dipanaskan dan dibiarkan mendingin secara perlahan (seperti halnya sesudah welding atau
pendinginan setelah annealing) maka karbon akan menarik krom untuk membentuk partikel
kromium karbida (chromium carbide) di daerah batas butir (grain boundary) struktur SS.
Formasi kromium karbida yang terkonsentrasi pada batas butir akan menghilangkan/
mengurangi sifat perlindungan kromium pada daerah tengah butir. Sehingga daerah ini akan
dengan mudah terserang oleh korosi. Secara umum SS dengan kadar karbon < 2 % relative
tahan terhadap korosi ini. Ketidak sempurnaan mikrostruktur ini diperbaiki dengan
menambahkan unsur yang memiliki afinitas (daya tarik) terhadap Karbon lebih besar untuk
membentuk karbida, seperti Titanium (misal pada SS 321) dan Niobium (misal pada SS 347).
http://ocean-eng.blogspot.com/2011/01/intergranular-corrosion.html
Korosi Batas Butir (Intergranular corrosion)
Share
Intergranular corrosion (IGC) adalah bentuk penyerangan terhadap batas butir atau
daerah sekitarnya pada material dalam lingkungan korosif tetapi hanya sebagian kecil korosi
menyerang butir material itu sendiri. Intergranular corrosion juga dikenal sebagai
intergranular attack (IGA). Adapun beberapa istilah tambahan yang terkadang digunakan
dalam menjelaskan IGC adalah:
End-grain attack
Grain dropping
sugaring
Pada beberapa material, proses korosi berjalan menyamping (lateral) sepanjang bidangbidang paralel sampai permukaaan yang dikenal sebagai exfoliation (pengelupasan), dan
pada umumnya terjadi sepanjang batas butir oleh sebab itu disebut korosi batas butir. Lapisan
yang terkelupas merupakan hasil dari proses pengelupasan (yang disebut juga sebagai lapisan
korosi), merupakan produk korosi yang sangat besar dalam membongkar lapisan material;
sebagai contoh, pada paduan alumunium.
Sebagian besar paduan rentan terserang IGA ketika dihadapkan pada lingkungan
agresif. Hal ini disebabkan karena batas butir merupakan tempat pengendapan (precipitation)
dan pemisahan (segregation), dimana membuat mereka secara fisik dan kimia berbeda
dengan butirnya. Intergranular attack didefinisikan sebagai pemutusan selektif terhadap batas
butir atau daerah yang berdekatan sekitarnya tanpa serangan yang cukup besar terhadap
butirnya sendiri. Hal ini disebabkan oleh perbedaan potensial antara daerah batas butir
dengan endapan-endapan (precipitates), fasa intermetalik, atau pengotor (impurities) yang
terbentuk di batas butir. Mekanisme dan tingkat penyerangan berbeda untuk masing-masing
paduan.
Endapan (precipitate) yang terbentuk dari material pada temperatur tinggi (contohnya,
selama produksi, fabrikasi, perlakuan panas, dan pengelasan) sering kali bernukleasi dan
tumbuh terutama di batas butir. Jika precipitate(s) tersebut kaya akan elemen paduan yang
penting bagi ketahanan korosi, wilayah yang berdekatan dengan batas butir sebagai
konsekuensinya akan kekurangan elemen tersebut. Logam tersebut peka dan rentan terhadap
serangan IGA dalam satu atau lebih jenis lingkungan korosif. Contohnya, pada austenitic
stainless steels seperti tipe 304, intergranular attack sering berasosiasi dengan precipitate
chromium-karbida (Cr23C6) pada batas butir di Heat Affected Zone. Pengendapan atas
beberapa karbida sering disebut sebagai sensitasi. Ketika precipitate chromium-karbida
terbentuk, daerah sekitarnya kekurangan chromium. Sebagai hasilnya area kekurangan lebih
rentan terserang korosi dalam lingkungan agresif dibandingkan daerah yang jauh dari batas
butir. Contoh lain dari pemisahan (segregation) batas butir adalah pembentukkan fasa sigma
sebagai hasil unsur Cr dan Mo pada batas butir dalam elemen paduan. Fasa sigma biasanya
lebih sulit dibedakan secara visual dalam mikrostuktur dibandingkan dengan chromium
karbida. Pengotor (impurities) yang meng-segregasi batas butir kemungkinan meningkatkan
gaya galvanik dalam lingkungan korosif dengan menyediakan sebagai tempat anodik maupun
katodik. Contohnya, dalam seri-2000 (2xxx) paduan alumunium, kekurangan tembaga
(anodik) kumpulan pada sisi lain larut sementara batas butir merupakan katodik yang akan
membentuk precipitate CuAl2. Sebaliknya, pada seri-5000 (5xxx) paduan alumunium,
intermetalik precipitate seperti Mg2Al3 (anodik) akan terserang ketika pembentukan fasa
lanjutan dalam batas butir. Selama berada dalam larutan klorida, pasangan galvanik terbentuk
diantara precipitate dengan matriks paduan yang bisa memberi intergranular attack yang
hebat. Dalam kenyataannya untuk intergranular attack dan laju korosi bergantung pada
linkungan korosif dan keberadaan intergranular precipitation, dimana itu merupakan fungsi
dari komposisi paduan, fabrikasi, dan parameter perlakuan panas.
Mekanisme Terjadinya Intergranular Corrosion
Korosi intergranular ( korosi batas butir ) merupakan serangan yang bersifat khusus
terhadap batas butir atau daerah di dekat batas butir pada material karena lingkungan yang
bersifat korosif. Akan tetapi terjadi korosi yang sedikit pada batas butir. Korosi intergranular
ini sering disebut juga serangan intergranular ( Intergranular Attack/IGA ).Pada material
tertentu, korosi yang terjadi ke arah samping sepanjang bidang yang sejajar terhadap
permukaan rol dikenal sebagai eksfoliasi. Hal ini secara umum terjadi di sepanjang batas
butir, sehingga termasuk ke dalam korosi batas butir.
Sebagian besar logam paduan rentan terhadap IGA ketika tidak terlindungi pada
kondisi lingkungan tertentu. Hal ini dikarenakan batas butir merupakan tempat untuk
presipitasi dan segregasi, yang membuat batas butir berbeda secara fisik dan kimia dari
butirnya sendiri. Serangan intergranular ( Intergranular Attack ) di definisikan sebagai
disolusi batas butir atau daerah yang berdekatan dengan batas butir tanpa serangan cukup
besar pada butirnya sendiri. Hal ini disebabkan oleh perbedaan potensial di antara daerah
batas butir dan presipitat, fasa intermetalik maupun impuritis yang terbentuk pada batas
butir. Mekanisme sebenarnya dan tingkat serangan korosi intergranular ini berbeda untuk
setiap sistem paduan.
Presipitat yang terbentuk karena logam berada pada temperature tinggi ( sebagai
contoh ketika proses produksi, fabrikasi, perlakuan panas dan pengelasan ), sering
bernukleasi dan tumbuh secara khusus pada batas butir. Jika presipitat ini kaya akan elemen
paduan yang dibutuhkan untuk ketahanan korosi, akibatnya daerah yang berdekatan dengan
batas butir akan terjadi penipisan elemen-elemen ini. Kemudian, logam menjadi peka dan
mudah terkena korosi intergranular pada satu atau beberapa lingkungan khusus yang bersifat
korosif. Sebagai contoh, pada austenitic stainless steel tipe 304, korosi intergranular sering
berhubungan secara khusus dengan presipitasi karbida yang kaya akan kromium pada batas
butir di daerah HAZ ( Heat Affected Zone ). Presipitasi sejumlah karbida sering di sebut
sebagai sensitisasi. Ketika kromium karbida terbentuk, daerah di sekitarnya akan mengalami
penipisan kromium. Sehingga daerah yang mengalami penipisan tersebut lebih mudah
terkena korosi pada lingkungan tertentu dibandingkan dengan daerah yang jauh dari batas
butir.
Impuritis yang bersegregasi pada batas butir juga dapat menyebabkan gaya galvanik
pada lingkungan korosif dengan adanya sisi anodik dan katodik. Sebagai contoh, pada paduan
aluminium seri 2000 ( 2xxx ), bagian yang mengalami penipisan ( depletion ) tembaga pada
satu sisi batas butir akan terdisolusi ketika batas butir bersifat katodik karena adanya
presipitat CuAl2. Sebaliknya, pada paduan aluminium seri 5000 ( 5xxx ), presipitat
intermetalik seperti Mg2Al3 ( anodik ) akan mengalami serangan ketika membentuk fasa
yang kontinyu pada batas butir. Ketika terkena larutan klorida, pasangan galvanic akan
terbentuk antara presipitat dan matriks paduan yang akan menyebabkan serangan korosi pada
batas butir. Kerentanan sebenarnya terhadap serangan korosi intergranular dan tingkat korosi
tergantung pada lingkungan korosif dan banyaknya presipitasi intergranular, dimana
merupakan fungsi dari komposisi paduan, fabrikasi dan parameter perlakuan panas.
http://www.encangirul.com/2011/04/korosi-batas-butir-intergranular.html
menundukkan materi ke perlakuan panas pada suhu tinggi, sehingga semua partikel
karbida kromium yang dipekatkan;
mengurangi kadar karbon di bawah 0,03% (berat) diminimalkan, sehingga
pembentukan karbida;
buaya stainless steel dengan logam lain, seperti niobium atau titanium, yang memiliki
kecenderungan yang lebih tinggi untuk membentuk karbida kromium, sehingga tetap
dalam larutan padat.
http://www.bio-architettura.org/id/articoli/122.html
Korosi intergranular adalah bentuk korosi yang terjadi pada paduan logam akibat
terjadinya reaksi antar unsur logam tersebut di batas butirnya. Seperti yang terjadi pada baja
tahan karat austenitik apabila diberi perlakuan panas. Pada temperatur 425 815oC karbida
krom (Cr23C6) akan mengendap di batas butir. Dengan kandungan krom dibawah 10 %,
didaerah pengendapan tersebut akan mengalami korosi dan menurunkan kekuatan baja tahan
karat tersebut.
http://www.scribd.com/doc/17226684/Korosi-