakkola, Nurmi, &
Veemans, 2011; Olympiou & Zacharia, 2012; Zacharia, 2007). Laboratorium komputer yang
sebenarnya telah disebut "physicality" atau "eksperimen nyata" yang dapat meningkatkan
kebenaran, penerapan proses ilmiah, praktek dan memfasilitasi konsep konkrit ke abstrak
fenomena dunia nyata ( Pyatt & Sims, 2011). Sebaliknya, lingkungan virtual laboratorium
komputer telah dimaksudkan untuk "Virtuality" atau "Simulasi eksperimen" yang lebih
unggul dari segi portabilitas, keamanan, efisiensi biaya, meminimalkan kesalahan,
amplifikasi atau pengurangan dimensi temporal dan spasial, fleksibel, cepat dan dinamis
dalam menampilkan data (Zacharia ,2007). Para peneliti menemukan bahwa eksperimen
simulasi komputer dapat dilakukan dengan berbagai perbaikan dan menghasilkan perubahan
terhadap pemahaman lain yang berpegang pada peserta didik ( Bell & Trundle , 2008;
Zacharia & Anderson, 2003; Zacharia , 2007).
3. Metode

3.1 . Desain penelitian


Dalam rangka untuk mencari pengaruh Lingkungan laboratorium komputerisasi ilmiah
pada pemahaman konseptual fisika siswa tentang sifat gelombang bunyi, penelitian ini
menggunakan desain penelitian metodologi campuran. Para peneliti melakukan desain pra eksperimen pada metodologi penelitian kuantitatif untuk membandingkan skor pemahaman
konseptual pada awal dan akhir penelitian dari satu kelompok yang ditentukan, terhadap
kelompok tersebut diberikan

pretest-posttest. Selain itu, peneliti mengumpulkan data

kualitatif seperti karakteristik pemahaman konseptual dan jenis perubahan konseptual, para
peneliti melakukan desain penelitian fenomenologis untuk menjelaskan fenomena perubahan
konseptual siswa, dengan menggunakan metode analisis isi.

3.2 . Peserta Penelitian


30 siswa Thailand dari kelas XI berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian dilakukan
selama semester ke-2 tahun akademik 2010. Para peserta terdiri 17 laki-laki dan 13
perempuan dan usia mereka berkisar 15-17 tahun. Mereka semua sedang belajar dalam
program IPA dan mereka memiliki keterampilan dasar yang memuaskan dalam menggunakan
komputer, tetapi mereka tidak pernah punya pengalaman dengan menggunakan komputer
untuk percobaan di laboratorium.

3.3 . Domain Pengetahuan Konseptual


Gelombang bunyi adalah topik mendasar yang terdapat di banyak kurikulum pendidikan
dasar nasional. Dalam kurikulum pendidikan dasar di Thailand, sifat-sifat gelombang bunyi
adalah topik yang ditekankan untuk hampir semua tingkatan. Untuk penelitian ini,
pengetahuan konseptual yang dipelajari adalah sifat-sifat gelombang bunyi termasuk: 1)
refleksi, yang dapat dijelaskan sebagai memantulan dari gelombang bunyi ketika mengenai
suatu permukaan; 2) refraksi, yang dijelaskan oleh sebagian besar orang sebagai perubahan
arah atau pembelokan gelombang bunyi, ketika keluar dari satu media ke media yang lain; 3)
difraksi, yang dapat dijelaskan sebagai perubahan arah gelombang suara karena melewati
sebuah celah atau penghalang ; dan 4) gangguan, yang dijelaskan sebagai fenomena yang
terjadi ketika dua gelombang suara bertemu saat berjalan di sepanjang medium yang sama.

3.4. Bahan Pembelajaran


3.4.1. Mikrokomputer berbasis laboratorium (MBL)
Mikro komputer berbasis laboratorium (MBL) dari Vernier Software & Technology
digunakan sebagai alat untuk berfikir ilmiah untuk meningkatkan pembangunan pemahaman
konseptual fisika tentang sifat-sifat gelombang bunyi pada tingkat makroskopik (teramati),
seperti ditunjukkan pada Gambar 1.

3.4.2 . Simulasi komputer


Simulasi komputer Fisika Teknologi Pendidikan ( PhET ) digunakan sebagai alat kognitif
belajar konseptual untuk meningkatkan pembangunan pemahaman konseptual fisika tentang
sifat-sifat gelombang bunyi pada tingkat mikroskopis (unobservable), sebagai ditunjukkan
pada Gambar 2 .

3.4.3 . Bentuk survei model mental


Bentuk survei model mental adalah alat evaluasi untuk menentukan pemahaman
konseptual siswa dalam model mental mereka. Penggambaran dan penalaran Ad hoc yang
digunakan untuk mengembangkan formulir untuk para peserta, seperti yang ditampilkan di
Gambar 3. Bentuk terdiri dari empat item yang pada sifat-sifat gelombang suara.

3.5. Pengumpulan data


Untuk menyelidiki karakteristik dari pemahaman konseptual siswa dan nilainya, tipe
perubahan konseptual, bentuk survey model mental telah diberikan kepada masing-masing
siswa pada awal dan akhir pembelajaran berbasis inkuiri tentang sifat gelombang bunyi
sebagai pretes dan postes. Siswa telah menghadiri pembelajaran tentang sifat gelombang

bunyi selama 2 minggu. Pada Akhirnya, semua data yang terkumpul telah dianalisis dalam 2
minggu setelahnya.

3.6 . Analisa Data


Untuk analisis karakteristik pemahaman konseptual siswa, analisis konten berdasarkan
konsep ontologi ilmiah yang dipelajari terutama digunakan untuk mereka menggambarkan
Ad hoc dan penalaran baik pretest dan posttest. Setelah itu, penilaian dan sistem skor rubrik
untuk mengevaluasi pemahaman konseptual dikembangkan dan kemudian penggambaran dan
penalaran Ad Hoc ditandai dan dinilai secara kuantitatif. Analisis statistik Wilcoxon sesuai
dengan susunan pasangan uji digunakan untuk membandingkan perbedaan antara skor pretest
dan posttest. Untuk analisis siswa, jenis perubahan konseptual analisis konten berdasarkan
Dykstra, Boyle, & kerangka Monarch, juga

digunakan untuk menggambarkan analisa

perubahan konseptual.

4. Hasil
4.1 . Pemahaman konseptual Fisika dalam sifat gelombang bunyi.
Perbandingan skor pre-test dan post-test pemahaman konseptual berdasarkan analisis
statistik nonparametrik Wilcoxon sesuai dengan susunan pasangan uji menemukan bahwa
skor postest siswa, pada pemahaman konseptual dalam fisika sifat gelombang bunyi secara
signifikan lebih tinggi daripada pretest ( Z = -4,791 , p < .05 ). Statistik Wilcoxon sesuai
dengan susunan pasangan uji siswa, pemahaman konseptual yang ditampilkan pada Tabel 1 .

4.2 . Perubahan Pemahaman Konseptual Siswa pada Gelombang Bunyi


Pada Tabel 2, disajikan hasil siswa dalam perubahan pemahaman konseptual pada sifat
gelombang bunyi. Perubahan pemahaman siswa pada peringkat tes untuk penilaian
pemahaman konseptual fisika siswa, pemahaman konseptual telah ditemukan dalam tiga jenis
seperti diferensiasi, kelas ekstensi, dan konseptualisasi, sekitar empat konsep fisika sifat

gelombang suara termasuk refleksi, refraksi, difraksi, dan interferensi seperti yang
ditampilkan di Tabel 2.

5. Pembahasan
Hasil kuantitatif menunjukkan bahwa, skor post-test siswa, dalam pemahaman
konseptual Fisika sifat gelombang bunyi lebih tinggi secara signifikan dibandingkan skor pretest. Sejalan dengan itu, hasil kualitatif menunjukkan bahwa karakteristik siswa pada saat pre
tes dalam sifat gelombang bunyi telah diubah dalam membandingkan dengan pemahaman
konseptual mereka setelah dilakukan penelitian, lebih ilmiah dan lebih akurat dan
diperpanjang sebagai pemahaman ilmiah. Analisis kualitatif juga mengungkapkan bahwa,
perubahan konseptual dalam fisika sifat gelombang bunyi terjadi pada tiga jenis perubahan
konseptual termasuk diferensiasi, kelas ekstensi, dan konseptualisasi. Temuan ini jelas
menunjukkan efisiensi lingkungan laboratorium terpadu berbasis komputer (eksperimen
aktual dan virtual) bahwa secara efektif dapat membantu siswa untuk mengubah dan
mengubah konsepsi ilmiah dan alternatif mereka, masing-masing, untuk dapat diterima
sebagai konsep ilmiah dalam komunitas ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, jenis lingkungan

belajar seperti ini dapat ditetapkan sebagai alat kognitif terpadu yang efektif bagi siswa
untuk belajar suatu konsep ilmu.

6. Kesimpulan
Makalah ini melaporkan keefektifan penggunaan integrasi yang aktual; ( hands -on ) dan
virtual ( simulasi ) lingkungan laboratorium komputer untuk membantu siswa, pembelajaran
konseptual pada sifat gelombang bunyi. Jenis lingkungan belajar ilmu tertentu digambarkan
bahwa hal itu dapat efektif untuk mengintegrasi alat kognitif untuk memperbaiki dan
meningkatkan pemahaman siswa, pemahaman konseptual siswa terhadap sifat gelombang
bunyi. Akhirnya, temuan penelitian ini menawarkan kepada guru fisika tentang pemahaman
baru mengenai bagaimana membantu siswa mengubah konsep pemahaman lain

yang

diintegrasikan menggunakan Laboratorium Berbasis Komputer Terpadu.

Ucapan Terima Kasih


Penulis ingin mengucapkan terima kasih atas dukungan beasiswa oleh Lembaga Promosi
Pengajaran Sains dan Teknologi ( IPST ), Thailand. Para penulis juga ingin mengakui
Fakultas Pendidikan, Khon Kaen University, Thailand, untuk dukungan keuangan dari
kontribusi studi ini, dan Khon Kaen University.

Referensi
Bell, R. L., & Trundle, K. C. (2008). The use of a computer simulation to promote scientific
conceptions of moon phases. Journal of Research in Science Teaching, 45(3), 346-372.
Duschl, R., & Gitomer, D. (1991). Epistemological Perspectives on conceptual change:
implications for educational practice. Journal of Research in Science Teaching, 28 (9),
839- 858.
Dykstra, D.I., Boyle, C.F., & Monarch, I.A. (1992). Studying conceptual change in learning
physics. Science Education, 76, 615-652.
Hofstein, A. & Lunetta, V.N. (2004). The laboratory in science education: Foundation for the
21 st century. Science Education, 88, 28-54.
Jaakkola, T., Nurmi, S., & Veermans, K. (2011). A comparison of students' conceptual
understanding of electric circuits in simulation only and simulation-laboratory contexts.
Journal of Research in Science Teaching, 48(1), 71-93.

Olympiou, G., Zacharia, Z.C. (2012). Blending physical and virtual manipulatives: An effort
to

improve

students'

conceptual

understanding

through

science

laboratory

experimentation. Science Education, 96(1), 21-47.


Posner, G.J., Strike, K.A., Hewson, P.W., & Gertzog, W.A. (1982). Accommodation of a
scientific conception: Towards a theory ofconceptual change. Science Education, 66
(2), 211-227.
Pyatt, K., & Sims, R. (2011). Virtual and physical experimentation in inquiry-based science
labs: attitudes, performances and access. Journal of

Science Education and

Technology, DOI 10.1007/s10956-011-9291-6


Zacharia, Z.C. (2007). Comparing and combining real and virtual experimentation: An effort
to enhance studentsconceptual understanding of electric circuits. Journal of Computer
Assisted Learning, 23, 120-132.
Zacharia, Z., & Anderson, O. (2003). The effects of an interactive computer-based simulation
prior to performing a laboratory inquiry-based experiment on student conceptual under
standing of physics American Journal of Physics, 71, 618.

Anda mungkin juga menyukai