Anda di halaman 1dari 16

BAB 1

PENDAHULUAN

Anak usia dibawah 5 tahun cenderung untuk memasukan segala sesuatu ke dalam
mulutnya, termasuk untuk menelan zat kimia dan benda asing. Produk- produk pembersih
rumah tangga merupakan penyebab tersering dari esofagitis korosif.Larutan korosif disimpan
dalam wadah-wadah yang tampaknya tidak berbahaya dan di tempat terbuka. Pada anak balita
uang lpgam adalah benda yang paling sering tertelan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ESOFAGITIS KOROSIF
2.1 Definisi
Esofagitis Korosif ialah peradangan di esofagus yang disebabkan oleh luka bakar
karena zat kimia yang bersifat korosif misalnya asam kuat, basa kuat dan zat organik. Zat
kimia yang tertelan dapat bersifat toksik atau korosif. 1
Zat kimia yang bersifat korosif akan menimbulkan kerusakan pada saluran yang
dilaluinya, sedangkan zat kimia yang bersifat toksik hanya menimbulkan gejala keracunan
bila telah diserap oleh darah.1
Jejas ini paling sering terjadi akibat menelan produk produk pembersih rumah tangga,
biasanya terjadi pada anak-anak.2 Esofagitis korosif banyak terjadi pada anak usia dibawah 6
tahun, mayoritas pada rentang usia antara 12 sampai 48 bulan.3
Puncak usia kecelakaan menelan bahan korosif adalah sebelum 5 tahun. larutan
korosif yang disimpan di dalam wadah-wadah yang tampaknya tidak berbahaya dan di
tempat terbuka serta tidak terkunci merupakan factor risiko. riwayat anak yang tidak
terawasi membuka tempat bahan-bahan demikian, dengan atau tanpa luka bakar kimiawi di
tangan atau mulut, akan sangat mencurigakan kemungkinan menelan bahan kaustik.2
2.2 Mekanisme
Zat kimia tersering penyebab esofagitis korosif adalah, alkali, asam, dan juga pemutih,
yang apanila terkena jaringan mukosa saluran yang dilewatinya akan menimbulkan
perubahan histologi. 3
Alkali
Alkali (PH antara 9 sampai 11 ) menyebabkan jaringan nekrosis mencair (liquefactum
necrosis), sebuah proses yang melibatkan saponifikasi lemak dan melarutkan protein.
Kematian sel disebabkan oleh emulsifikasi dan perusakan struktur membran sel. Ion hidroksi
(OH-) yang berasal dari zat basa bereaksi dengan jaringan kolagen sehingga menyebabkan
2

terjadinya bengkak dan pemendekan jaringan (kontraktur), trombosis pada pembuluh darah
kapiler, dan produksi panas oleh jaringan.4
Alkali tidak berbau dan juga tidak berasa, sehingga mungkin dapat tertelan dalam
jumlah yang banyak. Menelan zat alkali dengan PH diatas 11 akan menimbulkan kerusakan
jaringan yang parah walaupun dalam jumlah yang sedikit. Contoh bahan dengan kandungan
alkali yang kuat adalah sodium hidroksida dan sodium pospat.3
Jaringan yang paling sering terkena pada kontak pertama oleh basa kuat adalah lapisan
epitel squamosa orofaring, hipofaring, dan esofagus. Esofagus merupakan organ yang paling
sering terkena dan paling parah tingkat kerusakannya saat tertelan basa kuat dibandingkan
dengan lambung, Dalam 48 jam terjadi udem jaringan yang bisa menyebabkan obstruksi
jalan nafas, selanjutnya dalam 2-4 minggu dapat terbentuk striktur.4
Asam

Kerusakan jaringan akibat tertelan asam kuat bersifat nekrosis menggumpal


(coagulation necrosis), yang menimbulkan bekuan pada mukosa sehingga membatasi
penyerapan zat lebih dalam, sampai zat asam mencapai lambung. Zat asam dapat
mengakibatkan obstruksi lambung dan perforasi yang dapat mengancam kehidupan pasien
karena dapat menyebabkan gangguan multiorgan dan dekompensasi klinis yang cepat. Rasa
zat yang asam menyebabkan sedikitnya jumlah zat yang terkonsumsi. Contoh dari asam
kuat adalah sulfuric acid, hydrochloric acid, sodium bisulfate dan hydrofluoric acid.3
Kerusakan jaringan akibat tertelan asam kuat bersifat nekrosis menggumpal
(coagulation necrosis), terjadi proses denaturasi protein superfisial yang akan menimbulkan
bekuan, krusta atau keropeng yang dapat melindungi jaringan di bawahnya dari kerusakan.4
Pemutih
Pemutih memiliki PH yang netral, tetapi dapat menyebabkan iritasi di esophagus.
Tidak terdapat morbiditas dan mortalitas yang signifikan dari pasien yang menelan zat ini.3

Jumlah dan jenis zat tertelan, makanan di lambung, waktu transit gastrointestinal, dan
adanya gastroesophageal reflux dapat mempengaruhi derajat keparahan esofagitis korosif. 3
2.3 Fase Esofagitis Korosif
Fase akut
Dari awal terpajan sampat terjadi kerusakan mukosa, berlangsung 2-3 hari. 3
Pada pemeriksaan fisik ditemukan luka bakar di daerah mulut, bibir, faring dan
kadang-kadang disertai perdarahan. Gejala yang ditemukan pada pasien adalah disfagia
yang hebat, odinofagia serta suhu badan yang meningkat. Gejala klinis akibat tertelan zat
organik dapat berupa perasaan terbakar di saluran cerna bagian atas, mual, muntah, erosi
pada mukosa, kejang otot, kegagalan sirkulasi dan pernapasan. 1
Fase laten
Pada fase ini mungkin dapat terjadi pembentukan striktur. Proses ini dapat berlangsung
cepat yaitu 1 bulan atau dapat berkembang perlahan dalam hitungan tahun. Luka bakar
mukosa superficial dapat sembuh tanpa sekuele. Luka bakar yang mencapai submukosa
dan lapisan otot cenderung lebih rumit dan

dapat menyebabkan gangguan yang

signifikan. Respon inflamasi lebih berkembang di area yang terbakar, dengan disertai
dismotilitas esofagus. Saat adanya cedera, fibroblas menghasilkan matriks serat colagen,
yang berkontraksi setelah 3 sampai 4 minggu. Kontraksi menyebabkan penyempitan
esophagus, dan umumnya berbentuk melingkar.3
Pada fase ini keluhan pasien berkurang, suhu badan menurun. Pasien merasa ia telah
sembuh. Sudah dapat menelan dengan baik, akan tetapi prosesnya sebetulnya masih
berjalan terus dengan membentuk jaringan parut (sikatriks).1
Fase Kronis
setelah 1-3 tahun akan terjadi disfagia lagi oleh karena telah terbentuk jaringan parut,
sehingga terjadi striktur esofagus.1

2.4 Manifestasi klinis


Esofagitis korosif banyak terjadi pada anak usia dibawah 6 tahun, mayoritas pada
rentang usia antara 12 sampai 48 bulan. Gejala dari esofagitis korosif adalah
disfagia,drooling, muntah, nyeri retrosternal atau nyeri thoracoabdominal yang berat atau
takikardia dengan hipotensi, mungkin terkait dengan cedera gastrointestinal . disfonia
atau stridor tanda adanya obstruksi saluran nafas yang progresif. 3
Pada awalnya mengeluarkan air liur, tidak mau minum, mual, muntah nyeri
epigastrium, luka bakar atau ulserasi mulut, demam dan leukositosis yang mungkin baru
jelas setelah beberapa hari, dan meskipun jarang perforasi esophagus. Striktur esophagus
bisa terjadi setelah beberapa minggu dan menyebabkan disfagi serta penurunan berat
badan.2
2.5 Diagnostik dan penatalaksanaan
Terapi awal dengan resusitasi : airway, breathing dan circulation. Pasien dengan
drooling dan stridor harus segera dilakukan laryngoscopy. 3
Pasien cedera laryngopharyngeal dengan udem, luka bakar atau nekrosis jaringan
harus segera dilakukan trakeostomy dibanding dengan intubasi endotrakeal. Masih belum
jelas apakah asam atau alkali yang menimbulkan risiko yang lebih besar baik risiko
jangka pendek maupun risiko jangka panjang. Saat ini belum terdapat litetarur yang focus
pada penatalaksanaan cedera laring. Yang paling aman adalah tindakan trakeostomy
hingga cedera laryngopharyngeal stabil. Tidak dianjurkan penggunaan rutin antibiotic
profilaksis ataupun kortokosteroid sistemik.3
Setelah jalan nafas aman, endoscopy direct adalah metode paling akurat untuk
menentukan sejauh mana cedera esophagus. Waktu dilakukannya endoskopi sangatlah
penting, jika dilakukan lebih awal dari 12 jam setelah konsumsi zat kimia, cedera belum
sepenuhnya terlihat. Namun pemeriksaan selama periode kerusakan dinding esophagus
akan meningkatkan risiko cedera iatrogenic selama pemeriksasan. Oleh karena itu,
endoskopi harus dilakukan antara 12 dan 48 jam setelah konsumsi zat kimia untuk
menghindari cedera iatrogenic dan menghasilkan informasi yang berarti.3

Derajat cedera esophagus


Grade 1
Grade 2
Grade 3
Grade 4

Edema mukosa dan erythema


Edema mukosa, sloughing, ulserasi, dan nocircumferential eksudat
Ulserasi mukosa lebih dalam atau circumferential sloughing
Skar, dan perforasi

Apabila konsumsi zat kimia lebih dari 72 jam, maka esofagoskopi tidak dilakukan,
pada keadaan ini pemeriksaan yang sebaiknya dilakukan adalah radiografi dengan
kontras.3
Jika pada waktu melakukan esofagoskopi ditemukan ulkus, esofagoskop tidak boleh
dipaksa melalui ulkus tersebut karena ditakutkan terjadi perforasi. Pada keadaaan
demikian sebaiknya dipasang pipa nasogastrik dengan hati-hati dan terus menerus selama
6 minggu. Setelah 6 minggu esofagoskopi diulang kembali.1
Pada pasien dengan grade 1, sebelum dilakukan endoskopi pasien berstatus NPO,
terpasang hidrasi intra vena, kemudian diet teratur. Untuk grade II dan II pasien harus
tetap NPO dengan nutrisi baik enteral (melalui nasogastrik tube yang dimasukkan
langsung di ruang operasi atau menggunakan fluoroskopi) atau parenteral. Status NPO
biasanya dipertahankan selama 7 sampai 10 hari. Dalam hal perforasi, operasi darurat
mungkin diperlukan. Pada kasus yang jarang, esophagectomy darurat atau gastrektomi
mungkin diperlukan.3
Penggunaan bahan penetral tidak direkomendasikan karena tidak menunjukan
efektivitas dan dapat menyebabkan cedera termal meningkat. Penggunaan perangsang
muntah seperti ipecac merupakan kontraindikasi karena muntah akan menyebabkan
paparan berulang

zat kimia pada mukosa esophageal dan berpotensi meningkatkan

derajat cedera.3
Netralisasi,

merangsang

muntah,

danpengurasan

lambung

merupakan

kontraindikasi. anak harus dirawat inap di rumah sakit, tidak boleh diberi apapun melalui
mulut, dan hanya diberi cairan secara intravena.2

Sejak tahun 1960, pasien dengan esofagitis korosif diobati dengan steroid sistemik
untuk menurunkan terbentuknya striktur. pasien dengan luka bakar parah berada pada
risiko tinggi untuk komplikasi, seperti infeksi dan perforasi, dan penggunaan steroid pada
kenyataannya, membuat jaringan esofagus lebih rentan terhadap terjadinya perforasi.3
Penggunaan antibiotik profilaksis tidak memberikan manfaat dalam mengelola luka
bakar esofagitis korosif, kecuali pasien mengalami tanda-tanda atau terjadinya tanda dari
infeksi sekunder.3
Postinjury gastroesophageal reflux menambah kerusakan dan menghambat terapi.
Dengan demikian penggunaan rutin terapi antibiotik telah direkomendasikan untuk
membantu mencegah refluks esofagus terkait cedera sekunder.3
2.6 Komplikasi
Komplikasi dari esofagitis korosif mungkin terlihat setelah bulan atau tahun.
komplikasi akut meliputi, perforasi esofagus, fistula trakeoesofageal, perforasi lambung,
mediastinitis, peritonitis, pneumonia, sepsis, dan kematian. Jika pasien mengalami sepsis,
atau tanda-tanda lain dari perforasi esofagus atau mediastinitis, eksplorasi dan drainase
mendesak diindikasikan. 3
komplikasi jangka panjang yang paling umum dari esofagitis korosif adalah
pembentukan striktur. Striktur mungkin ringan, hanya membutuhkan sedikit pergantian
atau diet, atau mungkin sangat berat, di samping itu, mereka dapat terbentuk di beberapa
lokasi dan dapat bervariasi dalam panjang atau keparahan (gambar 1). 3

Gambar 1. Striktur esophagus


Sejak tahun 1920, dilatasi esofagus telah digunakan untuk meningkatkan lumen
esophagus. Dilatasi dengan balon kateter, aman dan efektif digunakan untuk anak dengan
striktur esophagus dikarenakan mengkonsumsi zat kimia, meskipun mungkin
berhubungan dengan tingkat komplikasi dan kegagalan yang lebih tinggi bila
dibandingkan dengan penggunaannya pada anak-anak dengan striktur esofagus bawaan.
Baru-baru ini, aplikasi topikal dari fibroblast inhibitor mitomycin C telah muncul sebagai
terapi tambahan yang sukses dalam pengelolaan striktur esofagus. meskipun data
mengenai penggunaan mitomycin C cukup menjanjikan, tetapi frekuensi hasil yang
optimal dan keberhasilan jangka panjang masih belum jelas.3
Gejala sisa jangka panjang esofagitis korosif mencakup hernia hiatus, reflux
esophagitis, striktur peptikum, dan kanker esofagus. Kejadian

Karsinoma esofagus

ditemukan 1% sampai 4 %. 3
Meskipun tingkat yang tepat dari peningkatan risiko karsinoma tidak diketahui,
telah diperkirakan menjadi 1000 kali lipat, karena karsinoma ini cenderung muncul dalam
jaringan parut, kecenderungan mereka untuk metastasis jauh lebih rendah, dan potensi
penyembuhan dengan reseksi lebih tinggi. Oleh karena itu tindak lanjut jangka panjang
dari pasien dengan striktur esofagus dibenarkan, terlepas dari gejala mereka. Setiap
pasien yang mengalami disfagia harus menjalani evaluasi radiografi dan endhoscopy.3

Deteksi dini dan dilatasi untuk striktur yang sedang berkembang merupakan bagian
penting dari perawatan berkelanjutan. Striktur berat yang tidak memberikan respons
dengan dilatasi dan obliterasi total lumen dapat ditangani dengan interposisi kolon.
Sekuele jangka lama, selain striktur, adalah kejadian karsinoma esophagus meskipun
jarang. 2
BENDA ASING DI TRAKTUS AERODIGESTIVE
Insiden benda asing yang masuk tubuh , dan mengancam kehidupan terjadi dalam dua
bentuk:3
a. Aspirasi benda asing, dan tersumbat di sumbu di laryngotracheobronchial
b. Menelan benda asing, dan berada di esophagus
keduanya dapat menimbulkan gejala saluran nafas dalam onset yang akut, dan memiliki
morbiditas dan mortalitas yang tinggi.3
2.7 Epidemiologi
Kelompok usia yang paling umum terkena adalah balita antara usia 2 dan 4 tahun.
Insiden pada anak usia dibawah 5 tahun sebanyak 84% dan di bawah 3 tahun sebanyak 73%.
Pada anak-anak usia balita, belum memiliki gigi depan belakang, belum dapat mengunyah
makanan dengan baik, dan perlindungan jalan nafas belum matang. Insiden laki laki lebih
tinggi disbanding perempuan yaitu 2: 1. 3
2.8 Aspirasi Benda Asing
Pathogenesis
Benda asing organik, seperti kacang-kacangan menpunyai sifat higroskopik, mudah
menjadi lunak dan mengembang oleh air, serta menyebabkan iritasi pada mukosa. Mukosa
bronkus menjadi edema, dan meradang, serta dapat pula terjadi granulasi disekitar benda
asing, sehingga gejala sumbatan bronkus menjadi hebat. Akibatnya timbul gejala
laringotrakeobronkitis, toksemia, batuk dan demam yang tidak terus menerus (ireguler).1, 3

Benda asing anorganik menimbulkan reaksi jaringan yang lebih ringan, dan lebih
mudah didiagnosis dengan pemeriksaan radiologic, karena umumnya benda anorganik
bersifat radioopak. 1
Benda asing yang terbuat dari metal dan tipis, seperti peniti , jarum, dapat masuk ke
dalam bronkus yang lebih distal, dengan gejala batuk spasmodik. Benda asing yang lama
berada di bronkus dapat menyebabkan perubahan patologik jaringan, sehingga menimbulkan
komplikasi, antara lain penyakit paru kronik supuratif, bronkiektasis, abses paru dan
jaringan granulasi yang menutup benda asing.1
Enam sampai delapan persen benda asing yang teraspirasi berupa plastic yang sukar
didiagnostik secara radiologic, karena bersifat non-iritatif serta radiolusen, sehingga dapat
menetap di traktus trakeobronkial untuk periode yang lama.1
Gejala dan tanda
Episode akut ditandai oleh gagging dan choking. Secara keseluruhan, tingkat
keparahan gejala bervariasi tergantung pada sifat, bentuk ukuran benda asing, lokasi benda
asing, dan reaksi jaringan sekitarnya. 3
Benda asing yang masuk melalui hidung dapat tersangkut di hidung, nasofaring,
laring, trakea dan bronkus. Benda yang masuk melalui mulut dapat terhenti di orofaring,
hipofaring, tonsil, dasar lidah, sinus piriformis, esophagus atau dapat juga tersedak masuk ke
laring, trakea dan bronkus.1
Gejala yang timbul bervariasi, dari tanpa gejala sampai kematian sebelum diberi
pertolongan, akibat sumbatan total. Seseorang yang mengalami aspirasi benda asing akan
mengalami 3 stadium. Stadium pertama merupakan gejala permulaan, yaitu batuk-batuk
hebat secara tiba-tiba, rasa tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok (gagging), bicara
gagap (sputtering) dan obstruksi jalan nafas yang terjadi dengan segera. Pada stadium kedua,
gejala stadium permulaan diikuti oleh interval asimptomatik. Hal ini karena benda asing
tersebut tersangku, reflex akan melemah dan gejala rangsangan akut menghilang. Stadium
ini berbahaya, sering menyebabkan keterlambatan diagnosis atau cenderung mengabaikan
kemungkinan aspirasi benda asing karena gejala dan tanda tidak jelas. Pada stadium ketiga,
10

telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi atau infeksi sehingga timbul batukbatuk, hemoptisis, pneumoni dan abses paru. Pada anak, diketahui mengalami rasa tercekik
atau manifestasi lainnya, rasa tersumbat di tenggorok, batuk batuk sedang makan, maka
keadaan ini harus dianggap sebagai gejala aspirasi benda asing.1
Pada saat auskultasi dada, suara nafas menurun di sisi yang terhambat, dan juga
didapatkan adanya wheezing. Temuan ini dapat disalahartikan sebagai asma atau
pneumonia. 3
Pemeriksaan untuk mengevaluasi benda asing adalah rontgen dada (gambar 2).
Namun, sebanyak 25 %, menunjukan gambaran yang normal. Gambaran khas dari adanya
aspirasi benda asing seperti pergeseran mediastinum dan adanya udara yang terperangkap
yang di tunjukan pada foto polos da fluoroscopy (gambar 2). Pada anak-anak tidak dapat
memenuhi inspirasi dan ekspirasi pada saat foto dada, oleh karena itu dapat dilakukan foto
lateral dekubitus. Adanya obstruksi karena benda asing ditunjukan di gambar 3. Walaupun
hasil pemeriksaan radiografi di dapatkan normal, tetapi jika terdapatat riwayat menelan
benda asing dan bedasarkan dari keadaan klinis tetap dipertimbangkan untuk dilakukan
endoskopi. 3

Gambar 2. Gambaran inspirasi dan ekspirasi anak dengan aspirasi kacang di mainstem
bronkus kanan. A. inspirasi B.ekspirasi.

11

Gambar 3. Kanan dan kiri lateral dekubitus, aspirasi biji labu di mainstem bronkus
kiri. A. posisi lateral dekubitus kanan. B. lateral dekubitus kiri
Pada psien penderita pneumoni dan asma eksaserbasi akut,atau bronchitis, CT Scan
dan bronkoskopi virtual dapat memberikan hasil yang akurat dalam mendiagnosis adanya
benda asing di saluran nafas. CT scan dada dapat memberikan gambaran radioopak jika
terdapat benda asing, dan memiliki efek radiasi yang relative rendah. 3
Tatalaksana
Saat melakukan bronkoskopi, harus oleh tim yang berpengalaman, yang terdiri dari
dokter anastesi, operator yang melakukan endoskopi dan perawat serta teknisi bedah. Untuk
membantu memastikan bahwa jalan nafas pasien baik dan tidak memburuk hingga keadaan
kritis, perlu dilakukan komunikasi tim yang baik. Kemungkinan adanya beberapa benda
asing tetap ada, yang terjadi hingga 5% kasus, sehingga pemeriksaan kembali trakea untuk
mencari benda asing tambahan, melihat trauama, dan menilai mukosa trakea perlu
dilakukan. 3
Setelah melakukan pengambilan benda asing, sering terjadi edema, granulasi jaringan,
dan perdarahan. Udem dapat menyebabkan gangguan di saluran nafas, oleh karena itu, dapat
diberikan dexametason dan nebulasi epinefrin. Upaya untuk mengeluarkan benda asing
dengan merubah posisi pasien harus dihindari, karena jarang berhasil dan memungkinkan
untuk benda untuk masuk ke bagian yang lebih distal dari cabang trakheobronkhial. 3

12

2.9 Menelan Benda Asing


Diperkirakan sekitar 1500 orang meninggal setiap tahun karena komplikasi yang
berhubungan dengan konsumsi benda asing, dengan anak-anak menjadi korban yang paling
umum. Gejala yang muncul tergantung pada ukuran benda asing, lokasi, dan durasi. Pada
anak-anak benda asing esofagus sering hadir tingkat kesulitan yang ringan sampai berat. 3
Anak anak menelan berbagai benda yang dapat menyengkut di esophagus,biasanya di
bawah muskulus krikofaringeus, pada batas atas arkus aorta atau tepat diatas diafragma.
Penyangkutan ditempat lain akan mengesankan bersama dengan penyakit esophagus. Uang
logam adalah benda yang paling sering tertelan, terutama pada anak balita.2
Menelan benda asing dapat merangsang serangan batuk, pengeluaran air liur, dan
tersedak. Benda asing didalam esophagus biasanya menimbulkan rasa nyeri, disfagia
(terutama untuk makanan padat), dan kadang-kadang dispnea,karena penekanan pada trakea
atau laring. Setelah masa bebas gejala awal, edema darn radang menimbulkan gejala
obstruksi esophagus. Nyeri,demam, dan syok terjadi jika terjadi perforasi.2
Adanya massa di esophagus, memiliki dampak yang signifikan terhadap jalan nafas.
Gangguan pernafasan yang berat, harus dilakukan tracheostomy dengan segera (gambar 4).3

Gambar 4. Gambaran koin di esofagus


13

Di Amerika Serikat dan Eropa, koin adalah benda asing yang paling sering tertelan
oleh anak-anak. benda lain yang umum tertelan termasuk mainan, bagian mainan, benda
tajam, baterai ,tulang ikan, dan makanan. Koin yang masuk bisa menetap di 3 lokasi, yaitu :
Sekitar 60% sampai 70% menjadi bersarang di sphincter esophagus, atau cricopharyngeus
otot bagian atas, 10% sampai 20% dampak pada pertengahan esofagus pada tingkat arkus
aorta, dan 20% dipegang oleh sfingter esofagus bagian bawah (gambar 5). Jika benda asing
menjadi berada di tempat lain di esophagus kemungkinan kelainan yang mendasari seperti
striktur esofagus bawaan harus dipertimbangkan. 3

Gambar 5. Benda asing di spingter esophagus bagian atas. Anteriorposterior A lateral


anteriorposterior B coin di daerah spingter esophagus atas
Benda asing yang radioopak mudah didiagnosis. Uang logam dan benda tipis lain
biasanya terlihat dibagian tepi pada foto lateral.penderita bergejala dengan benda asing
didalam esophagus harus diperiksa dengan endoskopi untuk mengambil benda tersebut dan
untuk memeriksa jejas pada mukosa esophagus. Penderita tanpa gejal yang menelan benda
asing radiolusen harus diperiksa dengan memakai barium oral.jika benda tersebut ternyata
telah berada di lambung, hanya dibutuhkan pengamatan yang teliti sampai keluar bersama
tinja. 2

Tatalaksana
14

Pengobatanyang lazim adalah mengambil benda tersebut dengan esofagoskopi


langsung. Foto rontgen harus diulang sebelum dilakukan tindakan untuk memastikan bahwa
benda asing tersebut belum masuk ke lambung atau telah dimuntahkan. Benda tajam seperti
peniti yang terbuka, harus diambil sesegera mungkin, demikian pula baterai lempeng, karena
benda tersebut dapat menyebabkan cedera korosif esophagus setelah 4 hari . uang logam
yang tidak menimbulkan gejala dapat diamati sampai lebih dari 24 jam dengan harapan
benda tersebut dapat lewat ke lambung. Cara lain untuk uang logam yang tersangkut di
esophagus selama kuarang dari 24 jam adalah memasukan kateter folley sampai melewati
logam dengan konrol fluoroskopi, balon digembungkan, dan kateter serta uang logam ditarik
bersama-sama.2
Evaluasi pasien yang dicurigai terdapat benda asing di esophagus dengan x-ray harus
mencakup daerah anteroposterior dan lateral untuk mengetahui bahwa benda tersebut berada
di esophagus bukan di saluran nafas (gambar 5). Endoskopi dengan anastesi umum adalah
tatalaksana dari benda asing yang terdapat di esophagus. Esophagoskopi memiliki beberapa
risiko, seperti perdarahan faring, hipoksia, perforasi esophagus dan mediastinitis.
Pengambilan dari benda asing harus pada pasien yang bergejala atau pada pasien yang
mengalami gejala gangguan pernafasan akut. Namun pada situasi ini risiko aspirasi isi
lambung lebih tinggi dan tindakan pencegahan yang tepat harus diambil. Pada pasien yang
tidak menunjukkan gejala, endoskopi dapat ditunda. Jika benda asing tajam dan atau
memiliki potensi untuk melubangi esophagus, seperti peniti terbuka. Dalam situasi ini,
endoskopi darurat diperlukan. Jika terdapat jarak waktu antara saat diagnosis dan dilakukan
endoskopi, maka perlu dilakukan rontgen ulang untuk mengetahui bahwa objek belum
masuk ke lambung. Setelah ekstraksi benda asing, esophagoscopi harus dimasukkan kembali
untuk menyingkirkan potensi benda asing kedua. Serta untuk mengevaluasi dan memgetahui
cedera mukosa. 3

DAFTAR PUSTAKA
15

1. Arsyad Soepardi, Efiaty; Nurbaiti Iskandar, Jenny Bashiruddin, Ratna Dwi Resuti. Buku
Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala & Leher; Edisi keenam. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta. 2007.
2. Kliegman, Arvin. Ilmu kesehatan

anak.

Edisi

lima

belas.

Penerbit

Buku

kedokteran;EGC.Jakarta
3. Warten K.Yunker. baileys head and neck surgery;otolaryngology. Edisi kelima.
4. Kardon,
EM.
2008.
Toxicity,
Caustic
Ingestion.
http://www.emedicine.com/EMERG/topic86.htm [Diakses 20 july 2015].

16

Anda mungkin juga menyukai

  • Presentation 1
    Presentation 1
    Dokumen28 halaman
    Presentation 1
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • Jurnal
    Jurnal
    Dokumen17 halaman
    Jurnal
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi Referat
    Daftar Isi Referat
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi Referat
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • Diskusi
    Diskusi
    Dokumen4 halaman
    Diskusi
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • Cover Lapkas 1
    Cover Lapkas 1
    Dokumen1 halaman
    Cover Lapkas 1
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • Referat Sabrina THT
    Referat Sabrina THT
    Dokumen16 halaman
    Referat Sabrina THT
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • Referat THT
    Referat THT
    Dokumen33 halaman
    Referat THT
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus 1-2
    Laporan Kasus 1-2
    Dokumen55 halaman
    Laporan Kasus 1-2
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • Antidepresan Use in Pregnancy and The Risk of
    Antidepresan Use in Pregnancy and The Risk of
    Dokumen14 halaman
    Antidepresan Use in Pregnancy and The Risk of
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • LAPKAS
    LAPKAS
    Dokumen32 halaman
    LAPKAS
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • Autoanamsesis
    Autoanamsesis
    Dokumen19 halaman
    Autoanamsesis
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid
    Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid
    Dokumen36 halaman
    Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • LAPKAS
    LAPKAS
    Dokumen32 halaman
    LAPKAS
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • Tutorial Sabrina
    Tutorial Sabrina
    Dokumen2 halaman
    Tutorial Sabrina
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • DISFAGIA
    DISFAGIA
    Dokumen17 halaman
    DISFAGIA
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • LAPORAN KASU1tifoid
    LAPORAN KASU1tifoid
    Dokumen1 halaman
    LAPORAN KASU1tifoid
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • Lapkas
    Lapkas
    Dokumen21 halaman
    Lapkas
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • Lapkas
    Lapkas
    Dokumen21 halaman
    Lapkas
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • Jurnal
    Jurnal
    Dokumen15 halaman
    Jurnal
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen2 halaman
    Kata Pengantar
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • Lapkas
    Lapkas
    Dokumen21 halaman
    Lapkas
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • Journal Reading
    Journal Reading
    Dokumen1 halaman
    Journal Reading
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • Lapkas 1
    Lapkas 1
    Dokumen35 halaman
    Lapkas 1
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat
  • Lapkas 1
    Lapkas 1
    Dokumen11 halaman
    Lapkas 1
    Sabrina Hanum
    Belum ada peringkat