Anda di halaman 1dari 2

Kehamilan Abdominal merupakan kehamilan yang sangat jarang terjadi.

Insidens kehamilan abdominal yang terjadi dilaporkan oleh Beckham dkk di


Charity Hospital, New Orlens, didapat 1 dalam 3.337 kelahiran. Pada Rumah
Sakit Universitas Indiana yang di laporkan oleh Stanford dan Beckham
didapatkan 1 dalam 7.931 kelahiran. Di Centre for Disease Control
memperkirakan bahwa insidens kehamilan abdominal adalah 1 dalam 10.000
kelahiran hidup yang dicatat oleh Atrash dkk tahun 1987. Di Rumah Sakit
Parkland kehamilan abdominal ditemukan mungkin 1 dalam 25.000 kelahiran. Di
Indonesia kira-kira 1 diantara 1500 kelahiran.1,2
Kehamilan Abdominal dapat dibagi menjadi 2 macam :2
1. Kehamilan Abdominal Primer, dimana telur sejak awal telah mengadakan
implamtasinya di dalam kavum peritoneal.
2. Kehaminan Abdominal Sekunder, yang mana awal kehamilannya bisa di
daerah intrauterin atau di tuba dan setelah ruptur baru menjadi suatu
kehamilan abdominal.
Kehamilan abdominal yang disebabkan oleh implantasi primer biasanya
jarang. Sebagian adalah yang implantasi sekunder. Lokasilokasi pada kehamilan
abdominal biasanya pada ligamen-ligamen uterus, kavum douglasi, hati/limpa,
sub diafragma.3
Diagnosa dari kehamilan abdominal dapat ditegakkan berdasarkan
anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya. Pemeriksaan
penunjang yang dimaksud disini meliputi ; tes pitosin, tes sondase, pemeriksaan
foto roentgen, dibantu pemeriksaan USG, histerografi.1,2,3,4
Penanganan

untuk

kehamilan

abdominal

yaitu

dengan

melakukan

laparatomi. Sebelum itu lebih baik diadakan konseling untuk persiapan pasien.
Prinsip penanganannya yaitu mengeluarkan janin saja sedangkan plasenta
ditinggalkan karena akan direabsorbsi spontan.1 Apa bila dikeluarkan maka
plasenta yang berimplantasi dan melekat pada usus dan dinding abdomen bisa
terjadi luka dan mudah menyebabkan komplikasi perdarahan1,5. Agar plasenta
cepat direabsorbsi maka perlu digunakan obat-obat seperti MTX (metrotrexat).

Untuk persiapan terjadinya perdarahan yang banyak maka harus tersedia donor.3
Komplikasi biasanya terjadi jika plasenta dibiarkan dalam kavum uteri dalam
bentuk infeksi, abses, perlekatan, obstruksi intestinal, dan dehisensi luka. Namun
komplikasi ini jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan komplikasi perdarahan
jika plasenta diangkat1.
Nasib janin yang mati intraabdominal bila tidak dikeluarkan yaitu 3

Pernanahan

Pengapuran (kalsifikasi) lithopedion

Perlemakan adipocare
Menurut Strafford dan ragan (1977), angka mortalitas maternal sebesar 6 %

dan mortalitas perinatal sebesar 91 %. 1


Berikut ini akan dilaporkan sebuah kasus yang didiagnosis suatu kehamilan
abdominal di Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FK Unsrat/RSUP Manado

Anda mungkin juga menyukai