Anda di halaman 1dari 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MEKANISME ASAM LEMAK OMEGA

Asam Lemak Omega terdiri dari:


a. Asam Lemak Omega-3
Yaitu asam lemak tidak jenuh jamak yang mempunyai ikatan rangkap
banyak, ikatan rangkap pertama terletak pada atom karbon ketiga dari gugus metil
omega. Ikatan rangkap berikutnya terletak pada nomor atom karbon ketiga dari
ikatan rangkap sebelumnya. Gugus metil omega adalah gugus terakhir dari rantai
asam lemak.
Contoh asam lemak omega-3 adalah asam lemak linolenat (C18:3, n-3),
asam

lemak

eikosapentaenoat

EPA

(C20:5,

n-3),

dan

asam

lemak

dokosaheksaenoat (C22:6, n-3).


Awal pengamatan berdasarkan fakta empiris dimana pada masyarakat
Eskimo yang hidupnya tidak terlepas dari konsumsi ikan (hasil perikanan baik
shellfish maupun finfish) tidak ditemukan atau jarang ditemukan penyakit
penyakit jantung. Kemudian diadakan penelitian terhadap kolesterol total,
trigliserida dan kolesterol low densitylipoprotein (LDL), ternyata kadarnya lebih

rendah dari pada populasi masyarakat Eskimo yang sudah meninggalkan


konsumsi ikan sebagai makanan sehari-harinya. Selain itu ditemukan pula
agregasi platelet yang rendah dengan kecenderungan perdarahan (Dyerberg et al
1978

yang

disitir

Fadilah,1987).

Dan yang terpenting dari penelitian penelitian tersebut adalah bahwa komposisi
asam lemak pada lipid plasma dan membran platetlet masyarakat Eskimo yang
mempertahankan pola makan tradisional (makan ikan) ternyata sangat banyak
mengandung asam lemak omega-3 yaitu EPA dan DHA yang berasal dari ikan
laut yang menjadi makanan mereka sehari-hari (Bang et al, 1980, Dyerberg dan
Bang, 1979; Barlow dan Stansby 1981 yang disitir Fadilah 1987).
Para ahli berpendapat bahwa kandungan asam lemak pada ikan laut tersebutlah
yang menyebabkan rendahnya angka kejadian infrank jantung dan trombosis.
Kandungan asam lemak pada ikan tersebut diduga juga terdapat pada ikan-ikan
laut lainnya yang memakan fitoplankton.

Selain penelitian di atas contoh-contoh secara empiris sudah banyak membawa


para ahli untuk berfikir dan menganalisa, mengapa asam lemak omega-3 berasal
dari laut bukan dari tanaman terrestrial atau hewan terrestrial (darat).? Hal ini
tentulah sesuai dengan kebutuhan hewan air (ikan dan lain lain) yang memerlukan
kelenturan dalam pergerakannya dan fluiditas yang tinggi, sehingga yang Maha
Pencipta menyiapkan tumbuhan laut baik mikro maupun makro dapat mensintesa
asam lemak linolenat.
Induk dari asam lemak omega-3 adalah alpha linolenic acid (ALA) yang
dapat

dikonversi

tubuh

menjadi

eicosapentaenoic

acid

(EPA)

dan

docosahexaenoic acid (DHA). EPA, dan DHA memiliki efek anti peradangan
yang sangat ampuh sekaligus memainkan banyak peran penting dalam tubuh.
Asam lemak omega-3 disebut esensial karena tidak dapat dibuat sendiri oleh
tubuh, sehingga harus diperoleh dari makanan.

Pengaruh diit asam lemak omega-3 terhadap platelet


Mekanisme menurunnya agregasi pada diit yang kaya omega-3 telah
banyak diteliti oleh para ahli baik secara in vivo maupun in vitro. Para
peneliti berpendapat bahwa diit yang kaya omega-3 dalam jumlah tertentu
dan waktu tertentu akan mempengaruhi kandungan asam lemak fosfolipi
merman platelet (Fadilah, 1987). Mekanismenya adalah sebagai berikut:
Dalam membran platelet AA dikonversi menjadi prostaglandin G2 (PGG2)
dengan bantuan enzim siklooksigenase. Kemudian dengan melalui siklik
endoperoksida, tromboksan sintetase mempengaruhi prostaglandin H2
menjadi tromboksan A-2 (TXA2) yang mempunyai efek proagregator dan
vasokonstriktor.
Di dalam endothelium vascular AA dikonversi oleh enzim siklooksigenase ke
siklik endoperoksidase, dan kemudian dengan pengaruh prostasiklin
sintetase dirubah menjadi prostasiklin (PGI2) yang berefek anti aggregator
dan

vasodilator.

Keseimbangan dari TXA2 dan PGI2 inilah yang mempunyai peranan


penting dalam kelancaran sirkulasi darah. Diit yang kaya omega-3 diduga
mempengaruhi prostaglandin dengan mengurangi produksi TXA2 dan
PGI2, karena omega-3 merupakan inhibitor kompetitif dari AA pada proses
siklooksigenase.
Diit omega-3 juga dapat mengakibatkan terbentuknya prostaglandin seri 3
yaitu TXA3 (tromboksan A3) yang berperan in aktif atau sebagai
proagregator lemah dan PGI3 yang berperan sebagai antiagregator yang
lebih kuat dari PGI2. Pembentukan seri 3 dari TXA3 dan PGI3 juga diikuti
oleh penurunan PGI2 dan TXA2. Maka dengan sendirinya terjadi ketidak
seimbangan antara proagregator dan antiagregator, sehingga menurunkan

agregasi

pada

platelet.

Selain dikonversi menjadi prostaglandin, AA juga dikonversi oleh enzim


lipoksigenase menjadi leukotrin (LT4) yang merupakan suatu bahan dalam
sel darah putih sebagai mediator untuk sistem kekebalan tubuh, yang
mempunyai efek terhadap permeabilitas vascular dan kemotaksis leukosit
serta konstriksi bronkus dan pembuluh darah. Dengan diit omega-3 akan
terbentuk leukotrin seri 5 yang merupakan bentuk in aktif dari seri 4.
Bruckner (1986) mengajukan beberapa hipotesis tentang mekanisme omega3

mempengaruhi

platelet

sebagai

berikut:

1. Omega-3 di membran platelet dikonversi menjadi TXA3 yang merupakan


proagregatorlemah, dan di endothelium vascular dikonversi menjadi PGI3
yang

merupakan

antiagregator

dan

vasodilator

yang

kuat.

2. Omega-3 merupakan inhibitor kompetitif pada proses siklooksigenase,


sehingga

menurunkan

pembentukan

TXA2

dan

PGI2.

3.Omega-3 mempengaruhi reseptor yang ada di membran sehingga


menurunkan

reaksi

terhadap

agen

proagregator.

4.Omega-3 mempengaruhi fluiditas membran platelet sehingga menurunkan


kemampuan

untuk

melekat

pada

sub

endothelium

vascular.

5. Omega-3 menghambat desaturase dan elongase sehingga menurunkan


AA..
Dosis omega-3 yang cukup berpengaruh adalah 4-15 g per hari yang
diberikan sekurang-kurangnya 2 minggu.
b. Asam Lemak Omega-6

Asam lemak omega-6 sama pentingnya seperti asam lemak omega-3, meski
jumlahnya tidak dianjurkan sebesar omega-3. Namun faktanya, kebanyakan orang
sekarang justru lebih banyak mengkonsumsi asam lemak omega-6 dibandingkan
omega-3. Hal ini disebabkan karena banyak makanan yang sehari-hari kita
makan, menggunakan minyak yang tinggi asam lemak omega-6. Sebut saja
minyak jagung, minyak kedelai, minyak biji bunga matahari, atau minyak canola.
Walaupun memiliki efek proinflamasi atau properadangan, asam lemak
omega-6 ternyata juga menyimpan unsur anti peradangan. Dalam kondisi normal,
reaksi inflamasi itu sebenarnya juga perlu, karena membantu tubuh memperbaiki
dirinya sendiri (seperti dalam kasus otot keseleo).
Tetapi jika berlebihan dapat menjurus ke penyakit degeneratif kronis di
kemudian

hari.

c. Asam Lemak Omega-9


Asam lemak omega-9 adalah asam lemak terbanyak yang dapat
ditemukan di alam. Omega-9 tidak termasuk asam lemak esensial karena
tubuh kita mampu mensintesanya sendiri dari lemak-lemak tak jenuh dalam
tubuh

kita.

Omega-9 terdapat dalam lemak hewan dan minyak nabati, khususnya minyak
zaitun. Yang menarik, minyak yang dibuat oleh kelenjar kulit kita ternyata
sama dengan omega-9 yang ditemukan berlimpah dalam minyak zaitun, yaitu
asam oleat. Minyak zaitun juga mengandung asam lemak jenuh yang dikenal
sebagai asam palmitat, tetapi tidak mengandung omega-3 atau omega-6
seperti yang dipercaya banyak orang selamaini.
Asam-asam lemak omega-9 dapat digunakan tubuh sebagai pengganti
sementara omega-3 atau omega-6, jika persediaan kedua asam lemak tersebut
dalam tubuh tidak mencukupi.

Defisiensi omega-3 dan omega-6 yang berkepanjangan, bagaimanapun, dapat


berakibat fatal.
Omega-9, banyak ditemukan dalam minyak zaitun (olive oil). Dari hasil
penelitian yang dilaporkan akhr-akhir ini, khususnya hasil penelitian sejak
tahun 1992, dan lebih-lebih di tahun 1988, 1999 dan tahun 2000,
menyimpulkan bahwa Omega-9 memiliki daya perlindungan tubuh yang
mampu menurunkan LDL, meningkatkan HDL yang lebih besar dibandingkan
Omega-3 dan Omega-6. Tetapi laporan hasil penelitian yang baru juga
menyatakan bahwa Omega-6 memiliki segi negatif karena berkaitan dengan
peningkatan senyawa eicosanoids yang menstimulir pertumbuhan tumor pada
binatang percobaan.
Indahnya adalah bahwa Omega-3 dan Omega-9 justru memiliki potensi
untuk memblokir produk senyawa eicosanoids yang berbahaya tersebut.
Masyarakat yang hidup di kawasan Mediteranian, jarang ditemukan kasus
CVD. Hal ini mungkin karena tingginya konsumsi Omega-9 dan Omega-3.
Sedang di Amerika-Eropa konsumsi lemaknya memiliki rasio 10 : 1 (Omega-6
: Omega:3) yang kini dianggap tidak sehat.
Komposisi asam lemak Omega-9 di beberapa produk minyak adalah
sebagai berikut:

bimoli

minyak

advocado

50%

minyak

makademia

45%

minyak

zaitun

28%

biji

aprocot

35%

biji

almon

33%

41,6%

Bila dibanding poly-unsaturated fat (PUFA), mono-unsaturated fat (MUFA)


lebih baik perannya karena pada PUFA meskipun berguna untuk menurunkan
kolesterol LDL, tetapi memiliki kelemahan menurunkan HDL. Sedangkan

MUFA mampu menurunkan LDL tetapi juga mampu meningkatkan HDL,


suatu yang justru kita kehendaki.

PERBEDAAN ASAM LEMAK OMEGA -3 DENGAN OMEGA-6

Anda mungkin juga menyukai