Anda di halaman 1dari 10

Pengantar

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum 2004, adalah kurikulum dalam
dunia pendidikan di Indonesia yang mulai diterapkan sejak tahun 2004. Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) adalah konsep kurikulum yang dikembangkan Departemen Pendidikan
Nasional RI untuk menggantikan Kurikulum 1994. KBK merupakan sebuah konsep kurikulum
yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan
standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, berupa penguasaan
terhadap seperangkat kompetensi tertentu.
Metode Pembelajaran yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan metode
berdasarkan masalah atau Problem Based Learning (PBL) dan SPICES (Student-centered,
Problem Based Learning, Integrated teaching, Community oriented, Early clinical exposure,
Self-directed learning).
Dalam tulisan ini akan dibahas lebih lanjut tentang kegiatan pembelajaran mandiri atau
Self-directed learning.
Proses belajar sering melibatkan ketrampilan dan perilaku baru bagi peserta didik.
Apabila belajar bukan sekedar suatu proses pengumpulan informasi baru maka peserta didik
harus melibatkan diri secara total dalam pengalaman belajar. Belajar bukanlah sekedar menerima
informasi dari orang lain tentang apa yang ingin diketahuinya. Belajar yang sesungguhnya
memerlukan motivasi yang tinggi dan suasana yang mendukung proses belajar. Untuk itu peserta
didik memerlukan classroom of life di mana di dalamnya terdapat semangat self-directed
learning atau pembelajaran mandiri (PM). Pembelajaran mandiri adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student-centred approach) di mana proses dan
pengalaman belajar diatur dan dikontrol oleh peserta didik sendiri. Para peserta didik
memutuskan sendiri tentang bagaimana, di mana, dan kapan belajar tentang suatu hal yang
mereka anggap merupakan hal yang penting. Di dalam konteks problem-based learning (PBL),
pembelajaran mandiri merupakan bagian yang melekat pada proses pembelajaran. Dalam hal ini
pembelajaran mandiri menuntut peserta didik untuk mengidentifikasi berbagai masalah yang
perlu dipelajari lebih jauh (investigation), tahu di mana harus mencari sumber-sumber belajar
yang berkaitan dengan masalah tadi, mampu menentukan prioritas dan merancang penelusuran
1

sumber belajar, mampu mempelajari materi yang ada di dalam sumber belajar tadi, dan
kemudian menghubungkan informasi yang telah terkumpul dengan topik bahasan yang sedang
dipelajarinya. Ditinjau dari perspektif inovasi pendidikan, PM merupakan inovasi dalam
pembelajaran guna memperoleh efisiensi yang tinggi dan keefektivan yang lebih bermakna
sehingga peserta didik bukan hanya mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan di dalam
kurikulum melainkan juga mendapatkan tujuan belajar yang lebih maju, lebih banyak, dan lebih
bermanfaat baginya. Di dalam konteks pembelajaran mandiri, batas ruang dan waktu menjadi
tidak jelas karena batas tadi telah diterobos oleh peserta didik.
Hakekat Pembelajaran mandiri
Pembelajaran mandiri tidak bergantung pada subyek ataupun metoda instruksional.
Pembelajaran mandiri bergantung pada siapa yang belajar (peserta didik), mencakup siapa yang
memutuskan tentang apa yang akan dipelajari, siapa yang harus mempelajari sesuatu hal, metoda
dan sumber apa saja yang akan dipegunakan, dan bagaimana cara mengukur keberhasilan upaya
belajar yang telah dilaksanakan.
Situasi belajar
Belajar merupakan aktivitas yang bersifat plastis dan secara biologis mudah dimodifikasi.
Hal ini bertolak belakang dengan mengajar yang secara sosial telah terstruktur sehingga
bersifat lebih kaku dan lebih sulit diubah. Seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi, yang
secara spesifik dikenal sebagai era elektronik, baik belajar maupun mengajar mengalami
perubahan yang cepat dan berarti.
Sebagai pembanding terhadap pembelajaran mandiri, uraian di bawah ini dapat
memperjelas perbedaan antara hakekat pembelajaran mandiri dengan belajar yang dikontrol oleh
institusi:
Belajar secara formal (formal learning): institusi, bukan peserta didik, mengontrol
tujuan belajar dan tatacara belajar peserta didik
Belajar secara nonformal (nonformal learning): peserta didik mengontrol tujuan belajar,
sementara itu institusi mengontrol tatacara belajar peserta didik

Belajar secara informal (informal learning): institusi mengontrol tujuan belajar tetapi
peserta didik mengontrol tatacara belajar mereka sendiri
Dengan adanya era elektronik maka setiap peserta didik harus mampu menyesuaikan
dirinya dengan kemajuan dan perkembangan yang ada. Adaptasi ini sangat diperlukan agar
peserta didik dapat belajar dalam suasana yang nyaman dan mempunyai gairah belajar yang
tinggi. Dengan demikian proses belajar didorong oleh dirinya sendiri dan bukan semata-mata
dituntut dari pihak luar. Suasana belajar demikian ini akan meningkatkan academic atmosphere
di Perguruan Tinggi yang pada akhirnya akan mempengaruhi sikap dan perilaku para pengajar
untuk dapat mengakomodasi pembelajaran mandiri yang tengah berkembang.
Pembelajaran mandiri
Pembelajaran mandiri merupakan suatu proses di mana peserta didik mengambil inisiatif
dengan atau tanpa bantuan pihak lain dalam mendiagnosis kebutuhan belajar, membuat formulasi
tujuan belajar, identifikasi sumber belajar (narasumber dan materi belajar), memilih dan
menjalani strategi belajar yang sesuai, serta mengevaluasi hasil belajar (outcomes). Pembelajaran
mandiri merupakan proses dan sekaligus hasil (outcome). Peserta didik memperoleh manfaat
ketrampilan belajar selama aktif menjalani pembelajaran mandiri sekaligus akan mengalami
perubahan yang menguntungkan dalam sikap dan perilaku belajar.
Dalam hal ini, perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap pengalaman belajar
yang telah dijalani, dilakukan semuanya oleh indiv idu yang bersangkutan. Sementara dosen
hanya bertindak sebagai fasilitator, yang memberi arahan, bimbingan, dan konfirmasi terhadap
kemajuan belajar yang telah dilakukan individu mahasiswa tersebut. Metode belajar ini
bermanfaat untuk menyadarkan dan memberdayakan mahasiswa, bahwa belajar adalah
tanggungjawab mereka sendiri. Dengan kata lain, individu mahasiswa didorong untuk
bertanggungjawab terhadap semua fikiran dan tindakan yang dilakukannya. Metode
pembelajaran

SDL

dapat

diterapkan

apabila

asumsi

berikut

sudah

terpenuhi.

Sebagai orang dewasa, kemampuan mahasiswa semestinya bergeser dari orang yang tergantung
pada orang lain menjadi individu yang mampu belajar mandiri.
a. Pengalaman merupakan sumber belajar yang sangat bermanfaat.
b. Kesiapan belajar merupak an tahap awal menjadi pembelajar mandiri.
3

c. Orang dewasa lebih tertarik belajar dari permasalahan daripada dari isi matakuliah
d.Pengakuan, penghargaan, dan dukungan terhadap proses belajar orang dewasa perlu diciptakan
dalam lingkungan belajar. Dalam hal ini, dosen dan mahasiswa harus memiliki semangat yang
saling melengkapi dalam melakukan pencarian pengetahuan.

Pengetahuan dan Keterampilan Penting dalam Pembelajaran Mandiri


Terdapat dua hal esensial sehububungan dengan hal ini. Pertama, pembelajaran mandiri
mengharuskan siswa memiliki beberapa keterampilan dan pengetahuan tertentu seperti
mengambil tindakan, keterampilan bertanya, membuat keputusan, berpikir kreatif dan kritis,
memiliki kesadaran diri dan mampu bekerja-sama. Kedua, adalah mengharuskan siswa benarbenar melakukan hal tersebut.

Mengambil Tindakan
Intinya adalah dimana anak tidak hanya belajar secara teoritis dengan membaca, melihat

dan menonton saja, melainkan juga siswa aktif bertindak, learning by doing dimana siswa
mencari dan menggabungkan informasi secara aktif dari masyarakat,, ruang kelas maupun suber
lainya, lalu menggunakannya untuk alasan tertentu sehingga informasi tersebut akan tersimpan
dalam ingatan (Souders & Prescot, 1999).
Siswa yang menghimpun menyentuh, memanipulasi objek secara langsung akan
menyerap informasi dan menyimpan informasi lebih baik dibandingkan jika mereka hanya
mendengar, melihat di televisi, film atau komputer. Misalnya, siswa belajar mengenai pentingnya
peninggalan arkeologi dengan menggali tulang-belulang yang tentunya sudah dikondisikan guru.
Hal ini akan jauh lebih menarik dan pengalaman tersebut akan lebih tertanam dalam benak siswa
dibandingkan misalnya jika siswa hanya membaca mengenai peninggalan arkeologis.

Mengajukan Pertanyaan
Brooks & Brooks (1993) menyatakan bahwa untuk bisa mengerti, siswa harus mencari

makna. Dan untuk dapat mencari makna, siswa harus punya kesempatan untuk membentuk dan
mengajukan pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang kritis dan terbuka akan merangsang
kreativitas dan rasa ingin tahu siswa, seperti misalnya: dari mana susu berasal. Dari pertanyaan
sederhana ini bisa saja akan menjadi semakin mendalam sampai pada proses pembuatan,
pasteurisasi dan mungkin strategi pemasarannya.

Membuat Pilihan
Dalam pembelajaran mandiri, siswa tidak hanya memilih rancangan kerja mereka sendiri

melainkan juga memutuskan bagaimana mereka berperan serta dalam berpartisipasi sesuai bakat
dan minat mereka. Selain itu, mereka juga dapat membuat pilihan akan gaya belajar apa yang
sesuai dengan mereka, sehingga hal ini kelak dapat membantu siswa untuk mencapai prestasi
atau keunggulan, dan juga membuat kegiatan belajar menjadi menyenangkan dan bermakna.

Membangun Kesadaran Diri


Dalam berinteraksi dengan diri sendiri dan orang lain siswa baik secara langsung dan

tidak langsung mengenali kelebihan dan kekurangan diri sendiri dan orang lain, serta belajar
bagaimana untuk mengekspresikan emosi secara wajar sesuai dengan tuntutan lingkungan
sosialnya. Kesadaran diri yang diartikan sebagai kemampuan untuk merasakan perasaan saat
perasaan itu muncul adalah kemampuan khas manusia. Kemampuan ini membuat kendali diri
dan regulasi emosi menjadi memungkinkan. Keterampilan ini akan lebih terasah dikala siswa
bekerja dan belajar serta berinteraksi dalam sebuah kelompok.

Kerja Sama
Ini merupakan komponen penting. Para siswa biasanya belajar dalam kelompok-

kelompok kecil dan otonom. Kerjasama dalam kelompok dapat mengurangi hambatan akibat
keterbatasan penalaman, pengetahuan dan cara pandang yang terbatas diantara individu anggota
kelompok. Selain itu dalam belajar kelompok, dipelajari pula mengenai bagaimana cara
5

mengemukakan pendapat, menghargai pendapat orang lain, berpikiran terbuka, belajar


melakukan dialog atau pertukaran pandangan, serta mengambil keputusan bersama.

Ada banyak jenis program dan tata cara pelaksanaan pembelajaran mandiri; dengan
demikian ada beberapa pengertian yang sedikit berbeda tentang pembelajaran mandiri. Sebagai
contoh, pembelajaran mandiri adalah setiap upaya atau aktivitas untuk meningkatkan
pengetahuan, ketrampilan, atau kinerja yang dilakukan oleh setiap peserta didik untuk mencapai
cita-cita atau keinginannya dengan menggunakan berbagai cara, di manapun, kapanpun, dan
umur berapapun.

Konsep kemandirian
Kemandirian (self-direction) merupakan konsep organisasi untuk pendidikan tinggi;
dengan demikian kemandirian berkaitan erat dengan politik pendidikan. Pembelajaran mandiri
memiliki komitmen demokratis terhadap perubahan posisi dan peran peserta didik di mana
peserta didik memegang kontrol yang lebih besar terhadap dirinya sendiri dalam hal
konseptualisasi, perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi belajar serta penetapan cara-cara
pemanfaatan sumber belajar guna proses belajar lebih lanjut.

Independent learning
Konsep ini mempunyai konotasi belajar dalam keadaan terisolasi, atau menggambarkan

peserta didik belajar sendiri yang seluruh kegiatannya (menentukan tujuan belajar, isi, usaha,
waktu, evaluasi, dan sebagainya) ditentukan sendiri olehnya. Bantuan dari pihak lain dapat
diterima atau ditolak oleh peserta didik sesuai dengan standar atau kemauan peserta didik
tersebut.

Distance learning
Konsep ini mempunyai konotasi jarak secara fisik antara peserta dengan seorang guru

atau instruktur di mana peserta didik mengalami hambatan dalam berbagai tingkat sehubungan
dengan kurikulum

Psychological control
Konsep ini mengandung konotasi pentingnya arti psychological independence dalam

definisi pembelajaran mandiri daripada elemen sosial atau kurikulum. Konsep ini ada dalam
definisi berikut ini: pembelajaran mandiri adalah suatu proses mental yang bertujuan, biasanya
disertai dan disokong oleh aktivitas perilaku yang terlibat di dalam identifikasi dan pencarian
informasi. Individu secara sadar menerima tanggung jawab untuk menentukan keputusan tentang
tujuan dan usaha, dan dengan demikian menjadi agen perubahan pembelajaran bagi diri sendiri.
Spektrum Pembelajaran mandiri
Spektrum ini merupakan rentang antara teacher-directed learning (TDL) sampai
pembelajaran mandiri. Pada TDL guru atau instruktur memilih dan menentukan apa saja yang
akan diajarkan (dipelajari oleh peserta didik), mengapa hal itu perlu dipelajari, bagaimana
peserta didik mempelajari hal tersebut, kapan, di mana, dan untuk golongan umur berapa.

Incidental self-directed learning


PM model ini dikenalkan pada kursus atau program yang bercirikan TDL,

misalnya pada proyek individual atau kursus singkat.

Teaching students to think independently


Kursus atau program yang menekankan kemampuan personal dalam kegiatan eksplorasi,

penelusuran, pemecahan masalah (problem solving) dan aktivitas kreatif (debat, studi kasus,
penelitian, percobaan, dramatisasi, kerja lapangan).

Self-managed learning
Kursus atau program yang disajikan melalui panduan bejalar di mana peserta didik

belajar secara independen sepenuhnya.


7

Self-planned learning
Kursus atau program yang memberi kesempatan sepenuhnya kepada individ untuk

merancang aktivitas belajar dengan tujuan belajar yang telah ditentukan.8

Self-directed learning
Kursus atau program yang memberi kesempatan kepada individu untuk memilih

outcome, merancang aktivitas mereka sendiri dan melaksanakan aktivitasnya sesuai


dengan pilihan mereka.
Manfaat pembelajaran mandiri
Dari tahun ke tahun pembelajaran mandiri makin berkembang dan kemudian bergerak
dari situasi perifer menuju ke arus utama pengembangan manajemen dan bisnis. Sebagian besar
program pengembangan saat ini menggunakan elemen pembelajaran mandiri dalam rancangan
dan pelaksanaan secara keseluruhan. Secara individual, pembelajaran mandiri memiliki daya
tarik yang spesifi misalnya kebebasan yang lebih besar untuk memilih, fleksibel, dan
mengakomodasi individu tentang apa yang dikehendaki olehnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran mandiri

Terbuka terhadap setiap kesempatan belajar


Memiliki konsep diri sebagai warga belajar yang efektif
Berinisiatif dan merasa bebas dalam belajar
Memiliki kecintaan terhadap belajar
Kreativitas
Memiliki orientasi ke masa depan
Kemampuan menggunakan keterampilan belajar yang mendasar dan memecahkan
masalah

Dukungan staf pengajar dalam pembelajaran mandiri


Peran guru atau instruktur dalam pembelajaran mandiri sungguh berbeda dengan pengajar
dalam proses belajar secara konvensional. Di antara dua hal tadi terdapat transisi, ialah situasi
trainer-led menuju ke learner-led development.
Tanggung jawab pendidik dalam konteks pembelajaran mandiri

Pendidik mendorong individu untuk membuat pilihan tentang tujuan yang Diinginkan
Pendidik siap memberi bantuan dalam level perorangan, sesuai dengan permintaan

bantuan yang bersifat spesifik


Pendidik menyediakan materi dan sumber belajar yang diperlukan individu
Pendidik memberi bimbingan, penyuluhan, dan bantuan individu dalam hal penggunaan
sumber belajar agar diperoleh hasil yang paling baik

Untuk individu yang baru mengenal disiplin pembelajaran mandiri maka kepada mereka
perlu diberikan latihan awal yang meliputi hal-hal sebagai berikut:
Ketrampilan belajar dalam hal perencanaan: apa, kapan, dan bagaimana cara belajar
Tanggung jawab individu dalam manajemen pengembangan diri
Mengenal dan memanfaatkan kesempatan untuk belajar dan pengembannya dari hari ke

hari
Menghubungan pembelajaran mandiri dengan pekerjaan yang akan ditekuni serta

pengembangannya dalam jangka panjang.


Memilih dan menggunakan materi dan sumber lainnya secara tepat dan efektif Beberapa

tips berkenaan dengan pembelajaran mandiri


Pendidik beralih fungsi, menjadi fasilitator proses belajar dan siap membantu peserta

didik, bukan lagi sebagai dirctor of learning.


Pada awalnya pendidik memberi sedikit pengarahan di dalam kelas, member tugas untuk
dikerjakan oleh peserta didik, merancang presentasi untuk suatu seminar, dan bersamasama peserta didik menyusun tujuan belajar di mana peserta didik dapat menambah,

merevisi, atau bahkan menolaknya.


Sebagian besar pendidik mengalami proses yang berulang. Dari pengalaman ini
dapat ditarik kesan bahwa pada awalnya para peserta didik mengalami rasa cemas
atau ketidakpastian, atau kadang-kadang merasa tertipu.

Peserta didik memerlukan penjelasan secara bertahap tentang pembelajaran mandiri,


khususnya tentang bagaimana caranya belajar untuk dapat menjadi mandiri dalam belajar.

Kepada para peserta didik perlud diberikan catatan tentang filosofi pembelajaran mandiri.
Pada awalnya peserta didik akan merasa canggung, tidak nyaman, dan bahkan bingung;

pada saat itu peserta didik mengharapkan para pengajar bertindak sebagai expert.
Adalah hal biasa apabila pada awal proses pembelajaran ada peserta didik yang mudah
marah (uring-uringan) karena mereka belum tahu akan apa yang harus mereka kerjakan.
Hal ini dapat diatasi dengan menyediakan instruksi, handout, agenda, atau arahan yang

diberikan mingguan.
Pada awal pembelajaran sangat diperlukan adanya pertemuan dan diskusi antarpeserta
didik dan antara peserta didik dengan pengajar tentang situasi belajar yang terasa aneh

bagi mereka.
Peserta didik tertentu dapat merasa sangat canggung dengan situasi pembelajaran yang
berlaku sehingga mereka ingin mengundurkan diri dari institusi, Hal ini dapat diatasi

dengan penyuluhan secara lisan maupun melalui media cetak.


Secara bertahap para peserta didik diberi kebebasan (otonomi) yang lebih besar dan
diberi hak untuk menentukan keputusan oleh mereka sendiri; semuanya dalam koridor

deadlines for assignments.


Pembelajaran mandiri melibatkan pengetahuan dan pengalaman terdahulu. Dengan

perkataan lain, pembelajaran mandiri memerlukan prior knowledge dan prior experience.
Self-evaluation merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pembelajaran mandiri
karena self-evaluation merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan
professional dan sangat diperulakn untuk life long learning.

10

Anda mungkin juga menyukai