Anda di halaman 1dari 20

PEMBELAJARAN FISIKA MENGGUNAKAN E-LEARNING BERBASIS

MOODLE SEBAGAI MEDIA BAHAN AJAR PADA SISWA KELAS VII SMP
NEGERI 1 PALU
MEUTIA RITA
SMP NEGERI I PALU
Telah dilakukan penelitian untuk mengembangkan media bahan ajar dengan
menggunakan moodle. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan uji
coba terbatas. Pada penelitian ini, media pembelajaran didesain dengan menggunakan
software aplikasi berupa moodle, xampp, flash dan eXe. Bahan ajar yang
dikembangkan merupakan materi fisika SMP, di dalamnya terdapat animasi, modul
bacaan, artikel serta penugasan secara online. Sampel yang digunakan untuk uji coba
terbatas yaitu siswa kelas VII SMP Negeri I Palu yang terdiri atas 32 orang. Uji coba
dilakukan untuk melihat respon siswa terhadap bahan ajar dan peningkatan hasil
belajar. Respon siswa diambil dengan menggunakan angket pertanyaan sebanyak 25
item pertanyaan dan hasil belajar menggunakan tes sebanyak 30 item soal. Hasil
analisis angket diperoleh rata-rata respon sebesar 79,22% yang berada pada kategori
baik. Rata-rata nilai hasil belajar sebesar 60, dengan menggunakan uji hipotesis satu
pihak diperoleh hipotesis nol (H0) diterima dengan kata lain tidak terjadi peningkatan
hasil belajar siswa yang menggunakan moodle sebagai media pembelajaran fisika.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari angket dapat dikatakan pengembangan materi
fisika dengan menggunakan aplikasi moodle layak digunakan dan untuk proses
peningkatan hasil belajar kiranya dapat diuji cobakan kembali dalam penelitian
pengembangan yang lebih luas.
Kata kata kunci: e-learning, Moodle, Media Pembelajaran Fisika .

I. PENDAHULUAN
I.1

Latar Belakang
Usaha untuk meningkatkan prestasi siswa salah satunya dapat

dilakukan dengan media pembelajaran yang disesuaikan dengan mata pelajaran


yang akan disampaikan oleh para pendidik. Dalam pemilihan media pembelajaran
harus memperhatikan faktor-faktor tujuan yang hendak dicapai, ketepatgunaan,
keadaan peserta didik, mutu teknis, dan biaya. Keterbatasan ruang dan waktu,
pembelajaran yang monoton menjadi kendala utama bagi peningkatan kualitas
pembelajaran. Pertambahan jumlah peserta didik pada suatu lembaga berpotensi
mengurangi kualitas interaksi antara pendidik dan peserta didik sehingga hasil
yang maksimal, bentuk pembelajaran berkualitas, semakin jauh dari harapan.
Hasil observasi yang dilakukan pada SMP Negeri 1 Palu, sebagian
besar guru fisikanya sedang menempuh pendidikan di Pasca Sarjana. Oleh karena
itu waktu tatap muka terkadang tidak terpenuhi sehingga menyebabkan rutinitas
pembelajaran terganggu. Namun dari segi fasilitas, sekolah mempunyai jaringan
Hotspot, dan ruangan media, serta siswa-siswanya sebagian besar sudah memiliki
laptop. Fasilitas ini telah digunakan untuk semua siswa maupun guru serta staf
sekolah. Dimana semua dapat mengakses internet pada daerah sekolah ini, dan
untuk ruang medianya sudah digunakan untuk mata pelajaran seperti TIK.
Namun untuk penggunaan pelajaran lainnya masih sangat kurang. Biasanya
hanya digunakan untuk mencari materi-materi yang diperlukan dalam pelajaran.
Moodle (Modular Object Oriented Dynamic Learning Environment)
merupakan Software yang open source untuk melakukan pembelajaran
mandiri dengan tanpa terikat oleh waktu dan tempat. Beberapa fasilitas yang
disediakan oleh moodle antara lain: modul bacaan, modul penugasan, modul
chat, modul forum, modul pilihan, modul kuis, dan sebagainya (Prakoso, 2005: 3).
Dengan adanya bahan pembelajaran tersebut siswa dapat belajar secara mandiri
dan tidak terlalu menggantungkan belajar dari catatan saja, serta tidak terikat waktu

dan tempat untuk kembali mempelajari materi yang telah diberikan di sekolah.
Bahan pembelajaran ini dapat dibuat dengan berbagai bentuk antara
lain bahan pembelajaran yang ditulis dalam bentuk buku seperti modul dan bahan
pembelajaran yang ditampilkan ke dalam media audio visual melalui jaringan
internet dan atau intranet yang tentunya dapat menarik perhatian dari siswa.
Berdasarkan kenyataan tersebut penulis mencoba mengembangkan
bahan pembelajaran fisika secara online dengan menggunakan moodle sebagai
upaya meningkatkan hasil belajar, serta diharapkan proses kegiatan belajar mengajar
menjadi lebih efektif.
I.2

Permasalahan
Dari permasalahan yang telah diuraikan pada latar belakang, maka

rumusan permasalahan pada penelitian ini adalah:


1. Bagaimanakah tanggapan siswa dan guru terhadap pembelajaran e-learning
berbasis moodle sebagai media ajar?
2. Apakah dengan menggunakan e-learning berbasis moodle sebagai media
pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar fisika pada siswa kelas VII
SMP Negeri 1 Palu?
I.3

Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah:

1. Melihat tanggapan yang diberikan oleh siswa dan guru terhadap pembelajaran
e-learning berbasis moodle sebagai media ajar.
2. Menggunakan desain ini sebagai media untuk meningkatkan hasil belajar
fisika pada siswa kelas VII SMP Negeri 1.

I.4

Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah yaitu:
1.

Bagi siswa
Dapat mengembangkan ilmu pengetahuan tanpa harus terikat waktu dan
catatan.

2.

Bagi Guru
Dapat digunakan sebagai media dalam proses pembelajaran.

3.

Bagi Sekolah
Meningkatkan mutu kelulusan sekolah.
Menambah fasilitas belajar di sekolah.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 e-learning
ELearning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi
elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media Internet, jaringan
komputer, maupun komputer standalone. Secara garis besar, apabila kita menyebut
tentang eLearning, ada tiga komponen utama yang menyusun eLearning tersebut
(Romi, 2007).
1. eLearning Sistem
Sistem perangkat lunak yang memvirtualisasi proses belajar mengajar
konvensional. Bagaimana manajemen kelas, pembuatan materi atau konten,
forum diskusi, sistem penilaian (rapor), sistem ujian online dan segala fitur
yang berhubungan dengan manajemen proses belajar mengajar. Sistem
perangkat lunak tersebut sering disebut dengan Learning Management Sistem
(LMS).
2. eLearning Content (Isi)
Konten dan bahan ajar yang ada pada eLearning system (learning

management sistem). Konten dan bahan ajar ini bisa dalam bentuk Multimedia
based Content (konten berbentuk multimedia interaktif) atau Textbased
Content (konten berbentuk teks seperti pada buku pelajaran biasa)
3. eLearning Infrastructure (Peralatan)
Infrastruktur eLearning dapat berupa personal computer (PC), jaringan
komputer dan perlengkapan multimedia. Termasuk di dalamnya peralatan
teleconference apabila kita memberikan layanan synchronous learning melalui
teleconference.
2.2 Moodle
Moodle adalah sebuah paket perangkat lunak yang berguna
untuk

membuat dan mengadakan

kursus/pelatihan/pendidikan berbasis

internet. Moodle merupakan akronim dari Modular Object Oriented Dynamic


Learning Environment. Moodle adalah sebuah jalan menuju pendidikan tanpa
batas. Sebuah pionir yang akan membangun kreativitas dan pemikiran. Hal ini
dapat diterapkan ketika moodle dibuat, dan ketika pengajar dan pendidik
melakukan aktivitas pengajaran dalam pembelajaran online (Prakoso, 2005: 15).
2.3 Belajar
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri
setiap orang sepanjang hidupnya (Arsyad, 2002: 1). Proses belajar itu terjadi
karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu
belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja.
2.3 Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar
tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak
pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut bermanfaat bagi guru dan

siswa (Muslihati 2005).


2.4 Media Bahan Ajar
Dalam website Dikmenjur dikemukakan pengertian bahwa, bahan ajar
merupakan seperangkat materi/substansi pembelajaran (teaching material) yang
disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan
dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dengan bahan ajar memungkinkan
siswa dapat mempelajari suatu kompetensi atau KD secara runtut dan sistematis
sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan
terpadu.
2.3 Materi Suhu dan Pemuaian
Suhu atau temperatur adalah besaran yang menyatakan ukuran
derajat panas atau dinginnya suatu bendaa. Suhu termasuk besaran pokok dan
dalam SI satuannya adalah Kelvin (disingkat K).

Termometer
Alat yang dipakai untuk mengukur suhu dengan tepat dan menyatakannya
dengan suatu angka disebut sebagai termometer. Termometer secara umum,
terbuat dari pipa kaca yang diisi dengan zat cair. Prinsip dasar mengapa
digunakan zat cair sebagai pengisi termometer adalah karena zat cair mengalami
perubahan volume seandainya suhunya berubah. Zat cair pengisi termometer yang
paling umum digunakan adalah raksa dan alkohol. Termometer tidak hanya
berisikan air raksa dan alkohol saja. akan tetapi ada juga yang terbuat dari benda
padat, gas dan sebaginya. Untuk benda padat beberapa temometer yang dikenal
yaitu termometer bimetal, termometer hambatan dan termokopel. Termometer
Bimetal dengan prinsip kerjanya yaitu semakin besar suhu, keping bimetal
semakin melengkung dan menyebabkan jarum penunjuk bergerak ke kanan ke
angka yang lebih besar. Jika suhu turun, jarum penunjuk bergerak ke kiri ke arah
angka yang lebih kecil. Skala yang dibuat biasa dibentuk lingkaran. Dalam

kehidupan sehari-hari, termometer gas jarang digunakan. Termometer gas biasanya


terdapat di Laboratorium untuk kegiatan penelitian. Selain itu, termometer gas juga
banyak dipakai dalam kegiatan industri, misalnya di pabrik-pabrik farmasi dan
yang sering berhubungan dengan gas dalam produksi. Jika sejumlah gas
dipanaskan dan volumenya dijaga tetap, tekanannya akan bertambah. Sifat
termometrik ini dimanfaatkan untuk mengukur suhu pada termometer gas.
Konfersi Celsius Ke Termometer Lainnya
a. konversi Celsius ke Reamur dan Sebaliknya
tC = 54 tR
b. Konversi Celsius ke Fahrenheit dan Sebaliknya
tC = 59 (tF 32)
c. Konversi Celsius ke Kelvin
tC = tK 273
Pemuaian Zat Padat
Bila zat padat diberi panas sehingga suhunya naik, pada umumnya zat
padat akan memuai. Muai yang dialami zat padat adalah muai panjang, muai luas,
dan muai volume.
a. Muai Panjang
Untuk zat padat yang panjang dengan luas penampang kecil dapat
dipandang bahwa pemuaian terjadi ke arah memanjangnya. Alat untuk
menyelidiki muai panjang berbagai zat padat adalah musschenbroek.
Persamaan yang berlaku pada muai panjang adalah
l = lo ( 1 + . t)
dengan:
l = panjang akhir (m)
lo = panjang mula-mula (m)
= koefisien muai panjang (/oC)
t = perubahan suhu (oC)

b. Muai luas
Persamaan yang berlaku pada muai luas adalah
A = Ao ( 1 + . t)
dengan:
A = panjang akhir (m2)
Ao = panjang mula-mula (m2)
= koefisien muai panjang (/oC)
t = perubahan suhu (oC).
Pemuaian Zat Cair
Zat cair hanya memiliki muai volume. Muai volume zat cair lebih
besar daripada muai volume zat padat. Pemuaian zat cair tidak berlaku
untuk air antara suhu 0C dan 4C, karena justru menyusut jika dipanaskan.
Pengecualian ini disebut anomali air.
Pemuaian Zat Gas
Seperti zat cair, gas hanya memiliki muai volume. Koefisien muai

volume untuk semua jenis gas adalah sama yaitu

C-1.

III.
III.1

PROSEDUR PENELITIAN

Metode Penelitian
Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, maka penelitian ini

menggunakan metode Research and Development (R&D) dengan menggunakan uji


produk secara terbatas. Penelitian ini dilaksanakan pada suatu kelas tanpa
menggunakan kelas kontrol kemudian pelaksanaan pembelajarannya menggunakan
model pembelajaran berbasis web yang digabungkan dengan pembelajaran
konvensional. Setelah pembelajaran selesai dilakukan pretes untuk mengidentifikasi
peningkatan hasil pembelajaran siswa secara tertulis. Menurut pelaksanaannya
penelitian ini menggunakan metode eksperimen model Singel one shot Case Study.
Metode Research and Development adalah suatu proses atau langkah-langkah
untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah
ada yang dapat dipertanggungjawabkan. Produk tersebut tidak selalu berbentuk benda
atau perangkat keras (hardware), seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran di
kelas, atau di labolatorium, tetapi bias juga perangkat lunak (software), seperti
program komputer untuk pengolahan data, pembelajaran di kelas, perpustakaan atau
labolatorium, ataupun model - model pendidikan, pembelajaran, pelatihan,
bimbingan, dan lain-lain. (Nana Syaodih, 2010). Untuk memberikan gambaran secara
umum, alur penelitian dirancang seperti yang terlihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Alur Penelitian Dan Pengembangan Uji Terbatas e-Learning


Berbasis Moodle Sebagai Media Pembelajaran

III.2

Teknik Pengolahan Data

3.2.1 Analisis Instrumen Tes Hasil Belajar


a. Analisis Validitas Item Tes
Untuk menghitung validitas hasil uji coba isi tes digunakan rumus sebagai
berikut (Arikunto, 2006:78):

dengan:
= koefisien korelasi biserial
= rata-rata dari subjek yang menjawab betul
= rata-rata dari skor total
= standar deviasi
= proporsi siswa yang menjawab benar
= banyaknya siswa yang menjawab benar
Jumlah seluruh siswa
q

= proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1 p).


Besarnya Pembeda

Interpretasi

0,00 0,19
0,20 0,39
0,40 0,59
0,60 1,00

Sangat rendah
Rendah
Sedang
Sangat tinggi

Tabel 1. Klasifikasi Validitas Item Tes


Kriteria penerimaan tiap item adalah memenuhi jika 0,21 rpbi 1,00.

b. Analisa Daya Pembeda Item Tes


Untuk menentukan daya pembeda (D) item tes digunakan rumus sebagai
berikut (Arikunto, S, 1992 :216):
D

BA BB

PA PB
J A JB

dengan :
JA = banyaknya peserta kelompok atas
JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab item dengan benar.
BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab item dengan benar.

Daya Pembeda

Interpretasi

0,00 0,20
0,21 0,40
0,41 0,70
0,71 1,00

Jelek
Cukup
Baik
Baik Sekali

Tabel 2. Klasifikasi Daya Pembeda Item Tes


Kriteria daya pembeda item tes yang digunakan 0,21 D 1,00.
c.

Analisa Tingkat Kesukaran Item Tes


Rumus untuk menentukan indeks kesukaran item tes adalah (Arikunto,

S,1999:210):
P

dengan :

B
Js

tingkat kesukaran

jumlah siswa yang menjawab item tes yang benar

Js

jumlah peserta tes

Indeks Kesukaran (P)

Interpretasi

0,00 0,30
0,31 0,70
0,71 1,00

Sukar
Cukup
Mudah

Tabel 3. Klasifikasi Indeks Kesukaran Item Tes


Kriteria indeks kesukaran item tes yang digunakan 0,31 P 0,70.
d.

Analisa Reliabilitas Tes


Untuk mengetahui reliabilitas tes digunakan rumus Kuder-Richardson 20

(KR-20), yakni (Arikunto, S, 1992:273) :


2
n S pq
rll


S2
n 1

dengan :
rl l =

reliabilitas tes secara keseluruhan

n =

banyaknya item

S =

Standar deviasi dari tes (Standar deviasi akar dari variansi)

p =

proporsi subyek yang menjawab item dengan benar

q =

proporsi subyek yang menjawab item dengan salah (q = 1 - p)

pq =

Jumlah hasil perkalian antara p dan q

Kriteria pengujian, jika rl l > 0,70 dapat disimpulkan bahwa tes reliabel.
3.2.2 Analisis Data Penelitian
1. Uji Hipotesis

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan uji t. uji t yang digunakan untuk hipotesis ini adalah uji t-tes 1
sampel yaitu (Sugiyono, 250: 2008):

dengan:
T

= nilai t yang dihitung


= nilai rata-rata
= nilai yang dihipotesiskan (nilai standar KKM)

= simpangan baku sampel

= jumlah anggota sampel.

Ketentuan uji-t satu pihak (1-tailed) dengan derajat kebebasan (dk = n - 1) pada taraf
nyata = 0,05 adalah :
Jika t hitung t tabel berarti H0 diterima,
Jika t hitung > t tabel berarti H0 ditolak.
2. Pengolahan Angket Respon
a. Validasi Desain Website
Desain website yang dikembangkan dinilai atau divalidasi oleh ahli yang
kemudian hasil dari validasi dibandingkan dengan kategori penilaian validitas yang
ditetapkan (Nurdin, 2007), yaitu:
Nilai

Validitas

3,5 < V < 4


2,5 < V < 3,5
1,5 < V < 2,5
V < 1,5

Sangat Valid (SV)


Valid (V)
Cukup Valid (CV)
Tidak Valid (TV)

Tabel 4. Kriteria Validitas Media

b. Mengolah Skor angket


Pernyataan yang digunakan dalam skala likert yang digunakan untuk
mengetahui respon adalah pernyataan positif dan negatif yang dikategorikan dengan
sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.
Dalam mengolah skor angket, untuk mengukur tingkat kelayakan yang dinilai
dari angket responden yaitu dengan cara memberikan skor pada angket dengan
kriteria sebagai berikut:
Skor

Kriteria

1,0 1,9
2,0 2,9
3,0 3,9
4,0

Sangat tidak baik


Tidak Baik
Baik
Sangat Baik

Tabel 5. Kriteria angket respon


IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada validasi yang dilakukan oleh ahli, beberapa hal yang harus diperbaiki
yaitu Tampilan, tata letak menu, artikel yang berkaitan dengan materi yang disajikan,
dan kontras warna dari tampilannya. Hasil dari validasi tampilan yang dilakukan
ditunjukkan pada gambar 2, dan untuk tata letak menu serta penambahan artikel yang
telah direvisi ditunjukkan pada gambar 3. Dari hasil validasi yang dilakukan oleh
validator, dengan 3 hal yang dinilai dan divalidkan pada media yang didesain, maka
hasil validitasnya ditunjukkan pada tabel 6. Hasil tersebut diperoleh dengan
menghitung skor rata-rata, sehingga jika hasil tersebut dibandingkan dengan tabel 4
maka desain dari media yang dibuat mempunyai nilai valid atau layak untuk
diujicobakan. Untuk hasil validasi tiap item pertanyaan yang masih dianggap ku-rang
layak untuk diuji coba maka media ini direvisi kembali sesuai hasil dari validasi.
Dengan hasil revisi dapat dilihat pada gambar 2 dan gambar 3.

Gambar 2. Tampilan Yang Telah Direvisi

Gambar 3. Tata Letak Menu dan Penambahan Artikel Yang Telah Direvisi
Data
hasil
perhitungan uji t, diperoleh nilai t hitung = -6,83 dan ttable = 1,72. Hal ini berarti t hitung <
ttabel, dengan demikian H0 diterima. Hasil penelitian ini gagal dikarenakan nilai standar
kelulusan yang diberikan oleh sekolah untuk pelajaran IPA fisika sebesar 75. Jika
nilai ini dibandingkan dengan nilai standar kelulusan Nasional yang mana nilainya
sebesar 55 maka nilai ini terlalu tinggi, dan jika dibandingkan dengan pembelajaran
konvensional yang biasa diajarkan maka hasil dari penelitian ini tidaklah berbeda
jauh atau sama. Selain daripada itu, untuk semua tugas yang diberikan secara online

hasil dari tugas harian tidaklah sepenuhnya dikerjakan oleh semua siswa hal ini
mungkin dikarenakan waktu yang diberikan untuk mengupload tugasnya kurang
sebab sebelum mengupload tentunya siswa harus mengetik tugasnya terlebih dahulu
dan menyimpannya dalam bentuk file baru setelah itu file diupload. Pada saat
mengupload hal yang dapat menyebabkan kegagalan penelitian ini adalah koneksi
jaringan yang lambat. Kegagalan yang terjadi ini juga dikarenakan penggunaan
konten yang telah ada tidak dimanfaatkan secara baik oleh siswa untuk
melangsungkan pembelajaran. Seperti untuk penggunaan media chatting yang ada
hanya diperuntukkan untuk saling bertanya apakah tugas kalian telah selesai?.
Namun hal ini dapat membuktikan bahwa pembelajaran ini membuat siswa tidak
merasa bosan akan proses pembelajaran. Untuk data angket dari 25 pertanyaan pada
angket, terdapat 19 pertanyaan positif dan 6 pertanyaan negatif. Berdasarkan hasil
perhitungan angket nilai rata-rata untuk respon siswa terhadap media pembelajaran
ini bernilai 79,22% dan untuk respon guru bernilai 80,5%.
Kriteria Yang Dinilai
Tampilan website
Isi website
Media tambahan

Skor Rata-rata
3,07
3,00
3,75

Validitas
V
V
SV

Tabel 6. Hasil Validitas Website


Pada kriteria skor pada tabel 1 terlihat bahwa respon yang diberikan oleh
siswa maupun guru bernilai baik. Untuk pertanyaan yang memperoleh kriteria tidak
baik untuk pertanyaan positif harus diperbaiki lagi untuk tingkat kelayakan yang lebih
baik dalam penggunaan pengembangan media pembelajaran.
V. PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian desain web dengan menggunakan moodle sebagai media
pembelajaran fisika dan analisis hasil pembahasan, maka dapat disimpulkan:

1. Website ini didesain dengan menggunakan aplikasi software moodle versi 1.9
dan aplikasi pendukung XAMPP versi 1.7.0, serta beberapa aplikasi
pendukung lainnya yaitu eXe 1.04.
2. Tanggapan dari siswa mengenai pembelajaran yang menggunakan e-learning
ber-basis moodle sebagai media bahan ajar adalah baik.
3. Tidak terdapat peningkatan hasil belajar fisika pada siswa kelas VII SMP
Negeri I Palu yang menggunakan media pembelajaran e-learning
V.2 Saran
1. Agar segala kekurangan dalam penelitian ini dapat disempurnakan oleh
2.

para peminat web developer khususnya dalam pendesainan website.


Untuk yang juga ingin menggunakan e-learning sebagai penelitiannya agar
pada saat melakukan tes sebaiknya dilakukan secara online dan berbatas

3.

waktu.
Penelitian ini dikembangkan dengan menggunakan uji yang lebih luas
dapat melanjutkan langkah penelitian dari Borg and Gall.

Daftar Pustaka
Agung Purnomo. 2006. Pengembangan Bahan Pembelajaran Mandiri Komputasi
Fisika Dengan Menggunakan Moodle Secara Online di Jurusan Fisika
Universitas Negeri Semarang: UNNES.
Andriyansyah Seno. 2007. The Application E-Learning Physics for Senior High
School Student Using Moodle: Universitas Gunadarma
Anonim, Building e-learning with moodle. Inixindo: 2008
Arikunto Suharsimi: Dasar dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. 2006
Jasakom. 2008. Joomla! 1.5 Dunia Maya, Untungnya Nyata!. Jakarta
Jaya Tonykha Muhammad. Pengembangan E-Learning Menggunakan Moodle Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran TIK Kelas X SMA Negeri
1 Tayu Tahun Ajaran 2010/2011. UNY. 2011
Nurdin, 2007. Model Pembelajaran Matematika yang Menumbuhkan Kemampuan
Metakognisi untuk Menguasai Bahan Ajar. Disertasi tidak dipublikasikan.
Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Syaodih Nana. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: UPI kerjasama dengan
ROSDA
Sudjana: Metode Statistika. Tarsito. Bandung. 2005
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan
R & D. Bandung : Alfabeta.
Wahono.2003. Pengantar e-learning dan Pengembangannya. Ilmu Komputer.com

Gambar 1. Alur Penelitian Dan Pengembangan Uji Terbatas e-Learning


Berbasis Moodle Sebagai Media Pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai