Anda di halaman 1dari 18

Wanita Yang Di Curigai Melakukan Abortus Provakatus

Kriminalis

Nama Kelompok A1 :
1. Prilia Pratiwi Munda

102010150

2. Febriana Josephine Halim

102011004

3. Jordy

102011015

4. Ayu Lestari Maduwu

102011097

5. Bonny Pabetting

102011122

6. Rainy Chandranata

102011192

7. Ivan Laurentius

102011265

8. Nindya Dewati Wijaya

102011343

9. Angela Mamporok

102011427

Universitas Kristen Krida Wacana


2014

Page | 1

PENDAHULUAN
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas dimana masa gestasi
belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500 g. Secara hukum abortus
adalah tindakan menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran
tanpa melihat usia kandungannya. Abortus dapat terjadi secara alami(spontaneus), dapat pula
terjadi karena dibuat atau disengajakan (abortus provocatus). Abortus provokatus kriminalis
yaitu abortus yang dilakukan tanpa indikasi medis. 1
Abortus provokatus dibagi menjadi dua yaitu provokatus medisinalis(terapeutik)
dan abortus provokatus kriminalis. Secara statistik 40 % dari semua kasus abortus merupakan
abortus

provokatus kriminalis. Dokter dapat diminta oleh polisi dan penyidik untuk

memeriksa kasus abortus provokatus dengan melakukan pemeriksaan forensik yang bertujuan
untuk mencari bukti dan tanda kehamilan,mencari bukti abortus dan kemungkinan adanya
tindakan kriminal dengan obat-obatan atau alat-alat tertentu dan sekiranya menyebabkan
kematian harus ditentukan apakah sebab kematian berhubungan dengan tindakan abortus.1

PEMBAHASAN
I. Prosedur Medikolegal
Di Indonesia, baik menurut pandangan agama, Undang-Undang Negara, maupun Etik
Kedokteran, seorang dokter tidak diperbolehkan untuk melakukan tindakan pengguguran
kandungan (abortus provokatus). Bahkan sejak awal seseorang yang akan menjalani profesi
dokter secara resmi disumpah dengan Sumpah Dokter Indonesia yang didasarkan atas
Deklarasi Geneva yang isinya menyempurnakan Sumpah Hippokrates, di mana ia akan
menyatakan diri untuk menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan.
Dari aspek etika profesi, profesi dokter didasarkan atas Kode Etik Kedokteran
Indonesia (Kodeki) yang terdiri dari 4 kewajiban, yaitu kewajiban umum, kewajiban terhadap
pasien, kewajiban terhadap teman sejawat dan kewajiban terhadap diri sendiri. Ikatan Dokter
Indonesia telah merumuskannya dalam KODEKI mengenai kewajiban umum yaitu Pasal 11 :
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk
insani. 2
Page | 2

Pada pelaksanaannya, apabila ada dokter yang melakukan pelanggaran, maka


penegakan implementasi etik akan dilakukan secara berjenjang dimulai dari panitia etik di
masing-masing RS hingga Majelis Kehormatan Etika Kedokteran (MKEK). Sanksi tertinggi
dari pelanggaran etik ini berupa "pengucilan" anggota dari profesi tersebut dari kelompoknya.
Sanksi administratif tertinggi adalah pemecatan anggota profesi dari komunitasnya.

Pasal 53 UU Kesehatan
a. Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hokum dalam melaksanakan
tugas sesuai profesinya.
b. Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi
standar profesi dan menghormati pasien.
c. Tenaga kesehatan, untuk kepentingan pembuktian, dapat melakukan tindakan
medic terhadap seseorang dengan memperhatikan kesehatan dan keselamatan yang
bersangkutan.
d. Ketentuan mengenai standar profesi dan hak-hak pasien ditetapkan dengan

Peraturan Pemerintah.
Pasal 54 UU Kesehatan
a. Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam
melaksanakan profesinya dapat dikenakan tindakan displin.
b. Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian ditentukan oleh Majlis Displin
Tenaga Kesehatan.
c. Ketentuan mengenai pembentukan, tugas, fungsi, dan tata kerja MDTK ditetapkan

dengan Keppres.
Pasal 55 UU Kesehatan
Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan
tenaga kesehatan

II. Aspek Hukum


Ditinjau dari aspek hukum, pelarangan abortus adalah tidak bersifat mutlak. Abortus
provokatus dapat digolongkan ke dalam dua golongan yaitu : 1,2
1. Abortus Provokatus Medisinalis (Abortus Provocatus Therapeutica)
Abortus atas indikasi medik ini diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 1992 tentang Kesehatan.

Pasal 15

1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau
janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu.
2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hanya dapat
dilakukan:
Page | 3

a) Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut


b) Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan
dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan
tim ahli
c) Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya.
d) Pada sarana kesehatan tertentu
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Pada penjelasan
UU no 23 tahun 1992 pasal 15 dinyatakan sebagai berikut:

Ayat (1) : Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan
apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma
kesusilaan dan norma kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk
menyelamatkan jiwa ibu atau janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis
tertentu

Ayat (2) Butir a : Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan
diambil tindakan medis tertentu sebab tanpa tindakan medis tertentu itu,ibu hamil dan
janinnya terancam bahaya maut.

Butir b : Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu adalah
tenaga yang memiliki keahlian dan wewenang untuk melakukannya yaitu seorang
dokter ahli kandungan seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan.

Butir c : Hak utama untuk memberikan persetujuan ada ibu hamil yang bersangkutan
kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan persetujuannya ,dapat
diminta dari semua atau keluarganya.

Butir d : Sarana kesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan
peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut dan ditunjuk oleh pemerintah.

Ayat (3) : Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksana dari pasal ini dijabarkan
antara lain mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau
janinnya,tenaga kesehatan mempunyai keahlian danwewenang bentuk persetujuan,
sarana kesehatan yang ditunjuk.

2. Abortus Buatan Ilegal (Abortus Provocatus Criminalis)


Disebut abortus provocatus criminalis karena di dalamnya mengandung unsur kriminal atau
kejahatan. Beberapa pasal yang mengatur abortus provokatus dalam Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP) :
Page | 4

PASAL 299

1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya
diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu
hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun
atau denda paling banyak empat pulu ribu rupiah.
2) Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan
perbuatan tersebut sebagai pencaharian atau kebiasaan atau jika dia seorang tabib,
bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencaharian,
maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencaharian.

PASAL 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau
menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun.

PASAL 347

1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang


wanita tanpa persetujuan, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas
tahun.
2) Jika perbuatan itu menyebabkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara
paling lama lima belas tahun.

PASAL 348

1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seseorang


wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima
tahun enam bulan.
2) Jika perbuatan tersebut mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikarenakan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.

PASAL 349
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang
tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu
kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan
dalam pasal itu dapat ditambah dengn sepertiga dan dapat dicabut hak untuk
menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan.
Page | 5

PASAL 535
Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana untuk
menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta
menawarkan, ataupun secara terang-terangn atau dengan menyiarkan tulisan tanpa
diminta, menunjuk sebagai bisa didapat, sarana atau perantaraan yang demikian itu,
diancam dengan kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak empat
ribu lima ratus rupiah

UU Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan PASAL 80


Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil
yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) dan
ayat (2), dipidana dengan penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda
paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

III. Abortus Provokatus Kriminalis


Abortus kriminalis adalah tindakan pengguguran yang sengaja dilakukan untuk
kepentingan si pelaku, orang hamil dan yang membantu tanpa adanya indikasi terapeutik.
Secara hukum tindakan ini melanggar ketentuan yang berlaku. Abortus kriminal dapat
dilakukan oleh wanita itu sendiri atau dengan bantuan orang lain (dokter, bidan, perawat,
dukun beranak dan lain-lain). Tindakan ini biasanya dilakukan sejak yang bersangkutan
terlambat datang bulan dan curiga akibat hamil. Biasanya kecurigaan ini datang pada minggu
ke-5 sampai minggu ke-10. Pada waktu ini mungkin disertai gejala mual pagi hari (morning
sickness). Sekarang kecurigaan adanya kehamilan dapat diketahui lebih dini karena sudah ada
alat tes kehamilan yang dapat mendiagnosa kehamilan secara pasti.3
Metode Abortus Buatan
Terdapat berbagai metode yang sering dipergunakan dalam abortus provokatus
kriminalis yang perlu diketahui, oleh karena berkaitan dengan komplikasi yang terjadi dan
bermanfaat di dalam melakukan penyidikan serta pemeriksaan mayat untuk menjelaskan
adanya hubungan antara tindakan abortus itu sendiri dengan kematian yang terjadi pada siibu. Berdasarkan survey cara abortus yang dilakukan oleh dokter dan bidan/perawat adalah
berturut-turut: (1) kuret isap (91%), (2) pemijatan (79%), (3)dilatasi dan kuretase (30%) , (3)
jamu/obat tradisional (33%), (4) alat lain (17%) , (5) abortus yang dilakukan sendiri atau
dukun memakai obat/hormon (8%), (6) serta prostaglandin / suntikan (4%). 4,5
Page | 6

a. Kekerasan mekanik
(1)

Umum: Metode ini dilakukan secara langsung pada uterus atau


tidak langsung dengan menyebabkan kongesti dari organ-organ pelvis dan menyebabkan
perdarahan diantara uterus dan membrane pelvis. Metode ini misalnya:
Penekanan berat pada abdomen seperti pemukulan, penendangan, pengurutan dan
melompat-lompat
Aktifitas berlebihan seperti mengenderai sepeda, berkendara pada jalanan yang
rusak berat, meloncat dari ketinggian, mengangkat benda berat
Cupping: meletakkan sebuah sumbu api pada area hipogastrium dan menutupnya
dengan sebuah mangkuk yang kemudian menyebabkan penarikan oleh mangkuk
tersebut yang menyebabkan separasi dari plasenta dibawahnya. Metode ini
digunakan pada kehamilan lanjut
Mandi dengan air hangat dan dingin bergantian,
Mengurut uterus pada dinding abdomen

(2)

Lokal: yaitu kekerasan yang dilakukan dari dalam dengan


manipulasi vagina dan uterus. Manipulasi vagina dan serviks uteri, misalnya dengan
penyemprotan air sabun atau air panas pada porsio, pemasangan laminaria stif atau
kateter kedalam serviks, manipulasi serviks dengan jari tangan, manipulasi uterus dengan
melakukan pemecahan selaput amnion atau penyuntukan ke dalam uterus. 5,6

b. Obat-obatan Abortifasien
Dalam masyarakat penggunaan obat tradisional seperti nenas muda, jamu peluntur
dan lain-lain sudah lama dikenal. Melalui iklan promosi obat di media elektronik beberapa
obat peluntur ditawarkan secara terselubung, misalnya obat terlambat datang bulan; dilarang
untuk wanita hamil dan lain-lain. Abortivum, obat yang sering dipakai di masyarakat awam
untuk pengguguran dapat dibagi dalam beberapa golongan: 1,5,6
1. Emmenogogues: obat yang merangsang atau meningkatkan aliran darah menstruasi
(obat peluruh haid) seperti apiol, minyak pala, oleum rutae.
2. Ecbolics: obat ini membuat kontraksi uterus seperti derivat ergot, kinina, ekstrak
pituitari, estrogen sintetik dan strychnine. Obat-obatan ini, untuk tujuan abortivum
harus dipergunakan dalam dosis tinggi sehingga dapat menimbulkan bahaya.
3. Obat yang bekerja pada traktus gastrointestinal yang menyebabkan muntah
(emetikum) seperti asam tartar, obat ini menyebabkan eksitasi uterus untuk

Page | 7

berkontraksi dengan adanya kontraksi paksa dari lambung dan kolon serta juga dapat
menyebabkan hyperemia.
4. Obat yang bekerja melalui traktus digestivus bekerja sebagai pencahar (purgative)
seperti, castor oil, croton oil dan magnesium sulphate dan lain-lain, menyebabkan
peredaran darah di daerah pelvik meningkat, sehingga mempengaruhi hasil konsepsi.
5. Obat-obat bersifat iritan pada traktus genitourinarius yang mempengaruhi refleks
kontraksi uterus seperti Tansy oil, turpentine oil, ekstrak cantharidium (dalam dosis
besar menyebabkan inflamasi pada ginjal dan albuminuria), kalium permanganas
(120-300 ml per vaginam) menyebabkan inflamasi dan perdarahan oleh karena erosi
pembuluh darah.
6. Obat-obat iritan yang bersifat racun, seperti (i) iritan inorganic metalik seperti timah,
antimony, arsenik, fosforus, mercuri, (ii) iritan organic seperti ppepaya, nenas muda,
bubuk beras dicampur lada hitam, akar Plumago rosea dan jus calotropis, (iii)
Abortion pill F-6103 yang dikembangkan di Swedia yang mengandung diphenylephylene dan juga pil berbahaya lainnya.
c. Instrumen
Instrumen yang digunakan untuk aborsi dilakukan dengan berbagai mekanisme:
(1)

Menyebabkan rupturnya membran: hal ini dapat terjadi dengan memasukkan


alat-alat seperti sonde uterus, kateter, penjepit rambut, tongkat, jarum merajut, dan
bahkan jari tangan. Pasien bisa datang ke dokter dengan alasan bahwa uterusnya
mengalami displacement, oleh karena itu dokter yang tidak hati-hati dapat menyebabkan
aborsi dengan memasukkan sonde uterus. Pada kasus ini, dokter diharapkan harus yakin
dahulu bahwa pasien tidak hamil.

(2)

Abortion stick: tongkat aborsi adalah kayu atau bambu kecil dengan panjang
12 sampai 18 cm dimana salah satu ujungnya dibungkus dengan kapas atau rombengan
yang dibalut dengan campuran zat-zat seperti calotropis, arsen, sulfat, timah, dan lainlain.

(3)

Penyuntikan

atau

penyemprotan

cairan

biasanya

dilakukan

dengan

menggunakan Higginson type syringe, sedangkan cairannya adalah air sabun, desinfektan
atau air biasa/ air panas. Campuran air dan udara ini dimasukkan secara paksa ke dalam
kavum uteri dengan tekanan tinggi dibandingkan dengan vena uterus. Cairan ini
menyebabkan lepasnya kantung amnion dan plasenta dari dinding uterus. Uterus
kemudian akan berkontraksi menyebabkan perdarahan dan aborsi. Penyemprotan ini
berbahaya dapat menyebabkan inhibisi vagal akibat air dingin dan juga emboli udara.
Page | 8

(4)

Listrik: Pengaliran listrik dimana kutub negatif pada serviks dan kutub positif
pada daerah pembuluh darah sakrum ataupun lumbal yang menyebabkan kontraksi uterus.
4,5

IV. Komplikasi Akibat Abortus


Penggunaan obat-obatan abortifasion sebenarnya tidak ada yang efektif tanpa
menimbulkan gangguan pada si ibu, Cara yang efektif dan adalah dengan melakukan
manipulasi mekanik oleh tangan yang terampil. Penyulit yang mungkin timbul adalah:
a. Perdarahan

Akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal, diatesa hemoragik
dan lain lain.

Perdarahan dapat timbul segera pasca tindakan, dapat pula timbul lama setelah
tindakan.

b. Syok (renjatan)

Akibat refleks vasovagal atau neurogenk Komplikasi ini dapat mengakibatkan


kematian yang mendadak. Diagnosis ini ditegakkan bila setelah seluruh pemeriksaan
dilakukan tanpa membawa hasil.

c. Emboli udara

Pada teknik penyemprotan cairan ke dalam uterus. Hal ini terjadi karena pada waktu
penyemprotan, selain cairan juga gelembung udara masuk ke dalam uterus, sedangkan
di saat yang sama sistem vena di endometrium dalam keadaan terbuka.

d. Inhibisi vagus

Hampir selalu terjadi pada tindakan abortus yang dilakukan tanpa anestesi pada ibu
dalam keadaan stres, gelisah dan panic.

Hal ini dapat terjadi akibat alat yang digunakan atau suntikan secara mendadak
dengan cairan yang terlalu panas atau terlalu dingin.

e. Keracunan obat/zat abortivum, termasuk karena anestesia.

Antiseptik lokal seperti KMnO4 pekat, AgNO3, K-Morat, Jodium dan Sublimat dapat

mengakibatkan cedera yang hebat atau kematian.


Demikian pula obat-obatan seperti kina atau logam berat.

Pemeriksaan lab darah dengan adanya Met-Hb, pemeriksaan histologik dan


toksikologik sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis.

f. Infeksi dan sepsis.


Page | 9

Komplikasi ini tidak segera timbul pasca tindakan.

g. Lain-lain seperti tersengat arus listrik saat melakukan abortus dengan menggunakan
pengaliran listrik lokal. 1,3

V. Pemeriksaan Forensik
Pemeriksaan pada ibu yang diduga melakukan aborsi, usaha dokter adalah mendapatkan
tanda-tanda sisa kehamilan dan usaha penghentian kehamilan, pemeriksaan toksikologi,
pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik, terhadap jaringan dan janin yang mati serta
menentukan cara pengguguran yang dilakukan serta sudah berapa lama melahirkan. 1
Gambaran Klinis Akibat Aborsi

Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu ( untuk memperkirakan usia

kandungan saat di aborsi)


Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan

normal atau meningkat


Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi

Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat
kontraksi uterus

Pemeriksaan ginekologi

Pemeriksaan tanda kehamilan misalnya perubahan pada payudara, pigmentasi,

hormonal
Pemeriksaan luar pada perineum, genitalia eksternal dan vagina harus diteliti dengan
baik untuk melihat adanya tanda-tanda luka seperti abrasi, laserasi, memar dan lainlain. Kondisi ostium serviks juga harus diamati, dimana masih dalam keadaan dilatasi
dalam beberapa hari. Besarnya dilatasi bergantung pada ukuran fetus yang
dikeluarkan. Adanya perlukaan, tanda bekas forsep ataupun instrumen yang lainnya

di sekitar genitalia harus diamati juga.


Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan hasil konsepsi,

tercium bau busuk dari vulva


Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau sudah tertutup,
ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau
busuk dari ostium.

Page | 10

Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan
dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak
nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak
menonjol dan tidak nyeri. 3,6

Pemeriksaan pada wanita tersangka


1. Pada perempuan yang disangka sebagai pelaku dan juga ibu pada mayat bayi tersebut
boleh dilakukan pemeriksaan untuk melihat apakah terdapat tanda-tanda telah
melahirkan. Antara tanda-tanda yang boleh dilihat adalah adakah:
Terdapat tanda involusi uterus yaitu setelah placenta lahir uterus adalah

merupakan organ yang keras karena kontraksi dan retraksi otot-otot uterus.
Perubahan pada cervix dan vagina yaitu lebih longgar di mana canalis cervicalis
masih dapat dilalui oleh dua jari, dimana pinggirnya tidak rata, tetapi retak-retak

karena terjadi robekan selama partus.


Dinding perut dan peritoneum menjadi longgar karena diregang begitu lama.
Dinding kandung kencing mengalami oedema dan hyperemia dan terjadinya

obstruksi dari urethra dan terjadinya retention urin.


Apakah terdapat lochia iaitu cairan yang keluar dari vagina yang merupakan

sekret dari luka akibat partus.


Apakah terjadi robekan pada perineum.
2. Selain itu dilakukan juga pemeriksaan golongan darah pada ibu untuk memastikan
apakah terdapat kecocokan DNA dari perempuan tadi dan bayi tersebut. Antara
pemeriksaan darah yang boleh dilakukan adalah :
Pemeriksaan golongan darah.
a. Bila didapatkan sel darah merah dalam keadaan utuh :

Penentuan golongan darah dapat dilakukan secara langsung seperti pada


penentuan golongan darah orang hidup, yaitu dengan meneteskan 1 tetes
antiserum ke atas 1 tetes darah dan dilihat terjadinya aglutinasi.

Aglutinasi yang terjadi pada suatu antiserum merupakan golongan darah


bercak yang diperiksa, contoh bila terjadi aglutinasi pada antiserum A maka
golongan darah bercak darah tersebut adalah A.

b. Bila sel darah merah sudah rusak :

Page | 11

Penentuan golongan darah dapat dilakukan dengan cara menentukan jenis


aglutinin dan antigen. Antigen mempunyai sifat yang jauh lebih stabil
dibandingkan dengan aglutinin.

Penentuan jenis antigen dapat dilakukan dengan cara absorpsi inhibisi,


absorpsi elusi atau aglutinasi campuran. Cara yang biasa dilakukan adalah cara
absorpsi elusi. 1,6,7

Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik

Pada USG :
o
endometrium nampak saling mendekat tanpa visualisasi adanya hasil
konsepsi.
Darah lengkap
o Kadar haemoglobih rendah akibat anemia haemorrhagik.
o LED dan jumlah leukosit meningkat tanpa adanya infeksi.
Pemeriksaan test kehamilan
o masih bisa dilakukan beberapa hari sesudah bayi dikeluarkan dari kandungan,
dimana serum dan urin wanita memberikan hasil positif untuk hCG sampai
sekitar 7-10 hari.
o Sekiranya wanita tersebut pernah hamil, maka kadar hormone ini akan

meningkat dan hasilnya akan positif.


Pemeriksaan DNA
o untuk pemastian hubungan ibu dan janin.
o Hampir semua sampel biologis tubuh dapat digunakan untuk sampel tes DNA,
tetapi yang sering digunakan adalah darah, rambut, usapan mulut pada pipi
bagian dalam (buccal swab), dan kuku. Untuk kasus-kasus forensik, sperma,
daging, tulang, kulit, air liur atau sampel biologis apa saja yang ditemukan di

tempat kejadian perkara (TKP) dapat dijadikan sampel tes DNA.


Bila segera sesudah melahirkan mungkin masih didapati sisa plasenta yang
pemastiannya perlu pemeriksaan secara histopatologi (patologi anatomi), luka,

peradangan, bahan-bahan yang tidak lazim dalam liang senggama.


Pemeriksaan toksikologik
o untuk menilai apakah ada obat atau zat yang diminum untuk menginduksi

aborsi.
Pemeriksaan mikroskopik 6,7
o meliputi adanya sel trofoblas yang merupakan tanda kehamilan, kerusakan
jaringan yang merupakan jejas dan tanda usaha penghentian kehamilan.
o Ditemukannya sel radang PMN menunjukkan tanda intravitalitas.
o Darah yang masih basah atau baru mengering diletakkan pada kaca obyek dan
ditambahkan 1 tetes larutan garam faal, kemudian ditutup dengan kaca
Page | 12

penutup. Cara lain adalah dengan membuat sediaan apus dengan pewarnaan
Wright atau Giemsa. Dari kedua sediaan tersebut dapat dilihat bentuk dan inti
sel darah merah.
o Kelas mamalia mempunyai sel darah merah berbentuk cakram dan tidak
berinti, sedangkan kelas-kelas lainnya berbentuk oval/elips dan berinti.
o Bila terlihat drum stick dalam jumlah lebih dari 0,05%, dapatlah dipastikan

bahwa darah tersebut berasal dari seorang wanita. 1,5,6


Pemeriksaan kimiawi.
o Cara ini digunakan bila ternyata sel darah merah sudah dalam keadaan rusak
sehingga pemeriksaan mikroskopik tidak bermanfaat lagi.
o Pemeriksaan kimiawi terdiri dari pemeriksaan penyaring darah dan
pemeriksaan penentuan darah.
o Pemeriksaan penyaring yang biasa dilakukan adalah reaksi benzidin dan reaksi
fenoftalin.
o Reaksi benzidin(Test Adler) :
Reagen yang digunakan adalah larutan jenuh kristal benzidin dalam

asam asetat glasial


Sepotong kertas saring digosokkan pada bercak yang dicurigai

kemudian diteteskan 1 tetes H2O2 20% dan 1 tetes reagen benzidin.


Hasil positif bila timbul warna biru gelap pada kertas saring.
o Reaksi fenoftalin(Kastle Meyer Test):
digunakan reagens yang dibuat dari fenolftalein 2 g + 100 ml. NaOH
20% dan dipanaskan dengan biji-biji Zinc sehingga terbentuk

fenoftalin yang tidak berwarna.


kertas saring yang telah digosokkan pada bercak yang dicurigai
langsung diteteskan dengan reagen fenoftalin yang akan memberikan

warna merah muda bila positif


Hasil negatif pada kedua reaksi tersebut memastikan bahwa bercak tersebut
bukan darah, sedangkan hasil positif menyatakan bahwa bercak tersebut

mungkin darah sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. 6,7


Pemeriksaan penentuan darah
o Pemeriksaan penentuan darah berdasarkan terdapatnya pigmen/kristal hematin
(hemin) dan hemokhromogen. Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah
reaksi Teichman dan reaksi Wagenaar.
o Reaksi Teichman
Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek, tambahkan 1
butir kristal NaCl dan 1 tetes asam aseta glasial, tutup dengan kaca
penutup dan dipanaskan.

Page | 13

Hasil positif dinyatakan dengan tampaknya kristal hemin-HCl yang

berbentuk batang berwarna coklat yang terlihat dengan mikroskop.


o Reaksi Wagenaar
Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca obyek, letakkan
juga sebutir pasir, lalu tutup dengan kaca penutup sehingga antara kaca
obyek dan kaca penutup terdapat celah untuk penguapan zat. Pada satu
sisi diteteskan aceton dan pada sisi berlawanan diteteskan HCl encer,

kemudian dipanaskan.
Hasil positif bila terlihat kristal aceton-hemin berbentuk batang

berwarna coklat.
o Hasil positif pada pemeriksaan penentuan darah memastikan bahwa bercak
adalah

darah. Hasil yang negatif selain menyatakan bahwa bercak tersebut

bukan bercak darah, juga dapat dijumpai pada pemeriksaan terhadap bercak
darah yang struktur kimiawinya telah rusak misalnya bercak darah yang sudah

lama sekali, terbakar dan sebagainya. 6,7


Penentuan spesies
o Lakukan ekstraksi bercak atau darah kering dengan larutan gram faal.
Dianjurkan untuk memakai 1 cm2 bercak atau 1 g darah kering, tetapi tidak
melebihi separuh bahan yang tersedia.
o Reaksi cincin (reaksi presipitin dalam tabung).
Ke dalam tabung reaksi kecil, dimasukkan serum anti globulin manusia, dan
ke atasnya dituangkan ekstrak darah perlahan-lahan melalui tepi tabung.

Biarakan pada temperatur ruang kurang lebih 1,5 jam.


Hasil positif tampak sebagai cincin presipitasi yang keruh pada perbatasan

kedua cairan.
o Reaksi presipitat dalam agar.
Gelas obyek dibersihkan dengan spiritus sampai bebas lemak, dilapisi
dengan selapis tipis agar buffer. Setelah agak mengeras, dibuat lubang pada
agar dengan diameter kurang lebih 2 mm, yang dikelilingi oleh lubanglubang sejenis. Masukkan serum anti globulin manusia ke lubang di tengaj
dan ekstrak darah dengan berbagai derajat pengenceran di lubang-lubang
sekitarnya. Letakkan gelas obyek ini dalam ruang lembab (moist chamber)

pada temperatur ruang selama satu malam.


Hasil positif memberikan presipitium jernih pada perbatasan lubang tengah
dan lubang tepi. 6,7

Page | 14

Temuan autopsi pada korban yang meninggal tergantung pada cara melakukan abortus
serta interval waktu antara tindakan abortus dan kematian. Abortus yang dilakukan oleh ahli
yang terampil mungkin tidak meninggalkan bekas dan bila telah berlangsung satu hari atau
lebih, maka komplikasi yang timbul atau penyakit yang menyertai mungkin mengaburkan
tanda-tanda abortus kriminal.
Pemeriksaan dilakukan menyeluruh melalui pemeriksaan luar dan dalam (autopsi).
Pemeriksaan ditujukan pada :
1. Menentukan perempuan tersebut dalam keadaan hamil atau tidak. Untuk itu
diperiksa :
a. payudara secara makros maupun mikroskopik
b. ovarium, mencari adanya corpus luteum persisten secara mikroskopik
c. uterus, lihat besarnya uterus, kemungkinan sisa janin dan secara mikroskopik
adanya sel-sel trofoblast dan sel-sel decidua.
2. Mencari tanda-tanda cara abortus provocatus yang dilakukan.
a. Mencari tanda-tanda kekerasan local seperti memar, luka, perdarahan pada
jalan lahir.
b. Mencari tanda-tanda infeksi akibat pemakaian alat yang tidak steril.
c. Menganalisa cairan yang ditemukan dalam vagina atau cavum uteri.
3. Menentukan sebab kematian. Apakah karena perdarahan, infeksi, syok, emboli udara,
emboli cairan atau emboli lemak.
4. Pemeriksaan toksikologik (ambil darah dari jantung) bila terdapat cairan dalam
rongga perut atau kecurigaan lain.
5. Pemeriksaan mikroskopik untuk mencari adanya sel trofoblast, kerusakan jaringan,
dan sel radang.
6. Pada autopsi dilihat adakah pembesaran, krepitasi, luka atau perforasi pada uterus.
Periksa genitalia eksterna apakah pucat, kongesti atau memar.
7. Tes emboli udara pada vena kava inferior dan jantung. Ambil darah dari jantung
(segera setelah tes emboli) untuk pemeriksaan toksikologi. Uterus diiris mendatar
dengan jarak antar irisan 1 cm untuk deteksi perdarahan dari bawah.
8. Sampel urin diambil untuk tes kehamilan dan toksikologik. Pemeriksaan organ lain
seperti biasa. 3
VI. Interpretasi Hasil Temuan

Page | 15

Berdasarkan kasus, terdapat 3 orang wanita yang saat tersebut sedang dirawat di
bagian kebidanan karena diduga melakukan aborsi. Ternyata hasil laboratorium yang
dilakukan pada campuran darah dan jaringan hasil suction yang dibawa oleh penyidik
menunjukkan salah seorang wanita itu baru sahaja melakukan aborsi. Hasil pemeriksaan
dokter dari bagian kebidanan juga menunjukkan wanita tersebut baru saja melakukan aborsi
berdasarkan hasil temuan berikut:
1. Adanya tanda kehamilan yaitu perubahan pada payudara dan striae.
2. Keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan darah menurun, denyut
nadi, cepat dan kecil, suhu badan normal.
3. Ada perdarahan pervaginam, tercium bau busuk dari vulva.
4. Adanya tanda-tanda luka seperti laserasi, memar sesuai penggunaan instrumen pada
bagian perinium dan bagian genitalia interna.
5. Kondisi ostium serviks masih dalam keadaan dilatasi. Besarnya dilatasi tidak terlalu
6.
7.
8.
9.

luas.
Terdapat involusi uterus. Cervix dan vagina lebih longgar.
Dinding perut dan peritoneum menjadi longgar karena diregang begitu lama
Pemeriksaan lochia berupa darah.
Kadar leukosit meningkat 27.000/mm3 dan kadar Hb yang rendah yaitu 7.0g/dL akibat

perdarahan pervaginam.
10. DNA wanita tersebut cocok dengan campuran darah hasil suction.
11. Kadar hCG darah dan urin masih tinggi yaitu wanita tersebut pernah hamil.
12. Pemeriksaan toksikologik negative.
13. Pemeriksaan mikroskopik

Hasil
Adanya sel trofoblas dan sel radang PMN.
Sel darah merah berbentuk cakram dan tidak berinti
Sel darah merah merupakan sel mamalia
Pada sediaan hapus dengan pewarnaan, terlihat sel leukosit berinti banyak, telihat
drum stick dalam jumlah lebih dari 0.05%.

Darah berasal dari seorang wanita


14. Pemeriksaan penentuan darah
i.

ii.

Reaksi Teichman
Hasil
Tampak batang berwarna coklat
o Bercak adalah darah
Reaksi Wagenaar
Hasil
Tampak batang berwarna coklat

Page | 16

o Bercak adalah darah


15. Penentuan spesies
i.

ii.

Reaksi cincin
Hasil positif : Tampak cincin presipitasi yang keruh pada perbatasan kedua
cairan.
Reaksi presipitat dalam agar
Hasilpositif : Tampak presipitum jernih pada perbatasan lubang tengah dan
lubang tepi.

Daripada ketiga-tiga jenis darah dari ketiga-tiga jaringan didapati kesemua bercak
adalah darah manusia dan kesemuanya berasal dari wanita.
16. Penentuan golongan darah
o terjadi aglutinasi pada antiserum A maka golongan darah bercak darah tersebut
adalah A.
o dari ketiga wanita tersebut, hanya seorang yang mempunyai golongan darah A.

KESIMPULAN
Kasus abortus dapat terjadi dimana saja dan kapan saja baik di negara yang sudah
maju maupun negara yang sedang berkembang. Abortus adalah keluarnya janin sebelum
mencapai viabilitas dimana masa gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya
kurang dari 500 gram. Secara hukum abortus berarti tindakan menghentikan kehamilan atau
mematikan janin sebelum waktu kelahiran tanpa melihat usia kandungannya. Abortus dapat
terjadi secara alami (spontaneus), dapat pula terjadi karena dibuat atau disengaja (abortus
provokatus).
Kasus abortus di indonesia jarang diajukan ke pengadilan, karena pihak si ibu yang
merupakan korban juga sebagai pelaku sehingga sukar diharapkan adanya laporan abortus.
Umumnya kasus abortus diajukan ke pengadilan hanya bila terjadi komplikasi atau bila ada
pengaduan dari si ibu atau suaminya.
Pemeriksaan forensik pada kasus abortus provokatus kriminalis bertujuan mencari
bukti dan tanda kehamilan, mencari bukti abortus dan kemungkinan adanya tindakan kriminal
dengan obat-obatan atau instrumen dan menentukan kaitan antara sebab kematian dengan
abortus.

Page | 17

DAFTAR PUSTAKA
1. Kedokteran Forensik FK UI. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : Bagian Kedokteran
Forensik FK UI, 1997. 159-164.
2.

Peraturan perundang-undangan bidang kedokteran, Bagian Kedokteran Forensik

FKUI ;1994; hal. 1-25.


3. Amir, Amri. Abortus. Dalam : Amri Amir. Ilmu Kedokteran Forensik Edisi II.
Medan : Ramadhan, 2005. 159-168.
4. Azhari. Masalah Abortus dan Kesehatan Reproduksi Perempuan. Palembang: Bagian
Obstetri dan Ginekologi FK UNSRI. 1-19.
5. Mansjoer, Arief. Pengguguran Kandungan dan Pembunuhan Anak Sendiri. Dalam :
Mansjoer, Arief. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius Badan
Penerbit FK UI, 2007. 225-226.
6. Amir, Amri. Autopsi Pada Bayi Baru Lahir. Dalam : Amir, Amri. Autopsi Medikolegal
Edisi II. Medan : USU Press, 2001. 40-44.
7. Idries, A. M, Tjiptomartono, A. L. Penerapan Ilmu Kedokteran Forensik dalam Proses

penyelidikan. Jakarta: Sagung seto; 2008. p. 174

Page | 18

Anda mungkin juga menyukai