lebih individu yang memiliki hubungan psikologi secara jelas antara anggota
satu dengan yang lain yang dapat berlangsung dalam situasi yang dialami
secara bersama. Dinamika kelompok juga dapat didefinisikan sebagai konsep
yang menggambarkan proses kelompok yang selalu bergerak, berkembang dan
dapat menyesuaikan diri dengan keadaan yang selalu berubah-ubah. Dinamika
kelompok mempunyai beberapa tujuan, antara lain:
Membangkitkan kepekaan diri seorang anggota kelompok terhadap anggota
kelompok lain, sehingga dapat menimbulkan rasa saling menghargai
Proses dinamika kelompok mulai dari individu sebagai pribadi yang masuk ke
dalam kelompok dengan latar belakang yang berbeda-beda, belum mengenal
antar individu yang ada dalam kelompok. Mereka membeku seperti es. Individu
yang bersangkutan akan berusaha untuk mengenal individu yang lain. Es yang
membeku lama-kelamaan mulai mencair, proses ini disebut sebagai ice
breaking. Setelah saling mengenal, dimulailah berbagai diskusi kelompok,
yang kadang diskusi bisa sampai memanas, proses ini disebut storming.
Storming akan membawa perubahan pada sikap dan perilaku individu, pada
proses ini individu mengalami forming. Dalam setiap kelompok harus ada
aturan main yang disepakati bersama oleh semua anggota kelompok dan
pengatur perilaku semua anggota kelompok, proses ini disebut norming.
Berdasarkan aturan inilah individu dan kelompok melakukan berbagai
kegiatan, proses ini disebut performing. Secara singkat proses dinamika
kelompok dapat dilihat pada gambar berikut:
Individu
Ice Breaking
Performing
Storming
Forming
Norming
Dalam masyarakat yang besar, perlu adanya pembagian kerja agar pekerjaan
dapat terlaksana dengan baik
Masyarakat yang demokratis dapat berjalan baik apabila lembaga sosial dapat
bekerja dengan efektif
pengaruh
terhadap
pendekatan-pendekatan
yang
ada
dalam
dinamika kelompok.
1. Pendekatan oleh Bales dan Homans
Pendekatan ini mendasarkan pada konsep adanya aksi, interaksi, dan
situasi yang ada dalam kelompok. Homans menambahkan, dengan adanya
interaksi dalam kelompok, maka kelompok yang bersangkutan merupakan
sistem interdependensi, dengan sifat-sifat:
sebagai usaha
untuk mencapai
tujuan
kelompok.
berpendapat
bahwa
aspek-aspek
motif
dan
emosional
apabila
didasarkan
pada
kesamaan
motif
antar
anggota
2. Dinamika
kelompok
memudahkan
segala
pekerjaan
(dalam
dinamika
kelompok ada saling bantu antara anggota satu dengan anggota yang lain)
3. Melalui dinamika kelompok segala pekerjaan yang membutuhkan pemecahan
masalah dapat teratasi, mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar,
sehingga waktu untuk menyelesaikan pekerjaan dapat diatur secara tepat,
efektif dan efisien (dalam dinamika kelompok pekerjaan besar akan dibagibagi sesuai dengan bagian kelompoknya masing-masing)
4. Meningkatkan masyarakat yang demokratis, individu satu dengan yang lain
dapat memberikan masukan atau berinteraksi dengan lainnya dan memiliki
peran yang sama dalam masyarakat.
d. Games dinamika kelompok
Membuat Sebuah Bangunan dari Sedotan
Instruksi :
Buatlah bangunan apa saja, bisa rumah, gedung, rumah ibadah, dan lain lain
dengan menggunakan sedotan ini. Bangunan yang kalian buat harus kokoh
dan tidak gampang roboh ketika ditiup angin. Bagunan tersebut kokoh atau
tidak akan dibuktikan dengan apakah bangunan tersebut roboh atau tidak
ketika ditiup oleh fasilitator.
Review :
1. apakah maksud dari permainan ini?
2. sudahkah setiap anggota kelompok menyumbangkan pemikirannya?
3. bagaimana cara berfikir dengan cepat, dan tepat?
4. bagaimana menahan emosi ketika sedang membuat bangunan?
5. ketika gagal apakah yang anda lakukan??
Perilaku seksual ialah perilaku yang melibatkan sentuhan secara fisik anggota badan
antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan intim, yang
biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri. Sedangkan perilaku seks pranikah
merupakan perilaku seks yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang
resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing
individu. Perilaku seks pranikah ini memang kasat mata, namun ia tidak terjadi
dengan sendirinya melainkan didorong atau dimotivasi oleh faktor-faktor internal yang
tidak dapat diamati secara langsung (tidak kasat mata). Dengan demikian individu
tersebut
tergerak
untuk
melakukan
perilaku
seks
pranikah.
Motivasi merupakan penggerak perilaku. Hubungan antar kedua konstruk ini cukup
kompleks, antara lain dapat dilihat sebagai berikut : Motivasi yang sama dapat saja
menggerakkan perilaku yang berbeda, demikian pula perilaku yang sama dapat saja
diarahkan oleh motivasi yang berbeda. Motivasi tertentu akan mendorong seseorang
untuk melakukan perilaku tertentu pula. Pada seorang remaja, perilaku seks
pranikah tersebut dapat dimotivasi oleh rasa sayang dan cinta dengan didominasi
oleh perasaan kedekatan dan gairah yang tinggi terhadap pasangannya, tanpa disertai
komitmen yang jelas (menurut Sternberg hal ini dinamakan romantic love); atau
karena pengaruh kelompok (konformitas), dimana remaja tersebut ingin menjadi
bagian dari kelompoknya dengan mengikuti norma-norma yang telah dianut oleh
kelompoknya, dalam hal ini kelompoknya telah melakukan perilaku seks pranikah.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi seorang remaja melakukan seks pranikah
karena ia didorong oleh rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang
belum diketahui. Hal tersebut merupakan ciri-ciri remaja pada umumnya, mereka
ingin mengetahui banyak hal yang hanya dapat dipuaskan serta diwujudkannya
melalui pengalaman mereka sendiri, "Learning by doing". Disinilah suatu masalah
acap kali muncul dalam kehidupan remaja karena mereka ingin mencoba-coba segala
hal, termasuk yang berhubungan dengan fungsi ketubuhannya yang juga melibatkan
pasangannya. Namun dibalik itu semua, faktor internal yang paling mempengaruhi
perilaku seksual remaja sehingga mengarah pada perilaku seksual pranikah pada
remaja adalah berkembangnya organ seksual. Dikatakan bahwa gonads (kelenjar
seks) yang tetap bekerja (seks primer) bukan saja berpengaruh pada penyempurnaan
tubuh (khususnya yang berhubungan dengan ciri-ciri seks sekunder), melainkan juga
berpengaruh
jauh
pada
kehidupan
psikis,
moral,
dan
sosial.
moral
sering
kali
bertentangan.
Bila dorongan seks terlalu besar sehingga menimbulkan konflik yang kuat, maka
dorongan seks tersebut cenderung untuk dimenangkan dengan berbagai dalih sebagai
pembenaran
diri.
Pengaruh perkembangan organ seksual pada kehidupan sosial ialah remaja dapat
memperoleh teman baru, mengadakan jalinan cinta dengan lawan jenisnya. Jalinan
cinta ini tidak lagi menampakkan pemujaan secara berlebihan terhadap lawan jenis
dan "cinta monyet" pun tidak tampak lagi. Mereka benar-benar terpaut hatinya pada
seorang
lawan
jenis,
sehingga
terikat
oleh
tali
cinta.
seksual
tertentu.
Cukup naf bila kita tidak menyinggung faktor lingkungan, yang memiliki peran yang
tidak kalah penting dengan faktor pendorong perilaku seksual pranikah lainnya.
Faktor lingkungan ini bervariasi macamnya, ada teman sepermainan (peer-group),
pengaruh
media
dan
televisi,
bahkan
faktor
orang
tua
sendiri.
Pada masa remaja, kedekatannya dengan peer-groupnya sangat tinggi karena selain
ikatan peer-group menggantikan ikatan keluarga, mereka juga merupakan sumber
afeksi, simpati, dan pengertian, saling berbagi pengalaman dan sebagai tempat remaja
untuk
mencapai
otonomi
dan
independensi.
Maka tak heran bila remaja mempunyai kecenderungan untuk mengadopsi informasi
yang diterima oleh teman-temannya, tanpa memiliki dasar informasi yang signifikan
dari sumber yang lebih dapat dipercaya. Informasi dari teman-temannya tersebut,
dalam hal ini sehubungan dengan perilaku seks pranikah, tak jarang menimbulkan
rasa penasaran yang membentuk serangkaian pertanyaan dalam diri remaja. Untuk
menjawab pertanyaan itu sekaligus membuktikan kebenaran informasi yang diterima,
mereka cenderung melakukan dan mengalami perilaku seks pranikah itu sendiri.
Pengaruh media dan televisi pun sering kali diimitasi oleh remaja dalam perilakunya
sehari-hari. Misalnya saja remaja yang menonton film remaja yang berkebudayaan
barat,
melalui
observational
learning,
mereka
melihat
perilaku
seks
itu
menyenangkan dan dapat diterima lingkungan. Hal ini pun diimitasi oleh mereka,
terkadang tanpa memikirkan adanya perbedaan kebudayaan, nilai serta normanorma
dalam
lingkungan
masyakarat
yang
berbeda.
Perilaku yang tidak sesuai dengan tugas perkembangan remaja pada umumnya dapat
dipengaruhi orang tua. Bilamana orang tua mampu memberikan pemahaman
mengenai perilaku seks kepada anak-anaknya, maka anak-anaknya cenderung
mengontrol perilaku seksnya itu sesuai dengan pemahaman yang diberikan orang
tuanya.
Hal ini terjadi karena pada dasarnya pendidikan seks yang terbaik adalah yang
diberikan oleh orang tua sendiri, dan dapat pula diwujudkan melalui cara hidup
orang tua dalam keluarga sebagai suami-istri yang bersatu dalam perkawinan.
Kesulitan yang timbul kemudian adalah apabila pengetahuan orang tua kurang
memadai menyebabkan sikap kurang terbuka dan cenderung tidak memberikan
pemahaman tentang masalah-masalah seks anak. Akibatnya anak mendapatkan
informasi seks yang tidak sehat. Seorang peneliti menyimpulkan hasil penelitiannya
sebagai berikut: informasi seks yang tidak sehat atau tidak sesuai dengan
perkembangan usia remaja ini mengakibatkan remaja terlibat dalam kasus-kasus
berupa konflik-konflik dan gangguan mental, ide-ide yang salah dan ketakutanketakutan yang berhubungan dengan seks. Dalam hal ini, terciptanya konflik dan
gangguan mental serta ide-ide yang salah dapat memungkinkan seorang remaja
untuk melakukan perilaku seks pranikah.[rileks.com]
Perilaku seks pranikah ini memang kasat mata, namun ia tidak terjadi dengan
sendirinya melainkan didorong atau dimotivasi oleh faktor-faktor internal yang tidak
dapat diamati secara langsung (tidak kasat mata). Dengan demikian individu tersebut
tergerak
untuk
melakukan
perilaku
seks
pranikah.
Motivasi merupakan penggerak perilaku. Hubungan antar kedua konstruk ini cukup
kompleks, antara lain dapat dilihat sebagai berikut : Motivasi yang sama dapat saja
menggerakkan perilaku yang berbeda, demikian pula perilaku yang sama dapat saja
diarahkan
oleh
motivasi
yang
berbeda.
<BR
perilaku
seks
pranikah.
Faktor lain yang dapat mempengaruhi seorang remaja melakukan seks pranikah
karena ia didorong oleh rasa ingin tahu yang besar untuk mencoba segala hal yang
belum diketahui. Hal tersebut merupakan ciri-ciri remaja pada umumnya, mereka
ingin mengetahui banyak hal yang hanya dapat dipuaskan serta diwujudkannya
melalui
pengalaman
mereka
sendiri,
"Learning
by
doing".
Disinilah suatu masalah acap kali muncul dalam kehidupan remaja karena mereka
ingin mencoba-coba segala hal, termasuk yang berhubungan dengan fungsi
ketubuhannya yang juga melibatkan pasangannya. Namun dibalik itu semua, faktor
internal yang paling mempengaruhi perilaku seksual remaja sehingga mengarah pada
perilaku seksual pranikah pada remaja adalah berkembangnya organ seksual.
Dikatakan bahwa gonads (kelenjar seks) yang tetap bekerja (seks primer) bukan saja
berpengaruh pada penyempurnaan tubuh (khususnya yang berhubungan dengan ciriciri seks sekunder), melainkan juga berpengaruh jauh pada kehidupan psikis, moral,
dan
sosial.
moral
sering
kali
bertentangan.
Bila dorongan seks terlalu besar sehingga menimbulkan konflik yang kuat, maka
dorongan seks tersebut cenderung untuk dimenangkan dengan berbagai dalih sebagai
pembenaran
diri.
Pengaruh perkembangan organ seksual pada kehidupan sosial ialah remaja dapat
memperoleh teman baru, mengadakan jalinan cinta dengan lawan jenisnya. Jalinan
cinta ini tidak lagi menampakkan pemujaan secara berlebihan terhadap lawan jenis
dan "cinta monyet" pun tidak tampak lagi. Mereka benar-benar terpaut hatinya pada
seorang
lawan
jenis,
sehingga
terikat
oleh
tali
cinta.
seksual
tertentu.
Cukup naf bila kita tidak menyinggung faktor lingkungan, yang memiliki peran yang
tidak kalah penting dengan faktor pendorong perilaku seksual pranikah lainnya.
Faktor lingkungan ini bervariasi macamnya, ada teman sepermainan (peer-group),
pengaruh
media
dan
televisi,
bahkan
faktor
orang
tua
sendiri.
Pada masa remaja, kedekatannya dengan peer-groupnya sangat tinggi karena selain
ikatan peer-group menggantikan ikatan keluarga, mereka juga merupakan sumber
afeksi, simpati, dan pengertian, saling berbagi pengalaman dan sebagai tempat remaja
untuk
mencapai
otonomi
dan
independensi.
Maka tak heran bila remaja mempunyai kecenderungan untuk mengadopsi informasi
yang diterima oleh teman-temannya, tanpa memiliki dasar informasi yang signifikan
dari sumber yang lebih dapat dipercaya. Informasi dari teman-temannya tersebut,
dalam hal ini sehubungan dengan perilaku seks pranikah, tak jarang menimbulkan
rasa penasaran yang membentuk serangkaian pertanyaan dalam diri remaja. Untuk
menjawab pertanyaan itu sekaligus membuktikan kebenaran informasi yang diterima,
mereka cenderung melakukan dan mengalami perilaku seks pranikah itu sendiri.
Pengaruh media dan televisi pun sering kali diimitasi oleh remaja dalam perilakunya
sehari-hari. Misalnya saja remaja yang menonton film remaja yang berkebudayaan
barat,
melalui
observational
learning,
mereka
melihat
perilaku
seks
itu
menyenangkan dan dapat diterima lingkungan. Hal ini pun diimitasi oleh mereka,
terkadang tanpa memikirkan adanya perbedaan kebudayaan, nilai serta normanorma
dalam
lingkungan
masyakarat
yang
berbeda.
Perilaku yang tidak sesuai dengan tugas perkembangan remaja pada umumnya dapat
dipengaruhi orang tua. Bilamana orang tua mampu memberikan pemahaman
mengenai perilaku seks kepada anak-anaknya, maka anak-anaknya cenderung
mengontrol perilaku seksnya itu sesuai dengan pemahaman yang diberikan orang
tuanya.
Hal ini terjadi karena pada dasarnya pendidikan seks yang terbaik adalah yang
diberikan oleh orang tua sendiri, dan dapat pula diwujudkan melalui cara hidup
orang tua dalam keluarga sebagai suami-istri yang bersatu dalam perkawinan.
Kesulitan yang timbul kemudian adalah apabila pengetahuan orang tua kurang
memadai menyebabkan sikap kurang terbuka dan cenderung tidak memberikan
pemahaman tentang masalah-masalah seks anak. Akibatnya anak mendapatkan
informasi seks yang tidak sehat. Seorang peneliti menyimpulkan hasil penelitiannya
sebagai berikut: informasi seks yang tidak sehat atau tidak sesuai dengan
perkembangan usia remaja ini mengakibatkan remaja terlibat dalam kasus-kasus
berupa konflik-konflik dan gangguan mental, ide-ide yang salah dan ketakutanketakutan yang berhubungan dengan seks. Dalam hal ini, terciptanya konflik dan
gangguan mental serta ide-ide yang salah dapat memungkinkan seorang remaja
untuk melakukan perilaku seks pranikah.[rileks.com]
Penyakit menular seksual, atau PMS adalah berbagai infeksi yang dapat menular dari
satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Menurut the Centers for
Disease Control (CDC) terdapat lebih dari 15 juta kasus PMS dilaporkan per tahun.
Kelompok remaja dan dewasa muda (15-24 tahun) adalah kelompok umur yang
memiliki risiko paling tinggi untuk tertular PMS, 3 juta kasus baru tiap tahun adalah
dari kelompok ini.
Hampir seluruh PMS dapat diobati. Namun, bahkan PMS yang mudah diobati seperti
gonore telah menjadi resisten terhadap berbagai antibiotik generasi lama. PMS lain,
seperti herpes, AIDS, dan kutil kelamin, seluruhnya adalah PMS yang disebabkan
oleh virus, tidak dapat disembuhkan. Beberapa dari infeksi tersebut sangat tidak
mengenakkan, sementara yang lainnya bahkan dapat mematikan. Sifilis, AIDS, kutil
kelamin, herpes, hepatitis, dan bahkan gonore seluruhnya sudah pernah dikenal
sebagai penyebab kematian. Beberapa PMS dapat berlanjut pada berbagai kondisi
seperti Penyakit Radang Panggul (PRP), kanker serviks dan berbagai komplikasi
kehamilan.
Sehingga,
pendidikan
mengenai
penyakit
ini
dan
upaya-upaya
abstinensia.
monogamy di mana kedua individu bebas dari IMS juga dianggap aman.
Kondom
sangat berguna dalam mencegah beberapa penyakit seperti HIV dan gonore. Namun
kondom kurang efektif dalam mencegah herpes, trikomoniasis dan klamidia. Kondom
memberi proteksi kecil terhadap penularan HPV, yang merupakan penyebab kutil
kelamin.
Gonore gonore adalah salah satu PMS yang sering dialporkan. 40%
penderita akan mengalami Penyakit Radang Panggul (PRP) jika tidak
diobati, dan hal tersebut dapat menyebabkan kemandulan.
Herpes terasa nyeri dan dapat hilang timbul; dapat diobati untuk
mengurangi gejala tetapi tidak dapat disembuhkan.
Human Papilloma Virus (HPV) & Kutil kelamin PMS yang paling
sering, 33% dari perempuan memiliki virus ini, yang dapat menyebabkan
kanker serviks dan penis dan nyeri pada kelamin.
Sifilis jika tidak diobati dapat menyebabkan kerusakan otak dan hati
yang serius.
Klamidia
Tipe: Bakterial
Cara Penularan: Hubungan seks vaginal dan anal.
Gejala: Sampai 75% kasus pada perempuan dan 25% kasus pada laki-laki tidak
menunjukkan gejala. Gejala yang ada meliputi keputihan yang abnormal, dan rasa
nyeri saat kencing baik pada laki-laki maupun perempuan. Perempuan juga dapat
mengalami rasa nyeri pada perut bagian bawah atau nyeri saat hubungan seksual,
pada laki-laki mungkin akan mengalami pembengkakan atau nyeri pada testis.
Pengobatan: Infeksi dapat diobati dengan antibiotik. Namun pengobatan tersebut
tidak dapat menghilangkan kerusakan yang timbul sebelum pengobatan dilakukan.
Konsekuensi yang mungkin terjadi pada orang yang terinfeksi: Pada perempuan,
jika tidak diobati, sampai 30% akan mengalami Penyakit Radang Panggul (PRP) yang
pada gilirannya dapat menyebabkan kehamilan ektopik, kemandulan dan nyeri
panggul kronis.
epididymitis, yaitu sebuah peradangan pada testis (tempat di mana sperma disimpan),
yang mungkin dapat menyebabkan kemandulan.
berisiko lebih tinggi untuk terinfeksi HIV jika terpapar virus tersebut.
Konsekuensi yang mungkin terjadi pada janin dan bayi baru lahir: lahir
premature, pneumonia pada bayi dan infeksi mata pada bayi baru lahir yang dapat
terjadi karena penularan penyakit ini saat proses persalinan.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seksual secara vaginal maupun anal
dengan orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100%
efektif. Kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali
risiko tertular penyakit ini.
Gonore
Tipe: Bakterial
Cara penularan: Hubungan seks vaginal, anal dan oral.
Gejala: Walaupun beberapa kasus tidak menunjukkan gejala, jika gejala muncul,
sering hanya ringan dan muncul dalam 2-10 hari setelah terpapar. Gejala-gejala
meliputi discharge dari penis, vagina, atau rektum dan rasa panas atau gatal saat
buang air kecil.
Pengobatan: Infeksi dapat disembuhkan dengan antibiotik.
bayi yang lahir di rumah sakit biasanya diberi tetesan mata untuk pengobatan
gonore.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seksual baik vaginal, anal dan oral dengan
orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara yang 100% efektif untuk pencegahan.
Kondom dapat mengurangi tetapi tidak dapat menghilangkan sama sekali risiko
penularan penyakit ini.
Hepatitis B (HBV)
Tipe: Viral
Cara Penularan: Hubungan seks vaginal, oral dan khususnya anal; memakai jarum
suntik bergantian; perlukaan kulit karena alat-alat medis dan kedokteran gigi;
melalui transfusi darah.
Gejala: Sekitar sepertiga penderita HBV tidak menunjukkan gejala.
Gejala yang
muncul meliputi demam, sakit kepala, nyeri otot, lemah, kehilangan nafsu makan,
muntah dan diare. Gejala-gejala yang ditimbulkan karena gangguan di hati meliputi
air kencing berwarna gelap, nyeri perut, kulit menguning dan mata pucat.
Pengobatan: Belum ada pengobatan. Kebanyakan infeksi bersih dengan sendirinya
dalam 4-8 minggu. Beberapa orang menjadi terinfeksi secara kronis.
Konsekuensi yang mungkin timbul pada orang yang terinfeksi: Untuk orang-orang
yang terinfeksi secara kronis, penyakit ini dapat berkembang menjadi cirrhosis,
kanker hati dan kerusakan sistem kekebalan.
Konsekuensi yang mungkin timbul pada janin dan bayi baru lahir: Perempuan
hamil dapat menularkan penyakit ini pada janin yang dikandungnya. 90% bayi yang
terinfeksi pada saat lahir menjadi karier kronik dan berisiko untuk tejadinya penyakit
hati dan kanker hati. Mereka juga dapat menularkan virus tersebut. Bayi dari
seorang ibu yang terinfeksi dapat diberi immunoglobulin dan divaksinasi pada saat
lahir, ini berpotensi untuk menghilangkan risiko infeksi kronis.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seks dengan orang yang terinfeksi
khususnya seks anal, di mana cairan tubuh, darah, air mani dan secret vagina paling
mungkin dipertukarkan adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif
mencegah penularan virus hepatitis B melalui hubungan seks.
Kondom dapat
menurunkan risiko tetapi tidak dapat sama sekali menghilangkan risiko untuk
tertular penyakit ini melalui hubungan seks. Hindari pemakaian narkoba suntik dan
memakai
jarum
suntik
bergantian.
Bicarakan
dengan
petugas
kesehatan
HSV-1
dapat
juga
menular
lewat
hubungan
seks
oral
dan
dapat
yang lain. Luka-luka tersebut akan sembuh dalam beberapa minggu tetapi dapat
muncul kembali.
Pengobatan: Belum ada pengobatan untuk penyakit ini. Obat anti virus biasanya
efektif dalam mengurangi frekuensi dan durasi (lamanya) timbul gejala karena infeksi
HSV-2.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi: Orang yang
terinfeksi dan memiliki luka akan meningkat risikonya untuk terinfeksi HIV jika
terpapar sebab luka tersebut menjadi jalan masuk virus HIV.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: Perempuan yang
mengalami episode pertama dari herpes genital pada saat hamil akan memiliki risiko
yang lebih tinggi untuk terjadinya kelahiran prematur. Kejadian akut pada masa
persalinan merupakan indikasi untuk dilakukannya persalinan dengan operasi cesar
sebab infeksi yang mengenai bayi yang baru lahir akan dapat menyebabkan kematian
atau kerusakan otak yang serius.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal, anal dan oral dengan
orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif
mencegah penularan virus herpes genital melalui hubungan seks. Kondom dapat
mengurangi risiko tetapi tidak dapat samasekali menghilangkan risiko tertular
penyakit ini melalui hubungan seks. Walaupun memakai kondom saat melakukan
hubungan seks, masih ada kemungkinan untuk tertular penyakit ini yaitu melalui
adanya luka di daerah kelamin.
HIV/AIDS
Tipe: Viral
Cara Penularan: Hubungan seks vaginal, oral dan khususnya anal; darah atau
produk darah yang terinfeksi; memakai jarum suntik bergantian pada pengguna
narkoba; dan dari ibu yang terinfeksi kepada janin dalam kandungannya, saat
persalinan, atau saat menyusui.
Gejala-gejala: Beberapa orang tidak mengalami gejala saat terinfeksi pertama kali.
Sementara yang lainnya mengalami gejala-gejala seperti flu, termasuk demam,
kehilangan nafsu makan, berat badan turun, lemah dan pembengkakan saluran
getah bening. Gejala-gejala tersebut biasanya menghilang dalam seminggu sampai
sebulan, dan virus tetap ada dalam kondisi tidak aktif (dormant) selama beberapa
tahun. Namun, virus tersebut secara terus menerus melemahkan sistem kekebalan,
menyebabkan orang yang terinfeksi semakin tidak dapat bertahan terhadap infeksiinfeksi oportunistik.
Pengobatan: Belum ada pengobatan untuk infeksi ini.
digunakan untuk memperpanjang hidup dan kesehatan orang yang terinfeksi. Obatobat lain digunakan untuk melawan infeksi oportunistik yang juga diderita.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi: Hampir semua
orang yang terinfeksi HIV akhirnya akan menjadi AIDS dan meninggal karena
komplikasi-komplikasi yang berhubungan dengan AIDS.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: 20-30% dari bayi yang
lahir dari ibu yang terinfeksi HIV akan terinfeksi HIV juga dan gejala-gejala dari AIDS
akan muncul dalam satu tahun pertama kelahiran.
terinfeksi tersebut akan meninggal pada saat berusia 18 bulan. Obat antiretroviral
yang diberikan pada saat hamil dapat menurunkan risiko janin untuk terinfeksi HIV
dalam proporsi yang cukup besar. Lihat Prenatal Risk Assessment: AIDS untuk
infomasi lebih lanjut tentang AIDS dan kehamilan.
Tipe: Viral
Cara Penularan: Hubungan seksual vaginal, anal atau oral.
Gejala-gejala: Tonjolan yang tidak sakit, kutil yang menyerupai bunga kol tumbuh di
dalam atau pada kelamin, anus dan tenggorokan.
Pengobatan: Tidak ada pengobatan untuk penyakit ini. Kutil dapat dihilangkan
dengan cara-cara kimia, pembekuan, terapi laser atau bedah.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi: HPV adalah virus
yang menyebabkan kutil kelamin. Beberapa strains dari virus ini berhubungan kuat
dengan kanker serviks sebagaimana halnya juga dengan kanker vulva, vagina, penis
dan anus. Pada kenyataannya 90% penyebab kanker serviks adalah virus HPV.
Kanker serviks ini menyebabkan kematian 5.000 perempuan Amerika setiap
tahunnya.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: Pada bayi-bayi yang
terinfeksi virus ini pada proses persalinan dapat tumbuh kutil pada tenggorokannya
yang dapat menyumbat jalan nafas sehingga kutil tersebut harus dikeluarkan.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal, anal dan oral dengan
orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif
mencegah penularan. Kondom hampir tidak berfungsi sama sekali dalam mencegah
penularan virus ini melalui hubungan seks.
Sifilis
Tipe: Bakterial
Cara Penularan: Cara penularan yang paling umum adalah hubungan seks vaginal,
anal atau oral. Namun, penyakit ini juga dapat ditularkan melalui hubungan non-
seksual jika ulkus atau lapisan mukosa yang disebabkan oleh sifilis kontak dengan
lapisan kulit yang tidak utuh dengan orang yang tidak terinfeksi.
Gejala-gejala: Pada fase awal, penyakit ini menimbulkan luka yang tidak terasa sakit
atau "chancres" yang biasanya muncul di daerah kelamin tetapi dapat juga muncul di
bagian tubuh yang lain, jika tidak diobati penyakit akan berkembang ke fase
berikutnya yang dapat meliputi adanya gejala ruam kulit, demam, luka pada
tenggorokan, rambut rontok dan pembengkakan kelenjar di seluruh tubuh.
Pengobatan: Penyakit ini dapat diobati dengan penisilin; namun, kerusakan pada
organ tubuh yang telah terjadi tidak dapat diperbaiki.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi: Jika tidak diobati,
sifilis dapat menyebabkan kerusakan serius pada hati, otak, mata, sistem saraf,
tulang dan sendi dan dapat menyebabkan kematian. Seorang yang sedang menderita
sifilis aktif risikonya untuk terinfeksi HIV jika terpapar virus tersebut akan meningkat
karena luka (chancres) merupakan pintu masuk bagi virus HIV.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: Jika tidak diobati,
seorang ibu hamil yang terinfeksi sifilis akan menularkan penyakit tersebut pada
janin yang dikandungnya. Janin meninggal di dalam dan meninggal pada periode
neonatus terjadi pada sekitar 25% dari kasus-kasus ini. 40-70% melahirkan bayi
dengan sifilis aktif. Jika tidak terdeteksi, kerusakan dapat terjadi pada jantung, otak
dan mata bayi.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal, anal dan oral dengan
orang yang terinfeksi adalah satu-satunya cara pencegahan yang 100% efektif
mencegah penularan sifilis melalui hubungan seksual. Kondom dapat mengurangi
tetapi tidak menghilangkan risiko tertular penyakit ini melalui hubungan seks. Masih
ada kemungkinan tertular sifilis walaupun memakai kondom yaitu melalui luka yang
ada di daerah kelamin. Usaha untuk mencegah kontak non-seksual dengan luka,
ruam atau lapisan bermukosa karena adanya sifilis juga perlu dilakukan.
Trikomoniasis
Tipe: Disebabkan oleh protozoa Trichomonas vaginalis.
Prevalensi: Trikomoniasis adalah PMS yang dapat diobati yang paling banyak terjadi
pada perempuan muda dan aktif seksual. Diperkirakan, 5 juta kasus baru terjadi
pada perempuan dan laki-laki.
Cara Penularan: Trikomoniasis menular melalui kontak seksual. Trichomonas
vaginalis dapat bertahan hidup pada benda-benda seperti baju-baju yang dicuci, dan
dapat menular dengan pinjam meminjam pakaian tersebut.
Gejala-gejala: Pada perempuan biasa terjadi keputihan yang banyak, berbusa, dan
berwarna kuning-hijau. Kesulitan atau rasa sakit pada saat buang air kecil dan atau
saat berhubungan seksual juga sering terjadi. Mungkin terdapat juga nyeri vagina
dan gatal atau mungkin tidak ada gejala sama sekali. Pada laki-laki mungkin akan
terjadi radang pada saluran kencing, kelenjar, atau kulup dan/atau luka pada penis,
namun pada laki-laki umumnya tidak ada gejala.
Pengobatan: Penyakit ini dapat disembuhkan. Pasangan seks juga harus diobati.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Orang yang Terinfeksi: Radang pada alat
kelamin
pada
perempuan
yang
terinfeksi
trikomoniasis
mungkin
juga
akan
meningkatkan risiko untuk terinfeksi HIV jika terpapar dengan virus tersebut.
Adanya trikomoniasis pada perempuan yang juga terinfeksi HIV akan meningkatkan
risiko penularan HIV pada pasangan seksualnya.
Konsekuensi yang Mungkin Terjadi pada Janin dan Bayi: Trikomoniasis pada
perempuan hamil dapat menyebabkan ketuban pecah dini dan kelahiran prematur.
Pencegahan: Tidak melakukan hubungan seks secara vaginal dengan orang yang
terinfeksi adalah satu-satu cara pencegahan yang 100% efektif mencegah penularan
trikomoniasis melalui hubungan seksual. Kondon dan berbagai metode penghalang
sejenis yang lain dapat mengurangi tetapi tidak menghilangkan risiko untuk tertular
penyakit ini melalui hubungan seks. Hindari untuk saling pinjam meminjam handuk
atau pakaian dengan orang lain untuk mencegah penularan non-seksual dari
penyakit ini.