Anda di halaman 1dari 6

Gangguan somatoform merupakan kelompok gangguan yang memiliki gejala pertama dari pasien.

Pada keluarga ini, sanak saudara lakilaki derajat pertama

yang diharapkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, atau hasil

fisik (seperti nyeri, mual dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan rentan terhadap penyalahgunaan zat dan gangguan kepribadian antisosial. Suatu

laboratorium.

medis lain yang memadai. Diagnosis ditegakkan berdasarkan penilaian bahwa penelitian juga melaporkan angka kesesuaian 29% pada kembar monozigot dan

C.

faktor psikologis memegang peranan besar terhadap onset, berat penyakit, dan 10% pada kembar dizigotik.

Gambaran Klinis

durasi gejala yang ada.

Diagnosis

Pasien dengan gangguan somatisasi mengeluhkan banyak gejala

Menurut DSM IV, terdapat lima gangguan somatoform spesifik, yaitu (1) Kriteria diagnosis berdasarkan DSM-IV-TR :
gangguan somatisasi, (2) gangguan konversi, (3) hipokondriasis, (4) gangguan

A.

Gejala-gejala yang ada bukan akibat kesengajaan atau dibuat-buat.

somatik dan memiliki riwayat medik yang panjang, kompleks. Mual muntah (di

Riwayat banyaknya keluhan fisik sejak sebelum usia 30 tahun yang luar kehamilan), sulit menelan, nyeri pada lengan dan tungkai, nafas pendek tidak

dismorfik tubuh, dan (5) gangguan nyeri. DSM IV juga memiliki dua kategori muncul dalam banyak periode selama beberapa tahun dan terdapat hendaya berat berhubungan dengan aktivitas fisik, amnesia, dan komplikasi pada kehamilan atau
diagnostik residual, yaitu (1) gangguan somatoform tidak terdiferensiasi dan (2) dalam kehidupan sosial, pekerjaan, atau bidang penting lainnya.
gangguan somatoform yang tidak dapat ditentukan.
A. GANGGUAN SOMATISASI

A.

timbul kapan saja selama perjalanan penyakit :

Gangguan somatisasi ditandai oleh banyak gejala somatik yang tidak dapat

menstruasi adalah gejala yang paling sering didapat. Pasien biasanya percaya

Setiap kriteria di bawah ini harus ada, dengan gejala individual dapat bahwa mereka sakit hampir sepanjang masa hidupnya. Gejala pseudoneurologikus
(1)

empat rasa nyeri : riwayat rasa nyeri pada minimal empat

mendukung, namun tidak patognomonik, gangguan neurologist.


Distres psikologis dan masalah interpersonal menonjol; cemas dan depresi

dijelaskan secara adekuat berdasarkan pemeriksaan fisik dan laboratorium.

bagian atau fungsi tubuh (contoh : kepala, abdomen, punggung, sendi, adalah kondisi psikiatri yang paling sering ditemukan. Ancaman bunuh diri sering

Gangguan somatisasi dibedakan dari gangguan somatoform lainnya karena

ekstremitas, dada, rektum, selama menstruasi, selama hubungan terjadi, namun bunuh diri yang benar-benar terjadi jarang ditemukan, biasanya

banyaknya keluhan yang ada dan melibatkan sistem organ multipel. Gangguan ini

seksual, atau ketika buang air kecil)

bersifat kronis dan disertai distres psikologis bermakna, gangguan fungsi sosial

(2)

berkaitan dengan penyalahgunaan zat. Riwayat medik pasien seringkali tidak jelas,

dua gejala gastrointestinal : riwayat minimal dua gejala tidak tepat, inkonsisten, dan disorganisasi. Pasien menggambarkan keluhannya

dan pekerjaan, dan perilaku mencari bantuan medis yang berlebihan.

gastrointestinal selain rasa nyeri (contoh : mual, kembung, muntah di secara dramatis, emosional, dan melebih-lebihkan, dengan bersemangat; mereka

Epidemiologi

luar kehamilan, diare, atau intoleransi jenis makanan tertentu)

Menurut penelitian, prevalensi penderita gangguan somatisasi pada populasi

(3)

keliru dengan urutan waktu dan tidak dapat membedakan dengna tepat gejala saat

satu gejala seksual : riwayat minimal satu gejala seksual ini dengan gejala sebelumnya. Pasien dapat merasa bergantung, egosentris, haus

umum diperkirakan mendekati 0,5 %. Wanita berjumlah 5 sampai 20 kali lebih

atau reproduksi selain rasa nyeri (contoh : indiferensiasi seksual, akan pujian atau rasa bangga, dan manipulatif.

banyak daripada pria. Dengan rasio pria : wanita sebesar 1 : 5, maka prevalensi

disfungsi ereksi atau ejakulasi, menstruasi ireguler, pendarahan

gangguan somatisasi pada wanita pada populasi umum diperkirakan sekitar 1 atau

menstrual yang banyak, muntah terus-menerus sepanjang periode termasuk gangguan depresi mayor, gangguan kepribadian, gangguan akibat

2 %.

kehamilan)

Etiologi

(4)

Faktor psikososial. Rumusan psikososial mengenai penyebab gangguan

Gangguan somatisasi biasanya berhubungan dengan gangguan mental lainnya,


penggunaan zat, gangguan cemas generalisata, dan fobia. Kombinasi dari

satu gejala pseudoneurologikus : riwayat minimal satu kali gangguan ini dan gejala yang kronis mengakibatkan peningkatan insidensi

gejala atau defisit yang menandakan gangguan neurologis, tidak masalah perkawinan, pekerjaan, dan sosial.

melibatkan interpretasi gejala sebagai suatu tipe komunikasi sosial, yang hasilnya

terbatas pada rasa nyeri (gejala konversi seperti gangguan koordinasi Diagnosis Banding

berupa sikap menghindari kewajiban (contoh : mengerjakan pekerjaan yang tidak

atau keseimbangan, paralisis atau kelemahan lokal, sulit menelan atau Gangguan kondisi medis umum

disukai), mengekspresikan emosi (contoh : marah pada pasangan), atau untuk

terdapat pembengkakan pada tenggorokan, afonia, retensi urin,

melambangkan suatu perasaan atau keyakinan (contoh : nyeri pada saluran

halusinasi, hilangnya sensasi raba atau nyeri, penglihatan ganda, tuli, dapat dijelaskan secara sepesifik atau dapat diperiksa dengan laboratorium.

pencernaan). Faktor sosial, cultural, dan etnik mungkin juga terlibat di dalam

kejang; gejala disosiasi seperti amnesia; atau hilangnya kesadaran Beberapa gangguan kondisi medis umum yang dapat didiagnosis banding dengan

perkembangan gangguan somatisasi.

kecuali pingsan)

gangguan somatisasi ialah Multiple sclerosis, Myastenia Gravis, SLE, AIDS,

Terdapat salah satu dari di bawah ini :

Porphyria intermitten Akut, Hypertiroidisme, Hyperparatyroidisme, Infeksi

Faktor biologis. Beberapa penelitian mengarah pada dasar neuropsikologis


untuk gangguan somatisasi. Penelitian tersebut mengatakan bahwa pasien

B.

(1)

Meskipun timbul pada kelompok usia yang sama tetapi penyakit-penyakit ini

setelah pemeriksaan yang tepat, setiap gejala pada poin B Sistemik Kronis

memiliki gangguan perhatian dan kognitif yang dapat menyebabkan persepsi dan

tidak dapat dijelaskan sepenuhnya berdasarkan kondisi medik umum Gangguan Mental

penilaian yang salah terhadap input somatosensorik.

atau akibat efek zat tertentu (contoh : penyalahgunaan obat, medikasi).

Faktor genetika. Data genetika menyatakan bahwa sekurangnya pada


beberapa keluarga, transmisi gangguan somatisasi memiliki komponen genetika.
Gangguan somatisasi dapat ditemukan pada 10-20 % sanak saudara wanita derajat

(2)

Pada gangguan Depresi Berat, Anxietas dan Schizofrenia (psikosis), meskipun

bila terdapat kondisi medik umum yang berhubungan, ditemukan gejala somatis, namun gejala gangguan mental terkait lebih menonjol.

maka keluhan fisik atau hendaya sosial atau pekerjaan berlebihan dari Gangguan Somatoform Lain

Pada Hypochondriosis, gangguan tidak bersifat multiple namun spesifik,

Dari suatu survei komunitas ditemukan bahwa insidensi tahunan gangguan

Dengan kejang

sedangkan somatoform bersifat multiple. Pada Gangguan Konversi, gejala yang konversi adalah 22 per 100.000 orang. Rasio wanita terhadap pria pada usia

Dengan gambaran campuran

timbul terbatas pada 1 atau 2 gejala neurologis, sedangkan somatoform lebih luas.

dewasa adalah 2 berbanding 1 dan sebanyak-banyaknya 5 berbanding 1; pada Gambaran Klinis

Gangguan Nyeri menunjukkan gejala yang terbatas hanya 1 atau 2 gejala nyeri,

anak-anak kecenderungan juga lebih tinggi pada wanita. Gangguan konversi

sedangkan somatoform memiliki lebih dari 4 gejala nyeri.

paling sering ditemukan pada

Perjalanan Penyakit dan Prognosis

tingkat intelegensi rendah, dengan status sosioekonomi rendah, dan anggota agresif, ketergantungan, antisosial, dan histrionik. Gangguan depresi dan cemas

populasi pedesaan, pendidikan rendah, dengan Gangguan konversi biasanya berhubungan dengan gangguan kepribadian pasif-

Gangguan somatisasi bersifat kronis dan melemahkan si penderita. Awitan militer yang menghadapi pertempuran.
biasanya terjadi di usia sebelum 30 tahun dengan durasi selama beberapa tahun. Etiologi
Timbulnya gejala somatik biasanya berhubungan dengan peningkatan kejadian
stres.

Prognosis yang buruk jika gangguan disertai stress yang berlebihan.

Terapi

Paralisis, kebutaan, dan mutisme adalah gejala yang paling sering ditemukan.

sering menyertai gejala gangguan konversi, dan pasien biasanya beresiko bunuh
diri.

Faktor psikoanalitik. Menurut teori psikoanalitik, gangguan konversi

Gejala sensorik biasanya berupa anestesia dan parestesia, terutama pada

disebabkan oleh represi konflik intrapsikis bawah sadar dan konversi kecemasan ekstremitas. Semua aspek sensorik dapat terkena dan distribusinya inkonsisten
ke dalam suatu gejala fisik. Gejala yang timbul merupakan ekspresi sebagian dengan baik gangguan neurologis sentral atau perifer. Gangguan konversi dapat

Penanganan terbaik gangguan ini dilakukan oleh satu orang dokter, karena keinginan atau dorongan yang dilarang tapi tersembunyi, sehingga pasien tidak mempengaruhi organ penginderaan, gejala ini dapat unilateral atau bilateral,
jika dipertemukan dengan orang yang berbeda maka pasien akan mengeluhkan perlu secara sadar berhadapan dengan impuls mereka yang tidak dapat diterima.
gejala yang lain. Proses terapi harus di monitor secara terjadwal (umumnya

Faktor biologis. Semakin banyak data yang melibatkan faktor biologis dan

namun pemeriksaan neurologis tidak menunjukkan adanya gangguan persarafan.


Gejala motorik meliputi gerakan abnormal, gangguan postur tubuh,

bulanan). Kunjungan terapi sebaiknya bersifat singkat, namun pemeriksaan fisik neuropsikologis dalam perkembangan gejala gangguan konversi. Penelitian kelemahan, dan paralisis atau paresis. Tremor ritmik kasar, gerak koreiformis, tics,
rutin sebaiknya tetap dilakukan guna menemukan keluhan somatik yang baru. pencitraan otak awal menemukan hipometabolisme pada hemisfer dominan dan dan tersentak dapat ditemukan.
Pemeriksaan laboratorium dan prosedur diagnostik sebaiknya dihindari karena hipermetabolisme pada hemisfer nondominan dan telah melibatkan gangguan

Kejang semu adalah gejala lain yang dapat pula terjadi. Klinisi dapat

pasien akan tetap menolak hasil objektif yang diperoleh. Keluhan somatik komunikasi hemisfer sebagai penyebab gangguan konversi.

mengalami kesulitan dalam membedakan kejang semu ini dengan kejang

biasanya dianggap sebagai ekspresi emosional daripada sebagai suatu keluhan Diagnosis

sesungguhnya hanya melalui observasi klinis.

medis.

Kriteria diagnosis berdasarkan DSM-IV-TR :

Tujuan terapi ialah menyadarkan pasien bahwa kemungkinan besar keluhan

A.

tersebut disebabkan oleh faktor psikologis. Sehingga pada akhirnya pasien mau motorik volunter yang mendukung kondisi neurologis atau kondisi medis umum
memeriksakan kesehatan mentalnya.
dapat

menurunkan

biaya

pengobatan.

Psikoterapi individu dan kelompok lainnya.


Dimana

pasien

dibantu

untuk

A.

Diagnosis Banding

Satu atau lebih gejala atau defisit mempengaruhi fungsi sensorik atau Gangguan Kondisi Medis Umum
Gangguan kondisi medis umum yang didiagnosis banding, terutama
merupakan gangguan neurologis. Seperti gejala kelemahan otot ditemukan pula
Faktor psikologis diduga berhubungan dengan timbulnya gejala atau pada Myastenia Gravis, Poliomyositis, Multiple Sclerosis, dan Myopati. Lalu

menanggulangi gejala-gejalanya, mengekspresikan emosi yang melatarbelakangi defisit tersebut karena inisiasi atau eksaserbasi gejala atau defisit didahului oleh gejala kebutaan terjadi pula pada Neuritis Opticus. Gejala paralysis didiagnosis
penyakitnya, serta memberikan alternatif cara untuk mengekspresikan perasaannya konflik atau stresor lainnya.

banding dengan pada penyakit sindroma Guillain Baree, penyakit Creutzfeldt-

tersebut.

Jakob dan AIDS.

Farmakoterapi diberikan harus dengan indikasi, yaitu jika ada gangguan

B.

Gejala atau defisit bukan akibat kesengajaan atau dibuat-buat.

C.

Gejala atau defisit tidak dapat, setelah pemeriksaan yang tepat,

Apabila gejala-gejala tersebut dapat diatasi dengan sugesti, hipnotis, serta

mental yang menyertai. Tindakan ini harus disertai monitoring yang ketat karena dijelaskan sepenuhnya berdasarkan kondisi medik umum, atau sebagai akibat obat-obatan seperti Amobarbital (Amytal) dan Lorazepam (Ativan) kemungkinan
pasien sering tidak disiplin dalam menjalani pengobatan dan menjadi tidak efektif.
B. GANGGUAN KONVERSI

langsung penggunaan zat, atau tingkah laku atau pengalaman sanksi kultural.
D.

DSM-IV mendefinisikan gangguan konversi sebagai suatu gangguan yang dalam sosial, pekerjaan, atau bidang lainnya atau memerlukan evaluasi medik.
ditandai oleh adanya satu atau lebih gejala neurologis (seperti paralisis, kebutaan,

E.

penyakit tersebut adalah gangguan Konversi.

Gejala atau defisit mengakibatkan distres klinis atau hendaya berat Gangguan Mental
Gejala gangguan Konversi dapat timbul pada Skizofrenia, Depresi dan

Gejala atau defisit tidka terbatas pada rasa nyeri atau disfungsi seksual, Anxietas. Namun gangguan-gangguan mental ini memiliki gejala tersendiri yang

dan parestesia) yang tidak dapat dijelaskan oleh gangguan neurologis atau medis tidak muncul semata-mata selama perjalanan gangguan somatisasi, dan tidak lebih khas.
yang diketahui. Di samping itu, penegakan diagnosis mengharuskan adanya faktor baik dijelaskan pada gangguan mental lainnya.
psikologis yang berhubungan dengan awal atau eksaserbasi gejala.
Epidemiologi

Spesifikasi tipe :

Gangguan Somatoform Lain


Gejala berupa gangguan sensori-motoris juga ditemukan pada Gangguan

Dengan gejala atau defisit motorik

somatisasi. Namun gangguan Somatisasi lebih bersifat kronis, terjadi di usia yang

Dengan gejala atau defisit sensorik

lebih muda, dan adanya gejala yang bersifat multiple organ. Hypochondriosis

memiliki karakteristik pasien yang tidak mengalami gangguan atau kehilangan

Dalam kriteria diagnostik untuk hipokondriasis, DSM-IV menyatakan bahwa

Dengan tilikan diri buruk : bila, hamper sepanjang waktu selama episode

fungsi. Ditemukan gangguan somatis yang bersifat kronis. Gangguan tidak gejala mencerminkan misinterpretasi gejala-gejala tubuh. Orang hipokondrial kini, penderita tidak menyadari bahwa keyakinannya memiliki penyakit serius
terbatas pada gejala-gejala neurologis dan adanya kekhasan perilaku serta meningkatkan dan membesar-besarkan sensasi somatiknya. Mereka memiliki tersebut berlebihan atau tidak beralasan.
kepercayaan hypochondrial. Gangguan Nyeri didiagnosa jika hanya terbatas pada ambang rangsang dan toleransi yang lebih rendah terhadap gangguan fisik. Gambaran Klinis
timbulnya gejala nyeri. Pasien yang hanya mengeluhkan gangguan fungsi seksual Sebagai contoh, apa yang dirasakan oleh orang normal sebagai tekanan abdominal,
sebaiknya diklasifikasikan sebagai gangguan dysfungsi seksual, daripada sebagai orang hipokondriakal mengalaminya sebagai nyeri abdomen.
gangguan Konversi.

Teori

Perjalanan Penyakit dan Prognosis

kedua

menerangkan

bahwa

hipokondriasis

Pasien merasa yakin dirinya memiliki penyakit serius yang belum terdeteksi,
dan tidak dapat diyakinkan sebaliknya. Pasien mempertahankan keyakinannya

dapat

dimengerti bahwa mereka memiliki penyakit tertentu, atau seiring berjalannya waktu, dapat

berdasarkan model belajar sosial. Gejala hipokondriasis dipandang sebagai memindahkan keyakinannya pada penyakit lain. Keyakinan tersebut bertahan

Gejala awal dari kebanyakan pasien dengan gangguan Konversi akan sembuh keinginan untuk mendapatkan peranan sakit oleh seseorang yang menghadapi tanpa menghiraukan hasil pemeriksaan laboratorium negative, merupakan
dalam beberapa hari atau kurang dari sebulan. Pada 75 % pasien tidak akan masalah yang tampak berat dan tidak dapat dipecahkan.
mengalami kekambuhan, namun 25% lainnya mengalami tambahan episode saat
mengalami stres.

perjalanan ringan dari penyakit yang dinyatakan sepanjang waktu, dan dengan

Teori ketiga menerangkan hipokondriasis sebagai bentuk varian gangguan pengyakinan kembali yang tepat dari dokter. Hipokondriasis sering disertai depresi

Prognosis dikatakan baik jika awitan bersifat akut, faktor mental lainnya. Diperkirakan 80% pasien hipokondriasis mungkin memiliki atau cemas dan biasanya bersama-sama dengan gangguan depresi atau cemas.

stressor yang mudah dikenali, kemampuan penyesuaian diri yang baik sebelum gangguan depresif atau gangguan cemas yang ditemukan bersama-sama.
pasien jatuh sakit, tidak adanya gangguan psikiatri atau medis lain yang menyertai,

Walaupun dalam kriteria DSM-IV-TR terdapat syarat minimal 6 bulan, status

Teori keempat tentang psikodinamika hipokondriasis, yang menyatakan hipokondriakal transien dapat timbul pada stres berat, paling sering kematian atau

tidak sedang mengikuti suatu proses peradilan. Prognosis bersifat buruk, terutama harapan agresif dan permusuhan terhadap orang lain dialihkan kepada keluhan penyakit berat yang diderita seseorang yang penting bagi pasien, atau setelah
jika gejala gangguan Konversi ini telah timbul sejak lama.

fisik. Rasa nyeri dan keluhan somatik selanjutnya menjadi alat untuk menebus sembuh dari penyakit serius yang diderita oleh pasien sendiri.

Terapi

kesalahan dan membatalkan (undoing) dan dapat dialami sebagai hukuman yang Diagnosis Banding

Gangguan Konversi biasanya hilang secara spontan, terutama jika didukung diterimanya atas kesalahan di masa lalu (baik nyata ataupun khayalan) dan Gangguan Kondisi Medis Umum
oleh tilikan diri yang baik dan terapi perilaku. Proses psikoterapi hanya difokuskan perasaan seseorang bahwa dia jahat dan memalukan.
untuk mengurangi faktor stres. Yakinan pula bahwa gejala-gejala yang timbul akan Diagnosis

lain, terutama yang menunjukkan gejala yang sulit didiagnosa seperti AIDS,

semakin memperberat penyakitnya. Terapi Hipnotis, obat-obatan anxyolitik, serta Kriteria diagnosis berdasarkan DSM-IV-TR :
pelatihan relaksasi tingkah laku ternyata cukup efektif. Obat-obatan parenteral

A.

Hypochondriasis harus didiagnosa banding dengan gangguan nonpsikiatrik


Endokrinopaty, Myastenia Gravis, Multiple Sclerosis, Penyakit Degeneratif system

Preokupasi akan rasa takut memiliki, atau ide bahwa seseorang saraf, SLE, dan Neoplasia.

seperti Amobarbital atau Lorazepam juga efektif. Terapi psikodinamik dilakukan mempunyai, penyakit serius berdasarkan misinterpretasi pasien mengenai gejala Gangguan Mental
untuk menganalisa dan menggali konflik psikis serta simbolisasi dari gejala tubuhnya.
gangguan konversinya. Psikoterapi yang dianjurkan adalah terapi yang bersifat
singkat dan dilakukan dalam jangka yang pendek.
C. HIPOKONDRIASIS

B.

Pada gangguan Depresi atau Anxietas didiagnosa keduanya kecuali gejala


Preokupasi tersebut bertahan tanpa menghiraukan hasil evaluasi medis hypochondrial muncul secara bersamaan. Pada Skizofrenia, waham hypochondrial

yang tepat dan pengyakinan kembali oleh klinisi.


C.

Keyakinan yang disebutkan pada poin A tidak pada intensitas waham Gangguan Somatoform Lain

Istilah hipokondriasis didapatkan dari istilah medis lama hipokondrium, (seperti gangguan waham, tipe somatik) dan tidak terbatas pada perhatian akan
yang berarti di bawah rusuk, dan mencerminkan seringnya pasien mengalami penampilan (seperti gangguan dismorfik tubuh).
keluhan abdomen. Hipokondriasis merupakan gangguan di mana terdapat

D.

bisa ditemukan dan disertai oleh gejala psikotik lainnya.


Pada gangguan Somatisasi, gejala lebih bersifat multiple namun pada
hypochondriasis ditemukan perasaan takut memiliki penyakit dengan gejala yang

Preokupasi tersebut mengakibatkan distres klinis atau hendaya berat lebih sedikit. Serta rasio antara lelaki dan perempuan pada Hypochondriasis adalah

preokupasi dengan ketakutan akan mengalami, atau keyakinan memiliki, penyakit dalam sosial, pekerjaan, atau bidang lainnya.

sama, sedangkan gangguan Somatisasi lebih banyak diderita oleh wanita.

serius.

E.

Durasi minimal 6 bulan.

Gangguan Konversi bersifat akut, umumnya sementara, dan hanya disertai gejala

Epidemiologi

F.

Preokupasi tersebut tidak lebih baik dijelaskan sebagai akibat gangguan yang ringan. Gangguan Nyeri, juga bersifat kronis tetapi keluhan hanya terbatas

Suatu penelitian melaporkan prevalensi dalam enam bulan sebesar 4-6 % pada kecemasan generalisata, Preokupasif-kompulsif, gangguan panik, episode depresi pada rasa nyeri saja. Pada Gangguan Dysmorfik, pasien berharap dirinya normal,
populasi umum. Pria dan wanita memiliki jumalh yang sama. Onset usia paling berat, cemas akan perpisahan, atau gangguan somatoform lainnya.

namun pada hypochondriosis pasien justru mengungkapkan ketidaknormalannya

sering antara usia 20 dan 30 tahun.

agar mendapatkan perhatian dari orang lain.

Etiologi

Spesifikasi bila :

Perjalanan Penyakit dan Prognosis

Hipochondriasis bersifat episodik dengan durasi bulanan hingga tahunan dan Diagnosis

Pengobatan pasein gangguan Dismorfik dapat dilakukan dengan terpai bedah,

disertai interval yang lama. Sepertiga hingga setengah dari pasien akan membaik Kriteria diagnosis berdasarkan DSM-IV-TR :
dengan sendirinya. Pada pasien anak-anak, hypochondriasis akan sembuh dengan
sendirinya di usia akhir remaja atau awal dewasa.
Prognosis dianggap baik jika ditemukan kondisi sebagai berikut:

Status sosial ekonomi pasien baik.

Sensitif terhadap terapi anxietas atau depresi.

A.

Preokupasi akan defek khayalan pada penampilan. Bila terdapat Trisiklik anti depresan, Monoamin Oksidase Inhibitor dan pimozide (Orap),

anomali fisik kecil, maka pasien menanggapinya secara berlebihan.


A.

Onset yang tiba-tiba.

Tidak adanya gangguan kepribadian.

Gambaran Klinis

Tidak ditemukan adanya gangguan medis lain yang nonpsikiatrik.

Terapi
Pasien umumnya menolak pengobatan psikiatri, kecuali difokuskan pada
pengurangan stres serta didikan guna mengatasi penyakit kronis. Psikoterapi yang
dilakukan seperti terpi perilaku, terapi kognitif, dan hipnotis umumnya cukup
membantu. Sebaiknya terapi dilakukan terjadwal dengan baik dan konsisten, agar
pasien tidak merasa diacuhkan. Prosedur diagnostik invasif dan prosedur
terapeutik hanya dilakukan atas indikasi. Farmakoterapi dilakukan jika ditemukan
gangguan lain yang mendasari dan responsif terhadap obat (seperti gangguan
anxietas atau depresi).
D. GANGGUAN DISMORFIK TUBUH
Gangguan dismorfik tubuh menerangkan adanya preokupasi seseorang
memiliki cacat tubuh khayalan atau suatu interpretasi berlebihan dari cacat yang
minimal atau kecil. Inti gangguan ini adalah bahwa seseorang yakin atau takut
bahwa dirinya tidak menarik atau bahkan menjijikkan.
Epidemiologi
Onset usia tersering yaitu antara 15 dan 20 tahun dan wanita lebih sering
terkena dibandingkan pria. Suatu penelitian menyatakan bahwa lebih dari 90%
pasien gangguan dismorfik tubuh pernah mengalami episode depresif berat, sekitar
70% pernah mengalami gangguan cemas, dan sekitar 30% pernah menderita
gangguan psikotik.
Etiologi
Penyebab gangguan dismorfik tubuh tidak diketahui. Patofisiologi gangguan
mungkin melibatkan serotonin dan dapat berhubungan dengan gangguan metal
lain. Mungkin juga terdapat pengaruh kultural atau sosial yang bermakna bagi
pasien. Dalam psikodinamika, gangguan dismorfik tubuh mencerminkan
pengalihan konflik seksual atau emosional ke dalam bagian tubuh yang tidak
berhubungan. Asosiasi timbul melalui mekanisme pertahanan represi, disosiasi,

Obat-obatan pro Serotonin spesifik, seperti

sekitar 50% pasien. Jika disertai adanya gangguan mental, maka dilakukan

Preokupasi tidak lebih baik dijelaskan dengan gangguan mental lainnya farmakoterapi dan psikoterapi yang sesuai.

(contoh : ketidakpuasan dengan bentuk dan ukuran tubuh pada anoreksia nervosa).

bermanfaat pada beberapa kasus.

Preokupasi mengakibatkan distres klinis atau hendaya berat dalam clomipramine (Anafranil) dan Fluoxetine (Prozac) dapat mengurangi gejala pada

sosial, pekerjaan, atau bidang lainnya.


B.

pengobatan dermatologis, dan pengobatan Gigi dan Mulut. Farmakoterapi seperti,

E. GANGGUAN NYERI
Gejala utama gangguan nyeri adalah adanya nyeri pada satu atau lebih lokasi

Perhatian paling sering melibatkan cacat wajah, khususnya pada bagian yang tidak sepenuhnya disebabkan oleh kondisi medis atau neurologis non
spesifik (contoh : hidung). Terkadang keluhan tidak jelas dan sulit dimengerti. psikiatrik. Gejala tersebut disertai distres emosional dan gangguan fungsional serta
Sebuah penelitian menemukan bahwa, rata-rata, pasien mempermasalahkan empat memiliki hubungan sebab yang masuk akal dengan faktor psikologis.
regio tubuhnya, selain wajah adalah rambut, buah dada, dan genitalia. Variasi pada Epidemiologi
pria adalah keinginan untuk bulk-up dan membentuk massa otot yang besar.

Gangguan nyeri dua kali lebih sering pada wanita dibandingkan pria.

Gejala lain yang umum ditemukan meliputi ide atau waham referensi (biasanya Onset usia puncaknya pada dekade keempat dan kelima, kemungkinan karena
mengenai bagian tubuh yang diperhatikan pasien), seperti terlalu sering bercermin toleransi terhadap nyeri menurun dengan bertambahnya usia. Gangguan nyeri
atau menghindari permukaan yang menampilkan bayangan, dan usaha untuk mempunyai kemungkinan adanya warisan genetika. Gangguan depresi, gangguan
menyembunyikan kecacatannya (dengan kosmetik atau pakaian). Efek pada cemas, dan penyalahgunaan zat juga sering ditemukan pada keluarga pasien
kehidupan pasien dapat signifikan; sebagian besar pasien menghindari ekspos dengan gangguan nyeri dibandingkan populasi umum.
hubungan sosial atau pekerjaan. Diagnosis komorbid dengan gangguan depresi dan Etiologi
cemas sering ditemukan, dan pasien juga dapat memiliki ciri kepribadian obsesif-

Faktor psikodinamika. Pasien dengan gangguan nyeri pada tubuhnya tanpa

kompulsif, skizoid, dan narsistik.

penyebab fisik yang dapat diidentifikasi secara adekuat mungkin merupakan

Diagnosis Banding

ekspresi simbolik dari konflik intrapsikis melalui tubuh. Nyeri dapat berfungsi

Pada gangguan Kepribadian Narcistik, perhatian terhadap salah satu bagian sebagai cara untuk mendapatkan cinta, suatu hukuman karena kesalahan, dan cara
tubuh tidaklah menonjol. Pada gangguan Depresif, Obsesif-Kompulsif dan untuk menebus kesalahan dan bertobat. Mekanisme pertahanan yang digunakan
Skizofrenia, ditemukan gejala-gejala dengan gangguan terkait, meskipun gejala oleh pasien dengan gangguan nyeri adalah pengalihan, substitusi, dan represi.
utamanya adalah perhatian berlebih akan suatu bagian tubuh. Pada sindroma

Faktor perilaku. Perilaku sakit diperkuat ketika disenangi dan dihambat

perilaku makan berupa Anoreksia Nervosa, Gangguan Identitas Terkait Gender ketika diabaikan atau dihukum. Sebagai contoha, gejala nyeri sedang mungkin
dan Kerusakan Otak juga ditemukan distorsi dalam Body Image.

menjadi kuat jika diikuti oleh kecemasan orang lain atau oleh keberhasilan dalam

Dibandingkan orang normal, seseorang dengan gangguan Dismorfik dapat menghindari aktivitas yang tidak disenangi.
dibedakan jika perhatian tersebut bersifat berlebihan, sehingga dapat mengganggu
emosi dan fungsi hidup orang tersebut.
Perjalanan Penyakit dan Prognosis

Faktor interpersonal. Nyeri yang sulit disembuhkan dipandang sebagai cara


untuk memanipulasi dan mendapatkan keuntungan dalam hubungan interpersonal.
Faktor biologis. Korteks serebral dapat menghambat pemicuan serabut nyeri

Awitan bersifat gradual, timbulnya perhatian berlebih jika disadari telah aferen. Serotonin kemungkinan merupakan neurotransmitter utama dalam jalur
terjadi adanya gangguan fungsi. Dan timbul keinginan untuk mencari pertolongan inhibitor desenden dan endorfin juga berperan dalam modulasi nyeri oleh sistem
medis atau tindakan operasi. Gangguan ini biasanya bersifat kronis jika terabaikan. saraf pusat. Defisiensi endorfin tampaknya berhubungan dengan penguatan stimuli
Terapi

sensorik yang datang. Beberapa pasien memiliki gangguan nyeri karena kelainan

distorsi, simbolisasi, dan proyeksi.

struktural

atau

kimiawi

sistem

sensorik

dan

sistem

limbik

yang

Pasien dengan ganguan nyeri memiliki riwayat panjang akan perawatan medik atau bekerja. Para dokter pun harus menyadari bahwa nyeri yang dialami pasien

mempredisposisikan mereka mengalami nyeri.

dan bedah. Mereka mendatangi banyak dokter, meminta banyak pengobatan, dan adalah nyata, bukan sebuah imajinasi.

Diagnosis

dapat terus-menerus ingin dioperasi. Mereka dapat terobsesi dengan nyerinya dan

Kriteria diagnosis berdasarkan DSM-IV-TR :

membanggakannya

A.

kesengsaraannya.

Beberpaa

Pengobatan secara farmakoterapi seperti analgetika, secara umum tidak terlalu

pasien bermanfaat pada pasien dengan gangguan Nyeri. Bahkan penggunaan analgetik

hidupnya sangat bahagian kecuali untuk nyeri yang diderita. Komplikasi dapat dan Antianxietas, biasanya disalahgunakan, atau digunakan bukan atas indikasi

Rasa nyeri mengakibatkan distres klinis atau hendaya berat dalam berupa gangguan akibat penggunaan zat, karena pasien berusaha mengurangi nyeri serta adanya kerugian lain dari efek samping obat.

sosial, pekerjaan, atau bidang lainnya.


C.

sumber

Rasa nyeri pada satu atau lebih bagian anatomis adalah fokus utama mengingkari sebab lain dari disforia yang dialami dan meyakinkan bahwa jangka panjang cenderung disalahgunakan. Begitupula dengan obat-obatan Sedatif

dan cukup berat sehingga memerlukan perhatian klinis.


B.

sebagai

dengan konsumsi alkohol dan zat lainnya.

Faktor psikologis diduga memegang peranan pada onset, berat, Diagnosis Banding

eksaserbasi, atau bertahannya nyeri.

Antidepresan

seperti

Trisiklik dan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI), adalah obat-obatan


yang sangat efektif. Meskipun antidepresan dapat mengurangi nyeri melalui

Nyeri Fisik Murni

mekanisme antidepresi, efek analgesik langsung dari obat ini masih bersifat

D.

Gejala atau defisit bukan disengaja atau dibuat-buat.

E.

Nyeri tidak lebih baik dijelaskan dengan gangguan mood, kecemasan, intensitasnya bersifat fluktuatif, sangat sensitif terhadap keadaan emosi, kognitif, pasien, terutama ketika digunakan obat tambahan pada terapi dengan SSRI, namun

atau psikotik dan tidak memenuhi kriteria dispareunia.


Dibagi atas :
Gangguan nyeri berasosiasi dengan faktor psikologis
Faktor psikologis memegang peranan besar pada onset, berat, eksaserbasi,

Nyeri fisik murni sulit dibedakan dengan nyeri psikogenik murni. Nyeri fisik kontroversial. Amfetamin merupakan analgetik kuat yang sangat berguna bagi
perhatian dan pengaruh lingkungan. Nyeri fisik murni dapat teratasi dengan harus disertai monitoring yang ketat.
pengalihan dan analgetika.

F. GANGGUAN SOMATOFORM TIDAK TERDIFERENSIASI

Gangguan Somatoform Lain

Merupakan kelompok gangguan dengan keluhan fisik berlangsung kurang

Gangguan Nyeri harus dapat dibedakan dengan gangguan Somatoform dari 6 bulan yang tidak dapat dijelaskan dan gejala yang ada berada di bawah

atau bertahannya rasa nyeri. (bila terdapat kondisi medik umum, peranannya tidak lainnya, meskipun beberapa gangguan somatoform dapat timbul bersamaan. kriteria untuk diagnosis gangguan somatisasi.
besar.) Gangguan nyeri ini tidak didiagnosis bila memenuhi kriteria gangguan Pasien dengan hypochondriosis akan menunjukkan gejala hypochondrial Kriteria diagnosis berdasarkan DSM-IV-TR :
somatisasi.

(keyakinan akan adanya penyakit dalam dirinya) yang menonjol dan lebih banyak

A.

Satu atau lebih keluhan fisik (contoh : lelah, hilang nafsu makan,

Gangguan nyeri berasosiasi dengan baik faktor psikologis maupun kondisi serta bersifat fluktuatif. Pasien dengan gangguan Konversi, umumnya berdurasi

keluhan gastrointestinal atau urinarius)

medik umum

B.

singkat, sedangkan gangguan nyeri bersifat kronis. Juga secara definisi, nyeri

Baik faktor psikologis maupun kondisi medik umum memegang peranan bukanlah gejala dari gangguan konversi.

Terdapat salah satu dari di bawah ini :

(1)

setelah pemeriksaan yang tepat, setiap gejala pada poin B tidak

penting pada onset, berat, eksaserbasi, atau bertahannya rasa nyeri. Kondisi medik Perjalanan Penyakit dan Prognosis

dapat dijelaskan sepenuhnya berdasarkan kondisi medik umum atau akibat

umum atau bagian anatomis ayng terasa nyeri didiagnosis berdasarkan aksis III.

efek zat tertentu (contoh : penyalahgunaan obat, medikasi).

Gangguan nyeri berasosiasi dengan kondisi medik umum

Gangguan nyeri biasanya timbul secara mendadak dan semakin bertambah


parah dalam beberapa minggu atau bulan. Prognosis dapat bervariasi, dimana

Kondisi medik umum memegang peranan besar pada onset, berat, eksaserbasi, gangguan ini bersifat kronis, sangat mengganggu hingga terjadi gangguan fungsi

(2)

bila terdapat kondisi medik umum yang berhubungan, maka

keluhan fisik atau hendaya sosial atau pekerjaan berlebihan dari yang

atau bertahannya rasa nyeri. (bila terdapat faktor psikologis, peranannya tidak hidup.

diharapkan

besar.) Gangguan ini bukan merupakan gangguan mental.

laboratorium.

Prognosis buruk terjadi jika ditemukan adanya masalah tertentu yang

berdasarkan

anamnesis,

pemeriksaan

fisik,

atau

hasil

Spesifikasi :

melatarbelakangi (terutama pasivitas), terlibat dalam perkara pengadilan atau

B.

Akut : durasi kurang dari 6 bulan

mendapatkan kompensasi finansial, adanya penggunaan zat additif serta riwayat

pekerjaan, atau bidang lainnya.

Kronik : durasi 6 bulan atau lebih

nyeri yang telah lama.

C.

Durasi minimal 6 bulan.

Gambaran Klinis

Terapi

D.

Gangguan tidak lebih baik dijelaskan dengan gangguan mental lainnya

Pasien dengan gangguan nyeri bukan merupakan kelompok yang uniform tapi

Dikarenakan tidak mungkin untuk mengurangi nyeri sehingga pendekatan

Gejala mengakibatkan distres klinis atau hendaya berat dalam sosial,

(seperti gangguan somatoform lainnya, disfungsi seksual, gangguan mood,

merupakan kumpulan heterogen dari penderita dengan keluhan nyeri pinggang terapi ialah rehabilitasi. Para klinisi harus berusaha untuk menemukan fakta-fakta

gangguan cemas, gangguan tidur, atau gangguan psikotik).

bawah, sakit kepala, nyeri wajah atipikal, nyeri pelvis kronis, dan nyeri lainnya. psikologis yang mendasari penyakit. Adanya keterlibatan emosi (berupa sistem

E.

Gejala bukan disengaja atau dibuat-buat.

Keluhan nyeri pasien dapat paskatrauma, neuropati, neurologik, iatrogenik, atau limbik) yang mempengaruhi jalur sensoris nyeri, harus dijelaskan kepada pasien. G. GANGGUAN SOMATOFORM YANG TIDAK DAPAT DITENTUKAN
muskuloskeletal.

Sebagai

contoh,

seseorang

yang

kepalanya

dipukul

saat

sedang

berpesta/bergembira akan kurang merasa nyeri jika ia dipukul saat sedang marah

Merupakan kategori residual untuk pasien dengan gejala gangguan


somatoform namun tidak memenuhi kriteria diagnostik yang spesifik untuk salah
satu gangguan somatoform.
1.

Pseudocyesis : keyakinan yang salah bahwa mengalami kehamilan yang

berhubungan dengan tanda obyektif kehamilan, meliputi pembesaran


abdomen (walaupun umbilikus tidak eversi), berkurangnya aliran darah
menstruasi, amenore, perasaan subyektif adanya gerak janin, nual,
pembesaran dan sekresi mammae, dan nyeri persalinan pada hari

ynag

diharapkan. Perubahan endokrin dapat terjadi, namun gejala yang ada tidak
dapat dijelaskan dengan kondisi medik umum yang menyebabkan perubahan
endokrin.
2.

Gangguan melibatkan gejala hipokondriakal nonpsikotik dengan durasi

kurnag dari 6 bulan.


3.

Gangguan melibatkan keluhan fisik yang tidak dapat dijelaskan

(contoh : kelelahan atau badan lemah) dengan durasi kurang dari 6 bulan
yang tidak berhubungan dengan gangguan mental lainnya.

Anda mungkin juga menyukai