Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama

: Ny. ET

Pekerjaan

: karyawan RSIJ

Alamat

: komplek pertamina tugu blok H RT 002 RW 016

Agama

: islam

Masuk RS

: 30 mei 2014

Dokter yang merawat: dr. Susilawati, SpOG


B. ANAMNESIS
Keluhan Utama
OS datang karena ingin melakukan kurase

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien G3P1AI

hamil 9 minggu datang ke RS karena ingin dilakukan kuretase,

sebelumnya os sudah melakukan pemeriksaan USG dan dinyatakan B0. Keluhan saat ini
adalah mules hilang timbul sejak semalam, pusing (-), demam (-)

Riwayat Penyakit Dahulu


23/5/14 os datang ke rumah sakit dengan keluhan keluar flek. Diagnosis: BO. Instruksi
dokter penyakit dalam, aspilet dihentikan, dan setelah 3-5 hari baru bisa dilakukan kuretase.
OS di instruksikan untuk kontrol tanggal 30-05-2014
Asma +, SLE +, APS +
Riwayat penyakit keluarga
Diabetes melitus (-) hipertensi (-)
Riwayat Operasi
Operasi inpaksi dan cystitis
Riwayat Pengobatan
Menggunkan obat antikoagulan

vitamin

Riwayat Alergi
Alergi obat: Nalgesta
Alergi makanan, minuman maupun cuaca disangkal
Riwayat Kebiasaan
Suka semua jenis makanan, nafsu makan baik, Olahraga jarang, Rokok (-). Alkohol (-)
Memelihara hewan peliharaan (-)
Riwayat Perkawinan
Kawin ke-1, masih kawin, lama kawin 6 tahun
Riwayat Haid
Menarche: 13 tahun siklus 28 hari lama haid 6 hari dismenore disangakal
HPHT
: 22 maret 2014
Riwayat ANC
ANC teratur di RSIJ Cempaka Putih
5-5-2014

Sudah

suntik

antikoagulan+

GS intrauterin, ukuran 1
cm FE tidak tampak

aspilet
22-5-2014

Mual +

GS intrauterin ukuran
tampak

r/ USG fetomaternal
Folaml 1x1
Dultanol
Duphaston 1x1

USG fetomaternal (26-

Rencana kuret

2,6 cm, YS +, FE tidak

30-05-2014

05-2014) didapatkan :
GS ukuran 2,3 cm, YS +
FE - BO

Riwayat Persalinan
N

Tempat

Penolon

bersali

n
RSIJC
P

Thn

Ater

Jenis

Penyuli

Persalina

JK

Anak
Keadaan

n
Dokter

200
8

Ater
m

SC

Letsu

lk

Hidup

201
0

C. PEMERIKSAAN FISIK UMUM


KU

: Baik

Kesadaran

: compos mentis

Tekanan darah

: 120/80

Nadi

: 80x/menit

Pernapasan

: 20x/menit

Suhu

: 36,9 C

Status generalis
Kepala

: Normocephal

Mata

: anemis (-), ikterus (-)

Jantung

: BJ I dan BJ II reguler
gallop (-), murmur (-)

Paru paru

: vesiculer +/+

Ekstremitas

: dalam batas normal

D. ASSESSMENT
G3P1A1 hamil 10 minggu degan B0
E. RENCANA
Pemasangan laminaria
Pemeriksaan laboratorium
Kuretase
F. PERKEMBANGAN PASIEN
Tanggal
20-05-2014

S
perut terasa
mulas

O
TD:120/80
N: 80
R: 20
S: 36,9

A
G3P1A1

P
18.30 : Dilakukan

hamil 10

pemasangan laminaria

minggu

1strip oleh bidan dewi


Pemeriksaan lab
Cefixime 2x1

dengan BO

Hasil pemeriksaan laboratorium


Hematologi rutin
hemoglobin

12,3

Leukosit

10,11

Eritrosit

4,25
Hemostasis

Masa PT

11,3

APTT

36,3

GDS
HbsAg

108
-

Tanggal
31-052014

mulas

TD:110/80
N:80
R:18
S: afebris

G3P1A1 hamil 9 minggu

P
Cefixime 2x1

dengan Blighted Ovum

09.15 Dilakukan kuretase dengan businasi (laminaria tidak sampai OUI)


keluar jaringan 25 cc
Aff kassa besok pukul 09.00

lemas

TD:110/80
N: 72
R:18
S: afebris

P1A2 post kuretase

Cefixime 2x1
Asam
mefenamat 3x1
Methergin 3x1

Laporan Kuretase

Tindakan dimulai, OS dalam anastesi umum posisi litotomi


Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada daerah vulva dan sekitarnya
Dilakukan pemasangan spekulum
Sondose portio OUI tidak bisa terbuka
Dilakukan businasi
Dengan sendok kuret dikeluarkan jaringan dan sisa konsepsi 25 cc, jaringan di PA
Diyakini cavum kosong dan perdarahan sudah berhenti portio dibersihkan dengna
betadin

Tanggal
1

Juni TAK

2014

TD:120/8

P1A2

kuretase 1

post Cefixime 2x1


Asam mefenamat 3x1

N:80

Methergin 3x1

R:18

Boleh pulang

S: afebris

BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA
A. Blighted Ovum
1. Definisi
Kehamilan anembrionik merupakan kehamilan patologi dimana mudigah tidak
terbentuk sejak awal walaupun kantong gestasi tetap terbentuk. Disamping mudigah,
kantung kuning telur juga tidak terbentuk.

Blighted ovum (anembryonic pregnancy) terjadi pada saat ovum yang sudah dibuahi menempel
ke dinding uterus, tapi embrio tidak berkembang. Sel-sel berkembang membentuk kantong
kehamilan, tapi tidak membentuk embrio itu sendiri.
2. Etiologi
a. Factor genetic
merupakan akibat dari masalah kromosom. Tubuh wanita mengenali kromosom abnormal
pada janin dan secara alami tidak mencoba untuk melanjutkan kehamilan karena janin tidak akan
berkembang menjadi bayi yang sehat. Hal ini dapat disebabkan oleh pembelahan sel abnormal,
atau kualitas sperma atau ovum yang buruk.
Kasus : OS sebelumnya sudah terdapat riwayat BO, meskipun dari riwayat keluarga penderita
atau suaminya tidak ada yang memiliki anak lahir cacat akan tetapi kelainan genetik (kromosom)
sebagai salah satu penyebab abortus harus dipikirkan
b. Factor nutrisi
Berbagai penyakit seperti anemia berat, penyakit menahun dan lain-lain dapat
mempengaruhi gizi ibu sehingga mengganggu persediaan berbagai zat makanan untuk janin
yang sedang tumbuh.
Kasus : Pemeriksaan fisik secara umum dan memperhatikan gizi serta hasil laboratorik darah
lengkap yang masih dalam batas normal, maka abortus akibat gangguan nutrisi dapat
disingkirkan
c. Factor anatomic
Hasil pemeriksaan USG tidak menunjukkan abnormalitas anatomik uterus, serviks ataupun
adanya tumor uterus
d. Gangguan imun
Terdapat hubungan yang nyata antara abortusberulang dan penyakit autoimun, misalnya
systematic Lupus Erythematosus (SLE) dan Antiphospholipid Antibodies (aPA). aPA merupakan
antibody spesifik yang didapati pada perempuan dengan SLE. Antibodi. Antibodi
Antiphospholipid terdiri dari IgG, IgM dan IgA. Antibodi Antiphospholipid yang terpenting
dalam klinis yaitu antikoagulan lupus (LA) dan antibodi antikardiolipin (ACA).
Kasus : OS memiliki riwayat SLE dan APS .Pada juli 2010 dinyatakan menderita APS. Hasil
Pemeriksaan laboratorium ( juli 2010) menunjukan ACA IGG + dan IGM +. Saat abortus 1, OS

menolak untuk dilakukan pemeriksaan ACA. Pada abortus ini, tidak dilakukan pemeriksaan
ACA
3. Diagnosis
Diagnosis kehamilan anembrionik ditegakan pada usia kehamilan 7-8 minggu bila pada
pemeriksaan USG didapatkan kantong gestasi tidak berkembang atau pada diameter 2,5 cm yang
tidak disertai dengan adanya gambaran mudigah. Bila pada saat USG pertama didapatkan gambar
kantong gestasi kosong, perlu dilakukan evaluasi USG 2 minggu kemudian. Bila tetap tidak di jumpai
struktur mudigah atau kantong kuning telur dan diameter kantong gestasi sudah mencbapai 25 mm
maka dapat dinyatakan sebagai kehamilan anembrionik.

B. Riwayat SLE
1. Pengaruh kehamilan pada lupus
Pengaruh kehamilan terhadap lupus tergantung pada kondisis penderita lupus, penyakit yang
menyertainya kerusakan organ serta keadaan remisis penyakitnya.
2. Pengaruh lupus pada kehamilan
Pada penderita lupus dengan kehamilan akan berdampak tiga keadaan pada janin yaitu :
a. Beratnya penyakit dan organ yang terkena
b. Adanya titer antipospolipid yang tinggi
c. Ada anti ro dan anti la (berdampak terjadinya neonatal lupus dan gangguan konduksi jantung
janin) akan tetapi walaupun didapatkan titer anti ro dan la tidak semua berdampak pada janin.
Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terdiri dari interaksi berbagai system
hormonal dan imunologis yang kompleks dan dinamis. Pada saat sebelum implantasi, hormonehormon yang dihasilkan oleh proses ovulasi memodulasi limfosit dan sel penyaji antigen dan
memenngaruhi respons imun maternal. Pada saat inseminasi Tumor Growth Factor a 1 (TGF a 1)
pada cairan semen pria akan merangsang granulosit dan makrofag serta sel-sel inflamsi pada
uterus. Pada saat implantasi lingkungan uterus sudah mengandung sel natural killer khusus yang
kompatibel dengan jaringan fetus, yang mengekspresikan KIRDL dan CD94/NKG2
Fetus sebagai hasil dari konsepsi memiliki materi genetic yang berbeda dengan yang dimiliki
oleh sang ibu, sehingga bersifat asing terhadap system kekebalan tubuh ibu. Meskipun jaringan
fetus melakukan kontak terhadap tubuh ibu bahkan sampai melakukan implantasi pada uterus,
jaringan fetus tersebut tidak ditolak atau dihancurkan oleh system kekebalan tubuh ibu.

a. Kesatuan unit jaringan fetoplasental secara imunologis memeiliki keistimewaan dalam hal
jaringan tersebut tidak mengekspresikan HLA antigen yang klasik, namun mengekspresikan
ligand fas yang banyak. Serta protein regulator komplemen. Kesemua hal ini melindungi sel
jaringan fetus dari penghancuran oleh system imun.
b. Pada kehamilan, jaringan desidua dan fetoplasenta menghasilkan sitokin-sitokin yang
menyebabkan respons imun tubuh ibu bergeser kea rah respo dominan T-hellper 2 yang tidak
menolak jaringan fetus dan menurunkan respon Th 1 yang menyebabkan penolakan jaringan
c. Progesterone yang dihasilkan oleh jaringan fetomaternal juga menginduksi factor
penghambat fungsi sel NK dan sekresi IL-10, sehingga membantu melindungi fetus terhadap
penolakan dari tubuh ibu
d. Sel-sel sinsitiotrofoblas menghasilkan senyawa indoleamine 2,3 dioksigenase (IDO) yang
mengkatabolisme triptofan. Triptofan diketahui memainkan peranan dalam penolakan
jaringan fetus.
e. Beberapa hormone yang ada pada kehamilan juga diperkirakan mempengaruhi respons
imunitas tubuh ibu.
C. Riwayat APS
sindrom antifosfolipid ditandai oleh manifestasi klinik thrombosis (vena atau arteri ), dan
kehilangan janin berulang. Spectrum gangguan kehamilan karena APS sangat luas, mulai dari
keguguran berulang pada trimester pertama sampai pertumbuhan janin terhambat atau kematian janin
pada trimester kedua atau ketiga. Mayoritas keguguran (94 %) pada perempuan dengan APS
terjadi pada triemester 1.
Sindrom anti fosfolipid dapat terjadi tunggal tanpa disertai dengan penyakit autoimun
lainnya, disebut dengan Sindrom Anti Fosfolipid Primer. Atau dapat juga terjadi karena
adanya suatu penyakit autoimun lain (Systemic Lupus Erythematosus / SLE), disebut dengan
Sindrom Anti Fosfolipid Sekunder.
Antibody antifosfolipid merupakan istilah yang mencakup antibody terhadap antigen
protein yang mengikat fosfolipid anionic dan antibody yang mengikat antigen fosfolipid
anionic secara langsung antara lain adalah :
aCL : antibody antikardiolipin
LA : antibody antikoagulan lupus

aB2-GPI : antiboodi anti B2 GPI


aFL1 : antibody antiprotombin (faktor11)
Antigen yang menjadi target utama antibody adalah B2-glikoprotein 1 dan protombin.
Antigen B2-glikoprotein adalah suatu protein yang memiliki domain untuk pengikatan
fosfolipid anionic.protombin adalah suatu proenzim yang akan menghasilkan thrombin
setelah dipecah oleh kompleks enzim protombinase. Selain kedua antibody tersebut, pada
penderita APS juga dapat ditemukan antibody yang ditujukan terhadap fosfolipid itu sendiri,
seperti antikardiolipin dan antifosfatidilserin.
Belum diketahui pasti bagaimana antibody-antibodi ini menyebabkan kerusakan,
kemungkinan besar adalah bahwa efeknya multifactor. Mekanisme in vivo terjadinya
thrombosis dan kehilangan janin (keguguran,kematian janin dalam kandungan) pada pasien
dengan sindrom antifosfolipid masih belum jelas, meskipun beberapa jalur pathogenesis
yang potensial telah diketahui.
a. Trombosit mungkin mengalami kerusakan langsung oleh antibody antifosfolpid atau
secara tak langsung melalui pengikatan B2-glikoprotein 1, yang menyebabkan trombosit
rentan terhadap agregasi.
b. Membrane sel endotel membrane sinsitiotrofoblas yang mengandung fofolipid mungkin
mengalami kerusakan langsung oleh antibody fosfolipid atau tak langsung melalui
pengikatan ke B2-glikoprotein 1atau aneksin V. hal ini menghambat membrane sel
melindungi

sinsitiotrofoblas

terpajan.trombosit

yang

dan

rusak,

endotel,

dan

melekat

ke

menyebabkan
membrane

membrane

basal

endotel

basal
dan

sinsiotrofoblasyang terpajan sehingga terjadi pembentukan thrombus.


c. Berkurangnya aktivitas protein C dan S dan peningkatan pengaktifan protombin
Tatalaksana
Terapi utama sindrom antifosfolipid pada kehamilan adalah antikoagulan,namun tidak
diindikasikan pada keadaan tanpa adanya manifestasi klinik yang bermakana. Oleh karena
itu :

Pasien hamil dengan riwayat multiple (dua atau lebih) kehilangan janin pada awal
kehamilan atau satu atau lebih kehilangan janin pada akhir kehamilan, kematian janin dalam
kandungan, preeklamsia atau solusio plasenta direkomendasikan untuk mendapat aspirin
ditambah dosis rendah sampai menengah unfractionated heparin (UFH) atau low molecular
weight heparin (LMWH)
Bagi perempuan dengan sindrom antifosfolipid tanpa ada riwayat kehilangan janin atau
tromboemboli vena maka direkomendasikan untuk surveilans, dosis rendah profilaksis UFH
atau LMWH dan aspirin dosis rendah 75-162 mg
Untuk mencegah kejadian thrombosis berulang, maka diberikan antikoagulan jangka
panjang pada pasien perempuan yang memiliki riwayat thrombosis atau kehilangan janin
berulang, yang kemudian disulih dengan heparin saat hamil dan dosis rendah aspirin
kembali diberikan antikoagulan jangka panjang pasca persalinan. Dosis heparin yang
digunakan biasanya adalah5000 unit dua kali sehari, kecuali terdapat riwayat tromboembolii
sebelumnya, sehingga perlu mendapatkan dosis penuh.

DAFTAR PUSTAKA

Gary Cunningham, dkk. 2005. Obstetri Williams edisi 23 ECG : Jakarta


Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Hal : 283286
Purwita w.laksmi et.al .2008.penyakit-penyakit pada kehamilan: peran seorang internis.pusat
penerbitan ilmu penyakit dalam FKUI

Anda mungkin juga menyukai

  • Referat Sabrina THT
    Referat Sabrina THT
    Dokumen16 halaman
    Referat Sabrina THT
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • Referat Sabrina THT
    Referat Sabrina THT
    Dokumen16 halaman
    Referat Sabrina THT
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • Jurnal
    Jurnal
    Dokumen17 halaman
    Jurnal
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • Presentation 1
    Presentation 1
    Dokumen28 halaman
    Presentation 1
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • Cover Lapkas 1
    Cover Lapkas 1
    Dokumen1 halaman
    Cover Lapkas 1
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • Diskusi
    Diskusi
    Dokumen4 halaman
    Diskusi
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • Antidepresan Use in Pregnancy and The Risk of
    Antidepresan Use in Pregnancy and The Risk of
    Dokumen14 halaman
    Antidepresan Use in Pregnancy and The Risk of
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus 1-2
    Laporan Kasus 1-2
    Dokumen55 halaman
    Laporan Kasus 1-2
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi Referat
    Daftar Isi Referat
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi Referat
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • Autoanamsesis
    Autoanamsesis
    Dokumen19 halaman
    Autoanamsesis
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • Referat THT
    Referat THT
    Dokumen33 halaman
    Referat THT
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • Jurnal
    Jurnal
    Dokumen15 halaman
    Jurnal
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • LAPKAS
    LAPKAS
    Dokumen32 halaman
    LAPKAS
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid
    Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid
    Dokumen36 halaman
    Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • Lapkas
    Lapkas
    Dokumen21 halaman
    Lapkas
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • LAPKAS
    LAPKAS
    Dokumen32 halaman
    LAPKAS
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • Tutorial Sabrina
    Tutorial Sabrina
    Dokumen2 halaman
    Tutorial Sabrina
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • Lapkas
    Lapkas
    Dokumen21 halaman
    Lapkas
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • LAPORAN KASU1tifoid
    LAPORAN KASU1tifoid
    Dokumen1 halaman
    LAPORAN KASU1tifoid
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • Journal Reading
    Journal Reading
    Dokumen1 halaman
    Journal Reading
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • DISFAGIA
    DISFAGIA
    Dokumen17 halaman
    DISFAGIA
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • Lapkas 1
    Lapkas 1
    Dokumen35 halaman
    Lapkas 1
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • Lapkas
    Lapkas
    Dokumen21 halaman
    Lapkas
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat